Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Anindita Dyah Palupi
Dahniar Ika Kusuma Putri
Mita Prastika
Novia Paramitha
Rasyidan Ainul Fikri
(1331410094)
(1331410063)
(1331410057)
(1331410060)
(1331410110)
TEKNIK KIMIA
I. TUJUAN
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai yaitu mahasiswa dapat:
1. Mengerti dan memahami proses evaporasi dalam Falling Film Evaporator
(FFE)
2. Mengoperasikan peralatan FFE dengan benar
3. Melakukan perhitungan perpindahan massa dan panas pada proses evaporasi
dengan FFE
II. TEORI
Evaporasi adalah salah satu proses pemisahan (separation process) yang
cukup penting dalam kelompok studi satuan operasi (unit operation) pada
cabang ilmu teknik / rekayasa kimia (chemical engineering).
Evaporasi didefinisikan sebagai proses penguapan pelarut dari campuran
atau larutan yang mengandung zat terlarut non-volatile. Tetapi, pada sebagian
besar kasus, pengertian evaporasi dimaksudkan sebagai penguapan atau
penghilangan air dari larutan berpelarut air (aqueous solution).
Secara umum, tujuan evaporasi adalah untuk menaikkan konsentrasi atau
memekatkan larutan. Contohnya adalah evaporasi larutan gula (nira), sodium
chloride, sodium hydroxide, glycerol, susu, jus buah, lem, dll. Dalam hal ini,
produk yag diinginkan berupa larutan pekat, sedang uap hasil evaporasi
dibuang. Tetapi, pada beberapa kasus air dengan kandungan mineral (relatif
kecil) dievaporasi untuk mendapatkan air yang bebas mineral untuk keperluan
air umpan boiler, untuk pengencer reagen kimia, dll. Belakangan ini, evaporasi
juga dilakukan pada air laut untuk keperluan mendapatkan air minum. Juga ada
evaporasi bentuk khusus yang tujuannya untuk mendapatkan larutan dengan
konsentrasi zat terlarut tinggi, yang bila dilakukan pendinginan akan terbentuk
Kristal padat yang mudah dipisahkan dari cairan induknya. Ini disebut
kristalisasi. Faktor faktor yang perlu diperhatikan pada proses evaporasi
meliputi (a) konsentrasi larutan, (b) kelarutan (solubility), (c) sensitivitas bahan
terhadap suhu,
(d) pembusaan (foaming), (e) tekanan dan suhu operasi, serta (f) kerak dan bahan
konstruksi. Masing masing faktor tersebut dijelaskan dalam uraian berikut.
a.
Konsentrasi larutan
Larutan yang dievaporasi umumnya memiliki konsentrasi yang relatif
Kelarutan (solubility)
Saat larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut di dalam larutan naik,
maka bisa jadi batas kelarutan dalam pelarut terlampaui dan segera terbentuk
kristal. Bila hal ini terjadi , maka bisa terjadi proses dekomposisi ataupun
degradasi dari zat terlarut akibat overheating.
c.
terhadap suhu dan mudah terdegradasi pada suhu tertentu. Pada keadaan ini
mungkin perlu dilakukan evaporasi dengan vakum untuk menurunkan suhu
penguapan.
d.
Pembusaan (foaming)
Beberapa bahan yang mengandung soda, larutan susu dan asam lemak
sistem menyebabkan suhu pendinginan dan penguapan makin tinggi. Hal ini bisa
menyebabkan terjadinya dekomposisi ataupun degradasi bahan yang dievaporasi.
f.
b.
c.
d.
e.
Forced-circulation-type evaporator.
f.
Agitated-film evaporator.
g.
b.
c.
Oslo-type crystallizer.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Horizontal-tube evaporator.
luas
mendidih dalam
Gambar I. 1. Diagram aliran masuk dan keluar dalam single effect evaporator
di mana :
F
TF :
xF :
hF :
T1 :
suhu liquid dalam evaporator = suhu produk = suhu uap hasil evaporasi
(K atau C atau F)
xL :
atau btu/lbm)
V
yV :
Ts :
Hs :
Asumsi bahwa steam yang masuk sebanding kondensat yang keluar (proses
isothermal) menunjukkan bahwa panas yang dipakai untuk penguapan hanya
diambil dari panas laten (panas pengembunan) dari steam tersebut, sehingga:
= Hs hs
(2)
Suhu uap keluar dan suhu produk serta suhu liquid dalam proses ini adalah
sama, karena uap (V) dan liquid (L) berada dalam kesetimbangan.
Neraca massa untuk proses di atas dianggap steady state sehingga dapat
dituliskan :
Rate of mass in = rate of
massa total dan neraca komponen dari zat terlarut (solute) pada proses di atas tersaji
dalam persamaan (4) dan (5). Neraca panas proses tersebut disajikan dalam
persamaan (6) atau persamaan (7).
F = L+ V
F.xF
= L.xL
(karena yV
(4)
= 0, maka V.yV
(5)
= 0)
(6)
(7)
Dengan menganggap tidak ada panas hilang karena radiasi dan konveksi,
maka persamaan (7) dapat ditulis :
F.hF + S.Hs = L.hL + V.Hv + S.hs (8)
Substitusi persamaan (2) ke persamaan (8) sehingga diperoleh persamaan (9).
F.hF + S. = L.hL
+ V.Hv
(9)
= S.
(10)
Pada persamaan di atas, panas laten steam () pada suhu jenuh Ts mudah
didapatkan dari steam table. Tetapi entalpi dari feed dan produk sulit dicari
karena memang sering datanya tidak tersedia. Untuk itu, maka kadang kadang
perlu dilakukan aproksimasi untuk dapat menyelesaikan perhitungan di atas.
Unit FFE
2.
Stopwatch
3.
4.
Gelas ukur
IV. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari :
V.
1.
MgCl2 teknis
2.
Air bersih
3.
4.
Indikator EBT
5.
Buffer pH 10
PROSEDUR PERCOBAAN
V.1. Persiapan
Larutan larutan yang dibutuhkan untuk analisa
a.
c.
i.
ii.
iii.
2.
Valve V3 dibuka
2.
d.
e.
f.
g.
V.2. Start - up
a.
b.
c.
d.
e.
V.3. Proses
a.
b.
c.
d.
e.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
f.
b.
c.
d.
e.
f.