You are on page 1of 69

Museum Manusia Purba Sangiran

The Homeland of Java Man


Disusun oleh :

Mahasiswa Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2015
1

Museum Sangiran

AHLI TEORI EVOLUSI


Thomas Huxley (1825-1895)

Ernst Haeckle (1834-1919)

Menerbitkan buku berjudul Mans


Place In Nature yang menjelaskan Teori
Darwin berdasarkan bukti tambahan
yang sangat mendukung dengan cara
sederhana sehingga mudah dipahami
setiap orang.

Menyatakan bahwa proses evolusi


tercermin dari perkembangan janin,
yang berasal dari satu sel berkembang
menjadi makhluk yang hampir utuh. ia
menggambarkan Matarantai yang
Hilang sebagai manusia mirip kera
yang
belum
berbahasa
atau
Pithecanthropus alalus. Istilah ini
kemudian digunakan oleh Eugene
dubois yang yakin telah menemukan
fosil Matarantai yang Hilang di
Trinil, Jawa Timur.

AHLI TEORI EVOLUSI


Gregor J. Mendel (1822-1884)

Ia menyimpulkan keragaman fauna dan flora


disebabkan perubahan unsur penentu keturunan yang
ia sebut gene. Unsur ini biasanya ada berpasangan
dalam sel. Tetapi pada sel-sel, untuk penentu
keturunan. Kedua unsur ini terpisah. Pendapat ini
dikenal sebagai Hukum Pemisahan Mendel (Hukum
Segregasi).
Dalam proses perkawinan, unsur gene yang berbeda
tidak akan lebih menjadi satu. Tetapi bertukar ciri
saja, sehingga menghasilkan variasi makhluk yang
baru. Prinsip ini menjadi hokum kedua Mendel yang
disebut Hukum Keragaman Bebas (Independent
Assortment) karena prinsip ini terjadi keberagaman
makhluk hidup di dunia.

Museum
Purbakala
Sangiran
Museum Purbakala Sangiran adalah museum arkeologi
yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen,
provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berdekatan
dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang
merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Situs
ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di
dunia. Ada puluhan ribu fosil dari zaman Pleistosen
(kurang lebih dua juta tahun lalu) di Kubah Sangiran ini.
Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil;
2.931 fosil ada di Museum Sangiran, sisanya disimpan di
gudang penyimpanan (sragen.go.id). Luas situs Sangiran
mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di
Kabupaten Sragen (Kecamatan Gemolong, Kalijambe,
dan Plupuh) serta satu kecamatan di Kabupaten
Karanganyar, yaitu Gondangrejo.

GEOLOGI
Sangiran
Kawasan sangiran merupakan suatu kubah yang mana
perlapisan batuan di bagian tengah berada di atas sebagai
puncak, sedangkan sisi-sisi lainnya memiliki kemiringan ke
arah luar. Kubah ini memiliki bentuk memanjang dari arah
utara timur laut menuju selatan barat daya. Kubah ini
diperkirakan terbentuk 0,5 juta tahun yang lalu yang dilihat
dari formasi batuan termuda yang ikut terlipat
atau
termiringkan pada saat terkena gaya endogen. Berbagai
pendapat para ahli bermunculan mengenai asal-usul kubah
ini, salah satunya oleh Van Bemmelem pada tahun 1949 yang
mengatakan bahwa kubah ini terbentuk sebagai akibat tenaga
endogen yakni gaya kompresif yang berhubungan dengan
proses vulkano-tektonik sebagai akibat longsornya Gunung
Lawu tua. Sementara Van Gorsel pada tahun 1987
berpendapat bahwa kubah ini terbentuk akibat proses
pembentukan gunung api yang baru mulai, pendapat lain
mengenai asal-usul terbentuknya kubah ini seperti akibat
adanya struktur diapit dan adanya struktur lipatan yang
disebabkan oleh proses wrencing.

Sangiran di masa lalu


1.1 juta tahun
yang lalu

Rawa belakang meluas mendesak hutan bakau di utara.


Pegunungan Kending semakin terangkat dan mengalami erosi
menyebabkan material kapurnya memenuhi selat dan laut dangkal
antara Sangran dengan Pegunungan Kending. Terbentuk lapisan
aglomerat kapur (Grenzbank). Kemudian Sangiran bergabung
dengan Pegunungan Kending menjadi daratan (0.9 juta tahun
lampau) dan manusia purba sudah eksis di Sangiran waktu itu.

1.7 juta tahun


yang lalu

Sangiran sudah menjadi daratan akibat aktivitas vulkanik dan


material yang dikeluarkannya. Hutan bakau bergeser ke utara dan
menyisakan rawa belakang (Back swamp) dengan endapan lempung
hitam. Disebut dengan Formasi Pucangan

2.4 juta tahun


yang lalu

Berupa lautan terbuka. Wilayah pegunungan kapur kendeng sudah


mulai terangkat. Akibat benturan lempeng indo-Australia dengan
Eurasia membuat sangiran menjadi lautan dangkal dan terbentuk
hutan bakau. Membentuk Formasi Kalibeng: lapisan marla pasiran
di bagian bawah dan lempeng kebiruan di atas

GEOLOGI SANGIRAN

Kawasan sangiran tersusun oleh batuan yang


berumur pleistosen dengan morfologi berupa
daerah berbukit-bukit rendah yang mana
dijumpai singkapan endapan laut dangkal,
endapan rawa, endapan sungai, dan endapan
vulkanis rombakan seperti endapan lahar dan
endapan tuff.

Disamping itu terdapat adanya endapan mud


volcano yang
mengandung exotic block
batuan yang berumur eosen dan batuan
metamorf sebagai basement batuan. Endapan
mud volcano ini terletak dekat dengan pusat
kubah, selatan desa Sangiran yang terbentuk
akibat adanya sesar yang memotong jurus
perlapisan, membentuk pola radial dari pusat
kubah, semakin ke arah pusat semakin banyak
dijumpai sesar naik dan sesar turun, dan
akibatnya terjadi retakan yang sangat dalam
yang memotong perlapisan tua yang bersifat
lapuk, karena tersedia celah, maka batuan
tersebut mencuat sebagai mud volcano.

GEOLOGI
Sangiran
Kawasan sangiran merupakan
suatu
kubah yang mana
perlapisan batuan di bagian
tengah berada di atas sebagai
puncak, sedangkan sisi-sisi
lainnya memiliki kemiringan ke
arah luar. Kubah ini memiliki
bentuk memanjang dari arah
utara timur laut menuju selatan
barat daya.

GEOLOGI
Sangiran

Pada saat ini sangiran dikenal dengan kubah sangiran


(sangiran dome), namun struktur tersebut sudah tidak
terlihat akibat adanya erosi dari sungai di bagian utara
dan bagian selatan, yakni sungai Brangkal dan sungai
cemoro yang keduanya memotong kubah secara
anteseden dengan arah aliran dari barat ke timur.

KAWASAN SANGIRAN
TERSUSUN ATAS :
BATUAN BERUMUR PLEISTOSEN
Batuan-batuan ini memiliki morfologi sebagai :
1. Endapan laut dangkal

2. Endapan rawa
3. Endapan sungai
4. Endapan vulkanis rombakan seperti endapan
lahar dan endapan tuff

FOSIL YANG DITEMUKAN


50% dari temuan fosil di dunia dan 65%
dari temuan di Indonesia. Untuk jenis
hominid purba yang diduga sebagai asal
evolusi manusia, Sangiran memiliki 50
jenis/individu.

EMPAT FORMASI BATUAN


PADA SANGIRAN :
1. Formasi Kalibeng
2. Formasi Pucangan
3. Formasi Kabuh

4. Formasi Notopuro

KOLEKSI MUSEUM
SANGIRAN
Koleksi fosil manusia :
1.

Australopithecus africanus

2.

Pithecanthropus mojokertensis (Pithecantropus robustus)

3.

Meganthropus palaeojavanicus

4.

Pithecanthropus erectus

5.

Homo soloensis

6.

Homo neanderthal Eropa

7.

Homo neanderthal Asia

8.

Homo sapiens

1.

Elephas namadicus (gajah)

2.

Stegodon trigonocephalus (gajah)

3.

Mastodon sp (gajah)

4.

Bubalus palaeokarabau (kerbau)

5.

Felis palaeojavanica (harimau)

6.

Sus sp (babi)

7.

Rhinocerus sondaicus (badak)

8.

Bovidae (sapi, banteng)

9.

Cervus sp (rusa dan domba)

10. Crocodillus sp (buaya)


11. Ikan dan kepiting
12. Gigi ikan hiu
13. Hippopotamus sp. (Kuda nil),

KOLEKSI MUSEUM
SANGIRAN

Koleksi fosil hewan bertulang belakang :

1.

Mollusca (kelas Pelecypoda dan


Gastropoda )

2.

Chelonia sp (kura-kura)

3.

Foraminifera.

Koleksi batu-batuan :
1.

meteorit/taktit

2.

Kalesdon

3.

Diatome

Koleksi fosil alat bantu dari batu :


1.

serpih dan bilah

2.

serut dan gurdi

3.

kapak persegi

4.

bola batu

5.

dan kapak perimbas-penetak

KOLEKSI MUSEUM
SANGIRAN

Koleksi hewan air :

Evolusi Tengkorak
Manusia

Ramapithecus

Ramapithecus adalah primate


paling purba dengan tinggi tidak
lebih dari 1 meter. Temuan
beberapa gigi serta sejumlah
kapingan rahang atas dan bawah
mempunyai bentuk hominid

Evolusi Tengkorak
Manusia

Australopithecus africanus

Selain memakan tumbuhan dan buah,


Australopithecus africanus juga telah menjadi
pemakan daging sehingga mereka merupakan
spesies pertama yang melakukan perburuan
binatang besar. Temuan tulang binatang yang
berasosiasi
langsung
dengan
fosil
Australopithecus membuktikan hal tersebut

Australopithecus boisei dan Australopithecus robustus

Australopithecus boisei dan Australopithecus robustus adalah dua jenis Australopithecus bertipe

kekar dan ramping.ini merupakan penyesuaian terhadap makanan yang berbeda Tipe kekar
diperkirakan sebagai vegetarian sejati yang menggantungkan makanan sepenuhnya kepada tumbuhtumbuhan dan daun-daunan keras yang memerlukan komponen penghancur dan penggiling yang
kuat. Ciri menonjol adalah bagian tengah atap tengkorak ditemukan igir

Homo habilis

Homo habilis merupakan


manusia purba pertama yang
memiliki kebudayaan.

Mereka mampu menciptakan


alat-alat bantu dengan teknologi
sederhana di lembah Olduvai.
Kebudayaan mereka dikenal
dengan kebudayaan Oldowan

Homo erectus

Homo erectus adalah manusia penjelajah pertama di dunia.

Homo erectus mampu menyebar ke berbagai belahan dunia


dan beradaptasi dengan baik di iklim Plestosen.
Selama 1,5 juta tahun telah terjadi 3 tingkat evolusi Homo
erectus di Jawa.

Sangiran telah memberikan 2 bukti tahap evolusi yang paling


tua yaitu Homo erectus arkaik (1,5-1jt tahun yang lalu) dan
Homo erectus tipik.
Satu tingkatan lebih muda yaitu Homo erectus progessif yang
ditemukan di luar Sangiran yaitu di Ngandong (Blora) dan
Selopuro (Ngawi).

Cro-Magnon

Manusia Cro-Magnon adalah seniman ulung


pertama, meninggalkan warisan kaya dalam
bentuk lukisan gua, pahatan dan patung ukir.
Manusia Cro-Magnon merupakan sekelompok
manusia pemburu dan peramu yang
kemungkinan memasuki Eropa dari Timur
Tengah dan akhirnya menggantikan manusia
Neanderthal.

Kelompok ini mengumpulkan buah-buahan


dan akar-akaran serta berburu hewan liar,
mereka hidup di dalam gua-gua dan kemah
sederhana.
Selain itu mereka juga sudah membuat
perhiasaan, mainan, pakaian, tempat tinggal,
perkakas dan senjata untuk berburu.

Homo sapiens
Homo sapiens berasal
dari Bahasa Latin yang berarti
"manusia yang tahu", sebuah
spesies primata dari golongan
mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Homo
sapiens merupakan manusia
purba modern yang memiliki
bentuk tubuh yang sama dengan
manusia sekarang. Homo sapiens
disebut pula manusia berbudaya
karena peradaban mereka cukup
tinggi dibandingkan dengan
manusia purba sebelumnya.
Diduga, mereka inilah yang
menjadi nenek moyang bangsabangsa di dunia.

Fosil Homo sapiens di


Indonesia ditemukan di Wajak, dekat
Tulungagung, Jawa Timur, oleh Von
Rietschoten pada tahun 1889. Fosil
ini merupakan fosil pertama yang
ditemukan di Indonesia, yang diberi
nama Homo Wajakensis atau
manusia dari Wajak. Fosil ini
kemudian diteliti ulang oleh Eugene
Dubois. Manusia purba ini memiliki
tinggi badan 130-210 cm, berat
badan 30-150 kg, dan volume otak
1350-1450 cc. Homo Wajakensis
diperkirakan hidup antara 25.000
40.000 tahun yang lalu. Homo
Wajakensis memiliki persamaan
dengan orang Australia purba
(Austroloid).

GAJAH SANGIRAN

Terdapat 3 jenis gajah yang pernah hidup di Sangiran


antara 1 juta hingga 200.000 tahun yang lalu yaitu Mastodon,
Stegodon dan Elephas. Ciri fisik yang membedakan ketiganya
adalah tipe gigi dan bentuk gadingnya.

3 Jenis Gajah
Mastodon
Jenis gajah paling primitif di Sangiran. Gigi geraham Mastodon bertipe Bunodont.
Stegodon
Memiliki gading berbentuk membulat dan agak melengkung. Gigi Stegodon bertipe
brachyodont, jenis gigi yang sesuai untuk melumat jenis dedaunan yang lembut.
Elephas

Merupakan jenis gajah paling modern. Bentuk gading Elephas relatif lurus dan
digunakan untuk menumbangkan pepohonan yang akar dan cabangnya menjadi
makanan. Gigi Elephas bertipe hypsodont untuk mengunyah makanan yang keras.

Buaya Purba

Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di


air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies
anggota suku Crocodylidae). Buaya berbeda
dengan aligator, kaiman maupun gavial.
Meskipun demikian kesemuanya masih kerabat
yang berbeda suku. Buaya menghuni habitat
perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan
lahan basah lain, tetapi ada pula yang hidup di air
payau seperti buaya muara
Buaya merupakan hewan purba, yang hanya
sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman
dinosaurus.
Koleksi fosil reptilia sangiran yakni Gavialidae
dan Crocodylidae jenis family dari buaya
Gavialidae yang ada di Sangiran adalah Gavialis
bengawensis. Ukuran tubuhnya 3,5 6,2 m
dengan berat 159 181 kg. Sedangka familia
Crocodylidae
adalah
Crocodylus
sp.,
panjangnya mencapi 6,2 m dan berat lebih dari
1200 kg.

Tubuh buaya yang "streamline" memungkinkan untuk berenang cepat. Buaya


melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi
hambatan air dan memungkinkan menambah kecepatan pada saat berenang. Jarijari kaki belakangnya berselaput renang, yang meskipun tak digunakan sebagai
pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat berguna ketika harus
mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai
berenang. Kaki berselaput juga merupakan keuntungan ketika buaya perlu
bergerak atau berjalan di air dangkal. Sedangkan, saat di darat buaya mampu
berjalan cepat dengan jarak pendek.

Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch;
setara dengan 315 kg/cm). Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, berguna untuk
memegangi mangsanya. Otot-otot di sekitar rahang berkembang sedemikian baik
sehingga dapat mengatup dengan amat kuat. Mulut yang telah mengatup
demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan tokek. Sebaliknya, otototot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya amat lemah. Cakar dan kuku
buaya kuat dan tajam, tetapi lehernya kaku sehingga buaya tidak begitu mudah
menyerang ke samping atau ke belakang.

B. Banteng purba
Memiliki tanduk yang relatif pendek dan melengkung
kedepan.
C. Rusa purba
Memiliki tanduk bercabang (tanduk rangga)
D. Kerbau purba
Memiliki tanduk yang panjang dan mengarah ke
belakang
E. Badak purba
Hidup sekitar 700.000 tahun yang lalu dan
merupakan mamalia terberat kedua setelah gajah
(berat sekitar 3,6 ton)
F. Harimau purba
Hidup 500.000 tahun silam pada saat
sangiran berupa padang sabana yang luas

kondisi

G. Babi purba

Hidup sekitar 700.000 tahun yang lalu yang


mempunyai moncong yang berfungsi untuk mencari
makanan berupa tanaman dan serangga.
H. Kayu purba

Ditemukan tahun 1930 di Jawa oleh tim peneliti Russel


L Cionchon, paleoantropolohi Univ. Iowa
Terdapat 14 fosil homo erectus yang ditemukan di
Ngandong, Jateng

di duga Homo erectus hidup pada akhir masa ice age


bersamaan dengan homo sapiens dan homo floresiensis

- Memiliki karakteristik :

tinggi 1,66-1,88 meter

hidup terisolasi

punah pada karena kondisi geologis/iklim

Homo erectus

Rekam Jejak dan Kehidupan Homo erectus


Berdasarkan penelitian, jumlah temuan fosil di Sangiran mewakili 65% dari seluruh fosil
di Indonesia dan 50% untuk seluruh dunia.
Temuan fosil artefak yang banyak memudahkan dalam mengenali kebudayaan pada
masa itu.
Homo erectus bukan manusia pertama (yang pertama Homo habilis di Afrika). Homo
erectus menjelajahi dunia seperti wilayah eropa dan asia. Tidak hanya ke daerah sabana
dan tropis, namun juga ke daerah subtropics.
Agar dapat menyeberangi lautan, mereka beradaptasi dan mengembangkan teknologi
pelayaran kuno, seperti penggunaan rakit sederahana.
Homo erectus di Indonesia dikenal sebagai penghuni kepulauan di dunia. Jejaknya dapat
diketahui seperti di kepulauan flores

Tipe ini merupakan tipe yang paling tua,


ditemukan pada lapisan lempung hitam
Formasi Pucangan dan grenzbank di
sangiran, serta pasir vulkanik di utara
Perning
(Mojokerto).
Tipe
ini
menunjukkan tipe yang paling arkaik
dan kekar dengan volume otak sekitar
870 cc.

Homo Erectus
Arkaik

Tipe ini lebih maju dibandingkan dengan tipe


arkaik, merupakan bagian terbanyak dari
Homo erectus di Indonesia, sebagian besar
ditemukan di Sangiran, dan lainnya
ditemukan di Trimil (Ngawi), Kedungbrubus
(Madiun), patiayam (Kudus), dan sejak tahun
2011 ditemukan pula di Semedo (Tegal).
Konstruksi tengkoraknya lebih ramping,
meskipun dahi masih landai dan agak
tonggos, Kapasitas otak sekitar 1000 cc.

Homo Erectus
Typical

Jenis progresif merupakan jenis yang


paling maju, sebagian besar ditemukan
pada endapan alluvial di Ngandong
(Blora), Selopuro (Ngawi), dan pasa
endapan vulkanik di Sambungmacan
(Sragen). Volume otak sudah mencapai
1100 cc, dengan atap tengkorak yang
lebih tinggi dan lebih membundar.

Homo Erectus
Progresif

Tahap-Tahap Perkembangan
Evolusi Manusia Purba

1. Volume otak: Lebih kecil dari manusia modern


dengan pemikiran yang primitive.
2. Tempat tinggal: Di gua-gua dan pepohonan tinggi
serta nomaden
3. Makanan: Tumbuhan dan daging hewan yang ada di
alam
4. Perkakas: Dari batu tak beraturan (semakin lama
menjadi semakin halus dan efektif. Digunakan untuk
berburu dan juga untuk keperluan ritual agama.
5. Cara mengolah makanan: Langsung dari alam.
Mengalami kemajuan ketika sudah mengenal api.
6. Keterampilan: Masa Neolitikum dapat bercocok
tanam, Masa Perunggu dapat mengecor logam
membuat alat seperti arca, alat tajam, dan
perhiasan.

Karakteristik
dan kehidupan
manusia purba

Tahap Perkembangan
Evolusi Manusia Purba

Tahap Proconsul

Tahap
Dryopithecus

Tahap
Oreopithecus

Tahap
Ramapithecus

Tahap
Australopithecus
africanu

Australopithecus
robustuss

Tahap
Australopithacus
Boisei

Tahap Homo
habilis

Tahap Homo
Erectus

Tahap Homo
sapiens purba

Tahap Manusia
neanderthal

Tahap Manusia
Cro-magnon

Tahap Manusia
modern

Tahap Proconsul
Proconsul, yakni kera
hidup sekitar 25-15 juta tahun
yang lalu. Makhluk ini tidak
sepenuhnya bersifat kera,
disebabkan
pada
muka,
rahang, gigi geliginya terdapat
ciri yang ditafsirkan sebagai
ciri manusia.

Tahap Dryopithecus
Dryopithecusi, yakni kera
raksasa yang hidup sekitar 1510 juta tahun yan lalu.
Dryopithecus memiliki bentuk
badan yang cukup besar serta
sangat gemar mengembara
sehingga menempati hutan
tropis yang sangat luas.

Tahap Oreopithecus
Oreopithecus
merupakan
salah satu fosil kera yang
terbaik.
Oreopithecus
diperkirakan memiliki berat
30-35 kg, memiliki moncong
yang relatif pendek, tulang
hidung tinggi, neurocranium
kecil dan bulat , bidang orbit
vertikal.

Tahap Ramapithecus
Ramapithecus, yakni primata paling
purba yang pada umumnya dianggap
sebagai leluhur manusia. Hidup
sekitar 15-10 juta tahun yang lalu.
Ukuranya jauh lebih kecil daripada
manusia sekarang, yakni 0,9-1,2
meter dan kapasitas tengkoraknya
lebih kurang 400 cc. Fosil dari
makhluk ini ditemukan pada tahun
1930-an di bukit Siwalak (Pakistan)
oleh G.E. Lewis dari Universitas Yale.

Tahap Australopithecus africanus


Australopithecus africanus
merupakan
tingkatan
keenam.
Makhluk
ini
ditemukan oleh Raymond
Dart, pada tahun 1924

Tahap Australopithecus robustus


Australopithecus
robustus
bertubuh lebih langsing, berat
badannya kira-kira50 kg dan
tingginya 1,2 meter.

Tahap Australopithacus Boisei


Boisei hidup di Afrika timur,
dengan ciri-ciri badan tegap,
muka dan giginya khas lagi kokoh,
tempurung kepalanya rendah dan
kasar. Diduga hidup 1,5-1 juta
tahun yang lalu. Ditemukan oleh
leakey di lembah Olduvai,
Tanzania

Tahap Homo habilis


Homo habilis memiliki cranial capacity
kurang dari setengah kapasitas manusia
modern. Meskipun masih memiliki bentuk
seperti- kera (ape-like), H. habilis
diperkirakan telah mampu menggunakan
peralatan primitif yang terbuat dari batu;
hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
peralatan-peralatan dari batu di sekitar fosil
mereka. Mereka hidup sekitar 2-1,5 juta
tahun yang lalu.

Tahap Homo Erectus


Homo erectus (termasuk Manusia Jawa,
Manusia Peking, Manusia Heidelberg, Pleistocene., 1.8
Jy), masih memiliki tulang alis tebal dan tidak memiliki dagu.
Menyebar keluar dari Afrika dan melintasi Eropa dan Asia.
Makhluk ini diduga hidup pada 1,5-0,5 juta tahun yang lalu.
Homo erectus dapat berjalan tegak, kakinya panjang dan
lurus dan tulang tungkainya lebih maju, otaknya lebih besar
dengan volume berkisar 750-1.400 cc. homo erectus sebagai
manusia purba sudah pandai membuat perkakas, misalnya
kapak genggam, walaupun masih agak kasar, kehidupannya
dengan berburu mamalia besar. Telah menggunakan api,
sudah dapat bicara untuk mengajari anaknya bagaimana
membuat perkakas.

Tahap Homo sapiens Purba


Homo Sapiens purba (Pleistocene, 500,000
thn yl) Manusia purba pertama ini merupakan
pertengahan sempurna antara H.erectus dengan
manusia modern, dengan otak 1200 cc dan tulang
tengkorak lebih tipis dan gigi lebih kecil. Dalam
masa 300,000 tahun, otak secara gradual
membesar, gigi geraham makin mengecil, tulang
tengkorak lebih bundar. Jelas keturunan dari H
erectus, tapi masih diperdebatkan tentang dimana
ini terjadi.

Tahap Manusia neanderthal


Munculnya Homo sapiens neanderthalesis
(manusia lembah neander), yakni makhluk yang
diduga hidup pada masa antara 75.000-10.000
tahun yang lalu. Fosil makhluk ini ditemukan pada
tahun 1856 di lembah Neanderthal, Jerman. Bentuk
tubuhnya sepenuhnya manusia, hidungnya terlihat
mancung. Ukuran volume otaknya sudah termasuk
dalam kisaran ukuran rongga otak manusia modern.
Tinggi tubunya berkisar antara 1,6-1,8 meter,
berbahu lebar, berdada cembung dan berotot
padat.

Tahap Manusia Cro-magnon


Diduga hidup 10.000-ribuan tahun yang
lalu. Mereka memiliki kebudayaan yang cukup
maju, bercocok tanam secara baik, memelihara
binatang, menguasai lingkungan, bahkan
kemudian membangun kota dan memiliki
peradapan. Ciri-cirinya adalah memiliki dagu
yang menonjol, hidung mancung, gigi kecil dan
merata, serta raut wajah yang tampan.
Sesungguhnya makhluk ini mirip dengan orangorang eropa sekarang.

Tahap Manusia modern


H. sapiens sapiens - semua
manusia modern. Rata rata volume otak
1350 cc. Di Eropa, secara perlahan
menggantikan posisi Neanderthal.

Dalam salah satu keterangan yang terdapat di


Museum Jawa Tengah Ronngo Warsito,
dijelaskan bahwa manusia purba dan manusia
modern memiliki perbedaan sebagai berikut :

Perbedaan Manusia Purba dan Manusia Modern


Manusia purba berjalan tegak dengan kaki. Hal ini membuktikan bahwa manusia
purba memiliki cara jalan nan tak jauh dengan kita. Karena manusia purba juga
berjalan menggunakan kaki seperti kita.

Manusia purba memiliki volume otak nan tentunya lebih besar jika dibandingkan
dengan primata lainnya. Hal ini pun juga tak jauh beda dengan keadaan kita
sekarang. Namun mungkin perbedaannya, mungkin pada jaman dahulu manusia
purba belum menggunakan otaknya semaksimal mungkin seperti manusia pada
jaman sekarang.
Manusia purba juga mengenal bahasa atau dapat dikatakan dapat berbicara. Kita
pun sebagai manusia nan hayati di jaman nan serba modern ini juga mengenal
bahasa dan dapat berbicara. Hal ini juga membuktikan bahwa manusia purba tak
jauh beda dengan kita.
Kehidupan manusia purba biasanya berkelompok serta mereka mengenal
pembagian tugas atau pembagian kerja. Hal ini pun tak jauh beda dengan apa nan
terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
Manusia purba juga memiliki peradaban. Kita pun nan hayati di zaman modern juga
memiliki peradaban.

Ruang Pameran 2 Teori Big Bang


Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang
menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super
padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum
dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan
bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta
punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu
menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini
menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini
menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak
dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu
cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan
terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin.
Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan
yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini
tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.

Zaman Triassic
(248-208 juta tahun yang lalu)

Pada zaman Triassic inilah mulai munculnya dinosaurus pertama,


seperti Coelophysis, dinosaurus yang licik dan cepat yang hidup dan
berburu dalam kawanan. Banyak dinosaurus di zaman Triassic ini
adalah karnivora (pemakan daging). Mereka berdiri dengan dua kaki
dan sangat cepat menggunakan kakinya pada saat mereka berburu
makanan. Mereka memiliki mulut besar yang dipenuhi dengan gigi
yang besar dan tajam. Mereka membutuhkan gigi-gigi ini dan juga
cakar mereka yang kuat sebagai senjata untuk membunuh, kemudian
memakan mangsa mereka. Salah satu dinosaurus di zaman Triassic,
Herrerasaurus, adalah leluhur awal dari dinosaurus yang paling
menakutkan: Tyrannosaurus rex. Dengan adanya dinosaurus seperti
ini, dunia di zaman Triassic adalah tempat yang sangat berbahaya.

Dinosaurus diatas bukan hanya satu-satunya reptil besar di zaman itu.


Satu pemangsa menakutkan di zaman Triassic lainnya adalah
Cynognathus, reptil besar mirip mamalia yang tampak seperti
campuran antara anjing dan kadal. Dinosaurus besar yang juga mirip
reptil lainnya, disebut Postosuchus, yang sebenarnya adalah leluhur
dari buaya modern. Namun diakhir zaman Triassic semakin jelas
bahwa dinosaurus inilah yang saat ini mendominasi bumi.

Zaman Jurassic
(208 - 145 juta tahun yang lalu)
Berlangsung antara 208 - 145 juta tahun yang
lalu. Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit
sangat umum. Reptilia meningkat jumlahnya.
Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus
berburu di dalam lautan dan Pterosaurus merajai
angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam
ukuran yang luar biasa. Burung sejati pertama
(Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis
buaya berkembang. Tumbuhan Konifer menjadi
umum, sementara Bennefit dan Sequola
melimpah pada waktu ini.

Zaman Kapur
(145-65 juta tahun lalu)
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang
hidup pada zaman ini. Mamalia berari-ari
muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini
Dinosaurus,
Ichtiyosaurus,
Pterosaurus,
Plesiosaurus,

Amonit dan Belemnit punah. Mamalia dan


tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi
banyak bentuk yang berlainan. Iklim sedang
mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika
menuju Asia. zaman ini adalah zaman akhir dari
kehidupan biantang-binatang raksasa.

Zaman Tersier
Paleogen
Paleosen

Miosen

Neogen

Eosen

Pliosen

Oligosen

Kondisi awal terbentuknya sebuah cekungan.


Suplai sedimen yang mengisi cekungan disebut cekungan pra-tersier.
Untuk di daerah fore-arc atau sepanjang zona tumbukan kerak samudera
(Samudera Hindia) dan kerak benua (Indo -Asia) berupa laut tengah hingga
dalam (zona batial) hingga terendapkan batulempung hingga batupasir halus
Contohnya yang terjadi pada daerah Banjarnegara Purbalingga.
Terjadi longsoran -longsoran bawah laut yang mengakibatkan terjadinya
endapan turbidit Formasi Worawari.

Formasi Worawari
Tersusun oleh matriks lempung dan bongkah - bongkah batugamping
numulit, batupasir kasar - sangat kasar, serta konglomerat
Pada umur N3 terjadi pengangkatan
akhirnya diikuti proses erosi

yang diikuti oleh pendangkalan dan

Terjadi rumpang umur antara Formasi Worawari yang paling muda berumur N2
dengan Formasi Merawu yang berumur paling tua N4.

Jalur penujaman baru terbentuk di selatan Jawa dan menerus hingga sekarang
serta menghasilkan sistem sesar naik yang dimulai dari selatan (Cileuteuh)
bergerak semakin muda ke utara pada permukaan Neogen (Oligo -Miosen)

Back-arc basin
Arah peregangan dari rifting di Jawa Barat utara hampir tegak lurus dengan
arah zona tumbukan ( subduction zone) saat ini.

Melanesia
Banda
Barisan
Talaut
Sulawesi
Sunda

65 dan 55,5 juta tahun yang lalu

Pada periode Paleosen terdapat banyak kelompok yang termasuk dalam kategori archaik

Diambil dari bahasa Yunani


palaois yang berarti tua dan
ceno yang berarti baru

Secara anatomi mamalia masih dalam tingkat primitif jika dibandingkan dengan sekarang

Menunjukkan tahap awal spesialisasi:

Optimalisasi gigi untuk beradaptasi dengan jenis makanan tertentu

Mengindikasikan kemunculan flora


dan fauna jenis baru yang
dihubungkan dengan jenis yang
lebih tua dari masa Kretaceous

Adaptasi tungkai-tungkai agar dapat berlari kencang

Merupakan sebuah tempat yang


lebih layak huni, dengan tipe cuaca
tropis dan subtropis sampai ke
daerah kutub
Pola curah hujan dramatis setelah
kepunahan dinosaurus, dengan
tingkat curah yang lebih tinggi
sepanjang tahun.

Kebanyakan mamalia berukuran kecil,


memakan serangga-serangga kecil,
nokturnal, saat itu dinosaurus
mendominasi kehidupan di daratan
Ketika dinosaurus menghilang 65 juta
tahun yang lalu, menjadi titik awal
kesuksesan besar dari kehadiran
mamalia
Hanya 10 juta tahun kemudian, pada
periode akhir Paleosen, mamalia
telah menduduki sebagian besar
bagian kosong ekologis

Di mana dan kapan primata


pertamagrup
manusia
beradamuncul
masih
menjadi pertanyaan

Tapi fosil tertua primata


pertama datang dari masa 60
juta tahun yang lalu menjadi
kesepakatan bahwa primata
muncul dari lingkungan kuno
dan insectivores nocturnal
(shrew-like animal). Sehingga
primata
pertama
ini
dimasukkan ke dalam kategori
lemur atau tarsier.

EOSEN

Eosen adalah suatu kala pada skala


waktu geologi yang berlangsung
55,8 0,2 hingga 33,9 0,1 juta
tahun yang lalu yang merupakan
kala kedua pada periode Paleogen
di era Kenozoikum.

Hipotesis Darwin tentang seleksi alam


yang dihubungkan dengan teori evolusi
modern menyatakan bahwa evolusi
melalui seleksi alam membutuhkan :

Awal Eosen ditandai dengan


kemunculan mamalia modern
pertama. Akhir Eosen adalah suatu
kepunahan massal yang disebut
Grande Coupure, yang mungkin
berhubungan dengan satu atau
lebih bolide (meteor besar) yang
ditemukan
di
Siberia
dan
Chesapeake Bay. S.

- Pewarisan. Banyak perbedaan


perbedaan di antara anggota populasi
merupakan bahan genetika yang
diwariskan.

- Variasi. Masing - masing anggota suatu


populasi memiliki perbedaan antara satu
dengan yang lain.

- Perbedaan dalam adaptasi. Sebagian


dari perbedaan individu berakibat pada
baik atau buruknyakemampuan adaptasi
individu tersebut terhadaplingkungan.
- Perbedaan dalam berkembang biak.
Individu yang beradaptasi lebih baik
terhadap lingkungan lebih banyak
bereproduksi dan keturunannya yang
subur (fertil) akan menyusun proporsi
atau bagian yang lebih besar dalam
generasi selanjutnya.

ADAPTASI
Adaptasi adalah suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan
lingkungan tempat hidupnya. Makhluk yang mampu menyesuaikan diri akan
bertahan hidup. Perbedaan ciri keturunan berperan penting bagi kemampuan
bertahan hidup

Variasi
Variasi merupakan sesuatu hal yang merujuk pada peristiwa genetis yang menyebabkan individu atau
kelompok spesies tertentu memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, pada dasarnya
semua orang di bumi membawa informasi genetis sama. Namun ada yang bermata sipit, berambut merah,
berhidung mancung, atau bertubuh pendek, tergantung pada potensi variasi informasi genetisnya.

Teori Proses Evolusi

Pendapat para ahli tentang proses evolusi manusi dan peran


homo erectus dalam proses evolusi mengalami perubahan dari zaman ke
zaman sejalan dengan perkembangan hasil penelitian terbaru. Selain itu
tidak jarang diantara para ahli terdapat perbedaan dalam menafsirkan fosil
manusia purba yang ditemukan

1. Homo erectus nenek moyang langsung Homo sapiens


Proses evolusi manusia menurut Don Johan dan Tim White yang dianggap
mewakili alur evolusi yang paling sederhana. Disini, Homo erectus berperan
sebagai salah satu matarantai yang menempati rangkaian evolusi yang
segaris langsung menjadi manusia modern.

2. Homo erectus punah di Asia Timur Proses evolusi


Manusia menurut Bernard Wood yang cenderung menempatkan Homo
Erectus di Asia dijalur makhluk yang punah dan tidak menurunkan Homo
sapiens atau manusia modern. Alur evolusi seperti ini menegaskan bahwa
manusia modern yang hidup di Asia Timur dan tenggara adalah manusia
pendatang baru dari Afrika sebagaimana diyakini oleh penganut Teori
Pengganti (replacement theory)

RUANG PAMERAN 3

Pada masa kehidupannya mereka berburu untuk memenuhi


kehidupan hidupnya seperti berburu rusa, dan hewan lainnya

TERIMAKASIH
by :
Mahasiswa Pendidikan Biologi UNS
Angkatan 2013

You might also like