You are on page 1of 20

SEJARAH DAN TERMINOLOGI

KORUPSI

KELOMPOK 1
RAHMAD
RIZKY RENALDI
FAHMI ARIEF PENAROSA
A. NURUL NOVIA R.
AISYAH PUTRI ABRIANTI
MOH. ABDUH
BAYU GILANG RAMADHAN
FAKHRIZAL MULYA P.
MOH. FIRMAN

F
F
F
F
F
F
F
F
F

121
121
121
121
121
121
121
121
121

14
14
14
14
14
14
14
14
14

PEMBERANTASAN KORUPSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

027
046
033
044
004
029
057
042
026

UNIVERSITAS TADULAKO
2015
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk tugas mata kuliah Pemberantasan Korupsi tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah
membantu memotivasi dan memberi masukan-masukan yang bermanfaat sehingga
kami dapat membuat makalah ini dengan baik. Khususnya, kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak Ruslan M. Yunus, ST.MT selaku dosen mata kuliah
Pemberantasan Korupsi yang telah memberi tugas makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan segenap tumpah
darah Indonesia untuk memajukan negara ini menuju Indonesia tercinta bebas dari
KORUPSI.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca
khususnya serta rekan-rekan mahasiswa pada umumnya.

Palu, 9 Maret 2015


Penyusun

Kelompok 1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 2
Bab II Pembahasan ................................................................................................. 3
A. Sejarah Perkembangan Korupsi ........................................................... 3
B. Terminologi Korupsi ............................................................................ 8
C. Peristiwa Kasus Korupsi di Indonesia ................................................ 10
Bab III Penutup .................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ...................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................ 15

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi adalah suatu tindakan yang sangat tidak terpuji dan dapat
merugikan suatu bangsa. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah
kasus korupsi yang terbilang cukup banyak. Tidakkah kita melihat akhir-akhir ini
banyak sekali pemberitaan dari koran maupun media elektronik yang
memberitakan kasus korupsi di beberapa daerah di Indonesia yang oknumnya
kebanyakan berasal dari pegawai negeri yang seharusnya mengabdi untuk
kemajuan bangsa ini. Dalam tulisan yang singkat ini, saya akan mencoba
menguraikan secara singkat tentang pengertian korupsi berdasarkan pada undangundang anti korupsi dan para ahli penggiat korupsi.
Korupsi tidak dapat dirumuskan dengan satu kalimat, akan tetapi memiliki
makna yang lebih luas yaitu korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan untuk
kepentingan pribadi dan orang lain serta dapat merugikan keuangan negara. Kata
korupsi, sering kita dengar dan terjadi disekeliling kita. Korupsi biasa terjadi
dirumah,

sekolah,

masyarakat,

maupun

diinstansi

tertinggi

dan

dalam

pemerintahan. Mereka yang melakukan korupsi terkadang mengangap remeh hal


yang dilakukan itu. Hal ini sangat mengkhawatirkan, sebab bagaimana pun,
apabila suatu organisasi dibangun dari korupsi, maka korupsi akan dapat merusak
tatanan pribadi dan sosial bahkan dapat merusak moralitas bagi anak bangsa.
Suatu tindakan dapat digolongkan korupsi, kalau tindakan itu merupakan
penyalahgunaan sumber daya public, yang tujuannya untuk memenuhi
kepentingan pribadi atau kelompok yang dapat merugikan negara dan keuangan
negara. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman yang utuh tentang korupsi baik
dari aspek pengertian yang luas maupun akibat yang timbul dari tindak pidana
korupsi di lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi bangsa Indonesia saat ini sebagai salah satu negara yang dianggap
telah dihinggapi oleh penyakit korupsi. Hal ini didasarkan pada data hasil survey

(2004) Political and Economic Risk Consultancy Ltd. (PERC) menyatakan bahwa
korupsi di Indonesia menduduki skor 9,25 di atas India (8,90), Vietnam (8,67),
dan Thailand (7,33). Artinya, Indonesia masih menjadi Negara terkorup di Asia.
Untuk itu, dibutuhkan lembaga negara yang diberi tugas untuk memberantas
korupsi di Indonesia seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian Negara,
dan Kejaksaan. Ketiga institusi negara tersebut diberi kewenangan yang luas
mencegah dan memberantas korupsi sehingga perlu dioptimalkan lembaganya.
B. RumusanMasalah
Rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Bagaimana sejarah perkembangan korupsi?
2. Apa yang dimaksud dengan korupsi dalam pengertian terminologi?
3. Bagaimana peristiwa kasus korupsi di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan korupsi.
2. Untuk mengetahui pengertian korupsi secara terminologi.
3. Untuk mengetahui peristiwa kasus korupsi di Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah dapat menambah wawasan tentang
makna korupsi dan sejarah perkembangan korupsi di Indonesia sehingga
dihapkan dapat memberi manfaat bagi setiap pembaca dan dapat
menghindarkan diri dari tindakan korupsi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Korupsi

1. Sejarah Perkembangan Korupsi di Dunia


Sejak kapankah sebenarnya korupsi muncul? Jawaban yang logis atas
pertanyaan

tersebut

ialah

sejak

manusia

mulai

mengenal

kehidupan

bermasyarakat, yakni tatkala organisasi masyarakat yang rumit mulai muncul.


Bahkan mungkin saat manusia itu mengenal interaksi dengan orang lain atau
masyarakat, korupsi sudah dapat timbul.
Korupsi memiliki akar sejarah yang panjang. bukan hanya di Indonesia
tetapi di dunia. Korupsi adalah bagian hitam dari perjalanan peradaban manusia
secara universal. Hampir semua bangsa berhadapan dengan masalah ini sesuai
dengan ukurannya. Korupsi sudah ada ketika zaman kuno yaitu pada peradaban
Mesir, Ibrani, Babilonia, Yunani kuno, Cina, Romawi Kuno dan juga di negarabegara Barat (Eropa dan Amerika).
G.R Drdriver J.C. Miles dalam menerjemahkan

The Babilonian

Constitution menyebut perilaku korup telah mencapai puncak kesempurnaannya


sejak sekitar tahun 1200 SM. Saat itu, Hammurabi dari Babilonia yang baru
menaiki tahta kekuasaanya, memerintahkan kepada seorang gubernur untuk
menyelidiki penggelapan yang melibatkan pegawai pemerintahan di bawahnya.
Hammurabi mengancam para pejabat di bawahnya dengan hukuman mati.
Di India Kuno korupsi juga merajalela. Kautilya (abad IV SM), perdana
menteri Maurya yang paling terkenal sangat menaruh perhatian terhadap korupsi.
Dia selalu menekankan pentingnya moralitas dan kejujuran. Pegawai negara dan
keluarganya yang bertindak korup diganjar dengan hukuman mati. Sebagian lain
diusir dari kerajaan dan disita harta kekayaannya.
Korupsi dipandang sebagai tindakan amoral dan pelakunya harus
mendapatkan ganjaran sangat berat. Hukum moral, bagi masyarakat kuno ini
sangat dipatuhi. Di samping memiliki daya paksa (represif), hukum moral juga
dipandang sebagai representasi keterlibatan Tuhan dalam persoalan sosial tertentu,
karena itu pelakunya tidak bisa diampuni. Dengan menggunakan pertimbangan
semacam inilah, Gaius Verres (115-43 SM), pejabat Negara Romawi kuno yang

terbukti melakukan korupsi, diasingkan sekaligus dibunuh. Ini adalah gambaran


betapa korupsi telah menjadi masalah sejak ribuan tahun silam.
2. Sejarah Perkembangan Korupsi di Indonesia
Apabila ditelusuri lebih dalam, gejala korupsi yang berkembang bukanlah
gejala penyakit sosial yang muncul di era modern saat ini. Namun, melalui sebuah
proses dari setiap masa yang dilewati. Masa yang di lewati dalam sebuah tradisi
atau gejala sosial akan memuncak dan muncullah hal yang namanya korupsi.
Sejarah korupsi Indonesia terbagi kedalam beberapa masa, yaitu sebelum dan
sesudah kemerdekaan baik di era Orde Lama maupun Orde Baru hingga berlanjut
di era Reformasi.

A) Era Sebelum Indonesia Merdeka


Sejarah sebelum Indonesia merdeka sudah diwarnai oleh budayatradisi korupsi yang tiada henti karena didorong oleh motif kekuasaan, kekayaan
dan wanita. Kita dapat melihat bagaimana tradisi korupsi berlangsung dalam
bentuk perebutan kekuasaan dalam kerajaan seperti

perebutan kekuasaan di

Kerajaan Singosari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak dan Kerajaan Banten.


Kerajaan Singosari yang memelihara perang antar saudara bahkan
hingga tujuh turunan saling membalas dendam berebut kekuasaan. Lalu, kerajaan
Demak yang memperlihatkan persaingan antara Joko Tingkir dengan Haryo
Penangsang, ada juga Kerajaan Banten yang memicu Sultan Haji merebut tahta
dan kekuasaan dengan ayahnya sendiri, yaitu Sultan Ageng Tirtoyoso
Dari contoh contoh diatas kita diajarkan bahwa konflik kekuasan yang
disertai dengan motif untuk memperkaya diri (sebagian kecil karena wanita),
telah menjadi faktor utama kehancuran kerajaan-kerajaan tersebut. Banyak pihak
yang tidak puas dengan apa yang dimilikinya saat itu. Mulai dari harta kekayaan
yang dimiliki hingga kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh atasannya.

Kekuasaan dalam hal ini bukan hanya bersifat kekuasaan yang dimiliki
seseorang atas kedudukannya, tetapi juga kekuasaan atas wanita lain. Karena tidak
puas dengan yang dimilikinya, dia melakukan pemberontakan bahkan menikam
dari belakang orang yang ingin disingkirkannya.
Pelajaran menarik pada fase zaman kerajaan ini adalah, mulai
terbangunnya watak opurtunisme bangsa Indonesia. Oportunisme adalah suatu
aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian kesempatan menguntungkan
dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri,kelompok, atau suatu tujuan tertentu.
Atau dengan kata lain, oportunisme adalah tindakan bijaksana yang dipandu
terutama oleh motivasi mementingkan diri sendiri. Istilah ini dapat diterapkan
untuk individu, kelompok, organisasi, gaya, perilaku, dan tren.
Watak ini dapat dilihat dari penyerangan kerajaan Kediri yang dipimpin
oleh Jayakatwang dan Ardaraja (panglima singosari yang anaknya Jayakatwanga)
ke kerajaan Singosari yang pada saat itu dipimpin oleh Kertanegara. Jayakatwang
memanfaatkan kelengahan Kertanegara yang saat itu sedang berperang dengan
Kubilai Khan. Saat pasukan Majapahit pergi meninggalkan kerajaan untuk
berperang dengan kerajaan Mongol, saat itulah kerajaan Kediri melakukan
penyerangan ke Majapahit yang mengakibatkan hancurnya kerajaan dan
meninggalnya Kertanegara.
Selain itu, perilaku opurtunistis dilihat dari posisi orang suruhan dalam
kerajaan, atau yang lebih dikenal dengan abdi dalem. Abdi dalem dalam sisi
kekuasaan zaman ini, cenderung selalu bersikap manis untuk menarik simpati raja
atau sultan. Mereka memanfaatkan kedekatannya dengan raja atau sultan untuk
menindas dan mengeruk kekayaan dari pihak lain. Sebagian besar pemberian pada
raja untuk menarik simpatiknya berasal dari perampasan yang dilakukannya pada
rakyat.
Dari perilaku tersebut, rakyat yang menderita akibat timbulnya raja raja
kecil yang memanfaatkan kekuasaan yang diberikan demi kepentingan sendiri.
Hal tersebut menjadi cikal bakal (embrio) lahirnya kalangan opurtunis yang pada
akhirnya juga memiliki potensi jiwa korup yang begitu besar dalam tatanan

kehidupan berbangsa dan bernegara dan berpengaruh terhadap karakter generasi


pada masa sesudahnya.
Pada saat masa penjajahan, praktek korupsi telah mulai masuk dan meluas
ke dalam sistem budaya sosial-politik bangsa. Budaya korupsi telah dibangun oleh
para penjajah kolonial (terutama oleh Belanda) selama 350 tahun. Budaya korupsi
ini berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut politik
oleh penjajah, untuk menjalankan daerah adiministratif tertentu, semisal demang
(lurah), tumenggung (setingkat kabupaten atau provinsi), dan pejabat-pejabat
lainnya yang notabene merupakan orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk
menjaga dan mengawasi daerah territorial tertentu.
Praktek feodalisme makin berkembang seiring dengan praktek hegemoni
dan dominasi serta perilaku oportunis. Mereka yang diangkat dan dipekerjakan
oleh Belanda untuk memanen upeti atau pajak dari rakyat, digunakan oleh
penjajah Belanda untuk memperkaya diri dengan menghisap hak dan kehidupan
rakyat Indonesia.
Selain itu tidak jarang mereka mengkorupsi upeti yang dikumpulkan dari
rakyat demi kepentingan diri sendiri sebelum diserahkan pada pihak penjajah. Hal
ini timbul karena tidak adanya sistem pengawasan yang ada dari pihak atasan. Ini
merupakan salah satu alasan terbesar, budaya korupsi menjangkit luas hingga saat
ini.

B. Era Setelah Kemerdekaan


Era setelah kemerdekaan ditandai dengan 3 masa, yaitu masa orde lama,
orde baru dan reformasi. Sebenarnya fase perkembangan praktek korupsi di
zaman modern seperti sekarang ini dimulai saat lepasnya bangsa Indonesia dari
belenggu penjajahan. Walaupun penjajah telah pindah tetapi budaya KKN yang
ditinggalkan tidak serta merta lenyap begitu saja. Hal tersebut tercermin dari

perilaku pejabat-pejabat pemerintahan yang bahkan telah dimulai di era Orde


lama Soekarno, yang akhirnya semakin berkembang dan tumbuh subur di
pemerintahan Orde Baru Soeharto hingga era reformasi saat ini.
Praktek feodalisme, hegemoni dan dominasi serta perilaku oportunis
merupakan akar timbulkan korupsi. Praktek dominan sangat terlihat pada saaat
pemerintahan orde baru. Presiden sebagai pemimpin Negara dan pemerintahan
memiliki kekuasaan yang tidak terbatas. Selama 32 tahun Orde Baru berkuasa,
moralitas masyarakat direduksi oleh kepentingan politik dominan. Negara melalui
pemerintah telah secara sengaja membangun stigma dan perilaku yang
menyimpang (abuse of power), dengan melegalkan praktek korupsi dikalangan
pejabat-pejabat pemerintahan.
Hal tersebut disebabkan oleh bentuk serta pola praktek kekuasaan yang
cenderung menindas sehingga secara terang-terangan telah melegalkan praktek
korupsi dan berkembanglah budaya politik bisu (culture silent) yang
dihegemonisasi oleh pemerintah, membuat masyarakat terkesan diam dan acuh.
Secara sosiologi, bangunan birokrasi yang hanya berpusat pada segelintir
orang yang menyebabkan korupsi menyebar dan menjamur di Indonesia. Praktek
feodalisme pun makin terlihat dimana pemimpin daerah melanjutkan perilaku
korupsi yang terjadi diatas dan diterapkan ke masyarakat. Dengan kekuasaan yang
dimilikinya, mereka melakukan korupsi untuk kepentingan diri sendiri dan
atasannya.
Pada saat ini mulai berkembang praktek membangun kerajaan di
pemerintahan dengan menempatkan keluarganya pada jabatan jabatan penting.
Kasus gubernur Banten dan walikota Tangerang menunjukkan perilaku tersebut
sebagaimana yang diberitakan oleh media masa dan kasus hukumnya di Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini.
Keluarga Ratu Atut ditempatkan pada jabatan jabatan strategis seperti
walikota dan anggota DPRD. Pola sistem dominan yang dikembangkan di zaman

orde baru terlihat kembali, tetapi untuk saat ini dasarnya pada pertalian keluarga
yang tentunya lebih erat dibandingkan saat dulu hanya pada orang kepercayaan.

B. Terminologi Korupsi
Perkataan "Korupsi" berasal dari bahasa Latin yaitu, "corruptio" yang
memiliki arti perbuatan busuk. Dari bahasa latin inilah kemudian menyebar ke
negara-negara di eropa seperti di Inggeris dengan sebutan "corruption", di Prancis
"corruption" sampai ke Belanda yaitu dengan sebutan "corruptie" atau "
korruptie" yang kemudian dalam bahasa Indonesia disebut "Korupsi".
Kartini Kartono dalam Patalogi Sosial mengatakan bahwa, "Korupsi"
adalah sebagai tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna mengeruk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.
Secara etimologi korupsi berasal dari kata korup yang berarti buruk,
rusak, dan busuk, korup juga berarti dapat di sogok (melalui kekuasaan untuk
kepentingan pribadi) korupsi juga disebutkan beasal dari bahasa Latin Corumpere
dan curruptio yang berarti penyuapan dan corruptor yang berarti merusak.
Secara terminologi korupsi berarti sebagai pemberian dan penerimaan suap.
Definisi korupsi ini lebih menekankan pada praktik pemberian suap atau
penerimaan suap. Korupsi juga berarti buruk, rusak, busuk, memakai barang/uang
yang dipercayakan, dapat disogok. Mengkorup adalah merusak, menyelewengkan
atau menggelapkan barang atau uang milik perusahaan (negara) tempat bekerja.
Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan
dsb)

untuk

keuntungan

pribadi

atau

orang

lain.

David M. Chalmers menguraikan pengertian korupsi sebagai tindakantindakan manipulasi dan keputusan mengenai keuangan yang membahayakan
ekonomi (financial maniplations and decision injuriouns to the economy are often

libeled corrupt). Korupsi tidak hanya terkait dengan penyimpangan yang


dilakukan oleh pemerintah, tapi juga oleh pihak swasta dan pejabat-pejabat tanah
publik baik politisi, Pegawai Negeri maupun orang-orang dekat mereka yang
memperkaya diri dengan cara melanggar hukum.
Dari beberapa definisi di atas, korupsi dapat dipahami dalam tiga level,
yaitu:
a. Korupsi dalam pengertian tindakan penghianatan terhadap kepercayaan.
b. Korupsi dalam pengertian semua tindakan penyalahgunaan kekuasaan (abuse
of

power),

terkait

dengan

struktur

kekuasaan.

c. Korupsi dalam pengertian semua bentuk tindakan penyalahgunaan kekuasaan


untuk mendapatkan keuntungan material.
Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang
Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:
Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.
Pengertian Korupsi Menurut Ilmu Politik
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan
dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri
maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi,
sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau
pribadi lainnya.
Pengertian Korupsi Menurut Ahli Ekonomi
Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi
didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan

kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam dan
sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan
penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang
terlibat dalam bidang umum dan swasta.

Pengertian Korupsi Menurut Haryatmoko


Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang
didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh,
uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.
Pengertian Korupsi Menurut Brooks
Rumusan korupsi menurut brooks adalah dengan sengaja melakukan
kesalahan atau melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa hak
menggunakan kekuasaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sedikit
atau banyak untuk dirinya.
Dari pengertian korupsi tersebut, dapat dipahami bahwa korupsi adalah
bagian hitam dari perjalanan peradaban manusia secara universal. Hampir semua
bangsa berhadapan dengan masalah ini sesuai dengan ukurannya. Fakta empiris
tersebut menunjukkan bahwa korupsi merupakan masalah besar nan akut yang
menghinggapi setiap organisasi kemasyarakatan dan negara. Dalam konteks
kekinian merambah pada ranah pemerintahan. Perang terhadap korupsi pun kini
tidak hanya menjadi agenda nasional. Lebih dari itu, telah menjadi agenda
internasional.
C. Peristiwa Kasus Korupsi di Indonesia (Kasus Korupsi Gubernur Banten)
Kasus korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi seperti yang
diberitakan oleh madia masa baik media elektronik maupun media cetak.
Misalnya kasus korupsi yang yang sedang diproses di Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dalam kasus korupsi Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah
Korupsi yang dilakukan oleh Ratu Atut Chosiyah, setelah menjadi tersangka

dugaan kasus suap pilkada lebak banten dengan Akil Muchtar, Ketua Mahkamah
Konstitusi. Selain kasus suap tersebut Ratu Atut Chosiyah juga dijerat oleh KPK
untuk kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) Provinsi Banten.
KPK merekomendasi ke mendagri agar Ratu Atut Chosiyah diberhentikan
sementara dari jabatan gubernur banten.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera menerbitkan surat perintah
penyidikan (sprindik) dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan
(alkes) di Provinsi Banten. Kasus ini diduga melibatkan Gubernur Banten Atut
Chosiyah., Bambang Widjojanto saat menjabat

sebagai Wakil Ketua KPK

mengatakan, Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi (LKTPK) kasus tersebut


telah sampai di meja pimpinan KPK. Dalam LKTPK itu telah dirumuskan pasal
yang menjerat Atut. LKTPK itu menjadi dasar diterbitkannya surat perintah
penyidikan (sprindik). "Yang sudah masuk di meja pimpinan itu Laporan
Kejadian Tindak Pidana Korupsi yg menjadi dasar sprindik," kata Bambang di
Gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/12/2013). Namun, Bambang enggan
mengungkapkan pasal apa yg disangkakan pada Atut.
KPK diketahui telah menemukan 2 alat bukti yg cukup utk menjerat Atut.
"Pasalnya itu nanti akan dijawab setelah keluar sprindik," katanya. Dilihat dari
kasusnya, Atut bisa diduga melanggar Pasal 2 ayat (1) dan atau pasal 3 UndangUndang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Pasal tersebut terkait penyalahgunaan wewenang sebagai penyelenggara negara
yang telah menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau korporasi sehingga
mengakibatkan kerugian negara.
Sebelumnya, Abraham Samad saat menjabat Ketua KPK mengatakan, Atut
telah dijadikan tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan Alkes Banten. Namun,
sprindiknya belum diterbitkan. Penetapan itu berdasarkan ekspose pada 12
Desember 2013. "Untuk sementara sudah disepakati yg bersangkutan juga
ditetapkan sebagai tersangka. Namun, masih perlu direkonstruksikan perbuatan-

perbuatan serta pasal-pasalnya dalam sprindik yang akan menyusul kemudian,


kata Abraham saat konferensi pers di Gedung KPK, Selasa (17/12/2013).
Ratu Atut saat ini telah ditahan di Rutan Pondok Bambu, Jakarta terkait
kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada Lebak, Banten. Atut diduga
menyuap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar melalui adiknya
Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. KPK pun akan segera mengirimkan surat
rekomendasi untuk pemberhentian sementara terhadap Gubernur Banten, Ratu
Atut Chosiyah, tersangka dugaan suap penanganan perkara Pilkada Lebak, Banten
di Mahkamah Kontitusi (MK). "Ketika seseorang telah ditetapkan sebagai
tersangka sudah ditahan, maka KPK mengrim surat utk dilakukan pemberhentian
sementara. Standarnya itu," kata Wakil Ketua Bambang Widjojanto, Minggu
(29/12/2013).
Bambang Widjayanto mengatakan, surat rekomendasi pemberhentian
tersebut akan langsung ditandatangani Ketua KPK, Abraham Samad ke
Kementerian

Dalam

Negeri.

Dijelaskannya,

ada

beberapa

alasan

yg

melatarbelakangi surat rekomendasi itu segera dilayangkan. Alasan Pertama, kata


Bambang, Ratu Atut telah tidak efektif menjalankan pemerintahannya. "Seseorang
ditahan pasti dia (Atut) tidak efektif menjalankan tugasnya," kata Bambang
Widjayanto.
Alasan kedua, lanjut Bambang, negara akan merugi apabila kepala
daerahnya tidak efektif menjalankan tugasnya. Sebab, negara tetap harus
membayarnya. "Sementara dia tidak memberikan kontribusi," kata Bambang.
Alasan Ketiga, kata Bambang, itu dilakukan karena pihaknya ingin membantu
pemerintah agar kepercayaannya tetap terjaga. "Keempat, ada potensi bahwa
tersangka korupsi Ratu Atut Chosiyah menggunakan orang-rangnyanya untuk
mengalihkan barang bukti atau justru mengarahkan, mengatur orang-orang yang
loyalnya tidak bersedia menjadi saksi," kata Bambang.

Menurut Bambang, ketika Atut sudah diberhentikan, maka proses


hukumnya diprediksi lebih mudah. Karena itu, terang Bambang, pihaknya
mendorong agar pemerintah tegas dalam mengambil posisi dan sikapnya. Dari
pengalaman itu KPK mendorong agar proses lebih optimal, karena orang-orang
yang menjadi tersangka itu masih mempunyai kewenangan dari hak-hak tersebut.
Kalau hal tersebut sampai terjadi, maka dapat membahayakan bagi proses
penegakan hukum di Indonesia," kata Bambang. (diakses News by Republik
Indonesia News & Information Online - RINIO , tanggal 16 Maret 2015)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Korupsi sudah ada ketika zaman kuno yaitu pada peradaban Mesir, Ibrani,
Babilonia, Yunani kuno, Cina, Romawi Kuno dan juga di negara-begara
Barat (Eropa dan Amerika). Di Indonesia, perkembangan korupsi sejak
masa sebelum Indonesia merdeka, masa kemerdekaan di era pemerintahan
orde lama, orde baru dan era reformasi dan di masa reformasi telah
dibentuk satu lembaga yang diberi tugas untuk melakukan pencegahan dan
penindakan korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
2. Korupsi merupakan perbuatan melanggar hukum dan etika pribadi dan
sosial yang dapat merugikan kepentingan negara dan masyarakat pada
umumnya. Akibat dari tindakan korupsi maka negara dan masyaarakat
telah dirugikan dari semua aspeknya terutama keadilan atas hak-hak yang
diterima oleh warga negara dari negaranya. Dari aspek ini dibutuhkan
keadilan hukum untuk memberikan hukuman kepada pelaku tindak pidana
kurupsi agar menimbulkan efek jerah terhadap tindak pidana korupsi yang
dilakukannya.
3. Dari peristiwa kasus korupsi yang dilakukan oleh salah seorang pejabat
negara (Gubernur Banten) Ratu Atut Chosiyah dapat dijadikan
pembelajaran bagi generasi berikutnnya terutama bagi mahasiwa bahwa
korupsi dapat merugikan negara dan diri sendiri karena setiap orang yang
melakukan tindak pidana korupsi akan dihukum sesuai Undang-Undang
yang berlaku. Hukuman ini dapat berpengaruh terhadap jabatan akan

diganti, keluarga akan menanggung rasa malu, mendapatkan hukuman


dipenjara dan kerugian lainnya.

B. Saran
Makalah ini disusun atas kerjasama dengan anggota kelompok dengan
segala kelebihan dan kekurangannya. Kami telah berupaya menyusunnya
dengan baik, namun tidak tertutup kemungkinan terdapat kekurangan baik
teknik penulisan maupun materinya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
partisipasi semua pihak untuk kesempurnaan dan perbaikan makalah ini
terutama Bapak Ruslan M. Yunus, ST.MT selaku dosen mata kuliah
Pemberantasan Korupsi dan teman-teman kelompok lainya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan wawasan memahami sejarah
korupsi dan pengertiannya secara terminologi.

DAFTAR PUSTAKA

http://jhoanesdarukeban.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-falseen-us-x-none.html
http://irham93.blogspot.com/2013/11/pengertian-korupsi-menurutundang.html
http://ulohuglo.blogspot.com/2013/03/sejarah-korupsi-di-dunia.html
http://www.herdi.web.id/jejak-budaya-korupsi-di-indonesia/
http://andsbarcaboy.blogspot.com/2013/03/sejarah-korupsi-diindonesia.html
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/07/130711_majalahlain_isti
lahkorupsi
https://www.facebook.com/REPUBLIK.INDONESIA.ONLINE/posts/488
078387977718:0

You might also like