You are on page 1of 5

Pengaruh Lingkungan Terhadap Kapasitas Bandara Udara

(Contoh Kasus: Kabut Asap Akibat Pembakaran Hutan di Sumatera, dan Abu
Vulkanik Akibat Meletusnya Gunung Raung dan Gunung Lokon)

Bandara udara atau yang lebih sering dikenal dengan bandara adalah adalah
kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai
tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat
barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang lainnya (UU No.1 tentang Penerbangan). Sebagai tempat yang digunakan oleh
pesawat udara, bandara memiliki kapasitas yang berbeda-beda dan dalam pengoperasiannya
kapasitas tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor lingkungan.
Faktor lingkungan adalah hal-hal seperti cuaca, bencana alam, dan sebagainya yang
dapat mempengaruhi kapasitas bandara dan juga dapat mempengaruhi penerbangan yang
ada pada bandara. Pada umumnya hal-hal yang termasuk pada faktor lingkungan
merupakan hal yang berada di luar kuasa manusia, sehingga ketika hal tersebut terjadi maka
akan berdampak besar terhadap aktivitas pada bandara dan juga jadwal penerbangan yang
ada. Sebagai contoh ketika terjadi gangguan cuaca seperti hujan deras ataupun angin
kencang pada suatu wilayah dapat mengakibatkan pembatasan jadwal bagi penerbangan
yang akan melewati wilayah tersebut, hal itu dikarenakan dapat mengancam keselamatan
pesawat beserta isinya.
Sama halnya dengan bencana alam, seperti meletusnya gunung berapi, kebakaran
hutan, ataupun banjir yang dapat mempengaruhi aktivitas bandara beserta kapasitasnya.
Ketika terjadi bencana alam berupa gunung berapi, penerbangan yang berangkat ataupun
menuju wilayah yang dipengaruhi oleh abu vulkanis gunung berapi akan mengalami
pembatasan bahkan pembatalan penerbangan, dan dampak yang lebih parahnya lagi
bandara yang berada disekitarnya dapat mengalami penutupan sementara.

Sebagai negara kepulauan, transportasi udara yaitu pesawat merupakan salah satu
transportasi penting dan banyak diminati oleh penduduk Indonesia karena kemampuannya
untuk mereduksi waktu perjalanan dibandingkan denga moda transportasi lainnya. Apabila
terdapat hal yang mengganggu jadwal penerbangan maka akan berdampak langsung kepada
penduduk Indonesia, khususnya bagi penduduk yang mengandalkan transportasi udara pada
kehidupan sehari-harinya.
Seperti yang diketahui, akhir-akhir ini dunia penerbangan Indonesia sedang
mengalami gangguan bencana alam yaitu kebakaran hutan dan juga gempa bumi akibat
meletusnya gunung berapi. Gangguan tersebut memiliki dampak yang bervariasi, mulai dari
pembatalan penerbangan sampai ditutupnya bandara untuk sementara waktu.
Kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera sangatlah berdampak besar pada aktivitas
di Sumatera tidak terkecuali aktivitas bandara dan penerbangan. Kebakaran hutan yang
terjadi menghasilkan kabut asap yang mengganggu visibility atau jarak pandang visual.
Seperti pemberitaan yang dikutip dari airport duty manager Bandara Sultan Syarif Kasim II
dikatakan bahwa jarak pandang disekitar Bandara Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru)
hanya 500 meter pada sabtu 13 September 2015, padahal untuk melakukan pendaratan
dibutuhkan jarak pandang minimal 1000 meter yang telah ditetapkan oleh Bandara Sultan
Syarif Kasim II.

Gambar 1. Kabut Asap Pada Bandara Bandara Sultan Syarif Kasim II


Sumber : news.okezone.com/read/2014/09/13/340/1038726/kabut-asap-riau-ganggupenerbangan

Hal yang sama juga terjadi di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin (Jambi) pada
tanggal 12 Oktober 2015 jarak pandang hanya sejauh 900 meter yang dikutip dari akun
Bandara Sultan Thaha Syaifuddin berdasarkan update BMKG Pukul 11.00 WIB. Untuk
jarak pandang sendiri memiliki kategori yang berbeda dan pengaruhnya pun berbeda-beda
terhadap operasi penerbangan, kategori tersebut adalah Visual Flight Rules (VFR) yaitu
jarak pandang lebih dari 3 mil, Instrument Flight Rules (IFR) yaitu jarak pandang 1 sampai
3 mil, dan Poor Visibility Condition (PVC) yaitu jarak pandang kurang dari 1 mil. Ketika
terjadi gangguan seperti kabut asap, seringkali jarak pandang turun hingga kategori PVC
yang dapat dikatakan tidak aman untuk melakukan pendaratan ataupun penerbangan. Selain
berdampak pada sisi udara, pada sisi darat sendiri juga timbul permasalahan yaitu
menumpuknya penumpang yang berencana untuk berpergian menggunakan pesawat
terbang dan juga menimbulkan kerugian materi yang dirasakan oleh bandara, maskapai
penerbangan dan penumpang.
Kemudian terjadi juga bencana alam berupa meletusnya Gunung Raung dan
Gunung Lokon yang menimbulkan penutupan sementara bandara yang berada disekitarnya
akibat gunung yang melontarkan material vulkanik nya dengan ketinggian yang bervariasi.

Gambar 2. Gunung Raung (Jawa Timur) Kembali Melontarkan Material Vulkaniknya


Sumber : news.liputan6.com/read/2270008/5-bandara-ditutup-akibat-letusan-gunung-raung

Pihak Bandara mengatakan bahwa penyebab terganggunya jadwal penerbangan dan


juga dilakukannya penutupan bandara adalah jarak pandang yang rendah sehingga
mengganggu pesawat yang akan melakukan penerbangan ataupun pendaratan, selain itu
pihak bandara juga mengatakan bahwa material vulkanik yang dilontarkan oleh gunung
yang meletus dapat masuk ke mesin pesawat dan menggangu kinerja mesin pesawat yang
dipaksa untuk terbang pada kondisi tersebut. Sama halnya dengan hal yang ditimbulkan
oleh gangguan kabut asap, gangguan material vulkanik juga menyebabkan kerugian pada
sisi darat sehingga menimbulkan kerugian materi yang dirasakan oleh bandara, maskapai
penerbangan dan penumpang. Kemudian dapat dirasakan juga pengaruh gangguan ini
terhadap kapasitas bandara yang mengalami penundaan atau pembatalan penerbangan yaitu
menumpuknya penumpang yang berencana untuk berpergian menggunakan pesawat
terbang tetapi tertahan di bandara.
Kapasitas bandara-bandara terdekat juga akan dipengaruhi meskipun tetap dapat
beroperasi dan tidak terkena gangguan abu vulkanik. Hal ini disebabkan oleh pengalihan
penerbangan yang dilakukan untuk alasan keselamatan sehingga menimbulkan kepadatan
pada bandara-bandara tersebut karena harus menampung pesawat melebihi kapasitasnya.

Referensi :
Website Direktorat Jenderal Perhubungan Udara- Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia <http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/44>
Tanjung, Banda Haruddin. (23 september 2015). Kabut Asap Riau Ganggu Penerbangan.
<http://news.okezone.com/read/2014/09/13/340/1038726/kabut-asap-riau-ganggupenerbangan>
Divianta, Dewi. (8 Agustus 2015). Abu Raung Menyelimuti Bandara Bali Tutup Pukul
06.20-12.00

WITA.

<http://news.liputan6.com/read/2289028/abu-raung-

menyelimuti-bandara-bali-tutup-pukul-0630-1200-wita>

Liputan 6. (10 Juli 2015). Bandara Ditutup Akibat Letusan gunung Raung.
<http://news.liputan6.com/read/2270008/5-bandara-ditutup-akibat-letusan-gunungraung>
Liputan 6. (30 Agustus 2015). Gunung Lokon Meletus BandaraSam Ratulangi Ditutup.
<http://news.liputan6.com/read/2305126/gunung-lokon-meletus-bandara-samratulangi-ditutup>

You might also like