You are on page 1of 17

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere, yang berarti memutar. Vertigo

adalah suatu perasaan gangguan keseimbangan.Vertigo seringkali dinyatakan


sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya
berputar-putar (vertigo subjektif atau objektif), dan berjungkir balik. Vertigo
disebabkan karena alat keseimbangan tubuh tidak dapat menjaga keseimbangan
tubuh dengan baik.
Vertigo harus dibedakan dengan keluhan dizziness non-vertigo, yaitu
adanya ilusi pergerakan, bukan hanya sensasi presinkop, lightheadedness.
Bertentangan dengan vertigo, sensasi-sensasi ini diakibatkan oleh gangguan suplai
darah, oksigen, dan glukosa (contohnya: stimulasi vagal, hipotensi ortostatik,
aritmia jantung, iskemik miokardium, hipoksia, dan hipoglikemia) dan mungkin
mengakibatkan penurunan kesadaran.
2.2
V
P
N
S
E
O
I
R
N
S
I
T
I
R
F
V
E
G
B
A
E
M
O
U
L
R
S
L
T
V
S
A
I
O
R
B
S
M
U
A
L
A
T
A
L
O
R
S
E
N
S
O
R
I

Klasifikasi

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu vertigo vestibular dan


nonvestibular. Vertigo vestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan
sistem vestibular, sedangkan vertigo non vestibular adalah vertigo yang
disebabkan oleh gangguan sistem visual dan somatosensori.
Tabel 2.1 Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non-vestibular
Karakteristik
Waktu
Sifat Vertigo
Faktor pencetus

Vertigo Vestibular
Episodik
Berputar
Gerakan kepala,

Vertigo Non-vestibular
Konstan
Melayang
Stress, hiperventilasi

perubahan
posisi
Gejala Penyerta

Mual, muntah, tuli,

Gangguan mata,

tinnitus

gangguan
somatosensorik

Vertigo vestibular selanjutnya dapat dibedakan menjadi vertigo vestibular


perifer dan sentral. Vertigo vestibular perifer adalah vertigo yang terjadi akibat
gangguan alat keseimbangan tubuh di labirin (telinga dalam) atau di saraf kranial
VIII (Saraf Vestibulokoklear) divisi vestibular. Vertigo vestibular sentral adalah
vertigo yang terjadi akibat gangguan alat keseimbangan tubuh di sistem saraf
pusat, baik di pusat integrasi (serebelum dan batang otak) ataupun di area persepsi
(korteks).
Penyebab vertigo sentral antara lain adalah perdarahan atau iskemik di
serebelum, nukleus vestibular, dan koneksinya di batang otak, tumor di sistem
saraf pusat, infeksi, trauma, dan sklerosis multiple. Vertigo yang disebabkan
neuroma akustik juga termasuk dalam vertigo sentral. Vertigo akibat gangguan di
korteks sangat jarang terjadi, biasanya menimbulkan gejala kejang parsial
kompleks.
Tabel 2.2 Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

Karakteristik
Onset

V. Vestibular Perifer
Tiba-tiba, onset

V. Vestibular Sentral
Perlahan, onset gradual

Durasi
Frekuensi
Intensitas
Mual muntah
Diperparah perubahan

mendadak
Menit hingga jam
Biasanya hilang timbul
Berat
Tipikal
Ya

Minggu hingga bulan


Biasanya konstan
Sedang
Sering kali tidak ada
Kadang tidak berkaitan

Usia pasien

Berapapun, biasanya

Usia lanjut

Gangguan status

muda
Tidak ada atau

Biasanya ada

mental

kadangkadang

Defisit nervi cranial atau

Tidak ada

cerebellum
Pendengaran

Seringkali berkurang atau Biasanya normal

Nistagmus

dengan tinnitus
Nistagmus horizontal dan

Nistagmus horizontal

rotatoar; ada nistagmus

atau vertical; tidak ada

fatique 5-30 detik


Menieres disease

nistagmus fatique
Massa Cerebellar / stroke

Labyrinthitis Positional

Encephalitis/ abscess

vertigo

otak Insufisiensi A.

posisi kepala

Penyebab

Kadang disertai ataxia

Vertebral Neuroma
Akustik Sklerosis
Multiple

2.3

Epidemiologi

Frekuensi
Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap
tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5%
diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan

dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10% dari pasien
infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens
sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/ 100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus
neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat.
Jenis kelamin
Insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum, rasio
antara penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis multiple dua kali
lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.
Usia
Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya
faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus,
atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65
tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun.
Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun.
2.4

Etiologi
Beberapa penyebab vertigo sentral adalah:

2.5

Perdarahan dan infark serebelum


Sindrom Wallenberg
Insufisiensi vertebrobasilar
Diseksi arteri vertebral
Sklerosis multiple
Neoplasma (termasuk neuroma akustik)
Infeksi sistem saraf pusat
Trauma
Patogenesis
Sensasi keseimbangan merupakan hasil dari informasi yang tepat yang

dideteksi atau diterima oleh reseptor sistem visual, sistem vestibular, dan sistem

propioseptif, yang kemudian diintegrasikan di serebelum dan batang otak, lalu


dipersepsikan oleh korteks. Cara berjalan, postur, dan fokus mata selama kepala
bergerak, semua bergantung pada sensasi keseimbangan yang utuh. Gangguan
informasi sensori, pusat integrasi, dan persepsi berakibat pada gangguan
keseimbangan
Vertigo sentral merupakan sensasi gangguan keseimbangan akibat
gangguan di pusat integrasi (serebelum dan batang otak) atau persepsi (korteks).
Pathogenesis beberapa penyebab vertigo sentral adalah sebagai berikut.
Oklusi arterial dan infark iskemik
Oklusi arteri dan infark iskemik dapat disebabkan oleh cardioemboli,
emboli dari plak arteri vertebralis, thrombosis arteri lokal. Satu atau kedua arteri
vertebral, arteri basilar, dan cabang-cabang arteri kecil dapat tersumbat. Namun,
oklusi total arteri besar tidak akan berakibat pada kematian karena adanya
anastomosis dari sirkulus arteriosus wilisi dan arteri posterior komunikans.
Perdarahan serebelum lebih jarang terjadi dibandingkan dengan infark serebelum.
Namun begitu, perdarahan serebelum spontan merupakan kondisi mengancam
jiwa. Perdarahan serebelum biasanya berkaitan dengan penyakit vaskular
hipertensif dan antikoagulasi.

Sklerosis Mutiple
Sklerosis Mutiple merupakan penyakit demyelinisasi pada sistem saraf
pusat. Perjalanan penyakitnya fluktuatif dengan berbagai gejala dan tanda.
Neuroma Akustik
Neuroma Akustik adalah tumor sel Schwann yang berasal dari divisi
vestibular saraf cranial VIII (Vestibulokoklear) di kanal auditori interna
proksimal. Neuroma akustik biasanya berkembang di satu sisi (unilateral).

Neuroma akustik bilateral biasa terjadi pada orang dewasa muda dan berkaitan
dengan neurofibromatosis tipe 2. Jika tidak diberi pengobatan, neuroma akustik
dapat berkembang ke sudut serebelopontin dan menekan saraf cranial VII
(Fasialis) dan saraf kranial lainnya.
Penyebab lainnya
Vertigo sentral yang diakibatkan infeksi sistem saraf pusat (mikroabses)
dan kejang lobus temporal sangat jarang terjadi. Vertigo sentral traumatik
disebabkan oleh perdarahan petekie di nukleus vestibular di batang otak.
2.6

Manifestasi Klinis

Beberapa karakteristik vertigo sentral adalah:

Onset gradual
Lebih konstan
Durasi lebih panjang (minggu hingga bulan)
Intensitas ringan sampai sedang
Tidak dipengaruhi posisi kepala
Seringkali tidak disertai mual dan muntah
Seringkali disertai dengan gangguan status mental
Seringkali tidak berkaitan dengan tinnitus dan gangguan pendengaran
Nistagmus horizontal atau vertikal; tanpa adanya nistagmus fatigue

Disertai dengan tanda gangguan serebelum dan batang otak, seperti:

Ataxia
Pandangan kabur
Diplopia
Disfagia
Disartria

Perdarahan dan infark serebelum


Perdarahan serebelum biasanya menyebabkan gejala vertigo akut dan
ataxia. Nyeri kepala, mual, dan muntah dapat tidak terjadi. Selain vertigo berat,
pasien seringkali mengeluhkan adanya sensasi pergerakan sisi samping atau depan

belakang. Pasien juga dapat mengalami ataxia trunkal dan tidak dapat duduk tanpa
penyangga. Tes Romberg dan Tandem akan memberikan hasil abnormal. Biasanya
terdapat kelemahan saraf kranial VI (Abdusens) atau deviasi konjugat mata
berlawanan dengan lesi perdarahan. Infark serebelum memberikan gambaran
klinik yang serupa.
Sindrom Wallenberg
Infark medulla lateral dari batang otak dapat menyebabkan vertigo sebagai
bagian dari presentasi klinisnya. Penemuan ipsilateral klasik meliputi rasa baal
pada wajah, hilangnya refleks kornea, sindron Horner, dan paralisis atau paresis
pada palatum mole, faring, dan laring (mengakibatkan disfagia dan disfonia).
Penemuan kontralateral meliputi hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada sumbu
tubuh dan anggota gerak. Biasanya lesi saraf kranial VI (Abdusens), VII
(Fasialis), dan VIII (Vestibulokoklear) dapat muncul menyebabkan vertigo, mual,
muntah, dan nistagmus.
Insufisiensi Vertebrobasilar
Transient ischemic attack (TIA) dari batang otak dapat memicu vertigo. Tanda
orthostatik harus ditentukan, karena orthostatik akan memperburuk gejala iskemik
vertebrobasilar. Sama seperti TIA secara umum, vertigo mungkin terjadi secara
tiba-tiba dan berlangsung dalam hitungan menit hingga jam. Sesuai dengan
definisi TIA, gangguan harus hilang secara total dalam 24 jam. Vertigo yang
diinduksi iskemik vertebrobasilar dapat terjadi dengan disertai diplopia, disfagia,
disarthria, dan hilangnya fungsi penglihatan bilateral. Tidak seperti penyebab
vertigo sentral lainnya, vertigo yang diinduksi iskemik vertebrobasilar dapat
diprovokasi dengan perubahan posisi. Memutar kepala menyumbat setengah arteri
vertebral ipsilateral sehingga menyebabkan ada gangguan sirkulasi sementara
pada batang otak. Diseksi arteri vertebral dapat menyebabkan stroke pada
sirkulasi posterior. Gejala dan tanda dari diseksi arteri vertebral meliputi nyeri
kepala, vertigo, dan sindrom Horner unilateral.
Sklerosis Multiple

Penyakit demyelinasi dapat disertai dengan vertigo yang berlangsung beberapa


jam hingga minggu dan biasanya tidak berulang. Intesitas vertigo ringan-sedang
dan terdapat nistagmus. Ataxia atau neuritis optik dapat ditemukan atau sudah
berlangsung sebelumnya.
Neoplasma
Neoplasma ventrikel keempat dapat menyebabkan vertigo yang disertai
gejala dan tanda gangguan batang otak. Neoplasma yang biasa terjadi adalah
ependimoma pada pasien yang berusia lebih muda, dan metastasis pada pasien
yang berusia lebih tua.Neuroma akustik biasa terjadi di sudut serebelopontin.
Neuroma akustik memiliki gejala awal berupa gangguan pendengaran dan
tinnitus. Vertigo dapat ditemukan sejak presentasi awal. Selain itu, neuroma
akustik juga memberikan gejala akibat penekanan saraf VII (Fasialis), jika terus
berkembang gejala gangguan batang otak dan saraf kranial lain dapat muncul
karena efek sekunder dari perkembangannya hingga ke fossa posterior.
Infeksi Sistem Saraf Pusat
Beberapa infeksi sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan vertigo
adalah abses pada serebelum, infeksi serebelum, encephalitis, dan sebagainya.
Gejala vertigo biasanya disertai dengan tanda-tanda infeksi seperti demam,
malaise, tanda-tanda serebelar (gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi,
dan sebagainya).
Trauma
Trauma yang biasanya terjadi adalah trauma leher. Biasanya gejala muncul
dalam 7-10 hari setelah terjadi whiplash injury. Episode vertigo muncul terutama
ketika menggerakkan kepala dapat berlangsung hingga berbulan-bulan. Selain itu
juga terdapat nyeri pada leher dan nistagmus pada pergerakkan kepala.
2.7

Pemeriksaan Fisik

10

Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,


otologik atau neurologik-vestibuler atau serebeler, dapat berupa pemeriksaan
fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan
penyebab, apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan
saraf pusat (korteks serebrim serebelum, batang otak atau berkaitan dengan sistim
vestibuler/otologik, selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psiikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi
jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam
menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya,
lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal
yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.
2.7.1

Uji Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada :

1. Fungsi vestibuler/serebeler

a. Uji Romberg:
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya
(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

11

Gambar 2.1 Test Romberg


b. Tandem gait
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari
kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler, perjalanannya akan
menyimpang dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.

Gambar 2.2 Uji Tandem


c. Uji Unterberger

12

Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

Gambar 2.4 Uji Unterberger


d. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany).
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulangulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.

13

Gambar 2.5 Uji Tunjuk Barany


e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan
dan lima langkah ke belakang selama setengan menit; jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

Gambar 2.6 Uji Babinsky-Weil

2.7.2

Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologi


Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di

sentral atau perifer.


1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike (Manuver Nylen- Barany)

14

i.

Pertama, perubahan posisi (dari duduk menjadi supine)

dilakukan dengan kepala lurus menghadap ke depan


ii. Lalu diulangi dengan kepala 45 ke kanan, lalu ke kiri
iii. Leher sedikit lebih diekstensikan ketika pasien dalam posisi
supine
iv. Berbeda dengan vertigo sentral, pada vertigo perifer, nistagmus
tidak terjadi secara tiba-tiba setelah perubahan posisi, dan
setelah nistagmus muncul, dapat hilang dengan cepat, kurang
dari 1 menit (nistagmus fatigue)

Gambar 2.7 Uji Dix Hallpike (Manuver Nylen- Barany)


b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian
dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing selama 40 detik
dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak
permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis adalah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah
nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi
perifer di labarin atau n.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan
lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut
dapat dianalisis secara kuantitatif.

15

2. Fungsi Pendengaran
a. Tes Garpu Tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif,
dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada
tuli konduktif, tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke yang tuli dan schwabach
memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriiksaan audiometri seperti Ludness Balance
Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay. Pemeriksaan saraf-saraf otak lain
meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,
pendengaran dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),
fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebelar (tremor, gangguan cara
berjalan)
2.8
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah:
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lainnya seperti anemia, kehamilan, dan kondisi ketidakseimbangan
metabolik (hiperglikemia, hipoglikemia, dll).
Pencitraan
Pencitraan fossa posterior penting dilakukan jika terdapat kecurigaan
adanya vertigo sentral.
MRI adalah pencitraan terpilih, terutama untuk mendiagnosis infark,
perdarahan, tumor, dan lesi substansi alba seperti sklerosis mutiple.
CT scan dengan potongan hingga ke fossa posterior dapat digunakan jika
tidak tersedia MRI. CT Scan terbatas karena resolusi yang lebih buruk dan
adanya artifak tulang.
Angiografi intraarterial dahulu digunakan untuk mendiagnosis oklusi di
sistem vertebrobasilar. Namun, sekarang telah berkembang CT angiografi,
MRA, dan Doppler USG menggantikan angiografi intrarterial.

16

Gambar 2.8 Perbandingan CT Scan (kanan) dan MRI (kiri) dalam Pencitraan
Perdarahan Serebelar di Fossa Posterior
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah : Elektrokardiografi (EKG)
digunakan untuk melihat adanya fibrilasi atrium atau disaritmia lainnya
dan bukti adanya infark myocardial akut.
2.9
Penatalaksanaan
Penatalaksaan vertigo sentral ditujukan kepada penyakit penyebab.
Penatalaksanaan awal:
Penatalaksanaan tanda-tanda vital
Keseimbangan cairan, elektrolit, dan gizi
o Pemasangan infus untuk merehidrasi pasien
o Kalori 25 kkal/kgBB/hari
Pemberian obat-obat simptomatik
Tirah baring
Penatalaksanaan stroke iskemik:
Terapi thrombolisis diberikan melalui kateter intrarterial ke dekat
sumbatan, atau secara intravena dalam tiga jam setelah onset gejala dan

tidak ada kontraindikasi.


Sebelum memberikan terapi thrombolitik, perhatikan beberapa hal
terutama resiko terjadinya perdarahan intraserebral, seperti:
o Operasi mayor dalam 10 hari terakhir
o Hipertensi berat
o Adanya perdarahan akut atau edema pada CT Scan
o Perbaikan gejala yang cepat

17

Keputusan untuk memberikan terapi thrombolitik dibuat setelah konsultasi


neurologis langsung dan dengan persetujuan pasien, setelah pasien diberi

penjelasan lengkap dan jelas.


Penatalaksanaan stroke perdarahan:
Penelitian menyatakan bahwa pemberian recombinant activated factor
VII jika diberikan dalam 4 jam setelah onset gejala, mungkin berguna.
Namun penelitian selanjutnya, khususnya untuk perdarahan serebelum,
diperlukan.
Penatalaksanaan pasien dengan gangguan kesadaran dan perburukan gejala:
Pasien yang lethargi dan dengan gangguan kesadaran membutuhkan
pengawasan ketat, mencakup observasi secara langsung,

elektrokardiogram, dan monitor pulse oxymetry.


Pasien dengan gangguan kesadaran dan perburukan gejala
membutuhkan intervensi yang cepat untuk meminimalisasi edema dan

kompresi batang otak


Hal yang dapat dilakukan diantaranya:
o Intubasi endotrakeal untuk menjaga jalan nafas, mengontrol
pernafasan, dan untuk terapi hiperventilasi
o Memberikan obat-obat dieresis seperti manitol dan furosemide
o Memberikan kortikosterois seperti dexamethason

Konsultasi
Konsultasi neurologis pasien dengan vertigo sentral kepada ahli saraf
maupun ahli bedah saraf diperlukan. Pasien dengan space occupying lesion
ataupun hidrosepalus dikonsultasikan ke ahli bedah saraf. Beberapa keadaaan
emergensi harus diperhatikan dan segera dikonsultasikan kepada ahli bedah saraf,
diantaranya adalah perdarahan, kompresi batang otak, edema, karena bedah
dekompresi seperti suboccipital kraniektomi dan ventrikulostomi dapat
menyelamatkan jiwa.
2.10

Prognosis
Prognosis pasien dengan vertigo sentral sangat bervariasi, bergantung dari

penyakit yang mendasari. Namun, kemajuan bedah saraf memperbaiki prognosis

18

beberapa kondisi serius Prognosis pasien dengan infark arteri vertebral atau
basilar adalah buruk. Prognosis pasien dengan perdarahan serebelum spontan
adalah buruk.

You might also like