You are on page 1of 23

Abstrak:

Bagi orang yang akan meninggal dunia itu saat yang paling sulit karena dia akan meninggalkan dunia ini

sendirian, jadi dia sebenarnya membutuhkan orang-orang yang paling berarti yang dapat

mendampinginya.

MP3:

3.54 MB

WMA:

2.34 MB

RA:

2.3 MB

Transkrip

Isi:

Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada

acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari

LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan. Dan telah

hadir juga di studio bersama kami Dr. Yanti, Ibu Dr. Vivian Andriani Soesilo, beliau adalah seorang pakar

dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Dan kali ini kami akan

berbincang-bincang bagaimana mendampingi atau merawat anggota keluarga kita yang sakit parah dan

bahkan menjelang ajal. Kami percaya acara ini akan bermanfaat bagi kita sekalian. Dan dari studio kami

mengucapkan selamat mengikuti.

Lengkap

GS : Dr. Yanti, ada beberapa pasien yang mungkin menjadi anggota dari keluarga kita,
orang yang kita kasihi, kemudian dokter menyatakan sudah tidak ada harapan. Yang ingin
saya tanyakan bagaimana seorang dokter itu bisa tahu bahwa pasien itu harapannya tipis atau
tidak ada harapan, Bu?
(1) GS : Sebenarnya apa tujuannya, dokter mengatakan kepada keluarga bahwa pasien itu
tidak ada harapan?
IR : Jadi sebenarnya dokter tidak perlu menutupi, kalau keadaan pasiennya itu memang
sudah tidak dapat ditolong.
GS : Lalu apa biasanya reaksi keluarganya ?
GS : Tapi di satu sisi ada keluarga-keluarga yang memang tidak siap untuk menerima
kenyataan seperti itu, masa suami saya atau istri saya itu harus pergi secepat itu.
(2) GS : Kalau pasien itu marah setelah mendengarnya, karena tidak siap dan tidak
disiapkan, tanggapan dokter biasanya apa?
GS : Marah terhadap dokter yang memberitahu, dia biasanya menyatakan dokter tidak
mampu dan lain-lain.
GS : Bu Vivian, menghadapi pasien yang sudah dinyatakan tidak ada harapan oleh dokter.
Sebagai keluarga dekat misalnya anak, suami atau istri, sebenarnya apa yang bisa kita
lakukan?
GS : Jadi tidak menambah permasalahan, ya Bu?
GS : Tadi sudah disepakati itu sulit ya, tetapi harus ditumbuhkan, menumbuhkannya
bagaimana Bu Vivian?
GS : Tapi memang kita itu agak sulit di sini, seperti tadi harus cuci darah, padahal sudah
pasti tidak bisa tranplantasi. Kalau kita sebagai keluarga tidak mengupayakan cuci darah,
nanti orang luar mengatakan, kita itu tidak mau mengobati orang sakit. Bagaimana
menghadapi ini, seperti dilematis?
GS : Ada juga pasien yang sebaliknya, setelah tahu dia tidak ada harapan, dia juga
melarang keluarganya untuk membawa dia ke dokter atau berobat, buat apa mengobati itu
sia-sia, bagaimana Bu kalau ada tanggapan pasien seperti itu?
GS : Apakah Bu Vivian ada tanggapan?

Kalau misalnya pasien tidak mau itu haknya pasien, dan keluarganya, kecuali keluarga bisa membujuk

misalnya pemberian transfusi, kadang-kadang ada yang tidak boleh masuk darah atau apa. Padahal gawat

harus masuk transfusi, kalau tidak dia meninggal, terserah kalau misalnya tidak mau, kita tidak bisa

memaksakan itu sulit. Itu kadang-kadang tidak logis, tapi menurut kepercayaan transfusi itu tidak boleh.

GS : Untuk penyakit-penyakit yang tergolong berat ya Bu Vivian, apakah kita dari pihak
keluarga mendampingi pasien ini untuk sepanjang waktu?
(3) GS : Biasanya penyakit seperti itu makin lama makin parah, itu yang secara fisik bisa
kita lihat. Dalam hal ini tadinya pasien itu masih bisa bicara, bisa berkomunikasi, lama-lama
dia tidak mau berkomunikasi, bukan tidak bisa tapi enggan berkomunikasi, merasa sudah
tidak ada gunanya lagi. Bagaimana kita bisa menolong orang-orang yang selain fisiknya
memang sakit, mentalnya juga jatuh?
GS : Memang dalam kondisi seperti itu seseorang bisa melupakan segala sesuatu yang dia
pelajari, dia ketahui, Bu Vivian.
GS : Mungkin yang dibutuhkan adalah perhatian yang besar.
GS : Ya, apa itu yang dilakukan mamanya Bu Vivian?
GS : Berarti dia sadar terus sampai meninggalnya?
GS : Mungkin yang sulit lagi menghadapi keluarga yang koma, mungkin Bu Yanti bisa bantu.
Kita maunya berkomunikasi dengan dia tapi komanya itu lama sekali. Ada orang yang koma
bisa sampai setahun, itu bagaimana Bu?
GS : Masih bereaksi, dari kelopak matanya itu kelihatan masih bergerak dan sebagainya.
(4) GS : Ada satu hal lagi yang masih kontroversi, orang yang sudah dinyatakan tidak ada
harapan, lalu ada keluarganya yang memutuskan tidak perlu ditolong atau yang lainnya, kalau
perlu diberikan suntikan supaya cepat meninggal. Bagaimana kalau ada yang begitu?
GS : Itu yang sulit ya Bu?
GS : Di sini itu di Indonesia maksudnya?
GS : Ya memang biasanya kalau di sini, itu alasan-alasan ekonomi yang dijadikan dasar,
biayanya besar, tanggungannya masih banyak, jadi lalu diputuskan seperti itu. Tapi itu tetap
bertentangan dengan hukum Tuhan saya rasa. Kita tidak berhak mencabut nyawa seseorang.
Tapi memang serba dilematik ya, Bu Vivian, yang saya katakan di tengah-tengah kita banyak
membutuhkan biaya untuk yang hidup, nah ini menghadapi orang yang kita kasihi sedang
menderita sakit yang parah sekali, yang sudah dinyatakan tidak ada harapan Bu, itu
bagaimana?
GS : Mujizat itu masih tetap ada sampai sekarang, itu yang kita percayai. Tetapi ada juga
masalah lain Bu, yang seringkali dihadapi oleh keluarga-keluarga pasien yang berat seperti ini,
di mana tentu ada kebosanan ya Bu , mendampingi pasien yang tidak bisa diajak komunikasi,
sakitnya makin lama makin parah. Sehingga kalau tadinya kita bisa tiap hari melawat, kalau
ini kebetulan dirawat di rumah sakit, lama-lama dua hari sekali, tiga hari sekali itu bagaimana
Bu, mengatasi kejenuhan, kebosanan?
IR : Bu Vivian kalau si penderita sakit ya, seringkali tidak mau dikunjungi oleh teman atau
yang lain, mengapa Bu? Apa ada teknik-teknik tertentu bagaimana kita menghibur orang
sakit?
IR : Ya.
GS : Tapi biasanya keluarga tidak mau digantikan oleh orang luar.
GS : Seharusnya itu bentuk pelayanan yang baik sekali, apalagi kalau keluarganya itu
keluarga kecil ya Bu, cuma punya anak dua atau satu mungkin. Untuk pasangan berat sekali.
GS : Selama menggantikan, Bu Vivian biasanya melakukan apa terhadap pasien itu?
GS : Apakah itu terbawa pengalaman Ibu mendampingi mamanya Bu Vivian?
GS : Sudah terlatih.
GS : Menghadapi tadi ya kita kembali lagi ke pokok pembicaraan, kalau pasien sudah makin
kritis keadaannya, biasanya keluarga akan dipanggil untuk hadir di sana. Sebenarnya apa
pengaruhnya terhadap si pasien?
GS : Tapi sebaliknya ada orang yang sehat itu merasa takut, atau merasa tidak enak
mendampingi orang yang akan meninggal, ia justru menjauh, apakah ini perlu dipaksakan
atau bagaimana?
GS : Supaya tidak sendirian ya.
IR : Menghadapi saat-saat terakhir, kira-kira kata-kata apa yang tepat untuk kita katakan
kepada pasien?
GS : Apakah mungkin pasien yang sangat parah sakitnya itu masih mempunyai rasa
khawatir terhadap keluarga yang akan ditinggalkan?
GS : Jadi sebenarnya selain seorang dokter yang terus mendampingi perawat, saya rasa
seorang psikolog juga penting untuk mendampingi orang-orang seperti ini.
(5) GS : Bu Yanti, sebenarnya bagaimana kita tahu bahwa pasien itu benar-benar sudah
meninggal, kalau ini di rumah?
GS : Dalam waktu yang singkat ini mungkin Bu Yanti bisa memberikan saran, apa yang bisa
kita lakukan sebagai keluarga kalau ternyata pasien itu, anggota keluarga kita itu dinyatakan
meninggal. Apa kita harus menghubungi dokter, atau yang lainnya?
GS : Tahunya itu kenapa tidak bangun-bangun.
GS : Mungkin di pihak keluarga harus bisa menerima kenyataan itu juga, ya Bu Vivian?
GS : Memang ada waktu yang dibutuhkan, itu biasanya berapa lama Bu Vivian?
IR : Mungkin Bu Yanti pernah membisikkan kata-kata untuk pasien yang akan meninggal
yang berkaitan dengan firman Tuhan. Mungkin ada firman Tuhan yang disampaikan ke pasien
pada saat terakhir itu ?
GS : Ya mungkin sebagai dokter yang dihadapi tidak yang Kristen saja. Tapi kalau ada
keluarga yang mendampingi atau rohaniwan yang ada di sana bisa menolong itu. Jadi saya
rasa kita semua juga suatu saat harus menghadapi kenyataan seperti itu, tapi bagi kita orang-
orang yang beriman kita tahu ke mana kita pergi setelah kita meninggalkan dunia ini.

Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah mempersembahkan ke hadapan Anda,

sebuah perbincangan tentang bagaimana mendampingi orang sakit yang menjelang ajal bersama Ibu Dr.

Vivian Andriani Soesilo dan juga Ibu Dr. Yanti di dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga).

Kami mengucapkan banyak terima kasih untuk perhatian Anda sekalian dan apabila Anda mempunyai

saran-saran serta pertanyaan-pertanyaan tentang masalah ini, kami persilakan Anda menghubungi kami

lewat surat. Kami percaya acara ini bisa menjadi berkat bagi kita sekalian. Alamatkan surat Anda ke

Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran- saran, pertanyaan dan

tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami berempat mengucapkan sampai jumpa pada

acara TELAGA yang akan datang.

PERTANYAAN KASET T35 B

1. Apa tujuan seorang dokter memberitahukan kepada keluarga pasien, bahwa pasiennya tidak ada

harapan untuk sembuh?

2. Bagaimana sikap seorang dokter ketika menghadapi pasien yang marah karena suatu hasil

diagnosa atau memberitahu kenyataan yang tidak bisa diterima oleh pasien?

3. Pertolongan apa yang dapat diberikan bagi pasien yang tidak hanya sakit secara fisik tapi mental

juga?
4. Apa tanggapan terhadap keluarga yang meminta agar diberikan suntikan kepada pasien supaya

cepat meninggal, dengan alasan sudah tidak ada harapan, tidak tega melihat orang yang dikasihi

menderita sakit?

5. Bagaimana mengetahui bahwa pasien benar-benar sudah meninggal?

Ringkasan

Isi:

Tujuan dokter memberitahukan pihak keluarga bahwa pasien sudah tidak ada harapan, adalah untuk

mempersiapkan keluarga dan pasien itu. Karena kalau tidak diberitahu dan tiba-tiba meninggal, nanti

dokter bisa disalahkan oleh keluarga. Dokter tidak perlu menutupi, kalau memang keadaan pasiennya

sudah tidak bisa ditolong. Biasanya kalau saya mendiagnosa dan kelihatannya tidak ada harapan, saya

tetap beri tahu.

Reaksi keluarga yang pertama biasanya bingung dan mungkin tidak percaya kepada saya. Mereka akan

tanya lagi kepada dokter lain atau mungkin berobat ke yang lain. Tapi ya kita berusaha menjelaskan hasil

pemeriksaan sedetail mungkin, dengan bahasa awam supaya ia dapat mengerti.

Tapi di satu sisi ada keluarga-keluarga yang memang tidak siap untuk menerima kenyataan seperti itu,

mereka berpikir masa suami saya atau isteri saya itu harus pergi secepat itu? Tapi kalau kenyataannya

seperti itu, kita harus bisa memberikan penjelasan secara kedokteran atau secara ilmiah. Menurut saya

pasien juga harus diberi tahu juga, karena dia yang mempunyai tubuhnya. Dalam kode etik di Indonesia

seharusnya pasien dulu yang berhak tahu, tapi pada kenyataan atau prakteknya keluarga yang minta

agar si pasien jangan diberi tahu. Dalam kondisi seperti ini saya menyarankan agar pasien tetap harus

diberitahu karena dialah yang memiliki tubuhnya sendiri. Tentu saja dengan memilih waktu yang tepat,

setelah hati si pasien disiapkan, dan dengan pendekatan yang baik.

1.

Sebagai keluarga yang dekat dengan pasien, entah sebagai suami, isteri atau anak, kita terlebih

dahulu harus bisa menerima keadaan.

2.

Mengenai obat, biasanya kalau untuk meringankan rasa sakit (penstillen) si pasien pasti mau.

3.

Untuk penyakit yang tergolong berat, kalau bisa pihak keluarga mendampingi sepanjang waktu.
Si sakit membutuhkan pendampingan terutama dari orang yang dia kasihi dan orang yang paling

berarti, terutama pada saat-saat terakhir.

4.

Beberapa cara untuk menolong orang yang menderita penyakit yang makin lama makin parah.

Kalau dia orang Kristen, kita tetap bisa mendoakan dengan buka suara, bisa pegang tangannya,

kita menyanyi untuk dia, dan membacakan firman Tuhan untuknya. Jadi dia masih merasakan

bahwa kita ini masih memperhatikan, dengan begitu dia akan dibangkitkan kembali.

5.

Kalau ada anggota keluarga yang koma, mungkin kita sulit menghadapinya. Bagaimana kita

berkomunikasi dengan orang yang koma? Sebetulnya kalau dia belum berendit, kita bisa bisikan

dan bicara sesuatu mungkin dia masih dengar dan masih bereaksi. Biasanya kalau koma pasien

tidak bergerak, hanya reaksi pupil cahayanya masih bagus. Tapi kalau sudah berendit, dipasang

alat bantu pun percuma. Kalau keadaan pasien sudah makin kritis, biasanya keluarga akan

dipanggil untuk hadir, ini sangat berpengaruh pada dirinya. Karena si pasien akan merasakan dia

tidak sendiri, bagi orang yang akan meninggal yang paling sulit itu dia akan meninggalkan dunia

ini sendirian. Kalau menurut saya (Bu Vivian) kita harus mengingat, Tuhan ini Tuhan yang hidup,

meskipun dokter mengatakan tidak ada harapan, kita tetap bersandar penuh pada Tuhan. Jadi

mencoba yang terbaik yang bisa kita lakukan meskipun membutuhkan biaya yang banyak untuk

merawat orang yang kita kasihi. Saya juga pernah melihat pasien yang oleh dokter dikatakan

tidak ada harapan, tapi sembuh karena Tuhan menyatakan mujizat.

6.

Kita bisa tahu bahwa pasien itu benar-benar sudah meninggal, misalnya dengan memeriksa

nadinya sudah tidak ada, atau dari pupil matanya biasanya kalau sudah meninggal pasti melebar.

Biasanya kalau pasien akan meninggal dunia, saya (Dokter Yanti) akan mengingatkan kembali tentang

Kristus yang mati di kayu salib untuk menebus dosa. Juga berita Injil tentang rumah Bapa di sorga.
• Skip to content

• Skip to main navigation

• Skip to first column

• Skip to second column

KADNET - KELUARGA ADVENT


NETWORK

search... Cari

• Tentang Kami

• Cover Page

• Hubungi Kami

• Berlangganan

• Administrator

• Email Login

• Links
Home Rumah Tangga Advent BISIKAN YANG TEPAT DITELINGANYA ORANG
YANG DALAM KEADAAN SAKIT TERMINAL

BISIKAN YANG TEPAT


DITELINGANYA ORANG YANG
DALAM KEADAAN SAKIT TERMINAL
Saturday, 27 December 2008 06:04 Supriyono Sarjono

TIGA KEBOHONGAN.

Ada tiga kebohongan yang selalu hadir dalam kehidupan didunia ini.

Kebohongan Yang Pertama adalah yang dilakukan oleh Para pedagang di toko, atau di pasar-pasar,
mereka berkata “Oe udah lugi lho, Oe udah lugi lho, tolong naikin dikit”. Pedagang yang berkata seperti itu
kepada para pembeli sebenarnya sudah untung, kalau rugi pasti tokonya sudah tutup karena bangkrut.

Kebohongan Yang ke dua. Seorang Gadis yang berusia 40 th ke atas yang sering berkata, saya tidak
mau menikah, saya mau hidup sendiri saja. Ternyata gadis –gadis ini didalam lubuk hatinya, ingin sakali
menikah. Bila saja ada mak Jomblang yang bisa mencarikan pria seiman yang cocok dengannya ia siap
menikah.

Kebohongan Yang ke tiga. Orang-orang tua Lanjut usia, sering sekali mereka berkata, saya ingin cepat
mati saja, rasanya saya sudah capek, sudah cukup hidup didunia ini. Ternyata Mereka ini adalah orang-
orang yang paling takut Mati. sebelum tidur takut jangan jangan besok tidak bisa bangun lagi (dikutip
dengan bebas dari ilustrasi Pdt DR J Kuntaraf)

Kenapa Takut mati.

Kenapa sebagian Orang-orang lanjut usia Takut Mati. Sesungguhnya bukan mati atau kematian itu sendiri
yang mereka takutkan, tetapi mereka lebih merasakan takut akan “proses kematian” itu. Sebagian dari
mereka sebelum tidur merasa takut jangan-jangan malam mini ia akan mati dan tidak ada orang yang tahu,
Bahkan menjadi terhina dikarenakan jangan-jangan malah setelah beberapa hari mati baru diketahui orang
lain. Hal-hal seperti ini yang dirasakan terutama oleh orang tua yang hidup terpisah jauh dari anak-anak dan
cucu. Mereka lebih jauh merasakan ketakutan jangan-jangan proses kematian akan didahului dengan
penyakit terminal dan memakan waktu lama. Dalam Artikel RT Rebuska 12 Desember 2008 yang lalu telah
disebutkan mengenai ketakutan-ketakutan yang umum menghinggapi pasien yang akan meninggal,
ternyata mencakup banyak hal dan hal-hal yang mereka takutkan itu antara lain adalah Takut akan:
Ketergantungan pada orang lain secara progresif tidak berdaya sehingga dia secara perlahan yang dahulu
kuat, gagah berwibawa namun kini menjadi beban bagi orang lain. Juga perasaan ditinggalkan sendiri oleh
anak-anak dan cucu karena kita hanya bisa berbaring ditempat tidur hal seperti ini sesungguhnya bagaikan
sudah terbuang dari keluarga dan pada akhirnya ia harus terpisah dari orang-orang yang sangat dikasihi.
Mereka juga Takut menderita dan kesakitan yang hebat dan tanpa henti, terhina, Kehilangan kontrol secara
fisik dan tidak mampu mengatasinya, Mereka juga takut menjadi Patah secara emosional karena penyakit
dan berbagai keterbatasan yang dialaminya, Takut akan masa depan dirinya dan keluarganya, juga takut
bila satu saat harus tunduk kepada sesuatu yang asing atau (tergantung kepada alat-alat di RS) Dan bagi
mereka yang selama ini tidak setia kepada Tuhan mereka takut akan hukuman yang akan diterimanya.

Mengapa Perlu Pertolongan.

Anggota keluarga yang sakit (Pasien) yang dalam keadaan sakit terminal (berujung kepada kematian),
bukan hanya menderita ketakutan dan menderita berbagai kehilangan serta Rasa kesepian yang
mencekam tetapi dalam melaui masa-masa krisis dalam hidupnya mereka juga merasakan ketidak stabilan.
Ketidak stabilan ini disebabkan oleh krisis kehidupan yang hebat yang dialaminya, selanjutnya hal itu
membawa kebingungan dan pergumulan batin yang amat dalam dan hal ini akan membuat terganggu
keseimbangan batinnya. Kebanyakan pasien akan mengalami ketidak stabilan dalam bentuk kejiwaan dan
ketidak stabilan rohani dalam proses dying, seperti: Menolak kenyataan tentang fakta ia akan meninggal,
Marah/protes, atau berontak karena rasa sakita dan ketidak berdayaan yang dialami. Selanjutnya
sebagian mereka mulai Mengeritik situasi disekelilingnya juga mengeritik reaksi orang-orang disekitarnya
apakah anggota keluarga yang selama ini dikasihinya, sikap anggota gereja dan tua-tua jemaat dimana ia
berbakti selama ini, juga bisa saja mengeritik pelayanan staff tenaga kesehatan yang melayani dia.
Selanjutnya perasaan-perasaan yang campur baur berkecamuk yang mereka rasakan diantaranya adalah
Sedih, Depresi, Rasa bersalah, Putus asa, Rasa Gagal, Takut, Kecewa, Tidak Percaya, Kepahitan dan juga
Ragu Ragu. Mereka bisa saja ragu-ragu akan hal-hal yang selama ini ia percayai bahkan ia Imani . Apakah
pengobatan secara medis selama ini yang dulu ia yakini kini mulai dia ragukan, dan sebagian dari mereka
tidak terkecuali apakah anggota gereja yang saat sehat begitu setia kepada Tuhan, atau tua-tua jemaat
bahkan pensiunan pengerja Tuhan, dalam masa krisis seperti ini bisa saja tergoda beralih kepada
pengobatan dukun dll. Rasa Ragu-Ragu juga pernah dialami oleh Yohanes Pembabtis saat dia dalam
penjara dan keraguan itu bisa di hilangkan atas bantuan Murid-muridnya yang datang kepada Yesus.
Mateus 11: 2-3. (2) Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, (3) lalu menyuruh
murid-muridnya bertanya kepada-Nya: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan
orang lain? Kemudian yesus berkata kepa murid-murid Yoihanes dalam Mateus 11: 6 “Dan berbahagialah
orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku”.Dari Fakta-fakta tentang berbagai hal yang orang
yang sakit terminal rasakan dan Alami juga bagaimana Pemangalaman Yohanes Pembabtis dikuatkan.
Memberitahukan kepada kita bahwa Kita dipanggil untuk menjadi saluran berkat kepada keluarga, orang
tua, saudara, saudara seiman dan bahkan sesame kita yang kini sedang dalam situasi sakit terminal
( berujung kepada kematian)

Bagaimana menolong mereka.

A. Kasih Agape. Dalam mendampingi keluaga yang akan meninggal tunjukanlah kasih yang tidak pura-
pura, Kasih yang Tulus seperti yang Yesus beriakan, Kasih tidak selalu hidup. Sama seperti tumbuhan,
kasih pun perlu siraman dan pupuk secara teratur sebab tanpa itu, pada akhirnya kasih menjadi monumen
peringatan belaka. Kita beranggapan sudah seharusnya ia mengerti bahwa kita sibuk dan tidak bisa lagi
memberi perhatian itu kepadanya. Kita berkata bahwa yang terpenting adalah ia tahu kita tetap
mengasihinya. Masalahnya adalah kita harus menunjukkan kasih dalam bentuk waktu dan perhatian sebab
tanpa itu, kasih tak dapat dirasakan secara konkret. Dan orang yang menglami sakit terminal memerlukan
sekali kasih yang semacam ini dari keluarganya dan orang-orang yang dikasihinya.

B. Mendengar dengan Penuh perhatian. Dalam Ayub 21:2 dan 3 a Ayub berkata "Dengarkanlah baik-
baik perkataanku dan biarlah itu menjadi penghiburanmu. (3a) Bersabarlah dengan aku, aku akan
berbicara”. Inilah yang ayub katakana kepada sahabatnya yang mengunjunginya saat ia sakit. Prinsip
seperti ini yang perlu kita praktekan saat kita melawat dan mendampingi kluarga kita, bila mereka masih
bisa ber bicara birikan waktu yang cukup agar dia berbicara dan belajarlah mendengar dengan penuh
perhatian. Memang sebagian kita sering diajar untuk berbicara dengan cara yang terbaik tetapi kita jarang
diajar bagaimana bisa mendengarkan sesama kita dengan penuh perhatian. Karena Dengan kita mau
mendengarkan isi hati mereka, sebagian beban dan ketakutan yang mereka alami telah terangkat.

C. Kontak mata. Seringkali the dying tidak lagi bisa berbicara dengan jelas, komunikasi begitu sulit.
Namun cobalah berbicara kepadanya dan pandanglah matanya dengan sejuk. Dengan kontak mata
seringkali kita bisa mengetahui emosi, perasaan, keinginannya yang tidak terucap. Kontak mata
sesungguhnya mengkomunikasikan aku memperdulikanmu, aku menyayangimu, aku mendukungmu, aku
bersamamu dll

D. Kata-kata Bijak Sana. Dalam Amsal 25: 11 “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah
seperti buah apel emas di pinggan perak”.D.Dalam mengunjungi dan mendampingi the dying berbicaralah
dengan bijak sana. Yang dimaksud adalah

(1.) Menyatakan “ Kabar baik” Berita keselamatan yang meneguhkan imannya, yang membangun iman,
yang seharusnya kita bawakan kepadanya dan jangan membawa kabar yang sebaliknya.

(2) Kata bijaksana berarti juga Memberikan Pengharapan yang sesungguhnya. Ingatlah semua
kebutuhan dan hal-hal yang dirasakan oleh mereka. Mereka sedang dalam keadaan dukacita yang begitu
dalam dan perasaan kehilangan akibat sakit dan keterbatasan yang dialami. Saat anda mendampinginya,
sesungguhnya mereka juga sedang merasakan perasaan kesepian yang mendalam. Mereka juga
merasakan ketidaknyamanan dan ketakutan yang hebat, serta adanya stress dan ketidak stabilan. Dan
mereka memerlukan kata-kata yang memberikan pengharapan yang membawa hidup kekal.

(3) Kata Bijaksana juga berarti yang bisa menjawab kebutuhan Rohani. (a.)Kemenangan atas
kematian. Kita ingat bahwa sebagian dari the dying merasakan keragu-raguan dalam banyak hal yang
kadang-kadang termasuk keselamatan dan hidup kekal yang dijanjikan Tuhan Yesus . Disinilah kita bisa
menolong dengan berkata bijaksana yang mengulangi janji-janji Tuhan akan hidup kekal didalam Tuhan
Yesus Kristus. ( b) Kata kata yang bisa menjawab kebutuhan Rohani juga memberitahukan kembali
adanya Pengampunan dan pendamaian yang masih disediakan Tuhan Yesus bagi si pasien di saat
kehidupan dipenuhi ketidak stabilan. (c) membantu dia untuk menyatakan selamat tinggal, kepada
orang yang mereka kasihi dengan tepat dan dapat meringankan beban mereka yang akan mereka
tinggalkan. Dalam hal ini pasien perlu didorong untuk memberitahukan Tabungan yang tersimpan, harta-
harta dan surat-surat berharga dengan jelas, bahkan hutang-yang belum terbayar, dan sesungguhnya
surat waseat adalah sangat penting untuk dibuat sebelum seseorang meninggal agar sepeninggal kita,
anak cucu tidak kebingungan dan saling berkelai satu dengan yang lain. Dan satu hal yang kita sering
lakukan untuk mengucapkan selamat tinggal dengan baik adalah Doa Permiyakan, dimana disana ada
sakramen saling memaafkan dan saling berdamai.

(4) Bisikan ditelinga Pasien Doa-doa kepada Tuhan Yesus.Kita perlu mengingat bahwa bagi sebagian
besar orang, salah satu indera kita yang masih bisa berfungsi hingga detik-detik akhir kehidupan kita adalah
indera pendengaran. Untuk itulah Saudara kita kaum muslimin selalu membisikan “ Kata-kata Allahu
Akbar” kepada mereka yang akan meninggal. Bagaimana dengan kita Umat Tuhan? Kita harus selalu
ingat bahwa orang yang akan meninggal mengalami ketakutan, pergumulan, kesepian, ketidak stabilan ,
keragu-raguan yang mempengaruhi seluruh sendi kehidupannya, dan mereka memerlukan pertolongan dan
dukungan kita untuk tetap mengarahkan iman kepada Tuhan Yesus. Karena keselamatan hanya melalui
Dia. Untuk itu Bisikan ditelinga saudara kita, didetik-detik akhir kehidupanya agar ia turut berdoa sekalipun
tidak terucap, dan agar imannya hanya tertuju kepada Tuhan Yesus. Doa doa seperti “ Tuhan Yesus
Terimakasih untuk keselamatan Yang engkau berikan kepada bapak/ ibu/sdr….., Terimakasih untuk hidup
kekal yang engkau berikan. Tuhan Terimakasih untuk Pengampunan yang engkau berikan. Tuntunlah ia
agar ia tetap beriman kepadamu. Amin.

E. Sentuhan Yang Menghibur. Dalam berdoa, mendampingi dan memberi dukungan kepada yang
sakit terminal, sentuhan yang tepat, sangat diperlukan bagi pasien, sentuhan akan mengkomunikasikan
aku bersamamu, aku perduli terhadapmu, dll. Seperti Tuhan Yesus dalam Markus 1:31 “ Ia pergi ke tempat
perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya.
Kemudian perempuan itu melayani mereka”

SEMOGA ARTIKEL INI BERMANFAAT, SELAMAT HARI SABAT DAN SELAMAT NATAL SERTA TAHUN
BARU 2009

ADD NEW
SEARCH
Comments

Write comment
Name:
Email:
Title:
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
Powered by !JoomlaComment 3.25
Last Updated ( Saturday, 27 December 2008 06:09 )
No Iframes
MENU UTAMA
• Home

• Renungan Utama

• Editorial

• Aneka Berita

• Ellen G. White Writings

• Rumah Tangga Advent

• Biblical Research Institute

• Supplement

• Wawasan Perspective

• Management Keuangan Keluarga

• Thoughtful Statement

• Puisi

• Tip Ketua Jemaat

• Tip-Tip Bagi Pendeta Muda


• Muda Mudi

• Pengumuman

• Artikel Minggu Ini

• Advent & Hukum

• Dari Kami

• Berita Keluarga

• Adventist News Network

• English Language Article

• Theology

• Kesaksian Pribadi

• Humor Rohani

• Permohonan Doa

• Teka Teki Silang

• Editor Notes

• Forum Diskusi

• Submit News & Link

• Chat Room
BUKU TAMU
• Isi Buku Tamu

• Lihat Buku Tamu

LOGIN FORM
Username

Password

Remember Me

Login

• Forgot your password?

• Forgot your username?

• Create an account

KADNet since April 1998


4345 days 3 hours 13 minutes 11 seconds
It's All About Jesus
Copyright © 2010 KADNet - Keluarga Advent Network. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Moslem Nurse
Assalammu'alaikum...Welcome to our blog..
Sunday, November 29, 2009

Panduan bagi pasien sakaratul maut


Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada
dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs,
Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan
bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan
seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk memenuhi
kebutuhan spritual pasien.

Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual
klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh perawat. Padahal
aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat
tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa menjadi seperti apa yang
dikemukakan oleh Henderson, “The unique function of the nurse is to assist the individual, sick
or well in the performance of those activities contributing to health or its recovery (or to a
peaceful death) that he would perform unaided if he had the necessary strength will or
knowledge”,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat sakaratul maut hingga meninggal
dengan damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal karena
pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi
dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977,53) “orang
yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit
kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi
menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab
itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan
semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien
untuk menghadapi kehidupan yang kekal.

Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang
terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase
sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah
tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya
dengan tenang dan senang hati.
Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,,
” Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”(QS.50:19).
“ Alangkah dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul
maut.” (QS. 6:93)
Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut..
Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka
akibat kematian. Beliau bertutur, “Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang.”
(HR.Ibn Abi ad-Dunya)

Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien dengan
cara-cara,seperti ini:

1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat

Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha illallah”. Barangsiapa
yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, ‘Laa illaaha illallaah’, maka ia akan masuk surga
suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya.”
Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien muslim
menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga
diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul khatimah.

Para ulama berpendapat,” Apabila telah membimbing orang yang akan meninggal dengan satu
bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaan-bacaan atau
materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi
ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya
menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup kedua matanya dan
memberikan hak-haknya." (Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim : 6/458)

Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :

1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota
gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan
lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur
disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada
biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot
rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah
menerima.

Meninggal dengan membaca syahadat

2. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-


kata yang baik

Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda.

Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka
hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini apa
yang kalian ucapkan.” Maka perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya,
mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.

3. Berbaik Sangka kepada Allah

Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah
SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita
karena Allah mengikuti perasangka umatNya

4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut

Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang
sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi
bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa
sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas
tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut,
sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-
Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)

5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat

Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat.
Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja
dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut.
Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :

1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan kearah
kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.
2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan
Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya
posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah
manapun yang membuatnya selesai.

WARNING ALERT

Sebagian orang terbiasa membaca Al-Qur’an didekat orang yang sedang menghadapi sakaratul
maut dengan berdasarkan pada hadits :

“bacalah surat Yaasiin untuk orang-orang yang meninggal dunia”

Dan hadits :

“tidak ada seorang manusia yang mati, kemudian dibacakan surat yaasiin untuknya, kecuali Allah
mempermudah segala urusannya”

Padahal kedua hadits tersebut dianggap sebagai hadits dha’if, tidak boleh memasukkannya kedalam
kitab Hadits.

Bahkan, Imam Malik telah mengatakan bahwa hokum membaca Al-Qur’an disisi mayat adalah
makruh. Dalam Kitabnya ‘Syarhu As-Syaghiir’(1/220):,”Dimakruhkan membaca salah satu ayat
dalam al-qur’an ketika datang kematian. Karena, tindakan tersebut tidak pernah dilakukan oleh
para salafus shalih. Sekalipun, semua itu diniatkan sebagai do’a, memohon ampun, kasih sayang
dan mengambil pelajaran,”.
Diposkan oleh Kelompok 4 di 3:43:00 AM

7 KOMENTAR:

ridwan said...

Bagus

tapi kurang banyak

ada juga kata - kata yang bisa diganti misalnya

ngorok = mendengkur

....^_^

DECEMBER 1, 2009 7:09 PM

tanti said...

hho,,

tambah gambar n vidio na ya..

DECEMBER 7, 2009 7:08 AM


Kelompok 4 said...

ridwan: hhe.. maklumlahh.. kan bahasa sehari-harinya ngorok..

tanti: siiip2... di tunggu yaa.. ;)

DECEMBER 7, 2009 7:25 AM

nanda said...

bagus!!

DECEMBER 7, 2009 7:28 AM

Kelompok 4 said...

thanks.. :)

DECEMBER 16, 2009 5:04 AM

tanti said...

phto.phto na d cari geh,,

biar ga cuma tuLisan doank..

hhp

DECEMBER 16, 2009 5:34 AM

nanciell said...

great!.. :)

DECEMBER 16, 2009 8:13 AM

Post a Comment

Newer Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)


"Allah! None has the right to be worshipped but He, the Ever Living, the One Who sustains and
protecs all the exists. It is Who has sent down the Book (Al Quran) to you with the truth, confirming
what came before it, and He sent down the Taurat (Torah) & the Injil (Gospel)." (Surah Ali Imran:
2-3)
"And We have sent down to you the Book (Al Quran) as an exposition of everything, have
submitted themselves (to Allah as Muslims)." (Surah an-Nahl: 89)

unpad's logo

faculty of nursing's logo

where we belong
This is the place where we are wasting our time mostly...

About us

This blog created by

Nanda Andriana
Laela Ghaniya F.
Nonny Tentia M.
Sanny Sundary
Gustini Putri D.
Elvia Fitriany
Yaturrokhman
Nissa Fadillah
Vidya Octavianty

Our instructor
His name is Iyus yosep, he is our instructor and we are gratefull to have him to teach us

Link
• Group 1

Group 2 Clock


• Group 3

• Group 4

• Group 5 Group 9

• Group 6

• Group 7

• Group 8

You might also like