You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Afiksia ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson, 1967). Keadaan ini disertai
dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang
terdapat pada penderita Asfiksia ini merupakan factor terpenting yang
dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan
ekstrauterin (Grabiel Duc, 1971).
Penilaian statistic dan pengalaman klinis atau patalogi anatomi
menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas
dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan
Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah
sebagai

manifestasi

hifoksia

berat

pada

bayi

saat

lahir

akan

memperlihatkan angka kematian yang tinggi.


Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada
bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis, gangguan
kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia
merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi
sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir (james,
1959).
Penyelidikan patologi anatomi yang dilakukan oleh Larrhoce dan
Amakawa (1971) menunjukkan ekrosis berat dan difus pada jaringan otak
bayi yang meninggal karena hipoksia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Asfiksia ?
2. Apa etiologi Asfiksia ?
3. Bagaimana penilaian Asfiksia ?

4. Bagaiman penanganan Asfiksia ?


C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian pada Asfiksia
2. Mengetahui etiologi asfiksia
3. Mengetahui penilaian Asfiksia
4. Mengetahui penanganan Asfiksia

BAB II
PEMBAHASAN ASFIKSIA
A. Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan kesehatan ibu selama atau sesudah persalinan. (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai
dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).
B. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenta sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi berkurang.Hipoksia bayi didalam Rahim ditunjukan dengan gawat
janin yang dapat berlanut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya :
1. Faktor ibu
a. Preeklamsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu kehamilan)
2. Faktor tali pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapses tali pusat
3. Faktor bayi
a. Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, sitosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstaksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur meconium (warna kehijauan)

C. Manifestasi klinis
1. Tidak bernafas atau bernafas mengap-mengap
2. Denyut jantung kurang dari 100/menit
3. Tonus otot menurun
4. Warna kulit kebiruan
5. Kejang
6. Penurunan kesadaran
D. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat dapat berasal dari faktor ibu, janin, dan
plasenta.Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyababkan perubahan
fungsional dan biokimia janin.Faktor ini berperan pada kejadian asfiksia.
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang.Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Bila terjadi gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan oksigen selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia
yang sangat hebat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu
periode apnea disertai penurunan frekuensi. Pada asfiksia berat usaha
bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada periode apnea kedua.Pada
tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan
keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi.Pada tingkat pertama hanya terjadi
asidosis respiratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terrjadi
metaolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehinga
glikogen tubuh terrutama pada jantung dan hati akan berkurang.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang
disebabkan oleh beberpa keadaan diantaranya :
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengruhi fungsi
jantung
2. Terjadi asidosis metabolic yang akan menimbulkan kelemahan otot
jantung

3.

Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan


tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami
gangguan.

Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)


Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadangkadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,
pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.
Pemeriksaan apgar untuk bayi :

1. Nilai APGAR

Tanda
A

0
Appearance Biru atau pucat

(color) warna kulit


P : Pulse (heart rate) Tidak ada

Tubuh

Nilai
1
kemerahan, Tubuh

ekstremitas biru
100/menit

ekstremitas biru
> 100/menit

Gerakan sedikit

Menangis

(reflek)
A : Activity (tonus Lumpuh

Reflek lemah

Aktif

otot)
R
:

Lemah

Tangisan kuat

denyut nadi
G

Grimance Tidak ada

Respiration Tidak ada

(usaha nafas)
Penilaian :
7 10 : normal (vigorous baby)
4 6 : asfiksia sedang
0 3 : asfiksia berat
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
skor mencapai 7.Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi
baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untukmemulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit
seperti penilaian skor Apgar)

E. Pemeriksaan diagnostik
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
anoksia/hipoksia janin.Diagnosis anoksia/hipoksia dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. 3 hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya,
akan tetapi apabila frekuensi turun sampai di bawah 100/menit diluar
his, dan lebih-lebih jika tidak teratur hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Meconium dalam air ketuban
Meconium pada presentasi sungsamh tidak ada artinya, akan tetapi pada
presensi kepala mungkin menunjukan gangguan oksigenasi dan harus
6

dan

diwaspadai. Adanya meconium dalam air ketuban pada presentasi kepala


dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila itu dapat
dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah
janin.Darah

ini

diperiksa

pH-nya.Adanya

asidosis

menyebabkan

turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggan
sebagai

tanda

bahwa

mugkin

gawat

janin

disertai

asfiksia.

(Wiknjosastro,1999).

1. Pemeriksaan penunjang :
a. Foto polos dada
b. USG kepala
c. Laboratorium : darah rutin( Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) :
kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan
serum elektrolit.
d. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
e. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya
kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah,
menunjukkan kondisi hemolitik.
F. Penatalaksanaan
1. Resusitasi
Tindakan resusitasi tidak melihat nilai APGAR. Tindakan resusitasi bayi
baru lahir mengikutu tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :
a. Memastikan saluran terbuka :
1) Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3
cm.
2) Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
3) Bila perlu meemasukkan pipa endo tracheal (pipa ET) untuk
memastikan saluran nafas terbuka.
b. Memulai pernafasan :
1) Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafarsan

2) Memakai VTP bila perlu seperrti : sungkup dan balon pipa ET


dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)
c. Mempertahankan sirkulasi :
Rangsaangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompres
dada.
2. Melakukan tindakan resusitasi, cara resusitasi dibagi dalam tindakan
umum dan tindakan khusus :
a. Tindakan umum
1) Pengawasan suhu
2) Pembersihan jalan nafas
3) Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segara dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2 dengan
tekanan dan intermiten, cara terbia dengan intubasi endotrakeal
lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfiksia berat hampir
selalu disertai asidosis., koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4
mEq/kg BB.kedua obat ini disuntikan kedalam intra vena
perlahanan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat
jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berl2angsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif
diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase
jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3
yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi
dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai
kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik
seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
2) Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapasan dapat dicoba, bila
dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan,

ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan


kateter O2 intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan
dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan
membuka dan menutup mulut disertai gerakan dagu keatas dan
kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan
gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan
gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan
tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2
menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke
kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya
mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil
jika setelah dilakukan berberapa saat terjadi penurunan frekuensi
jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus
segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera
diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA

A.

PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
Nama

Nama Panggilan

Umur / Tgl. Lahir

Jenis Kelamin

2. Identitas Orang Tua


Nama Ayah
Umur

:
:

Nama Ibu

Umur

Agama
Suku

:
:

Agama
Suku

:
:

Bahasa

Bahasa

Pendidikan

Pendidikan

Pekerjaan

Pekerjaan

Penghasilan

Penghasilan

Alamat

Alamat

3. Keluhan Utama
Bayi sesak napas
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat ini bayi dalam keadan BBLR 1900 gr, PB 46 cm, LK 29 cm, lahir
prematur dengan usia kehamilan 30 minggu. Gerak tangis lemah, merintih
(+)BAK (+)O2 head box (+), retraksi (+).
Upaya yang telah dilakukan :
Keluarga telah melakukan upaya pertolongan kepada bayinya dengan cara
membawa bayinya ke bidan.
Terapi yang diberikan :
Tidak ada terapi yang diberikan pada bayi hanya suntikan vitamin K saja.

10

5. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Penyakit yang pernah diderita:Bayi belum pernah memiliki riwayat
penyakit
b. Riwayat operasi: Bayi belum pernah mendapat tindakan operasi
c. Riwayat Alergi: Bayi tidak memiliki riwayat alergi
d. Riwayat Imunisasi: Bayi mendapatkan imunisasi hepatitis B
6. Riwayat Perinatal
a. Antenatal
Keluarga mengatakan pada saat hamil meriksakan kehamilannya ke
bidan setiap bulannya, yaitu sekitar 2 kali. Pada saat hamil ibu
mengatakan tidak mengalami penyakit yang parah, hanya mengalami
diare dan sakit maag saja.
b. Intra Natal
Bayi lahir dengan persalinan normal di tempat praktek bidan. Bayi
lahir dengan usia kehamilan 30 minggu, dengan jenis kelamin lakilaki. Ketuban berwarna jernih Lahir dengan BBL 1900 gram, apgar
skor 6.
c. Post Natal (0-7 hari)
Bayi mengalami sesak napas, berwarna biru sesaat setelah lahir,
dirujuk ke rumah sakit dan diberikan terapi O2head box sebanyak 6
Liter/menit
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang pernah
melahirkan dengan gejala bayi sesak nafas. Keluarga juga mengatakan
tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular ataupun penyakit
keturunan dalam keluarga mereka.
GENOGRAM

Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= klien

8. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


a. Perkembangan
Adaptasi social

11

Selama berada di ruang isolasi klien berada di tempat tidur bayi dan
mendapatkan terapi O2headbox 6 liter. Klien hanya dapat kontak
langsung dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan perawatan
Motorik kasar
Klien menggerak-gerakkan tangan serta kakinya secara lemah, klien
dapat merintih dan menagis secara lemah.
Motorik halus
Klien mampu menggenggam jari secara lemah.
Bahasa
Klien selalu menangis secara lemah dan pelan setiap dia merasa
tidak nyaman, BAB/BAK, haus ataupun lapar.

9. Keadaan Lingkungan
Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit:
Klien berada di tempat tidur bayi dan mendapat terapi O2 6liter sehingga
diharapkan dapat memulihkan asfiksia sedang yang dialami oleh klien.
10. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata laksana kesehatan
Keluarga mengatakan pada saat hamil tidak mengalami peyakit yang
parah, hanya mengalami diare dan maag. Keluarga tidak berani
memberikan obat-obatan sembarangan sebelum berkonsultasi dengan
bidan.
b. Pola Nutrisi & Metabolisme
Klien terpasang OGT pada saat pengkajian berlangsung klien masih
dipuasakan, rencana pemberian nutrisi ASI 8x7cc.
c. Pola eliminasi
BAB (+), BAK (+) sedikit, konsistensi feses cair warna masih hijau
kehitaman.
d. Pola aktifitas / bermain (termasuk kebersihan diri)
Klien belum bisa melakukan aktivitas apapun, masih tampak lemas,
kebersihan diri klien dibantu oleh perawat.
e. Pola Istirahat tidur
Klien lebih banyak tidur selama perawatan dan masih menggunakan
oksigen, sesekali klien mengeram sambil mencoba membuka O 2
Headbox yang terpasang.
f. Pola kognitif dan persepsi sensori
Bayi masih berusia 2 hari (tidak dapat dikaji)
g. Pola konsep diri
Bayi masih berusia 2 hari (tidak dapat dikaji)
h. Pola Hubungan Peran
Bayi masih berusia 2 hari (tidak dapat dikaji)
i. Pola Seksual seksualitas
Bayi berusia 2 hari, berjenis kelamin laki-laki, penis normal, testis
turun dua-duanya.
12

j. Pola Mekanisme Koping


Bayi masih berusia 2 hari (tidak dapat dikaji)
k. Personal Nilai dan kepercayaan
Bayi masih berusia 2 hari (tidak dapat dikaji)
11. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan Umum
1 Keadaan Umum : kondisi klien saat ini masih lemah, menangis
2
lemah
3 Kesadaran
:bayi banyak menghabiskan waktunya untuk tidur
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
:Suhu
: 36,40C
Nadi
: 112 x/mnt
RR
:46x/mnt
Panjang badan
: 42 cm
Lingkar kepala
: 29 cm
Lingkar dada
: 27 cm
Lingkar lengan atas
: 9 cm
Berat badan saat lahir
: 1900 gram
Berat badan saat ini
: 2000 gram
Berat badan ideal
: 2500 gram- 4000 gram
b. Kepala
Inspeksi
Bentuk kepala simetris, rambut tebal distribusi merata, lesi (-), bentuk kepala
bulat, lubang hidung simetris paten, pernafasan cuping hidung (-), terpasang
headbox, bibir simetris, terpasang OGT, palatum (+), retraksi dada (+),
Sianosis (-), lubang telinga (+), tulang telinga lunak.
Palpasi

Fontanel mayor teraba lunak, sutura belum menyatu, mata simetris,


pupil isokor, sklera berwarna putih, tidak ada sekret.
c. Leher :
Inspeksi dan palpasi

Tidak teraba adanya benjolan atau massa, warna kulit sekitar leher
pink, kaku kuduk (-), tidak ada lesi maupun pembesaran, pembesaran
kelenjar limfe (-).

d. Mata

13

Bentuk mata simetris, mata tertutup rapat, pupil isokor, sklera berwarna
putih.
e. Kulit

Turgor kulit cukup, kelembapan kulit cukup, mukosa lembab.


f. Thorax / dada :
Inspeksi
Bentuk simetris dextra/sinistra, adanya retraksi dada, warna kulit pada dada
pink, klien tampak sesak.
Palpasi
tidak teraba adanya benjolan atau massa.
Auskultasi

Terdengar suara ireguler, frekuensi napas normal diselingi dispnea,


suara jantung yang lemah.
g. Abdomen :
Inspekasi :
Terlihat tidak ada jaringan parut, tidak ada kemerahan, warna kulit pink, tidak
ada retraksi abdomen, tali pusat masih basah warna putih kekuningan.
Palpasi :
Tidak teraba masa atau benjolan, turgor kulit kurang elastis, distensi (-).
Auskultasi :

Terdengar bising usus yang sangat lemah


h. Keadaan punggung:
Bersih
Tulang belakang (+)
i. Ekstremitas :
Terlihat simetris kanan/ kiri, jari-jari lengkap, terlihat adanya perlukaan bekas
infus di tangan sebelah kiri, gerakan lemah.

Palpasi :

14

Tidak teraba masa atau benjolan, lemak dan subkutan teraba sangat
tipis, akral dingin, edema (-).
j. Genetalia & Anus :
Inspekasi :
Tampak sekitar genetalia dan anus sama dengan kulit sekitar, terlihat adanya
penis dan skrotum, testis turun.
Palpasi :

Adanya anus, tidak teraba benjolan atau masa.


k. Lain-lain :
CRT 2 detik
Abgar skor 6
12. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium 28 Oktober 2015
Pemeriksaan darah lengkap
Hb 18,5 mg/dl
Leukosit 11.180
Eritrosit 5,05
LED Hematokrit 51
Trombosit 91.000
Golongan darah AB

Nilai normal
14-18 mg/dl
3500-10000/cmm
4,5-6,5 juta/cmm
0-7/jam
40-54%
150.000 450.000

GDA 70
CRP (-)

13. Terapi
a. Oral
Bayi tidak mendapatkan terapi oral, Bayi dipuasakan
b. Parenteral
D10% 140 cc/24 jam
Inj cefotoxim 2x100 mg
Aminhophilin 3x4mg
Ca glu 1,5 cc
Indexon 3x0,5 mg
Aminofusin 20 cc

15

B.

ANALISA DATA
Tanggal

No

28
Oktober
2015

1.

Data Fokus
DS :
-

Problem

Etiologi

Pola napas
tidak efektif

Prematuritas (masih
lemahnya otot
pernapasan, defisiensi
surfaktan)

DO :

28
Oktober
2015

Bayi tampak sesak


Penggunaan otot bantu
pernapasan/retraksi
dinding dada
Terpasang headbox 6
Liter/menit
RR : 46 x/menit
Retraksi dada (+)
2. DS :
-

Nama
terang
dan ttd

Gangguan
termoregulati
on: hipotermi

Pusat pengaturan suhu


tubuh yang belum
sempurna

Ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Lemak tubuh kurang,


kondisi imatur saluran
pencernaan

DO :
30
Oktober
2015

Suhu = 36,4o C
Lemak dan subkutan tipis
Akral dingin
N =112 x/menit
CRT 2 detik
DS :
DO :

BB lahir : 1900 gr
Lingkar lengan atas 9 cm
Lingkar dada 27
Lingkar kepala 29
Keadaan umum GT bayi
lemah
- ASI sonde 8x7 cc

16

C.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal

No

Diagnosa Keperawatan

28
Oktober
2015

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Prematuritas


masih lemahnya otot pernapasan, defisiensi surfaktan

28
Oktober
2015

Gangguan termoregulation: hipotermi berhubungan dengan


Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum sempurna

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan lemak tubuh kurang, kondisi imatur
saluran pencernaan

30
Oktober
2015

Nama
terang
dan ttd

17

D.

TGL/

PERENCANAAN

Diagnosa
Keperawatan

JAM
28
Oktober
2015

Pola napas
tidak efektif
berhubungan
dengan
Prematuritas
masih
lemahnya otot
pernapasan,
defisiensi
surfaktan
ditandai
dengan:
DS :
DO :
Bayi tampak
sesak
Penggunaan otot
bantu
pernapasan/r
etraksi
dinding dada
(+)
Terpasang
headbox 6
Liter/menit
RR : 46 x/menit
Pola nafas
vesikuler
-

Tujuan &
Kriteria Hasil

Rencana
Tindakan

Rasional

TTD

NOC

1.Kaji frekuensi, 1.Kecepatan biasanya


kedalaman
meningkat. Dispnea
Respiratory
pernafasan dan
dan terjadi peningkatan
ekspansi dada
kerja nafas. Ekspansi
status:
dada terbatas dan
ventilation
berhubungan dengan
atelektasis paru
Respiratory
2.Auskultasi
bunyi
2.Bunyi
nafas menurun
status: airway
nafas dan catat
terjadi jika jalan nafas
patency
adanya bunyi
obstruksi sekunder
nafas
abnormal
terhadap perdarahan,
Vital sign
seperti ronki,
bekuan, atau kolaps
status
rales,
jalan nafas
wheezing,
Tujuan:
stridor
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 6 jam
pola napas
pasien efektif
dan adekuat

3.Buka jalan napas


dengan posisi 3.Perubahan posisi
lebih tinggi
meningkatkan
atau posisi
pengisian udara
miring
segmen paru sehingga
kanan/kiri
memperbaiki difusi gas

4.Kolaborasi
pemberian O2
headbox (6
Kriteria Hasil:
Liter/menit)
RR 40-60
x/menit
Dispnea (-)
Retraksi
dinding dada
(-)

4.Membantu
mempertahankan pola
nafas efektif klien

5.Awasi kesesuaian
pola pernafasan 5.
bisa
menggunakan
alat bantu
nafas. Catat
perubahan
tekanan udara

Kesesuaian bernafas
dengan alat bantu nafas
atau peningkatan
tekanan jalan nafas
diduga memburuknya
kondisi atau komplikasi
dari pemberian jenis
alat bantu nafas.

18

Kriteria Hasil:
menunjukkan
pola nafas
efektif dengan
frekuensi
pernafasan
dalam rentang
normal, klien
tidak merasa
tercekik, tidak
ada suara nafas
abnormal,
irama nafas
regular.
28
Oktober
2015

Gangguan
termoregulatio
n : hipotermi
berhubungan
dengan Pusat
pengaturan
suhu tubuh
yang belum
sempurn yang
ditandai
dengan:
DS :
DO :
- Suhu = 36,4o
C
- Lemak dan
subkutan
tipis
- Akral dingin
- HR 120
x/menit
- CRT 2 detik

Tujuan:

1.Mengkaji tanda 1.Mengetahui penyebab


dan gejala awal
terjadinya gangguan,
hipotermia/hipe
mengklasifikasikan
rtermia
jenis gangguan

setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan 2.Monitor TTV tiap 2.Memantau perubahan
2 jam sekali
yang terjadi pada tubuh
selama 6 jam
melalui tanda-tanda
diharapkan
vital untuk
suhu tubuh
menanggulangi
bayi bisa
terjadinya gangguan
yang lebih parah
kembali normal
3.Monitor
frekuensi dan 3.Mengetahui perubahan
irama
Kriteria Hasil:
yang mungkin terjadi
pernafasan
akibat gangguan
terjadi
termoregulasi tubuh,
perubahan pola nafas
keseimbangan
dan suara nafas
antara produksi
menandakan terjadinya
panas, panas
perubahan pada tubuh
yang diterima
akibat pengaturan suhu
dan kehilangan
tubuh yang tidak stabil
panas.
4.Memonitor suhu
Temperatur
warna dan
4.Perubahan suhu dan
kelembaban
stabil 36,50C
kelembaban tubuh akan
0
tubuh
menjelaskan kondisi
37,5 C
yang sedang dialami
saat ini. Suhu dibawah
36,5 mukosa tubuh
kering menandakan

19

terjadinya hipotermi
pada tubuh

30
Oktober
2015

Ketidakseimba
ngan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan lemak
tubuh kurang,
kondisi imatur
saluran
pencernaan
yang ditandai
dengan:
DS :
DO :
- BB lahir :
1900 gr
- BB sekarang :
2000 gr
- Lingkar
lengan atas 9
cm
- Lingkar dada
27
- Lingkar kepala
30
- Keadaan
umum
GT
bayi lemah
- ASI sonde 8x7
cc

5.Identifikasi
penyebab dari
perubahan
5.Mengantisipasi jika terjdi
tanda-tanda
perubahan kondisi
vital
secara mendadak
Tujuan :
1.Monitor mual
1.Mengetahui intake nutrisi
dan muntah
baik input ataupun out
nutrisi bayi
put, gejala mual
muntah menandakan
terpenuhi dan
berkurangnya jumlah
bayi mencapat
nutrisi yang telah
berat ideal
dijadwalkan

Kritera hasil:

2.Monitor
perubahan berat
badan yang
terjadi

BB bayi bisa
mencapai
rentang normal
yaitu 2500gr
4000gr
3.Menjaga
kelembapan
mukosa bibir
dengan
membasahi
area bibir

4.Monitor masukan
kalori
5.Memberikan
informasi yang
benar pada
orang tua bayi
tentang
kebutuhan gizi
dan bagaimana
memenuhinya

2.Dengan mengetahui
perubahan berat badan
baik dahulu ataupun
sekarang akan dapat
mengetahui status
nutrisi bayi
3.Mukosa bibir yang
kering menandakan
terjadi kekurangan
cairan dalam tubuh.
Dengan mengobsefasi
kelembaban mukosa
bibir diharapkan dapat
mengetahui status
cairan tubuh
4.Mengetahui jumlah
intake nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh
5.Memberikan informasi
kepada keluarga
diharapkan keluarga
mengetahui dan ikut
serta dalam pemenuhan
status gizi bayi

20

E. TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal/
No
29
Oktober
2015

29
oktober
2015
30
Oktober
2015

Jam

Tindakan Keperawatan

Nama
perawat

08.00 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada


WIB 2.Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
abnormal seperti ronki, rales, wheezing, stridor
3.Buka jalan napas dengan posisi lebih tinggi atau posisi
miring kanan/kiri
4.Kolaborasi pemberian O2 head box (6 Liter/menit)
5.Awasi kesesuaian pola pernafasan bisa menggunakan alat
bantu nafas. Catat perubahan tekanan udara
11.00 1. Mengkaji tanda dan gejala awalhipotermia/hipertermia
WIB 2. Monitor TTV tiap 2 jam sekali
3. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
4. Memonitor suhu warna dan kelembaban tubuh
5. Identifikasi penyebab dari perubahan tanda-tanda vital
20.30 1. Monitor mual dan muntah
WIB 2. Monitor perubahan berat badan yang terjadi
3. Menjaga kelembapan mukosa bibir dengan membasahi
area bibir
4. Monitor masukan kalori
5. Memberikan informasi yang benar pada orang tua bayi
tentang kebutuhan gizi dan bagaimana memenuhinya

21

F. EVALUASI

Tanggal/
No
29
Oktober
2015

Diagnosa
Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan
Prematuritas masih
lemahnya otot pernapasan,
defisiensi surfaktan

Evaluasi

Nama
mahasiswa

S :O:
-masih ada retraksi dada
-tidak ditemukan tanda-tanda
sianosis
-klien tidak terpasang
bantalan,namun kepala miring
kiri
-terpasang O2 head box 6
Liter/menit
-RR : 44 x/menit
-Suhu : 36,30C
-HR : 120 x/menit
A : Masalah keperawatan Pola
napas tidak efektif teratasi
sebagian
P:
Pantau pernapasan bayi
Pertahankan intervensi

.
29
Oktober
2015

Gangguan termoregulation:
hipotermi berhubungan
dengan Pusat pengaturan
suhu tubuh yang belum
sempurna

S :O:
- Bayi tampak diselimuti
- Suhu tubuh bayi 36,3oC

22

- akral hangat
-akral berwarna pink
A : Masalah keperawatan
Gangguan termoregulation:
hipotermi teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
Pantau kondisi klien,
terutama suhu badan
30
Oktober
2015

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan lemak
tubuh kurang, kondisi
imatur saluran pencernaan

S :O:
- BB= 2000 gram
- mukosa bibir sudah lembab
- klien tidak mengalami muntah
- nutrisi ASI tiap 8 jam sebanyak
7 cc
- Tampak lemas
A : Masalah keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan belum
teratasi
P : Pertahankan intervensi dan
modifikasi intervensi

23

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asfiksia adalah kedaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur.
Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).

24

DAFTAR PUSTAKA
-

Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan daan Keluarga Berencana. Jakarta. EGC


Purwandianto . A. 2006. Kedaruralan Medik. Bina Rupa Aksara Jakarta.
Wong. L Donna. 2005. Keperawatan Pediatrik. Edisi 1. Kedokteran. Jakarta. EGC.

25

You might also like