Keratolitik adalah agen yang menyebabkan keratolisis, atau pengelupasan, epidermis. Pada konsentrasi rendah, zat keratolitik bekerja sebagai humektant atau agen pelembab. alpha-Hydroxy acid : asam laktat, asam glikolat, asam sitrat, asam glucuronat dan asam piruvat Bekerja mengurangi ketebalan stratum corneum dengan mekanisme yang tidak diketahui sepenuhnya dimana asam dapat melarutkan protein desmosom atau mengaktivasi enzim hidrolitik endogen sehingga terjadi perubahan pH stratum corneum yang menyebabkan keratolisis. Propylene glycol : agen humektan, oklusif dan keratolitik. Biasanya digunakan bersama obat lain untuk meningkatkan penetrasi obat tersebut. Biasanya tersedia dalam bentuk 20% bersama 5% asam laktat bentuk krim dan digunakan untuk pasien dengan ichthyosis lamellar dan penyakit hiperkeratosis lainnya. Asam salisilat : konsentrasi 0,5% hingga 60% dalam bentuk sediaan apapun. Konsentrasi 3-6% bersifat humektan yaitu membantu lepasnya skuama, melarutkan matrix intrasel dan melonggarkan hubungan antar corneocyte. Pada konsentrasi di atas 6%, asam salisilat bersifat destruktif terhadap jaringan. Urea : humektan yang bersifat proteolitik pada konsentrasi tinggi. Tersedia 10% hingga 50%, dalam bentuk krim, lotio, gel, suspensi, solutio, ointment, emulsi, aerosol. Dapat ditambahkan pada steroid topikal untuk meningkatkan penetrasi. Digunakan pada kulit kering dan destruksi kuku. Digunakan 2-3x per hari. Asam laktat : humektan dan keratolitik yang tersedia hingga konsentrasi 12%. Asam laktat juga meningkatkan produksi ceramide oleh keratinocyte sehingga fungsi proteksi kulit meningkat. Calcipotriene : analog vitamin D yang bekerja dengan menghambat proliferasi epidermal, menginduksi diferensiasi epidermal dan menyebabkan efek inflamatorik. Digunakan 2x/hari. Dapat menyebabkan iritasi jika digunakan pada wajah atau daerah intertriginosa.
Diphenylcyclopropenone/diphencyprone (DPCP) : adalah allergen kontak yang poten dan
digunakan untuk tatalaksana verruca viral dan alopecia areata. Bekerja dengan merubah kadar sitokin dan inflamasi non-spesifik. Squaric acid dibutyl ester : sensitizer topikal dengan mekanisme kerja yang serupa dengan DPCP. Dinitrochlorobenzene : sensitizer poten dengan mekanisme kerja yang serupa dengan DPCP. Formaldehyde : disinfektan yang menyebabkan anhidrosis, desikasi dan terkadang hipersensitivitas jika digunakan sebagai obat topikal. Tersedia dalam konsentrasi 10%. Dapat menyebabkan fissura pada kulit sehingga daerah sekitar kulit yang ingin diobati sebaiknya dilindungi dengan petrolatum, pasta zinc atau penggunaan obat yang rapi. Individu dengan eczema atau allergi sebaiknya menghindari penggunaan formaldehyde. Monochloroacetic acid, dichloroacetic acid dan trichloroacetic acid : tersedia dalam konsentrasi 50-90% efektif dalam penanganan verruca. Digunakan untuk peeling wajah pada konsentrasi 10-35%. Lesi anal dan vaginal terkadang ditatalaksana dengan TCA. Mono- dan dichloroacetic acid digunakan untuk verruca plantaris bersama oklusi plaster asam salisilat. Penggunaan diulang setiap 1 atau 2 minggu hingga terjadi resolusi sempurna.