You are on page 1of 2

AIDS SERANG ACEH

Penyebaran virus HIV/AIDS di Aceh semakin mengkhawatirkan. Seperti tidak mengenal


batasan umur, virus mematikan ini menyasar berbagai lapisan masyarakat dan strata sosial. Mulai
anak-anak, remaja, mahasiswa, lelaki dan perempuan dewasa, sampai ibu rumah tangga masuk
dalam daftar panjang para penderita.
Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Provinsi Aceh menyebutkan, sampai
September 2014 tercatat ada 297 kasus HIV/AIDS di Aceh, tersebar di 23 kabupaten/kota.
Sebanyak 97 penderita di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Fenomena memiriskan ini
sangat disayangkan terjadi di daerah yang berlandaskan syariat islam ini.
Hasil analisis data KPA Provinsi juga menunjukkan, ada kencenderungan jumlah
penderita dan wilayah sebaran virus HIV/AIDS meningkat 100 persen dari tahun ke tahun. Aceh
Utara, misalnya, menempati urutan teratas dari segi jumlah penderita yang mencapai 30 kasus.
Menurut estimasi (perkiraan) Asean Epidemologi Model (AEM) Aceh 2004, jumlah infeksi baru
(penderita) HIV/AIDS di Aceh pada 2014 mencapai 2.583 kasus.

Analisa ini menunjukkan grafik penularan HIV/AIDS makin mengkhawatirkan, karena


terjadi penambahan drastis penderita setiap tahun. Namun sejauh ini, KPA Provinsi hanya
menemukan 297 kasus HIV/AIDS. Pasien yang positif HIV/AIDS ini rutin menjalani pengobatan
dengan mengonsumsi obat antiretroviral (ART), untuk memperlambat perkembangan virus.
Sementara perkiraan terhadap ribuan penderita infeksi baru (belum terdeteksi), seperti yang
dirilis AEM Aceh 2004 masih sulit diungkap karena keterbatasan anggaran dan lumpuhnya
operasional beberapa KPA kabupaten/kota. Selain itu, penemuan kasus infeksi baru
HIV/AIDSjuga masih terkendala karena penderita enggan memeriksa kesehatan di rumah sakit.
Baik untuk tindak lanjut pengobatan maupun antisipasi penyebaran virus.

Fenomena penanggulangan HIV/AIDS merupakan program pemerintah yang dituangkan


dalam Instruksi Presiden. Wakil Gubernur setiap provinsi menjadi ketua pelaksana KPA Provinsi.
Demikian pula dengan Wakil Bupati/Wali Kota menjadi Ketua Pelaksana KPA kabupaten/kota.
Namun ironisnya keberadaan KPA sebagai lembaga koordinasi penanggulangan HIV/AIDS di
Aceh dalam beberapa tahun terakhir seperti mati suri, bahkan tidak memiliki program konkret.
Sementara penyebaran HIV/AIDS dari tahun ke tahun terus meningkat, tidak diimbangi dengan
upaya serius pemerintah menanggulangi penyebarannya.

Dewi Fachrina menyebutkan, pada 2014 KPA Provinsi sama sekali tidak mendapat dukungan
dana dari Pemerintah. Kondisi ini membuat gerak langkah KPA provinsi pincang.

Jika dibiarkan lebih lama, maka persoalan ini akan semakin sulit untuk antisipasi dan
ditangani lebih lanjut. Maka dibutuhkan banyak solusi dan ide-ide untuk mengatasi persoalan ini.

You might also like