Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere, yang berarti memutar. Vertigo
Klasifikasi
Vertigo Vestibular
Episodik
Berputar
Gerakan kepala,
Vertigo Non-vestibular
Konstan
Melayang
Stress, hiperventilasi
perubahan
posisi
Gejala Penyerta
Gangguan mata,
tinnitus
gangguan
somatosensorik
Karakteristik
Onset
V. Vestibular Perifer
Tiba-tiba, onset
V. Vestibular Sentral
Perlahan, onset gradual
Durasi
Frekuensi
Intensitas
Mual muntah
Diperparah perubahan
mendadak
Menit hingga jam
Biasanya hilang timbul
Berat
Tipikal
Ya
Usia pasien
Berapapun, biasanya
Usia lanjut
Gangguan status
muda
Tidak ada atau
Biasanya ada
mental
kadangkadang
Tidak ada
cerebellum
Pendengaran
Nistagmus
dengan tinnitus
Nistagmus horizontal dan
Nistagmus horizontal
nistagmus fatique
Massa Cerebellar / stroke
Labyrinthitis Positional
Encephalitis/ abscess
vertigo
otak Insufisiensi A.
posisi kepala
Penyebab
Vertebral Neuroma
Akustik Sklerosis
Multiple
2.3
Epidemiologi
Frekuensi
Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap
tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5%
diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan
dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10% dari pasien
infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens
sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/ 100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus
neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat.
Jenis kelamin
Insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum, rasio
antara penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis multiple dua kali
lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.
Usia
Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya
faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus,
atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65
tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun.
Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun.
2.4
Etiologi
Beberapa penyebab vertigo sentral adalah:
2.5
dideteksi atau diterima oleh reseptor sistem visual, sistem vestibular, dan sistem
Sklerosis Mutiple
Sklerosis Mutiple merupakan penyakit demyelinisasi pada sistem saraf
pusat. Perjalanan penyakitnya fluktuatif dengan berbagai gejala dan tanda.
Neuroma Akustik
Neuroma Akustik adalah tumor sel Schwann yang berasal dari divisi
vestibular saraf cranial VIII (Vestibulokoklear) di kanal auditori interna
proksimal. Neuroma akustik biasanya berkembang di satu sisi (unilateral).
Neuroma akustik bilateral biasa terjadi pada orang dewasa muda dan berkaitan
dengan neurofibromatosis tipe 2. Jika tidak diberi pengobatan, neuroma akustik
dapat berkembang ke sudut serebelopontin dan menekan saraf cranial VII
(Fasialis) dan saraf kranial lainnya.
Penyebab lainnya
Vertigo sentral yang diakibatkan infeksi sistem saraf pusat (mikroabses)
dan kejang lobus temporal sangat jarang terjadi. Vertigo sentral traumatik
disebabkan oleh perdarahan petekie di nukleus vestibular di batang otak.
2.6
Manifestasi Klinis
Onset gradual
Lebih konstan
Durasi lebih panjang (minggu hingga bulan)
Intensitas ringan sampai sedang
Tidak dipengaruhi posisi kepala
Seringkali tidak disertai mual dan muntah
Seringkali disertai dengan gangguan status mental
Seringkali tidak berkaitan dengan tinnitus dan gangguan pendengaran
Nistagmus horizontal atau vertikal; tanpa adanya nistagmus fatigue
Ataxia
Pandangan kabur
Diplopia
Disfagia
Disartria
belakang. Pasien juga dapat mengalami ataxia trunkal dan tidak dapat duduk tanpa
penyangga. Tes Romberg dan Tandem akan memberikan hasil abnormal. Biasanya
terdapat kelemahan saraf kranial VI (Abdusens) atau deviasi konjugat mata
berlawanan dengan lesi perdarahan. Infark serebelum memberikan gambaran
klinik yang serupa.
Sindrom Wallenberg
Infark medulla lateral dari batang otak dapat menyebabkan vertigo sebagai
bagian dari presentasi klinisnya. Penemuan ipsilateral klasik meliputi rasa baal
pada wajah, hilangnya refleks kornea, sindron Horner, dan paralisis atau paresis
pada palatum mole, faring, dan laring (mengakibatkan disfagia dan disfonia).
Penemuan kontralateral meliputi hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada sumbu
tubuh dan anggota gerak. Biasanya lesi saraf kranial VI (Abdusens), VII
(Fasialis), dan VIII (Vestibulokoklear) dapat muncul menyebabkan vertigo, mual,
muntah, dan nistagmus.
Insufisiensi Vertebrobasilar
Transient ischemic attack (TIA) dari batang otak dapat memicu vertigo. Tanda
orthostatik harus ditentukan, karena orthostatik akan memperburuk gejala iskemik
vertebrobasilar. Sama seperti TIA secara umum, vertigo mungkin terjadi secara
tiba-tiba dan berlangsung dalam hitungan menit hingga jam. Sesuai dengan
definisi TIA, gangguan harus hilang secara total dalam 24 jam. Vertigo yang
diinduksi iskemik vertebrobasilar dapat terjadi dengan disertai diplopia, disfagia,
disarthria, dan hilangnya fungsi penglihatan bilateral. Tidak seperti penyebab
vertigo sentral lainnya, vertigo yang diinduksi iskemik vertebrobasilar dapat
diprovokasi dengan perubahan posisi. Memutar kepala menyumbat setengah arteri
vertebral ipsilateral sehingga menyebabkan ada gangguan sirkulasi sementara
pada batang otak. Diseksi arteri vertebral dapat menyebabkan stroke pada
sirkulasi posterior. Gejala dan tanda dari diseksi arteri vertebral meliputi nyeri
kepala, vertigo, dan sindrom Horner unilateral.
Sklerosis Multiple
Pemeriksaan Fisik
10
Uji Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada :
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg:
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya
(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
11
12
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
13
2.7.2
14
i.
15
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes Garpu Tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif,
dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada
tuli konduktif, tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke yang tuli dan schwabach
memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriiksaan audiometri seperti Ludness Balance
Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay. Pemeriksaan saraf-saraf otak lain
meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,
pendengaran dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),
fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebelar (tremor, gangguan cara
berjalan)
2.8
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah:
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lainnya seperti anemia, kehamilan, dan kondisi ketidakseimbangan
metabolik (hiperglikemia, hipoglikemia, dll).
Pencitraan
Pencitraan fossa posterior penting dilakukan jika terdapat kecurigaan
adanya vertigo sentral.
MRI adalah pencitraan terpilih, terutama untuk mendiagnosis infark,
perdarahan, tumor, dan lesi substansi alba seperti sklerosis mutiple.
CT scan dengan potongan hingga ke fossa posterior dapat digunakan jika
tidak tersedia MRI. CT Scan terbatas karena resolusi yang lebih buruk dan
adanya artifak tulang.
Angiografi intraarterial dahulu digunakan untuk mendiagnosis oklusi di
sistem vertebrobasilar. Namun, sekarang telah berkembang CT angiografi,
MRA, dan Doppler USG menggantikan angiografi intrarterial.
16
Gambar 2.8 Perbandingan CT Scan (kanan) dan MRI (kiri) dalam Pencitraan
Perdarahan Serebelar di Fossa Posterior
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah : Elektrokardiografi (EKG)
digunakan untuk melihat adanya fibrilasi atrium atau disaritmia lainnya
dan bukti adanya infark myocardial akut.
2.9
Penatalaksanaan
Penatalaksaan vertigo sentral ditujukan kepada penyakit penyebab.
Penatalaksanaan awal:
Penatalaksanaan tanda-tanda vital
Keseimbangan cairan, elektrolit, dan gizi
o Pemasangan infus untuk merehidrasi pasien
o Kalori 25 kkal/kgBB/hari
Pemberian obat-obat simptomatik
Tirah baring
Penatalaksanaan stroke iskemik:
Terapi thrombolisis diberikan melalui kateter intrarterial ke dekat
sumbatan, atau secara intravena dalam tiga jam setelah onset gejala dan
17
Konsultasi
Konsultasi neurologis pasien dengan vertigo sentral kepada ahli saraf
maupun ahli bedah saraf diperlukan. Pasien dengan space occupying lesion
ataupun hidrosepalus dikonsultasikan ke ahli bedah saraf. Beberapa keadaaan
emergensi harus diperhatikan dan segera dikonsultasikan kepada ahli bedah saraf,
diantaranya adalah perdarahan, kompresi batang otak, edema, karena bedah
dekompresi seperti suboccipital kraniektomi dan ventrikulostomi dapat
menyelamatkan jiwa.
2.10
Prognosis
Prognosis pasien dengan vertigo sentral sangat bervariasi, bergantung dari
18
beberapa kondisi serius Prognosis pasien dengan infark arteri vertebral atau
basilar adalah buruk. Prognosis pasien dengan perdarahan serebelum spontan
adalah buruk.