Professional Documents
Culture Documents
TUMOR TULANG
Dosen Pembimbing : Ns. Nafolion Nur Rahmat, S.Kep
Oleh Kelompok 5:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hamim Hidayatullah
Hasanah
Mualfah Wulandari
Nurul Jazilah
Susilowati
Syamsiah Chandrawati
(14201.06.14015)
(14201.06.14016)
(14201.06.14028)
(14201.06.14032)
(14201.06.14038)
(14201.06.14040)
HALAMAN PENGESAHAN
TUMOR TULANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar
Sistem Muskuloskeletal
Mengetahui,
Dosen Mata Ajar
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul MAKALAH TUMOR
TULANG dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
3. Kusyairi, S.Kep., Ns., M.Kep. sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Ns. Nafolion Nur Rahmat S.Kep. sebagai Dosen Wali S1 Keperawatan Tingkat 2
5. Ns. Nafolion Nur Rahmat S.Kep sebagai dosen mata ajar Sistem Muskuloskeletal
6. Santi Damayanti,A.Md. sebagai ketua perpustakaan STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
7. Teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun makalah ini
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari
pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah
ini.
Probolinggo, Oktober 2015
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul...............................................................................................
Halaman Pengesahan........................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
i
ii
iii
iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.3 TujuanManfaat............................................................................................
1.4 Manfaat.......................................................................................................
2.2 Etiologi.......................................................................................................
2.3 Patofisiologi................................................................................................
2.5 Klasifikasi...................................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................
2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................
9
13
14
2.8 Komplikasi..................................................................................................
16
17
18
19
20
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................................
21
4.2 Saran...........................................................................................................
21
22
BAB I
iv
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang kanker tulang.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang kanker tulang maligna dan benigna.
2. Untuk mengetahui perbedaan kanker tulang maligna dan benigna.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan, makalah ini sebagai bahan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa berhubungan dengan materi tumor
tulang maligna dan benigna sehingga peserta didik dapat menelaah suatu fenomena
kesehatan yang spesifik mengenai tumor tulang maligna dan benigna.
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Bagi profesi kesehatan makalah ini dapat dijadikan suatu referensi mengenai
tumor tulang maligna dsn benigna.
1.4.3 Bagi Mahasiswa/i
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang tumor tulang maligna dan
benigna.
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor dapat berasal dari dalam tulang, jaringan, atau
sel kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau dari unsur pembentuk darah yang
terdapat pada sumsum tulang (Suratun, 2008).
Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus
secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Tumor / incoplasma dapat berasal
dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel-sel kartilago yang berhubungan
dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum
tulang.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan,
beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan
radiasi), (Smeltzer, 2001).
vii
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor
yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya
tumor tulang yang meliputi:
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya
sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga
mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada beberapa
gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain
gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS.
Gen lain yang juga diketahui
Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat
pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
b. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti
pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi.
Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin
yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma
akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan,
prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan
terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
c. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan
sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida
(Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar,
selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin
klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar,
dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
viii
e. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan
kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma
mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
f. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit,
yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat
menimbulkan limfangiosrakoma.
2.3 PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik
berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat
menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign
(jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat
sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak
sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui
pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.
Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh
tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
ix
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini
menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi
DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak
melakukan pembelahan).
PATHWAY
Genetik
Radiasi
Bahan Kimia
Trauma
Limfedema
Kronis
Infeksi
Respon osteolitik
Respon osteoblastik
Terjadi
destruksi
tulang
Penimbunan
periosteum terbaru
Pertumbuhan tulang
yang abortif
Rongga sendi
sempit, terjadi
erosi.
Nyeri akut
Massa membesar
Gangguan Mobilitas
Fisik
Menyerang
jaringan normal
Metastase
Ansietas
Kematian
xi
Gambaran klinis
ASAL OSEUS
Kondrosarkoma
sering
pada
panggul,
femur
tahun
a. Tumor osteoid tampak pada specimen
b. Tumor tumbuh dari osteoblas pembentuk tulang
dan osteoklas pencerna tulang
c. Muncul paing sering pada femur, namun juga tibia
dan humerus; terkadang, pada fibula, ileum,
Sarkoma osteogenik
parosteal
Sarkoma Ewing
penglihatan
e. Biasanya diderita pria berusia 50 hingga 60 tahun
a. Berasal dari sumsum tulang dan menyerang
gugusan tulang datar dan tulang panjang
b. Biasanya menyerang ekstremitas bawah, paling
xii
Fibrosarkoma
c.
d.
e.
a.
b.
c.
ke paru
Nyeri semakin hebat dan persisten
Biasanya diderita pria berusia 10 hingga 20 tahun
Prognosis buruk
Relatif jarang
Berasal dari jaringan fibrosa tulang
Menyerang tulang panjang atau datar (femur, tibia,
mandibula) namun juga menyerang otot periosteum
b. Kondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada lengan, kadangkadang terdapat pada tulang datar seperti tulang ilium.
c. Osteokondroma, bukan neoplasma sejati dan berasal dari sel-sel yang tertinggal
pada permukaan tulang.
xiii
2) Sarkoma Ewings, adalah tumor ganas yang timbul dalam sum-sum tulang,
pada tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula, humerus, ulna, vertebra,
dan skapula.
4) Fibrosarkoma adalah tumor yang biasanya menuju arah ujung orpus tulang
panjang, terutama tulang femur dan tibia.
5) Kondrosarkoma timbul ari ujung tulang panjang yang besar atau dari tulang
pipih, seperti pelvis an skapula.
xiv
b. Tumor tulang maligna sekunder, yaitu berasal dari metastase tumor (misalnya,
tumor payudara, bronkus, prostat, dan ginjal).
3.
JINAK
GANAS
Osteogenik
Osteoma
Osteoid osteoma
Osteosarkoma
Parosteal osteosarkoma
Kondroma
Osteokondroma
Kondroblastoma
Kondrosarkoma
Juksta
kortikal
kondrosarkoma
Mesenkim kondrosarkoma
Osteoblastoma
Kondrogenik
Fibroma
kondromiksoid
Giant sel tumor
Mielogenik
Osteoklastoma
Sarkoma Ewing
Sarkoma retikulum
Limfosarkoma
Mieloma
xv
Vaskuler
Intermediate:
Hemangio-endotelioma
Hemangio-perisitoma
Jaringan lunak
Tumor lain
Hemangioma
Limfangioma
Tumor glomus
Angiosarkoma
Fibroma desmoplastik
Lipoma
Fibrosarkoma
Liposarkoma
Mesenkimoma ganas
Sarkoma
tak
berdiferensiasi
Kordoma
Adamantinoma
Neurinoma
Neurofibroma
tanpa Kista soliter
Kista aneurisma
Kista Juksta-artikuler
Defek metafisis
Granuloma eosinofil
Displasia fibrosa
Miositis osifikans
Tumor Brown
hiperparatiroidisme
Tumor
klasifikasi
mendasari yang dapat diduga pada x ray. Jika sinar x sugestif dari kanker tulang
pasien disebut spesialis untuk lebih lanjut evaluasi dan manajemen.
2) MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan medan magnet
yang kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang dan organ tubuh. Ini mungkin
disarankan untuk mendeteksi ukuran dan penyebaran setiap kanker tumor dalam
tulang.
3) CT scan
CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X yang melihat
ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan dada dapat mengungkapkan
penyebaran kanker tulang ke paru-paru.
c. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker tulang. Biopsi
melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang terkena dampak dari tulang dan
menodai dengan pewarna cocok pada slide dan memeriksa sel sampel di bawah
mikroskop di laboratorium.
Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas kanker dan
bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam perencanaan manajemen
kanker dan juga membantu dalam meramalkan hasil dari kanker.
Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode - inti biopsi
jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan setelah menerapkan lokal atau
umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke dalam tulang dan sampel jaringan akan
dihapus.
Biopsi terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Dokter bedah
membuat sayatan atas tulang yang terpengaruh kanker dan menghapus bagian yang
lebih besar dari tulang untuk analisis.
2.7 PENATALAKSANAAN
Bila osteoma kecil dan tidak memberikan keluhan, tidak diperlukan tindakan khusus.
Pada suatu osteoma yang besar serta memberikan gangguan kosmetik atau terdapat
penekanan ke jaringan sekitarnya sehingga menimbulkan keluhan sebaiknya dilakukan
eksisi.
a. Terapi
xvii
Jenis
ASAL OSEUS
Kondrosarkoma
Sel tumor raksasa maligna
Sarkoma osteogenik
Sarkoma osteogenik
parosteal
Terapi
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
a.
b.
c.
ASAL NON OSEUS
Kordoma
Sarkoma Ewing
Fibrosarkoma
b. Pengobatan
1) Kemoterapi, seperti gemsitabin dan dosetaksel
2) Analgesik, seperti morfin, oksikodon, hidrokodon dan fentanil.
c. Non Farmakologi
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi ).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
xviii
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli
psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika
dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah
(Smeltzer. 2001).
d. Pembedahan
1) Eksisi tumor
2) Pembedahan radikal, seperti hemipelvektomi atau amputasi insterskapulotorasika
atau ekstremitas
3) Pertahankan ketinggian kepala tempat tidur minimal 30 derajat
4) Elevasikan kaki tempat tidur atau tempatkan stump (punting) yang terkena di atas
bantal selama 24 jam pertama. (Hati hati jangan membiarkan posisi punting
selama 48 jam karena dapat menyebabkan kontraktur).
2.8 KOMPLIKASI
a.
b.
c.
d.
Infeksi
Hemoragi
Rekurens lokal
Fraktur patologis
xix
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
xxi
1. Observasi TTV
Kriteria Hasil:
6. Ambulasikan
klien
sesegera
mungkin
selama
......x24
jam
Kriteria Hasil:
1. Keseimbangan tubuh
2. Posisi tubuh
3. Gerakan otot
terkontrol)
3. Berikan massae pada waktu tidur
4. Hindari
komentar
tentang
penampilan pasien
5. Berikan obat ssuai indikasi.
4. Gerakan sendi
Intervensi:
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Pahami perspektif pasien terhadap
keperawatan selama .......x24 jam pasien
dapat mengontrol cemas.
situasi stress
2. Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Kriteria Hasil:
1. Monitor intensitas kecemasan
2. Menyingkirkan tanda kecemasan
3. Menurunkan stimulus lingkungan
ketika cemas
4. Merencanakan strategi koping untuk
situasi penuh stres
3. Berikan
informasi
mengenai
pasien
agar
dapat
mengurangi kecemasan
5. Dorong
pasien
mengungkapkan
untuk
perasaan,
ketakutan, persepsi
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat untuk mengurangi
kecemasan
3.4 Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang atau
hilang.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan
ambulasi mandiri.
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan pasien dapat
berkurang dan termosivasi untuk sembuh
xxiii
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Penyebab pasti terjadinya tumor masih belum
dipastikan. Namun ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya tumor tulang,
yaitu genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, infeksi. Tumor tulang
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tumor tulang benigna (tumor tulang jinak), dan
tumor tulang maligna (tumor tulang ganas). Adanya tumor tulang dapat diketahui selain
adanya massa dapat dilihat melalui pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,
radiologi, biopsi. Perkembangan atau perkumbuhan tumor tulang dapat dihambat melalui
terapi, farmakologi, dan pembedahan. Tumor tulang dapat menyebabkan infeksi,
hemoragi, rekurens lokal, dan fraktur patologis.
4.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Tumor
Tulang ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan
praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk
tindakan proses keperawatan.
xxiv
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner dan Suddart.
Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.
Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Soekanto, Ayly. Journal Tumor Jinak Muskuloskeletal. Surabaya: UNAIR.
Suratun, et al. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
http://www.NHS.uk/conditions/Cancer-of-the-Bone/Pages/diagnosis.aspx
xxv