You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN TBC

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


( STIKES BALI )

Kampus I : Jalan Tukad Pakerian No.90 Panjer Denpasar Bali


Tlp.(0361)221795,Fax. (0361)256937, Website : http://www.stikesbali.ac.id
Kampus II : Jalan Tukad Balian No. 180 Denpasar Bali
Tlp. (0361) 7804837, 8764848, 8956208, Fax. (0361)8956210

OLEH :
BELA UTARI

12C10755

DIAH PURNAMI PUTRI

12C10773

DIANA PURNAMA DEWI

12C10779

ESHA GALINDA

12C10797

MAS UTARI DEWI

12C10824

NITA PARSINI

12C10839

NOVIA MAHARTINI

12C10842

RATIH LESTARI

12C10866

SAVITRI HANDAYANI

12C10878

SRI HANDAYANI

12C10887

VIVI KARLIANTI

12C10914

YENNI WIDIANTARI

12C10926

YUNITA RAHMA DEWI

12C10911

RUPAWAN

12C10875

TAUFIK HERMAWAN MAYANG

12C10902

DHARMA KUSUMA

12C10770

A. LAPORAN PENDAHULUAN
Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua
organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Patofisiologi
Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya
infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh
manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich (1930) menemukan
bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal ini
disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru
mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible).
Gejala Klinis
Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan) dan faktor agen
(jumlah, virulensi).
Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah :

Tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi.
2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to
thrive)

3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi
saluran napas akut), dapat disertai keringat malam
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple
5. Batuk lama lebih dari 30 hari
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare

Gejala spesifik sesuai organ terkena :


1. TB kulit/skrofuloderma;
2. TB tulang dan sendi (gibbus, pincang);
3. TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk kaku, muntah, dan kesadaran
menurun;
4. TB mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koroid), dll.
Klasifikasi
Jika berdasarkan klasifikasinya, manifestasi TB pada anak adalah sebagai berikut:
Ranke membagi tuberkulosis dalam 3 stadium, yaitu :
1. stadium pertama yang merupakan kompleks primer dengan penyebaran limfogen.
2. Stadium ke dua yaitu Pada waktu terjadi penyebaran hematogen.
3. Stadium ketiga yaitu Tuberkulosis paru menahun (crhonic pulmonary tuberkulosis).
Klasifikasi lain dari tuberkulosis adalah:
1. Tuberkulosis primer yang merupakan infeksi pertama dari tuberculosis,

2. tuberkulosis subprimer yang merupakan komplikasi tuberkulosis primer serta


3. Tuberkulosis pascaprimer yang merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan
estrogen setelah infeksi primer sembuh.
Ada juga yang membagi tuberkulosis menjadi dua stadium, yaitu
1. Tuberkolosis primer yang merupakan kompleks primer serta komplikasinya.
2. Tubekolosis pasca primer.
Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit secara
perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau gejala.
Dengan melakukan uji tuberkulin secara rutin, dapat ditemukan penyakit tuberkulosis pada anak.
Gejala tuberkulosis primer juga dapat panas yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau
tanpa batuk dan pilek.Gambaran klinis tuberkulosis primer lain ialah panas, batuk, anoreksia dan
berat badan yang menurun. Kadang-kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus abdominalis
atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila dijumpai panas
seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil,harus dipikirkan juga kemungkinan
tuberkulosis sebagai penyebab panas tersebut.
Tuberkulosis dapat juga menunjukkan gejala seperti brokopneumonia, sehingga pada anak
dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan
brokopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis. Konjungtivitis
fliktenularis dapat juga dijumpai pada anak dengan tuberkulkosis ,terutama tuberkulosis tonsil,
adenoid dan telinga tengah. Flikten pada mata diduga sebagai gejala hipersensivitas dan dalam
flikten tidak terdapat basil tuberkulosis. Selama tuberkulosis atau fokus tuberkulosis masih ada,
flikten sering tetap hilang timbul. Flikten sering disertai infeksi sekunder biasanya oleh
Staphylococus hemolyticus. Hal lain yang juga dapat menyebabkan timbulnya flikten ialah
benda asing, trakoma dan askariasis. Eritema nodusum sangat jarang dijumpai di Indonesia,
tetapi bila terdapat pada kulit menunjukkan bahwa penyakit masih aktif. Gambaran klinis lainnya
sesuai dengan organ yang terkana misalnya paru, selaput otak, hepar, tulang dan sendi, ginjal dan

lain-lain.

Komplikasi
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian

karena

syok

hipovolemik

atau

tersumbatnya

jalan

nafas.

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan
fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak
(adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Pemeriksaan Diagnostik
Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak khas,tetapi
kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk dan pilek, anoreksia,
penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis. Petunjuk lain
umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya kontak dengan penderita tuberkulosis orang dewasa.
Diagnosis tuberkulosis paru berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan
radiologis paru. Basil tuberkulosis tidak selalu dapat ditemukan pada anak

Penatalaksanaan
1. Kemoterapi : Pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3 karakteristik basil,
yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan oksigen, basil yang hidup di
tempat yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga beberapa tahun, dan
basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat. Isonized (INH) bekerja
sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif, diberikan selama 12-18 bulan,
dosis 10-20 mg/kgBB/hari melalui oral. Selanjutnya kombinasi antara INH dan
pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan. Selama 2 bulan pertama obat diberikan
setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali dalam 1 minggu. Pada TB berat dan
ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan
(ditambah EMB dan streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan RIF selama 4-10 bulan
sesuai perkembangan klinis. Pada meningitis TB, perikarditis, TB milier, dan efusi pleura
diberikan kortikosteroid yaitu prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu, diturunkan
perlahan (tapering off) sampai 2-6 minggu bersamaan dengan pemberian obat anti
tuberkulosis. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuscular) dan
ethambutol.
2. terapi pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak
terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya.

3. terapi pembedahan. Terapi ini dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan
dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki
kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulornatosa tuberkulosis untuk
jaringan paru yang rusak.
4. Pencegahan adalah dengan :
a) menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberculosis,
b) mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat,
c) meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi,
d) isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan kemoterapi,
e) pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
oleh basil tuberculosis virulen.
Non Medikamenosa.
Pendekatan DOTS Hal yang paling penting pada tatalaksana TBC adalah
keteraturan minum obat. Pasien TBC biasanya telah menunjukkan perbaikan
beberapa minggu setelah pengobatan sehingga merasa sembuh dan tidak melanjutkan
pengobatan. Lingkungan sosial dan pengertian yang kurang mengenai TBC dari
pasien serta keluarganya tidak menunjang keteraturan pasien untuk minum obat.
Kepatuhan pasien dikatakan baik jika pasien meminum obat sesuai dengan dosis
yang ditentukan dalam panduan pengobatan. Kepatuhan pasien ini menjamin
keberhasilan pengobatan dan mencegah resistensi. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kepatuhan pasien adalah dengan melakukan pengawasan langsung
terhadap pengobatan.
DOTS ( Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi yang telah
direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC.

Strategi ini dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995. Penanggulangan dengan


strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi.

Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu :
a) Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan
dana.
b) Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis,
c) Pengobatan dengan panduan Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat,
d) Kesinambungan penyedian OAT jangka pendek dengan matu terjamin,
e) Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan
dan

evaluasi

program

penanggulangan

Orang yang dapat menjadi pengawas minum obat adalah :


a) Petugas kesehatan,
b) Keluarga pasien,
c) Kader,
d) Pasien yang sudah sembuh,
e) Tokoh masyarakat,
f) Guru.

TBC.

Tugas pengawas minum obat adalah :


a) Mengawasi pasien agar minum obat secara teratur sampai selesai
pengobatan,
b) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur,
c) Mengingatkan kepada pasien untuk periksa dahak ulang (pasien dewasa)
dan
d)

Memberi penyuluhan kepada anggota keluarga pasien TBC yang


mempunyai gejala-gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri
ke unit pelayanan kesehatan.

Pada anak kuman M. TBC sulit ditemukan, baik pada biakan, lebih-lebih pada
pemeriksaan mikroskopis langsung. Oleh karena itu pada anak diagnosis tidak dapat dibuat
berdasarkan pemeriksaan mikroskopis yang dianjurkan dalam strategi DOTS. Maka diperlukan
strategi diagnostik lain yaitu dengan menggunakan sistem skoring.
Kemoprofilaksis. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi (uji
Tuberculin negatif), tetapi kontak dengan penderita TB aktif, obat yang digunakan adalah INH 510 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan. Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan uji
tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor menjadi TB
aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau
imunosupresan lain, penderita penyakit keganassan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk,
masa akil balik, atau infeksi baru TB, konfersi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat yang
digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota
dan daerah, jumlah keluarga)

b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)


c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)
2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia
ikterus
d. Riwayat Masa Lampau
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk
yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan
sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah
pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
2) Pernah dirawat dirumah sakit
3) Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TBC
5) Alergi
6) Daya tahan yang menurun.
7) Imunisasi/Vaksinasi : BCG

e. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat


benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan
sub mandibula)
f. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
1) Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga
yang banyak), pola sosialisasi anak.
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
6) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
h. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota
keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,
Pelaksanaan spiritual)
i. Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi,

kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak


diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub
kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan
karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali. Pola
aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul sesak
nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat
pada malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada
nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari
keluarga tidak mampu. Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif,
kadang pemarah. Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap
orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak
biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik
diri, pasif.
j. Pemeriksaan Fisik
Demam: sub fibril, fibril (40-41C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya
iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang,
dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak
nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit
diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani bila terdapat
kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik. Atropi dan
retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila mengenai pleura
terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar
biasanya multipel. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
k. Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan
1) Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+). hipersensitifitas tipe lambat imunitas

seluler Infeksi TB
2) Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi,
abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas.
3) Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal:
tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara :
cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
4) Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
5) Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria
diagnosa.
6) Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)

l. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST


1) Pertumbuhan
a) Kaji BBL, BB saat kunjungan
b) BB normal

c) BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur


d) Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R
= usia dalam tahun
e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek
dengan mata, mengoceh,
b) usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda,
tertawa, dan mengais meringis
c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri,
merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke
tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
d) usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu
mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan larangan
berpartisipasi dalam permainan.
e) usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun
2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
f) usia 18-24 bulan = naikturun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata
dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan
minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
g) usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3
kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
h) usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara
dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.

i) usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan


menghitung.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul yaitu :
a. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi
b. Defisit pengetahuan tentang proses infeksi
c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh menurun,
malnutrisi, proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
d. Ketidakpatuhan berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu yang
lama.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Batuk yang sering,
adanya produksi sputum, Anoreksia.
f. Risiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua berhubungan
dengan isolasi pasien

3. Perencanaan keperawatan
Dx.1
KH : Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dispneu

Rencana tindakan :
a. Berikan oksigen humidifier bagi anak dengan dispnue
R : dispnea masih dapat terjadi, hingga pemberian obat kemoterapi
dimulai untuk mendapatkan efeknya, O2 humidifier mengurangi dipsnue dan
meningkatkan oksigenasi.
b. Tinggikan bagian kepala tempat tidur
R : Peninggian kepala menyebabkan otot diafragma mengembang

c. Berikan obat batuk ekspektoran sesuai kebutuhan


R : ekspektoran membantu mengeluarkan mucus
Dx.2
KH : Keluarga akan mengekspresikan pemahamannya tentang proses penyakit dan
pengobatan
Rencana tindakan :
a. Ajarkan Orang Tua dan anak (jika tepat) tentang penularan dan pengobatan TB
R : pemahaman bagaimana penularan TB dan penangannya membantu
mengurangi kecemasan dan peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan,
prosedur isolasi, dan pengobatan yang diberikan.

b. Ajarkan Orang Tua dan anak (jika tepat) tentang bagaimana memberikan
pengobatan, berapa lama terapi pengobatan harus dijalani, dan apa yang terjadi
bila anak tidak menjalani tuntas pengobatannya.

R : pemahaman bagaimana memberikan pengobatan dan risiko bila


pengobatan diberhentikan di awal akan menigkatkan kepatuhan.

Dx.3
KH : Tidak terjadi penyebaran infeksi
Rencana tindakan :
a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui
bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan
potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
R : Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap
terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
b. Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan
terapi pencegahan.
R : Pengetahuan dan terapi dapat meminimalkan kerentanan terjadinya
penyebaran
c. Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
R : Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan
R : Masker dapat mengurangi resiko penyebaran infeksi
e. Monitor temperature
R : untuk mengetahui adanya indikasi terjadinya infeksi. Febris
merupakan indikasi terjadinya infeksi.
f. Kolaborasi Pemberian terapi untuk anak

R : Kerja sama akan mempercepat proses penyembuhan


g. Monitor sputum BTA. Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi
diteruskan sampai batas waktu yang ditentukan.
R : Pemantauan untuk terapi yang akan dilaksanakan selanjutnya
Dx.4
KH : Orang tua dan anak akan mengikuti pedoman terapi
Rencana tindakan :
a. Kaji seberapa banyak pengetahuan dan yang dimiliki orang tua dan anak
tentang TB dan hal ketidakpahaman yang dimiliki
R : pengkajian membantu menentukan apa yang orang tua dan anak
butuhkan untuk belajar agar dapat membantu mereka memenuhi pengobatan
jangka panjang.
b. Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) tentang program pengobatan dan alasan
menjalani pengobatan dengan tuntas, dan yakinkan tentang pendidikan yang
diperlukan.
R : Pendidikan dan penguatan diberikan pada orang tua dan anak dengan
informasi perlunya mengikuti program pengobatan dengan tuntas dan
menurunkan risiko kegagalan akibat defisit pengetahuan.
c. Identifikasi alternatif pemberi layanan yang dapat memberikan pengobatan
anak jika diperlukan
R : hak ini akan menurunkan risiko pengabaiyan dosis yang dilakukan
anak selama pengobatan
Dx.5
Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi dan BB meningkat.

KH : Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,
pemulihan kebutuhan nutrisi, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang. Dengan
bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral)
sesuai program dietetik.
Rencana Tindakan:
a. Mengukur dan mencatat BB pasein
R : BB menggambarkan status gizi pasien
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R : Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
R : Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Memberikan makanan tinggi TKTP
R : Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah
e. Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
R : Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan
f. Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
R : Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang
digunakan untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.

g. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi


pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan
contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.

R : Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan


nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik
yang telah diberikan selama hospitalisasi.
h. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
R : Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi
klien.
i. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
R : Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi
defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.
j. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap
pagi.
R : Menilai perkembangan masalah klien.
k. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
R : Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral

Dx.6
KH : Orang tua tetap dapat menjalankan perannya
Rencana tindakan :
a. Ajarkan orang tua tentang tekhnik isolasi yang benar

R : pemahaman dan mengikuti teknis isolasi dengan benar membantu


mencegah penularan TB yang memungkinkan orang tua bersama selama mungkin
dengan anaknya, akan mengurangi perpisahan
b. Motivasi orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk mengunjungi anak
secara teratur.
R : seringnya keluarga kontak akan mengurangi kecemasan terhadap
perpisahan.
4.Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau
belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya

6. Penkes (HE)
a. Jelaskan pada keluarga pasien tentang penyakit tersebut dan tekankan pentingnya terus
meminum obat selama waktu yang telah ditentukan.
b. Jelaskan efek samping terapi obat dan beritahu pasein untuk segera melapor jika
mengalami hal-hal tersebut.

c. Jelaskan gejala gejala kekambuhan (batuk terus menerus, demam, atau hemaptomisis).
Anjurkan keluarga pasien untuk segera melapor jika terjadi hal-hal tersebut.
d. Anjurkan keluarga pasien untuk mengantar pasien agar datang sesuai jadwal yang
ditentukan untuk pemeriksaan bakteriologi sputum untuk memantau respon terapeutik dan
kepatuhan.
e. Anjurkan keluarga pasien untuk memberikan makanan TKTP (Tinggi kalore Tinggi
Protein) seperti: telur, tahu, tempe, ikan, kacang-kacangan.
f. Jelaskan pada keluarga untuk memperhatikan kebersihan dan proses dalam memasak
(harus matang)

BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih
tetap

merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk

Indonesia.
2. TBC pada anak masih merupakan penyakit mayor yang menyebabkan kesakitan.
3. Besarnya kasus TBC pada anak di Indonesia masih relatif sulit diperkirakan.
4. Diagnosis TBC tidak dapat ditegakkan hanya dari anamnesis, pemeriksaan fisik
atau pemeriksaan penunjang tunggal. Selain alur diagnostik, terdapat pedoman
diagnosis dengan menggunakan sistem skoring.
5. Gambaran klinis TBC pada anak: badan turun, Nafsu makan turun, demam tidak
tinggi dapat disertai keringat malam, pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang
tidak sakit, batuk lama lebih dari 30 hari.
6. Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5 mm pada gizi
buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.
7. Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
antara pemberian medikamentosa, penataaan gizi dan lingkungan sekitarnya
8. Obat TBC yang digunakan yaitu Obat TBC utama (first line) rifampisin, INH,
pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Obat TBC lain (second line): PAS,
viomisin, sikloserin, etionamid, kanamisin, dan kapriomisin yang digunakan jika
terjadi multi drug resistance.
9. Pada keadaan meningitis TBC, milier TBC, penyebaran bronkogen, pleuritis TBC,
pleuritis TBC dengan keadaan umum jelek ditambah teapi dengan kortikosteroid.
10. Usaha preventif dilakukan dengan vaksin BCG dan kemoprofilaksis.
Keterlambatan motorik kasar menunjukkan adanya kerusakan pada susunan saraf
pusat seperti serebral palsi (gangguan motorik yang di sebabkan oleh kerusakan
bagian otok yang mengatur otot-otot tubuh)

3.2.

Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan

prosedur yang ada.Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-gejala penyakit
pada anak teruma pengetahuan tentang penyakit TB.

DAFTAR PUSTAKA
Diposting oleh Admin. Minggu : 19 Agustus 2007. Tuberkulosis Pada Anak. Artikel
Kedokteran,Pediatrik.http://medlinux.blogspot.com/2007/08/tuberkulosis-pada

anak.html

Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Posted By : Asti di 08.10. Jumat, 26 Maret 2010. Halaman: 14 (9304 hits. Sindrome
Down.http://astiw.blogspot.com/2010/03/sindroma-down.html

Speer, morgan, kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical
Pathaway.

Edisi

ke-3.

Jakarta

EGC

Suriadi, Yulliani, rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi ke-2. Jakarta : PT. Percetakan
Penebar

Swadaya

Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2: Cetakan Ke-11.
Jakarta

Percetakan

Wong, L.donna, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol : 2. Jakarta : EGC.

Infomedika

You might also like