You are on page 1of 11

Abstrak

Asma adalah gangguan pernafasan yang paling umum di Kanada. Selain


perkembangan yang signifikan dalam diagnosa dan pengaturan dari gangguan
ini, kebanyakan orang Kanada yang mengidap penyakit asma cenderung tidak
terkontrol. Di kebanyakan pasien, control dapat diperoleh melalui penggunaan
ukuran penghindaran(pencegahan) dan campur tangan pharmakologis yang
tepat. ICSs menunjukan standar penyembuhan dari kebanyakan pasien.
Kombinasi ICS/LABA inhaler lebih dipilih untuk kebanyakan orang dewasa yang
gagal memperoleh control dari terapi ICS. Allergen-specifik immunotheraphy
menunjukan kemungkinan terapi modifikasi-gangguan untuk banyak pasien
penderita asma, tetapi hanya bisa di resepkan oleh dokter dengan pelatihan
alergi yang tepat. Monitoring teratur untuk control asma, rajin terapi dan tehnik
inhaler juga merupakan komponen esensial dari pengaturan asma. Artikel ini
menyediakan sebuah ulasan dari literatur terbaru dan aturan untuk
mendiagnosis dengan tepat dan mengatur asma.

Pengenalan
Asma cenderung menjadi penyakit pernafasan kronis yang paling umum di
Kanada. Menyerang rata2 10% dari populasi.(1) Walaupun asma sering dipercaya
menjadi gangguan paru2 lokal, bukti terbaru mengindikasikan bahwa ini bisa
saja menunjukan sebuah komponen dari sistem penyakit jalan-udara termasuk
keseluruhan track pernafasan, dan ini didukung dengan fakta bahwa asma sering
ada mendampingi gangguan atopic lainnya, seperti allergic rhinitis.(2)
Selain perkembangan yang signifikan dan pengaturan asma dalam dekade lalu,
seperti halnya kemunculan dari comprehensif dan diterima dengan terbuka
secara nasional dan internasional aturan praktek klinik untuk penyakit tersebut,
control asma di Kanada cenderung kurang optimal. Hasil terbaru dari TRAC di
penelitian Kanada menunjukan bahwa 50% dari orang kanada penderita asma
telah uncontrolled disease.(3) sedikitnya control asma menyumbang batasan
morbidity yang tidak perlu untuk aktifitas sehari2 dan ketidakcocokan dalam
segala kualitas hidup(1)
Artikel ini menunjukan keseluruhan bahasan dari aturan diagnotic dan
therapeutic yang direkomendasikan dari GINA dan CTS dan juga bahasan dari
literatur terbaru yang berhubungan dengan pathophysiology, diagnosis, dan
perawatan asma yang tepat.

Definisi/Pengertian
Asma di artikan sebagai penyakit inflammatory kronis dari jalan-udara.
Inflammatory kronis diasosiasikan dengan jalan-udara hyperresponsive (sebuah
penyempitan jalan-udara yang banyak response to triggers, seperti allergen dan
exercise), yang mengantar pada recurrent symptoms seperti wheezing, dypnea

(pendek nafas), sesak dada dan batuk. Symptoms episodes biasanya


bergandengan dengan penyebaran, tetapi variabel, keluarnya udara terganggu
dalam paru2 yang biasanya membalik, entah itu secara spontan atau dengan
perawatan asma yang teapat.

Pathophysiology
Asma berasosiasi dengan T helper cell type-2(Th2) immune respones, yang
berbeda dari kondisi atopic yang lain. Alergi bervariasi (misalnya, debu, sisa
kecoa, binatang berbulu, moulds, pollens) dan non-allergic (misalnya, infeksi,
asap rokok, air dingin, exercise) memicu sebuah cascade of immune-mediated
events mengarah pada inflammation jalan-udara kronis. Level atas dari sel Th2
dari jalan-udara melepaskan cytokines yang spesifik, termasuk interleukin (IL)-4,
IL-5, IL-9, dan IL-13, yang mendukung eosinophilic inflammation dan
immunoglobulin E (IgE) produksi dengan masa sel. Produk IgE, kebalikannya,
memicu pelepasan dari media inflammatory, seperti histamine dan cysteinyl
leukotrienes, yang menyebabkan bronchopasm (kontraksi dari otot lembut dalam
jalan-udara), edema (menelan), dan meningkatkan mucous secretion (mucous
hypersecretion), yang mengantarkan pada ciri2 symptoms asma.
Mediator atau cytokines dilepas selama phase awal dari immune response untuk
inciting allergen, memicu inflammatory response yang jauh (late-phae-asthmatic
response) yang mengantarkan pada inflammatory yang jauh dan bronchial
hyperreactivity.
Bukti menunjukan bahwa kemungkinan sebuah genetic predis-position untuk
perkembangan asma. Banyak chromosomal regions berasosiasi dengan asma
susceptibility telah teridentifikasi, seperti hal hal yang berhubungan dengan
produksi IgE antibodi, ekspresi dari jalan-udara hyperresponsiveness, dan
produksi dari inflammatory mediators. Tetapi, penelitian sekarang ini diharuskan
untuk memilih gen yang spesifik dalam asma juga berinteraksi di lingkungan gen
yang dapat menuntun pada ekspresi dari penyakit nya.

Diagnosis
Yang termasuk dalam diagnosa asma adalah riwayat medis, pemeriksaan fisik
dan penilaian objektif dari fungsi paru2 (spirometry preferred) untuk
mengkonfirmasi diagnosanya (lihat tabel 1). Percobaan Bronchoprovocation
challenge dan menilai untuk tanda inflammation jalan-udara pun juga membantu
dalam mendiagnosa penyakit, terutama ketika pengukuran objektif dari fungsi
paru2 nya normal walaupun ada tanda-tanda kemunculan symptoms asma.

Medical history

Diagnosa asma harus dicurigai pada pasien dengan batuk yang terus menerus,
bunyi desah, sesak dada dan pendek nafas. Symptoms yang bervariasi muncul
saat terkena allergens atau iritasi, yang bertambah buruk saat malam hari, dan
merespon untuk terapi asma yang tepat saat sangat direkomendasikan terkena
asma. Penyebab lain dari symptoms terkena asma tidak dimasukan, seperti
COPD, bronchitis, sinusitis kronis, penyakit gastroesophageal reflux, infeksi
pernafasan yang berlanjut, dan penyakit jantung.
Riwayat keluarga yang nsudah positif asma atau penyakit atopic yang lain dan
atau riwayat sendiri dari gangguan atopic, terutama allergic rhinitis, dapat juga
membantu dalam mengidentifikasi pasien penderita asma. Dalam riwayat, ini
juga penting untuk menentukan kemungkinan pemicu symptoms asma seperti
alergi debu, kecoa, amarah binatang, jamur, serbuk, exercise dan asap rokok
atau air dingin. Keterbukaan menemui agen dalam lingkungan kerja dapat juga
menyebabkan asma. Jika rekan kerja ditemukan menderita asma, keseluruhan
kerja exposure dan perkembangan symptoms asma selama liburan harus di
explore. Ini juga penting untuk curiga terhadap comorbidities yang dapat
membuat symptoms asma lebih buruk, seperti allergens rhinitis, sinusitis, apnea
pengganggu tidur, dan penyakit gastroesophageal reflux.
Diagnosa asma pada anak-anak memang lebih sulit sejak episode desahan dan
batuk merupakan hal yang biasa terjadi pada populasi pasien dan spirometry
tidak bisa diandalkan pada pasien berumur dibawah 6 tahun. Metode yang
berguna untuk memastikan diagnosa pada anak-anak adalah percobaan
perawatan dengan short-acting bronchodilators dan (ICSs). Perkembangan klinik
yang bertanda selama perawatan dan keburukan selama penghentian terapi
tambahan sebuah diagnosa asma.

Penilaian fisik (kondisi fisik)


Melihat variasi dari symptoms asma, kondisi pasien penderita asma sering tidak
terlihat. Temuan fisik biasanya hanya terbukti jika pasien mengalami symptoms.
Oleh karena itu, kemunculan temuan fisik tidak mengesampingkan sebuah
diagnosa asma. Temuan fisik yang paling tidak normal adalah desahan dalam
auscultation, yang mengkonfirmasi kehadiran batas hembusan udara. Para
dokter harus menentukan juga sistem pernafasan atas dan kulit sebagai tanda
kondisi atopic yang muncul bersamaan seperti allergic rhinitis atau dermatitis.

Ukuran objektif dari fungsi paru2


Spirometry adalah ukuran objektif yang dipakai untuk memperkirakan gangguan
kembalinya jalan-udara. (misalnya perkembangan cepat dalam fungsi paru2
setelah bernafas rapid-acting bronchodilator) dan untuk mengkonfirmasi sebuah
diagnosa asma. Ini direkomendasikan untuk semua pasien yang berumur lebih
dari 6 tahun yang dapat menjalani percobaan fungsi paru2 ini.

Spirometry harus ditampilkan menurut protokol yang baik. Biasanya ditampilkan


dalam lab pulmonary function, tetapi juga dapat di tampilkan dalam kantor
primary-care. Selama spirometry, pasien disuruh untuk mengambil nafas
panjang dan membuang nya dengan sekeras mungkin dan sekuat mungkin pada
mulut spirometer.
Spirometry mengukur (FVC, volume maksimal dari udara yang dikeluarkan) dan
mendorong volume pernafasan dalam 1 detik (FEV1). Rasion FEV1 pada FVC
memperlihatkan ukuran gangguan hembusan udara. Diagnosa asma dikonfirmasi
ketika : (1) perkembangan dalam FEV1 sedikitnya 12% dan 200mL 15-20 menit
setelah administration dari mengambil nafas rapid-acting bronchodilator, atau
(2) perkembangan dalam FEV1 sedikitnya 20% dan 200mL setelah 2 minggu
perawatan dengan anti-Inflammatory agent. Dalam populasi umum, rasio
FEV1/FVC biasanya lebih besar dari 0,80 (dan mungkin sampai 0,90 pada anakanak) dan, oleh karena itu, nilai yang kurang dari batas hembusan udara ini dan
juga membantu diagnosa asma. Karena variabel symptoms asma, pasien tidak
akan menunjukan gangguan kembalinya jalan-udara setiap kali berkunjung. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan kesensitifan, spirometry harus di lakukan secara
berulang, terutama ketika pasien mengalami symptoms.
PEF monitoring adalah sebuah penerimaan alternatif ketika spirometry tidak ada,
dan bisa berguna juga untuk mendiagnosa asma tertentu dan/atau memantau
respon perawatan asma. PEF biasanya diukur pada pagi hari dan malam hari.
Sebuah diurnal variasi dalam PEF lebih dari 20% atau sebuah perkembangan dari
sedikitnya 60mL/min atau sedikitnya 20% setelah bernafas rapid-acting
bronchodilator pemicu asma. Walaupun lebih mudah untuk menunjukan dari
spirometry, spirometry PEF tidak dapat diandalkan. Oleh karena itu, seperti
disebutkan sebelumnya, spirometry adalah metode yang dipilih dari
documenting batas jalan-udara dan mengkonfirmasi sebuah diagnosa asma.

Percobaan challenge
Ketika uji fungsi paru2 normal, tetapi symptoms memicu asma, pengukuran
respon jalan-udara menggunakan challenge jalan-udara langsung untuk inhaled
bronchoconstrictor stimuli (misalnya methacoline atau histamine) atau challenge
dengan mannitol secara tidak langsung atau exercise mungkin akan membantu
mendiagnosa asma.
Percobaan challenge harus dikumpulkan bersamaan dengan protokol ketat dalam
sebuah lab atau fasilitas pendukung yang lain untuk mengatur acute
bronchospasms. Percobaan ini termasuk pasien inhaling meningkatkan dosis
atau konsentrasi dari sebuah stimulus sampai level tertentu dari
bronchoconstriction didapat, kebanyakan 20% ada di FEV1. Sebuah inhaled
rapid-acting bronchodilator kemudian ditunjukan untuk mengembalikan
gangguan. Hasil tes biasanya menunjukan dosis atau konsentrasi dari provokasi
agent yang menyebabkan FEV1 untuk menurun dengan 20% (PD20 atau PC20,
secara respect). Untuk methacoline, sebuah PC20 bernilai kurang dari 8 mg/ml,

diputuskan menjadi indikasi hasil positif dari jalan-udara yang hyperactive, dan
mendukung diagnosa asma. Tetapi, tes positif challenge tidak spesifik asma dan
mungkin muncul dengan kondisi lain seperti allergic rhinitis dan COPD. Oleh
karena itu, percobaan challenge mungkin yang paling berguna untuk
menghilangkan asma. Hasil negatif dari pasien yang mengalami symptoms tidak
menerima terapi anti-inflammatory sangat sensitif untuk menghilangkan
penyakit ini.
Percobaan challenge tidak dianjurkan untuk pasien dengan FEV1 yang bernilai
kureang dari 60-70% dari nilai normal (karena bronchoprovocation dapat
menyebabkan bronchospasms signifikan), dalam pasien dengan hypertensi yang
tidak terkontrol atau mereka yang mengalami stokr atau myocardial infraction.

Tanda-tanda non-invasive dari airway inflammation


Ukuran dari tanda tanda inflammatory seperti sputum eosinophilia (sebagian
besar eopsinophils dalam sputum) atau level dari exhaled nitric oxide ( sebuah
gaseous molecule yang dihasilkan dari beberapa sel selama inflammatory
response) juga dapat berguna untuk mendiagnosa asma. Bukti menunjukan
bahwa level exhaled nitric oxide mungkin akan lebih baik untuk mengidentifikasi
pasien asma daripada tes dasar fungsi paru2 dan mungkin juga berguna untuk
memantau respon pasien untuk terapi asma. Walaupun tes ini telah deteliti
dalam diagnosa dan pantauan asma, ini belum disebarluaskan di Kanada.
Dengan bukti klinis yang jelas dan berguna, tanda-tanda dari airway
inflammation ini akan tersedia secara umum.

Tes alergi kulit


Tes alergi kulit juga direkomendasikan untuk menentukan status alergi dari
pasien dan untuk mengidentifikasi kemungkinan menghilangkan asma. Tes
biasanya menggunakan allergen yang berhubungan dengan letak geografis
pasien. Walaupun tes allergen-specific IgE yang menunjukan in vitro mengukur
level spesific IgE pasien menentang allergens telah ditunjukan sebagai sebuah
alternatif untuk tes kulit, tes tes ini tidak terlalu sensitif dan lebih mahal dari tes
kulit biasa.

Perawatan
Tujuan utama dari pengaturan asma adalah untuk memperoleh dan mengatasi
kontrol dari penyakit ini untuk mencegah exacerbations (kasar dan-atau
memburuknya symptoms asma yang sering memerlukan perhatian medis secara
cepat dan/atau menggunakan terapi oral steroid) dan mengurangi resiko
morbidity atau mortality. Level dari kontrol asma harus dicurigai pada setiap
kunjungan menggunakan kriteria dalam tabel 2, dan perawatan harus ditailored

untuk memperoleh kontrol. Kebanyakan pasien asma, kontrol dapat diperoleh


melalui
penggunaan
ukuran
penghindaran
dan
intervention
secara
pharmakologi. Agent phatrmakologi secara umum digunakan untuk perawatan
asma dan dapat dikelompokan sebagai controller (medications diambil seharihari
dari dasar long-term yang memperoleh kontrol secara utama melalui efek antiinflammatory) dan reliever (medications digunakan atas dasar seperlunya untuk
penanggulangan cepat bronchoconsrtiction dan symptoms). Controller
medication termasuk ICSs, leukotriene receptor antagonists (LTRAs), (LABAs)
dengan kombinasi dari sebuah ICSs, dan terpai anti-IgE. Reliver medications
termasuk rapid-acting inhaled beta2-agonists dan inhaled anticholinergics.
Allergen-specific immunotheraphy mungkin juga dapat dipilih dalam kebanyakan
pasien dengan allergic asma, tetapi harus diresepkan oleh dokter yang seudal
dilatih dalam perawatan alergi. Terapi systemic corticosteroid juga diharuskan
untuk mengatur acute asma exacerbations. Singkatnya, stepwise algorithim
untuk perawatan asma ditunjukan dalam gambar 1.
Ketika kontrol asma telah diperoleh, keberlangsungan pantauan diperlukan untuk
menetapkan dosis minimum yang diperlukan untuk mengatasi kontrol. Tetapi,
karena asma adalah penyakit yang bervariasi, perawtan mungkin dibutuhkan
untuk mengurangi respon berkala untuk menghilangkan kontrol (seperti
diindikasi oleh gagalnya bertemu kriteria kontrol dari tabel 2) Penting sekali
bahwa semua pasien asma diperkuat untuk mengambil peran aktif dalam
mengatur penyakit mereka. Ini bisa terwujud dengan menunjukan pasien dengan
rencana aksi tertulis secara pribadi untuk pengaturan penyakit dan dengan
mengedukasi pasien tentang asal penyakitnya, peran medication, pentingnya
menerapkan terapi controller, dan penggunaan alat bantu pernafasan yang
benar.

Ukuran penghindaran(pencegahan)
Penghindaran allergens atau iritasi adalah komponen yang penting dalam
pengaturan asma. Pasien alergi terhadap debu rumah harus diinstruksikan untuk
menggunakan allergen impermeable covers untuk tidur dan membuat humidity
relatif dalam rumah dibawah 50% (untuk inhibit pertumbuhan mite). Pollen
exposure dapat dikurangi dengan selalu menutup jendela, menggunakan AC, dan
membatasi kegiatan diluar rumah selama masa peak pollen. Untuk pasien yang
alergi terhadap binatang, jauhkan binatang dari rumah sangat direkomendasikan
dan hasilnya biasanya pengurangan yang sangat signifikan dalam symptoms
selama 4-6 bulan. Tetappi, pasien yang patuh dengan rekomendasi tidak berhasil
dan oleh karena itu, penggunaan penjaring (HEPA) dan kurangi binatang dari
tempat tidur atau keluar rumah sangat diperlukan untuk menjaga penurunan
level alergi. Ukuran untuk mengurangi exposure untuk alergi jamur termasuk
membersihkan dengan menggunakan fungicides, de-humidification untuk
mengurangi sekitar 50% dan penjaring HEPA. Perokok dan penghisap rokok tidak
langsung harus juga ditolak.

Karena strategi pencegahan dapat di labour-intensive, penerapan terhadap


pasien biasanya kurang optimal. Peninjauan kembali, pengetahuan, dan
penguatan dengan perawatan dokter sangat diperlukan untuk membantu
menerapkan strategi ini. Lebih dari itu, pasien harus disarankan untuk
menggunakan kombinasi dari ukuran pencegahan untuk hasil yang optimal,
karena satu strategi saja telah diteliti tidak berkontribusi mengurangi kontrol
asma.
Obat pereda
Terhirup cepat-akting beta2-agonis yang disukai obat pereda untuk pengobatan
gejala akut, dan harus diresepkan untuk semua pasien dengan asma. Di Kanada,
beberapa short-acting beta2-agonis (Sabas, misalnya, salbutamol, terbutalin)
dan satu LABA (formoterol) disetujui untuk indikasi ini. Sabas hanya harus
diambil pada dasar yang dibutuhkan untuk gejala lega. Peningkatan penggunaan
(yaitu, 3 kali atau lebih per minggu) menunjukkan kontrol memburuk dan sinyal
perlunya menilai kembali pengobatan untuk mencapai kontrol gejala. Tidak
seperti lainnya LABAs, formoterol memiliki onset cepat tindakan dan, oleh karena
itu, dapat digunakan untuk gejala akut lega. Namun, mengingat bahwa LABA
monoterapi telah terkait dengan peningkatan risiko morbiditas terkait dengan
asma dan kematian, formoterol seharusnya hanya digunakan sebagai pereda
pada pasien usia 12 tahun atau lebih tua yang terapi kontroler biasa dengan ICS
[4,6,7]. Short-acting bronkodilator antikolinergik, seperti bromide ipratropium,
juga dapat digunakan sebagai terapi pereda. Namun, agen ini tampaknya kurang
efektif dari dihirup cepat-akting beta2-agonis dan, oleh karena itu, harus
disediakan sebagai terapi lini kedua untuk pasien yang tidak dapat
menggunakan Sabas. Mereka juga dapat digunakan dalam Selain Sabas pada
pasien yang mengalami moderat untuk eksaserbasi asma berat. Selanjutnya,
kronis, short-acting bronkodilator terapi antikolinergik yang tidak dianjurkan
untuk digunakan pada anak-anak [6].
obat pengontrol
Kortikosteroid inhalasi (ICSs)
ICSs adalah obat anti inflamasi yang paling efektif tersedia untuk pengobatan
asma dan sebagai andalan terapi untuk sebagian besar pasien dengan asma.
Dosis rendah ICS monoterapi direkomendasikan sebagai terapi pemeliharaan lini
pertama untuk kebanyakan anak-anak dan orang dewasa dengan asma.
Penggunaan ICS rutin telah terbukti mengurangi gejala dan eksaserbasi, dan
meningkatkan fungsi paru-paru dan kualitas hidup. Namun, ICSs tidak
"Menyembuhkan" penyakit asma, dan gejala cenderung kambuh dalam minggu
ke bulan. Oleh karena itu, kebanyakan pasien akan memerlukan jangka panjang,
jika tidak seumur hidup.
Sejak ICSs efektif dan digunakan secara optimal, faktor keberhasilan pengobatan
perlu dipertimbangkan jika terapi ICS tidak berhasil dalam mencapai asma
terkontrol. Faktor-faktor ini meliputi: misdiagnosis penyakit, ketidakpatuhan
terhadap terapi ICS, inhaler yang tidak tepat teknik, atau adanya komorbiditas

lainnya. Jika, setelah menangani faktor-faktor seperti, pasien gagal mencapai


kontrol dengan dosis ICS rendah sampai sedang, maka pengobatan harus
diubah. Bagi kebanyakan anak-anak, dosis ICS eskalasi (untuk dosis moderat)
adalah pendekatan lebih suka mencapai kontrol, sedangkan penambahan kelas
lain dari obat (biasanya LABA a) direkomendasikan untuk pasien lebih dari 12
tahun [6,9].
Efek samping lokal paling umum yang terkait dengan terapi ICS adalah
kandidiasis orofaringeal (jugadikenal sebagai oral thrush) dan disfonia (suara
serak, kesulitan berbicara). Pembilasan dan expectorating (meludah) setelah
setiap inhalasi dan / atau penggunaan perangkat spacer dapat membantu
mengurangi risiko efek samping ini. efek samping sitemik dengan terapi ICS
jarang terjadi, tapi mungkin termasuk supresi adrenal, perubahan kepadatan
tulang, katarak, glaukoma dan pertumbuhan keterbelakangan [4].
Antagonis reseptor leukotrien (LTRAs)
The LTRAs montelukast dan zafirlukast juga efektif untuk pengobatan asma dan
umumnya dianggap aman dan ditoleransi dengan baik. Namun, karena agen ini
kurang efektif daripada pengobatan ICS ketika digunakan sebagai monoterapi,
mereka biasanya disediakan untuk pasien yang tidak mau atau tidak untuk
menggunakan ICSs. LTRAs juga dapat digunakan sebagai add-on terapi jika asma
terkendali meskipun penggunaan dosis rendah sampai sedang Terapi ICS. Hal ini
penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa LTRAs dianggap kurang efektif
dibandingkan LABAs sebagai terapi tambahan pada orang dewasa [4,6]. Pada
anak-anak, bagaimanapun, data yang kurang jelas dan, oleh karena itu, gejala
anak dan adanya penyakit penyerta dapat membantu langsung pengobatan.
Sebagai contoh, jika seorang anak dengan asma juga memiliki rhinitis alergi,
penambahan montelukast harus dipertimbangkan. Namun, jika anak memiliki
napas obstruksi yang persisten, penambahan LABA mungkin lebih disukai.
ICS kombinasi / LABA inhaler
Seperti disebutkan sebelumnya, LABA monoterapi tidak dianjurkan pada pasien
dengan asma karena tidak berdampak saluran udara peradangan dan
berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas. LABAs hanya
dianjurkan bila digunakan dalam kombinasi dengan terapi ICS. Kombinasi dari
LABA dan ICS telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi gejala asma dan
eksaserbasi, dan adalah pengobatan pilihan Pilihan pada remaja atau orang
dewasa yang asma tidak cukup terkontrol pada terapi ICS dosis rendah, atau
pada anak-anak lebih dari 6 tahun yang tidak terkendali di ICS dosis moderat [6].
Meskipun tidak ada yang jelas perbedaan efikasi antara ICSs dan LABAs
diberikan dalam sama atau di inhaler terpisah, kombinasi ICS/Inhaler LABA lebih
disukai karena mereka menghalangi penggunaan dari LABA tanpa ICS, lebih
nyaman dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien. Tiga kombinasi Inhaler ICS /
LABA tersedia di Kanada: salmeterol /flutikason (Advair), budesonide / formoterol
(Symbicort) dan mometason / formoterol (Zenhale). Kombinasi budesonide /
formoterol baru-baru ini disetujui untuk menggunakan di Kanada sebagai inhaler
tunggal untuk kedua perawatan harian (controller) dan terapi pereda pada

individu 12 tahun dan lebih tua. Ini hanya boleh digunakan pada pasien yang
asma tidak terkontrol dengan rendah-tomoderate Dosis ICS atau penyakit yang
waran keparahan pengobatan dengan terapi kombinasi [4,6]
Teofilin
Teofilin merupakan bronkodilator oral dengan efek anti-inflamasi. Mengingat
terapi ini sering memberikan efek samping (misalnya, gejala gastrointestinal,
mencret, kejang, aritmia jantung,mual dan muntah), penggunaan umumnya
dicadangkan untuk pasien yang menderita asma yang tidak terkontrol meskipun
percobaan yang memadai dari ICS, LABAs dan / atau LTRAs [4,6].
Terapi anti-IgE
Anti-IgE antibodi monoklonal, omalizumab, telah terbukti mengurangi frekuensi
eksaserbasi asma sekitar 50%. Obat ini diberikan subkutan sekali setiap 2-4
minggu dan disetujui di Kanada untuk pengobatan sedang sampai berat pada
asma alergi pada pasien usia 12 tahun atau lebih tua. Saat ini, omalizumab
dicadangkan untuk pasien dengan sulit untuk mengontrol asma yang telah
mendokumentasikan alergi dan gejala asma yang tidak terkontrol tetap
meskipun terapi ICS [6]. Tabel 3 menyediakan daftar controller yang umum
digunakan terapi dan rejimen dosis yang direkomendasikan. Hal ini penting
untuk dicatat bahwa kepatuhan jangka panjang dengan Terapi kontroler masih
kurang karena pasien cenderung berhenti. Oleh karena itu, tindak lanjut yang
penting adalah
kunjungan untuk membantu mempromosikan pengobatan
kepatuhan.
kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik, seperti prednison oral, umumnya digunakan untuk
pengobatan akut sedang sampai eksaserbasi akut. Sementara sistemik kronis
terapi kortikosteroid juga mungkin efektif untuk pengelolaan mengontrol asma
akut, penggunaan berkepanjangan steroid oral berhubungan dengan efek
samping yang serius dan, oleh karena itu, penggunaan jangka panjang harus
dihindari jika mungkin. Efek samping jangka pendek dosis tinggi prednison oral
jarang terjadi, tetapi dapat mencakup: kelainan reversibel pada metabolisme
glukosa, meningkatkan nafsu makan, edema, berat badan, pembulatan wajah,
suasana hati perubahan, hipertensi, tukak lambung dan avaskular nekrosis [4].
Alergen spesifik immunotherapy
-Alergen spesifik imunoterapi secara bertahap meningkatkan jumlah alergen
yang relevan pasien sampai dosis tercapai yang efektif dalam mendorong
toleransi imunologi untuk alergen. Meskipun telah banyak digunakan untuk
mengobati asma, tidak diterima secara universal oleh semua kliniskomite
pedoman praktek karena potensi untuk reaksi anafilaksis yang serius dengan
bentuk terapi [11]. Sebuah Cochrane review 75 percobaan terkontrol acak
memeriksa penggunaan-alergen tertentu immunotherapy dalam manajemen
asma dikonfirmasi kemanjurannya dalam mengurangi skor gejala asma dan
persyaratan obat, dan meningkatkan airway hyperresponsiveness [12]. Manfaat

serupa telah dicatat dengan imunoterapi sublingual[13], yang diharapkan akan


disetujui dalam waktu dekat. Bukti juga menunjukkan bahwa -alergen tertentu
immunotherapy dapat mencegah onset asma pada individu atopik [14]. Saat ini,
alergen tertentu immunotherapy harus dipertimbangkan kasus-per kasus. Hal ini
dapat digunakan sebelum untuk percobaan terapi ICS pada pasien dengan asma
alergi sangat ringan dan bersamaan rhinitis alergi dan sebagai terapi tambahan
pada pasien yang menggunakan ICSs saja [15]. Allergen-imunoterapi spesifik
juga dapat dipertimbangkan di pasien yang menggunakan inhaler kombinasi, ICS
/ LTRAs dan / atau omalizumab jika gejala asma dikendalikan. Sejak -alergen
immunotherapy membawa risiko anafilaksis, itu hanya harus diresepkan oleh
dokter yang cukup terlatih dalam pengobatan alergi. Suntikan harus diberikan di
klinik yangdilengkapi untuk mengelola kemungkinan anafilaksis yang
mengancam jiwa di mana dokter hadir. Selanjutnya untuk mengurangi risiko
reaksi yang serius, asma harus dikontrol dan FEV1> 70% dari prediksi pada saat
itu masing-masing injeksi imunoterapi.
Kesimpulan
Asma adalah gangguan pernapasan yang paling umum di Kanada, dan
memberikan kontribusi untuk morbiditas yang signifikan dan mortalitas.
Diagnosis asma harus dicurigai pada pasien dengan batuk berulang, mengi,
sesak dada dan dyspnea, dan harus dikonfirmasi menggunakan ukuran fungsi
paru-paru (spirometri). Pengujian alergi juga dianjurkan untuk mengidentifikasi
kemungkinan memicu gejala asma. Pada kebanyakan pasien, kontrol asma dapat
dicapai melalui penggunaan langkah-langkah menghindari pemicu asma dan
penggunaan obat-obatan yang tepat. ICSs mewakili standar dari perawatan
sebagian besar pasien asma, Untuk mereka yang gagal mencapai kontrol dengan
dosis ICS rendah sampai sedang, terapi kombinasi dengan LABA dan ICS adalah
pilihan pengobatan pilihan di sebagian besar orang dewasa. LTRAs juga dapat
digunakan sebagai terapi tambahan jika asma tidak terkontrol meskipun
penggunaan ICS dosis rendah sampai sedang, terutama pada pasien dengan
alergi dan rhinitis. Terapi anti-IgE mungkin berguna pada kasus tertentu yang
sulit untuk mengontrol asma. -Alergen spesifik immunotherapy adalah terapi
memodifikasi, tetapi hanya harus diresepkan oleh dokter yang tepat dan sudah
terlatih.
Kata kunci
Diagnosis klinis asma harus dicurigai pada pasien dengan gejala intermiten
mengi, batuk, sesak dada dan sesak napas.
Tujuan pengukuran fungsi paru-paru, sebaiknya menggunakan spirometri,
diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Semua pasien asma harus diberikan bronkodilator cepat-acting untuk
digunakan sebagai diperlukan untuk menghilangkan gejala akut.
Terapi ICS adalah standar perawatan untuk sebagian besar pasien dengan
asma.

ICS Kombinasi / inhaler LABA direkomendasikan untuk sebagian besar pasien


dewasa yang gagal untuk mencapai asma terkontrol dengan dosis ICS rendah
sampai sedang.
LTRAs juga dapat digunakan sebagai terapi tambahan jika asma tidak
terkendali meskipun penggunaan dosis ICS rendah sampai sedang.
Immuno allergen-spesifik adalah terapi modifikasi yang dapat dipertimbangkan
dalam kebanyakan kasus asma alergi.
Pemantauan berkala kontrol asma, kepatuhan terhadap Terapi dan teknik
inhaler merupakan komponen penting manajemen asma.

You might also like