Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setelah Abad 15 M umat islam mengalami kemunduran yang
sangat parah ditandai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah sebagai simbol
kejayaan umat islam. Kemudian diikuiti dengan semangat bangsa Eropa
yang dengan Renaisance nya membawa keharuman bangsa tersebut
menuju puncak keemasan yang pernah di raih umat islam sebelumnya.
Dari titik kesadaran yang diraih bangsa Eropa tersebut mampu
menemukan berbagai inovasi dalam teknologi industri konsumtif; mesin,
listrik, teknologi pemintalan dan lain lain. Setelah waktu berjalan
penemuan inovasi ini tidak diimbangi raw material yang dimiliki bangsa
Eropa sehingga memunculkan revolusi industri, yang mengakibatkan
krisis kemanusiaan; Misalnya pengangguran, perbudakan, pemberontakan
sebagai akibat kaum Borjuist yang sudah tidak memerlukan lagi tenaga
manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai macam
dampaknya terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya, disatu sisi
dia mampu membantu dan meringankan beban manusia, namun di sisi lain
dia juga mempunyai andil dalam menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan,
bahkan eksistensi itu sendiri. Ilmu barat yang bercorak sekuler dibangun di
atas filsafat materialistisme, naturalisme dan eksistensialisme melahirkan
ilmu pengetahuan yang jauh dari nilai-nilai spritual, moral dan etika. Oleh
karena itu Islamisasi ilmu pengetahuan dalam pandangan para pemikir
Islam merupakan suatu hal yang mesti dan harus dirumuskan.
Problem terpenting yang dihadapi umat Islam saat ini adalah
masalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai
(netral) sebab dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan,
kebudayaan, dan filsafat, yang mencerminkan kesadaran dan pengalaman
manusia Barat. Membicarakan tema islamisasi ilmu pengetahuan tidak
bisa dilepaskan dari sosok Syed Muhammad Naquib al-Attas. Sebab
seperti dikemukakan oleh Wan Mohd. Nor Wan Daud, al-Attas adalah
seorang tokoh pemikir Islam yang pertama kali menggagas ide islamisasi
ilmu pengetahuan, tepatnya ilmu pengetahuan kontemporer/modern/masa
kini, di samping dua ide lainnya, yakni (1) problem terpenting yang
dihadapi umat Islam saat ini adalah masalah ilmu pengetahuan; dan (2)
ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai (netral) sebab dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan filsafat, yang
mencerminkan kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Maka dari itu,
dalam membahas tema islamisasi ilmu pengetahuan ini, pemikiran al-Attas
dengan dua ide mendasar lainnya tentang ilmu pengetahuan, mesti
dijadikan pijakan utama.
Ilmu pengetahuan dapat menjadi salah satu media dalam mencapai
kehidupan yang lebih baik. Dalam makalah ini akan dibahas tentang
Islamisasi ilmu pengetahuan. Dengan adanya Islamisasi Ilmu Pengetahuan
akan mampu menghilangkan keraguan dalam menekuni suatu ilmu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2. Apa tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana pemikiran para tokoh tentang Islamisasi Ilmu
Pengetahuan?
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan makna Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
2. Mengetahui tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
3. Mengetahui pemikiran-pemikiran tokoh tentang Islamisasi
Ilmu Pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Dalam bahasa arab, istilah islamisasi ilmu dikenal dengan Islamiyyat almarifat dan dalam bahasa inggris disebut dengan Islamization of Knowledge.
Islamisasi ilmu merupakan istilah yang mendiskripsikan berbagai usaha dan
pendekatan untuk mensitesakan antar etika islam dengan berbagai bidang
pemikiran modern. Produk akhirnya akan menjadi ijma (kesepakatan) baru bagi
umat islam dalam bidang keilmuan yang sesuai dan metode ilmiah tidak
bertentangan dengan norma-norma islam.
Menurut
Mulyadhi
Kartanegara,
Islamisasi
ilmu
pengetahuan
pertama
beranggapan
dilakukan
dengan
cara
mengislamkan orangnya.
3. Ketiga, Islamisasi yang berdasarkan filsafat Islam yang juga diterapkan
4.
manusia dalam wujud fisiknya cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang
sebenarnya, dan berbuat tidak adil terhadapnya. Islamisasi adalah suatu proses
menuju bentuk asalnya yang tidak sekuat proses evolusi dan devolusi.
Ini artinya dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, umat Islam akan
terbebaskan dari belengu hal-hal yang bertentangan dengan Islam, sehingga
timbul keharmonian dan kedamaian dalam dirinya, sesuai dengan fitrahnya.
Untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, menurut al-Attas,
perlu melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama ialah melakukan
proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk
kebudayaan dan peradaban Barat, dan kedua, memasukan elemen-elemen Islam
dan konsep-konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini
yang relevan. Jelasnya, ilmu hendaknya diserapkan dengan unsur-unsur dan
konsep utama Islam setelah unsur-unsur dan konsep pokok dikeluarkan dari setiap
ranting.
Al-Attas menolak pandangan bahwa Islamisasi ilmu bisa tercapai dengan
melabelisasi sains dan prinsip Islam atas ilmu sekuler. Usaha yang demikian
hanya akan memperburuk keadaan dan tidak ada manfaatnya selama virusnya
masih berada dalam tubuh ilmu itu sendiri sehingga ilmu yang dihasilkan pun jadi
mengambang, Islam bukan dan sekuler pun juga bukan. Padahal tujuan dari
Islamisasi itu sendiri adalah untuk melindungi umat Islam dari ilmu yang sudah
tercemar yang menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan. Islamisasi ilmu
dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian muslim yang sebenarnya
sehingga menambah keimanannya kepada Allah, dan dengan Islamisasi tersebut
akan terlahirlah keamanan, kebaikan, keadilan dan kekuatan iman.
Menurut al-Faruqi, Islamisasi adalah usaha untuk mendefinisikan
kembali, menyusun ulang data, memikirkan kembali argumen dan rasionalisasi
yang berkaitan dengan data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran,
memproyeksikan kembali tujuan-tujuan dan melakukan semua itu sedemikian
rupa sehingga disiplin-disiplin ini memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat
bagi cause (cita-cita).
Secara umum, Islamisasi ilmu tersebut dimaksudkan untuk memberikan
respon positif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern yang sekularistik dan
Islam yang terlalu religius, dalam model pengetahuan baru yang utuh dan
integral tanpa pemisahan di antaranya.
Selain kedua tokoh di atas, ada beberapa pengembangan definisi dari
Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Osman Bakar, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebuah program yang berupaya
memecahkan masalah-masalah yang timbul karena perjumpaan antara Islam
dengan sains modern sebelumnya. Progam ini menekankan pada keselarasan
antara Islam dan sains modern tentang sejauhmana sains dapat bermanfaat bagi
umat Islam.
Dan M. Zainuddin menyimpulkan bahwa Islamisasi pengetahuan pada
dasarnya adalah upaya pembebasan pengetahuan dari asumsi-asumsi Barat
terhadap realitas dan kemudian menggantikannya dengan worldviewnya sendiri
(Islam).
Dari pengertian Islamisasi pengetahuan diatas dapat disimpulkan
bahwa Islamisasi dilakukan dalam upaya membangun kembali semangat
umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kebebasan
penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional empirik dan filosofis
dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-quran dan Sunnah Nabi.
Sehingga umat Islam akan bangkit dan maju menyusul ketinggalan dari
umat lain, khususnya Barat.
Maraknya kajian dan integrasi keilmuan (islamisasi ilmu pengetahuan)
dewasa ini dengan center didengungkan oleh kalangan intelektual muslim antara
lain Naquib Al Attas dan Ismail Raji Al Faruqi, tidak lepas dari kesadaran
berislam ditengah pergumulan dunia global yang sarat dengan kemajuan iptek. Ia
misalnya berpendapat bahwa umat Islam akan maju dan dapat menyusul Barat
manakala mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan dalam memahami
wahyu, atau sebaliknya mampu memahami wahyu untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Walaupun sudah muncul pada tahun 70-an konsep Islamisasi Ilmu
Pengetahuan versi al Faruqi pertama kali di sosialisasikan secara internasional
dalam seminar Om Islamization Of Knowledg di Islamabad, Pakistan 4-9 Januari
1982. seminar ini terlaksana atas kerja sama National Hijra Centenery celebration
2.2 Tujuan
Dengan adanya islamisasi ilmu pengetahuan diharapkan nantinya akan
dihasilkan sebuah sains Islam yang didasarkan pada al-Quran dan al-Hadits, di
mana sains Islam tersebut berbeda dengan sains Barat yang telah berkembang saat
ini. Adapun perbandingan antara sains Barat dan sains Islam, yaitu :
No
Sains Barat
Sains Islam
1.
2.
3.
subjektif
Komitmen emosional sangat penting
rasionalitas
Tidak memihak, ilmuwan hanya
4.
5.
6.
penggunaannya
moral sebagai bentuk ibadah
Tidak adanya bias, validitas suatu Adanya subjektivitas, validitas sains
sains hanya tergantung pada bukti tergantung pada bukti penerapan juga
7.
yang menjalankannya
(subjektif)
Penggantungan pendapat, sains
hanya dibuat atas dasar bukti yang dasar bukti yang tidak meyakinkan
8.
meyakinkan
Reduksionisme, cara yang
sains
Fragmentasi, pembagian sains ke Holistik, pembagian sains ke dalam
dalam disiplin dan subdisiplin-
subdisiplin
holistik
10. Universalisme, walaupun universal Universalisme, buah sains bagi
namun buah sains hanya bagi
ideologis
atau haram
Loyalitas pada Tuhan dan makhluk-
tinggi
kualitas ciptaan-Nya
Manajemen sains adalah sumber
penelitian sains
penelitian sains
walaupun pada saat sekarang kita masih mengekor kepada ilmu Barat. Tidak
ada salahnya melakukan seperti itu. karena saat ini islam dalam keadaan tidur
belum menemukan teori dan ilmu baru dari ilmu yang ada. Dalam perjalanannya
pasti akan ditemukan teori baru yang diciptakan oleh umat islam yang memilki
konsep dan prinsip tauhid dan hal ini sudah terbukti dengan bermunculannya
ilmuwan islam saat ini.
Disiplin-disiplin ilmu di Barat diuraikan menjadi kategori-kategori,
prinsip-prinsip, metodologi-metodologi, problema-problema dan tema-tema.
Penguraian tersebut harus mencerminkan daftar isi sebuah buku. Dan hasil
uraian tersebut harus berbentuk kalimat-kalimat yang memperjelas istilah-istilah
teknis, menerangkan kategori, prinsip, problema, dan tema pokok disiplin ilmu
Barat.
2. Survey Disiplin Ilmu
Setiap disiplin ilmu harus disurvei dan esei-esei harus ditulis dalam bentuk
bagan
mengenai
asal-usul
dan
perkembangannya
beserta
pertumbuhan
metodologinya, perluasan cakrawala wawasannya, dan tak lupa sumbangansumbangan pemikiran yang diberikan oleh para tokoh utamanya.
3. Penguasaan Khasanah Islam
Gagasan islamisasi Ilmu Pengatahuan menjadi kurang bermakna apabila
tidak dikaitkan masalah warisan islam yang menyumbangkan ilmu pengetahuan
yang sangat besar. Namun sumbangan intelektual muslim tradisional tentang
disiplin ilmu pengetahuan modern tidak mudah didapat, dibaca, dan dipahami
oleh seorang intelektual muslim saat ini alasannya.
a. Ilmu pengetahuan modern tidak terdapat padanannya dalam khazanah
intelektual islam.
b. Para sarjana muslim terutama yang mendapatkan pendidikan Barat (sekuler)
sering gagal memahami khazanah warisan islam yang mengaanggap warisan
islam tidak memiliki kekuatan apapun terhadap disiplin ilmu yang dipelajarinya.
c. Para sarjana muslim tidak memiliki waktu atau usaha untuk meneliti khazanah
warisan islam yang amat kaya dan luas.
Sebaliknya para sarjana muslim yang dididik secara tradisional sebagai
otoritas pemilik khazanah warisan islam tidak dapat memecahkan maupun
menetapkan keterkaitan warisan tersebut dengan disiplin ilmu pengetahuan
9
10
Umat islam memiliki wawasan yang diperlukan untuk kemajuan manusia untuk
membuat sejarah berjalan kea rah apa yang dikehendaki Allah SWT.
10. Analisa Kreatif dan Sintesa
Sintesa kreatif harus dicetuskan diantara ilmu-ilmu islam tradisional dan
disiplin-disiplin ilmu modern untuk dapat mendobrak kemandegan selama
beberapa abad terakhir ini.
11. Penuangan kembali Disiplin Ilmu Modern ke dalam Kerangka Islam
Pada dasarnya, para pemikir islam tidak akan tiba pada suatu penyelesaian
yang sama, atau memilih pilihan yang sama dalam hal penentuan relevansi islam
terhadap eksistensi umat islam di masa kini dan di masa mendatang.
12. Penyebarluasan Ilmu-ilmu yang telah diislamkan
Adalah suatu kesia-siaan apabila hasil karya para ilmuwan muslim hanya
disimpan sebagai koleksi pribadi mereka masing-masing. Karya apa saja yang
dibuat berdasar Lillahi Taala adalah menjadi milik seluruh umat islam.
Pemanfaatan karya-karya tersebut tidak mendapat berkah Allah kecuali jika
dilaksanakan untuk sebanyak mungkin makhluk-Nya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil makalah ini, kami dapat menyimpulkan beberapa hal dari
Islamisasi Ilmu Pengetahuan antara lain:
1. Kata islamisasi dinisbatkan kepada agama islam yaitu agama yang
telah diletakkan manhajnya oleh Allah melalui wahyu. Ilmu ialah
persepsi, konsep, bentuk sesuatu perkara atau benda. Islamisasi ilmu
berarti hubungan antara Islam dan ilmu pengetahuan yaitu
hubungan antara Kitab Wahyu al-Quran dan al-Sunnah dengan
Kitab Wujud dan ilmu kemanusiaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
International
Media.
Nadwi, Abul Hasan Ali.,2008, Islam dan Dunia, Bandung : Angkasa. Osman
Instiutut
of
Islamic
Thought,
2000,
Islamisasi
Ilmu
Bakar, 1994, Tauhid dan Sains, Bandung: Pustaka Hidayah. Suef, Mohammad.
Islamisasi Ilmu: Sejarah, Dasar, Pola dan Strategi. Diakses tanggal 9
desember 2013.
Wan Mohd Nor Wan Daud,2008, The Educational Philosophy and Practice of
Syed Muhammad Naquib al-Attas, diterjemahkan oleh Hamid Fahmy dkk,
Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, Bandung:
Mizan, 1998.
13