You are on page 1of 27

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTPARTUM

Disusun oleh:
SURASNO, S.Kep
NIM : 151490139250062

PRODI PROFESI NERS


STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2015

A. DEFINISI

Postpartum adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang dimulai
setelah partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandungan pulih kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu (Sarwono, 2008).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha, 2009).
Postpartum mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu (Saifuddin, 2006).
B. PERIODE MASA NIFAS
1. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran loche, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB (Siti Saleha, 2009).
C. ADAPTASI FISIOLOGI POST PARTUM
1. Involusio uterus
Secara berangsur angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat
yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri 3 jari
dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang
tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang
normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana
epitelisasi memakan waktu tiga minggu.

2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.
3. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama
wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol dan insulin)
menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormonehormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh
apakah ibu menyusui atau tidak.
4. Sistem Urinary
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada (1) Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II dilalui
(3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping
itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak
menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding kandung kemih, akan
tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation, artinya keluarnya darah dari
pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni, 2009).
5. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut.
Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta
dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu
uterus kembali ke bentuk normal.
Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan
pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun
dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah

depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi


estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan
menstruasi.
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya
secara penuh belum dimengerti. Di samping itu, progesteron mempengaruhi
otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.
Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
6. Sistem gastrointestinal
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini umumnya
karena makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang
wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah
persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa
nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena
meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang
dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi
(Saleha, 2009).
7. Sistem muskuloskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca
partum antara lain:
a. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang
yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada
sistem

muskuloskeletal

akibat

posisi

saat

persalinan.

Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung


sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan.
Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup seharihari

penting

diberikan.

Pereda

nyeri

elektroterapeutik

dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat


dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.
b. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala
dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan

ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher
yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi
umum.
c. Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area
sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan
disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada
bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan
tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha
posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat
membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman
saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang
dapat memacu rasa nyeri.
d. Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi
simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi
sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan
memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak
menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis
yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang
dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi
simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang
hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri;
perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk
latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi
secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
e. Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5
cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh
hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding
abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli

hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu,
juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan,
sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar
celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika
perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan
transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi,
kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan situp atau curl-up; mengatur ulang kegiatan seharihari, menindaklanjuti
pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
f. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya
hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau
menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang
buruk. .
8. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea
cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, selsel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke
7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau
busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
9. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah
yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah

yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat karena perubahan
pada dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.
10. Vagina dan perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi
biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis
menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah terdiri dari perineum, fascia tipis dan kulit.
Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau mengejan.
Perubahan vagina, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan
atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Bila ada
laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi
kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan
perawatan dengan baik (Suherni, 2009).
11. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan
volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada minggu ketiga dan
keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan
kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan
darah saat melahirkan. Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tibatiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada
umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum.
Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita :
1) Hilangnya

sirkulasi

uteroplasenta

pembuluh darah maternal 10%-15%.

yang

mengurangi

ukuran

2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus


vasodilatasi
3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama
wanita hamil.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang
biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi
umum.
12. Tanda-tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38C, sebagai
akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika
terjadi peningkatan suhu 38C yang menetap 2 hari setelah 24 jam
melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis
(infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan
endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain.
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan
adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan
dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang
sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah
dan proses persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi
orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing
segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil
pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan.
Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg
yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa
menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut.
Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada
bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).

13. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi
plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat
pelepasan desidua dan selaput janin.
D. PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3
periode yaitu sebagai berikut ;
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan
secara berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang
untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan
2. Periode Taking Hold
a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena
itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya.
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk
mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan
bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah

c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues (Herawati Mansur, 2009).
E. PERAWATAN MASA NIFAS
1. Mobilisasi
Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu seperti :
a. Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada :
tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 x.
b. Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot, pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu
naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus
mengerjakan sebanyak 30 kali.
2. Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari.
Makanan harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup. Pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca
melahirkan. Minum sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul vitamin
A dengan dosis 200.000 unit.
3. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih
yang penuh dapat menyebabkan perdarahan.
4. Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila
tidak bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dari puting susu yang tidak lecet.

d. Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan


dan diminum dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab setiap 46 jam.
f. Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan :
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau menggunakan
sisir untuk mengurut arah Z pada menuju puting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting
susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna,
memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk
diminum.
Tanda ASI cukup :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.


Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.
Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam.
Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.
Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
Bayi bertambah berat badannya.

ASI tidak cukup :


a. Jarang disusui.
b. Bayi diberi makan lain.
c. Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui (Sarwono, 2002).
F. TANDA-TANDA BAHAYA MASA NIFAS
1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut2.
3.
4.
5.
6.

pembalut 2 kali dalam setengah jam).


Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan.
Pembengkakan diwajah atau ditangan.
Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak enak badan.

7. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau terasa
sakit.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki.
10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya
sendiri.
11. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah. (Siti Saleha, 2009)
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur,
Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b. Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
c. Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal
partus.
d. Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah
perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
e. Riwayat obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium :
USG, Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi

emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan


pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan
jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan,
penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat
ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam,
keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat
aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri
pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI,
respon dan support keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his,
pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan,
dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan
sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat,
lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta, jumlah
perdarahan.
d) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung
menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai
APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan
kongnital, apakah dilakukan bonding attatchment secara dini
dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau susu
formula.
f. Riwayat KB & perencanaan keluarga

Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis


kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan
datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
g. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang ?
h. Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang
melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola
koping, hubungan dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan
dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan pola komunikasi
termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien.
Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir,
krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung
dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian,
ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan
tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan
dengan budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman,
menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan,
harapan dan cita-cita.
i. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan
yang pernah diderita oleh keluarga.
j. Profil keluarga

Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat,


sibling, type rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan
social dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
k. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi
snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah,
freguensi,.
2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau
remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya
kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine
karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
4) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian,
tatarias rambut dan wajah.
5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan
bekerja dan menyusui.
6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
l. Sexual

Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi


freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang
seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan
seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse
pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan
lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara
memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang
dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman,
ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks
apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat koitus,
kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui apakah
memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi
seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi
yang disebabkan penurunan libido.
m. Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama
kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau
karena bentuk tubuh yang pendek.

n. Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan
tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan
involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang
keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi,
kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan
kulit.

Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal


hyhiene, payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi
(perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok
bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi
dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat
tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau
mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
o. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung
bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan
areola dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan,

benjolan,

nyeri,

produksi

laktasi/kolostrum.

Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.


5) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi
uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
6) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang.
Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan,
eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau
konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus :
hemoroid dan trombosis pada anus.

7) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila


dipalpasi, kekuatan otot.
p. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb
< 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2) Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Postpartum
a. Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan
tubuh.
c. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik
fisik payudara ibu.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator (misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek
anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas
rubella,inkompabilitas Rh).

e. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan


kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan
lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.

3. Intervensi keperawatan
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang
meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau
mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnose keperawatan.
a. Nyeri (akut) ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

rasa

nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk
mengatasi

ketidaknyamanan

dengan

berkurangnya

tepat,

mengungkapkan
ketidaknyamanan.

Intervensi:
1) Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang
persalinan dan catatan kelahiran.
2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema,
ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan
perlekatan jaringan.
3) Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam
pertama setelah kelahiran.
4) Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi)
diantara 100o dan 105o F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4
kali sehari, setelah 24 jam

5) Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan


episiotomy.Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan
kompres es selama 20 menit setiap 4 jam, penggunaan kompres
witch hazel, dan menaikan pelvis pada bantal.
6) Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas
afterpain.
7) Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah
abdomen,

dan

melakukan

tehnik

visualisasi

atau

aktivitas

pengalihan.
8) Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran
dan/atau pitung pecahpecah.
9) Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
10) Berikan

informasi

mengenai

peningkatan

frekuensi

temuan,

memberikan kompres panas sebelum member makan, mengubah


posisi bayi dengan tepat, dan mengeluarkan susu secara berurutan ,
bila hanya satu putting yang sakit atau luka.
11) Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak
merencanakan menyusui.
12) Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
13) Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia
subaraknoid. Hindari member obat klien sebelum sifat dan penyebab
dari sakit kepala ditentukan.
14) Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan
makan selama 23 minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan
klien selama ambulasi pertama.

15) Berikan analgesic 30 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien


yang tidak menyusui, berikan analgesic setiap 3 4 jam selama
pembesaran payudara dan afterpain.
16) Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk
perineum bila dibutuhkan.
17) Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian blood patch
pada sisi pungsi dural. Pertahankan klien pada posisi horizontal
setelah prosedur.
b. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur
karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara
diharapkan tingkat pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,
mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan
regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah
menyusui.
Intervensi:
1) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui
sebelumnya.
Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap
pasangan/keluarga.
2) Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan
keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kenutuhan
diet khusus, dan factor factor yang memudahkan atau mengganggu
keberhasilan menyusui.

3) Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik tehnik menyusui.


Perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui.
4) Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis
menyusui.
5) Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20
30 menit setelah menyusui.
6) Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali
secara khusus diindikasi.
7) Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui
dengan putting masuk atau datar.
8) Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu
9) Identifikasi sumbersumber yang tersedia dimasyarakat sesuai
indikasi
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan
fisik.
Tujuan: Pemenuhan ADL terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan
minum).
Intervensi:
1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
2) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.

4) Libatkan

keluarga

dalam

memenuhi

kebutuhannya.

Rasionalisasi
5) Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.
6) Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
7) Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.
8) Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien
terpenuhi
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator (misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek
anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas
rubella, inkompabilitas Rh).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko
cidera teratasi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor
factor risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
Intervensi:
1) Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah
pada waktu melahirkan. Catat tanda tanda anemia.
2) Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang
mendapatkan anesthesia subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring
selama 6 8 jam, tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala.
Bantu klien dengan ambulasi awal.
3) Berikan supervise yang adekuat pada mandi shower atau rendam
duduk. Berikan bel pemanggil dalam jangkauan klien.

4) Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas


(KKaA , sakit kepala, atau gangguan penglihatan.
5) Catat efek efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji
respon patella dan pantau status pernapasan.
6) Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda tanda tromboflebitis,
perhatikan ada atau tidaknya tanda human.6) Berikan kompres panas
local; tingkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai yang
sakit.
7) Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji klien tehadap alergi
pada telur atau bulu.
8) Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.
9) Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila
risiko risiko atau gejala-gejala flebitis terjadi.
10) Berikan antikoagulasi; evaluasi factor factor koagulasi, dan
perhatikan tanda tanda kegagalan pembekuan.
11) Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam
pascapartum, sesuai indikasi.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan
kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan
lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik-tehnik untuk menurunkan
risiko/ meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari
drainase purulen dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai
aliran lokhial dan karakter normal.

Intervensi:
1) Kaji

catatan

prenatal

dan

intrapartal,

perhatikan

frekuensi

pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini


(KPD), persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya
plasenta.
2) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tandatanda menggigil, anoreksia atau malaise.
3) Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan
involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah
dan bau rabas lokhial atau perubahan pada kemajuan normal dari
rubra menjadi serosa.
4) Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan
atau nyeri tekan.
5) Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat
dan tehnik pemberian makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri
(akut)/ketidaknyamanan).
6) Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri
tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada
garis sutura (kehilangan perlekatan), atau adanya laserasi.
7) Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
8) Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis
(mis : peningkatan frekiensi, doronganatau disuria).
9) Catat warna dan tampilan urin, hematuria yang terlihat, dan adanya
nyeri suprapubis.
10) Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau
rendam duduk 3 sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih/defekasi.

Anjurkan klien mandi setiap hari ganti pembalut perineal sedikitnya


setiap 4 jam dari depan ke belakang.
11) Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan
pembuangan pembalut yang kotor, pembalut perineal dan linen
terkontaminasi dengan tepat.
12) Kaji status nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan
sebagainya. Catat berat badan kehamilan dan penambahan berat
badan prenatal.
13) Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C,
dan zat besi.
14) Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000
ml/hari.
15) Tingkatkan tidur dan istitahat.
16) Pemeriksaan laboratorium, jumlah Leukosit.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak,M.Irene.2004. Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung: VIA PKP


Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Manuaba,Ida Bagus.2007.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: TIM.

Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC : Jakarta


Saifuddin, Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Tridasa Printer
Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sarwono, P. 2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya.
Varney,

Hellen,

dkk.2007.Buku

Volume1.Jakarta:EGC

Ajar

Asuhan

Kebidanan

Edisi

You might also like