You are on page 1of 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN RESIKO JATUH DI RUANGAN HEMODIALISA


RSUD DR.SOEKARDJO

OLEH :
Kelompok I
Cahya Resmana
Nur Luciana
Indah Oktaviani
Siti Saroh Anggraeni
Usep Nurdiana
Riki Priyanto
Gingin Ginanjar

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS GALUH
TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jatuh menjadi salah satu insiden yang paling sering terjadi pada orang
lanjut usia (lansia), maupun pada orang dengan ketidakseimbangan cara
berjalan karena proses penyakit tertentu yang mengakibatkan trauma serius,
seperti nyeri, kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa takut
dan hilangnya rasa percaya diri sehingga mereka membatasi aktivitasnya
sehari-hari yang menyebabkan menurunnya mutu kehidupan bagi yang
mengalaminya dan juga berpengaruh pada anggota keluarganya. Jatuh sering
terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya, baik
faktor intrinsik dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya berjalan,
kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines,
serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung
benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, dan
sebagainya.
1.2 Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga
dapat memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh).
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan pendidikan kesehatan selama 1x60menit tentang
pencegahan resiko jatuh diharapkan pasien atau keluarga dapat :
a. Menyebutkan pengertian jatuh menurut bahasanya sendiri.
b. Menyebutkan faktor penyebab jatuh dengan bahasanya sendiri.
c. Menyebutkan cara pencegahan resiko jatuh dengan baik.
d. Mendemonstrasikan kembali cara memindahkan pasien dari kursi roda ke
tempat tidur atau sebaliknya dan cara membantu pasien berjalan
1.3 Manfaat
a.

Bagi Peserta

Peserta

dapat

memahami

bagaimana

definisi

jatuh

sampai

mendemonstrasikan cara memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur


atau sebaliknya dan cara membantu pasien berjalan.
b.

Bagi Mahasiswa

1. Sebagai

pembelajaran

tentang

(PKMRS)

dalam

proses

belajar

keperawatan perkemihan dan muskuloskeletal.


2. Membantu memberikan penyuluhan kesehatan bagi peserta penyuluhan.
3. Menambah ilmu tentang (PKMRS.)
4. Sebagai pemenuhan tugas bed side teaching mata kuliah keperawatan
perkemihan dan muskuloskeletal.

BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan

: Pencegahan Resiko Jatuh

Sub Topik

: Pengertian, faktor penyebab, cara pencegahan jatuh dan


cara memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
atau sebaliknya dan cara membantu pasien berjalan

Hari/Tanggal
Tempat

:
: Ruang Hemodialisa RSUD Dr.Soekardjo

Sasaran

: Pasien hemodialisa dan Keluarga Pasien Hemodialisa

Waktu

A. Latar Belakang
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melibatkan sesorang mendadak terbaring, terduduk dilantai, atau tanpa
kehilangan kesadaran.
Banyak faktor yang menyebabkan jatuh mulai dari kelemahan otot, kakuan
sendi, proses penyakit yang dialami pasien. Sampai dengan faktor lantai yang
licin, penglihatan kurang jelas dan tidak sengaja tersandung benda-benda
(Craven & Hinrle. 2000).
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang pencegahan jatuh, pasien
dengan penyakit CKD yang sedang di hemodialysis serta keluarga di
Ruang Hemodialisa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya mampu memahami
dan menyadari cara pencegahan resiko jatuh.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan, diharapkan pasien CKD yang
sedang hemodialysis dan keluarga di Ruang Hemodialisa Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya mampu :
1. Menyebutkan pengertian jatuh
2. Menyebutkan faktor penyebab resiko jatuh
3. Menyebutkan penanggulangan atau pencegahan resiko jatuh
4. Mendemonstrasikan kembali cara memindahkan pasien dari kursi roda
ke tempat tidur atau sebaliknya dan cara membantu pasien berjalan
C. Sasaran

Pasien CKD hemodialysis dan keluarga pasien CKD hemodialysis dengan


jumlah + 8-9
D. Materi
1. Pengertian jatuh
2. Faktor penyebab resiko jatuh
3. Penatalaksanaan pencegahan resiko jatuh
4. Cara memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya
dan cara membantu pasien berjalan
E. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
F. Media atau Alat Bantu
Leaflet dan flip card berisi gambar dan tulisan tentang pengertian, faktor
penyebab, cara pencegahan, cara memindahkan pasien dari kursi roda ke
tempat tidur atau sebaliknya dan membantu pasien berjalanyang di edukasikan
untuk pasien dan keluarga pasien di Ruang Hemodialisa Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.
G. Evaluasi Pembelajaran
1. Tes awal cara mengajukan pertanyaan lisan.
a. Prosedur : Pre test
b. Jenis Tes : Tanya jawab
c. Butir Soal :
1. Sebutkan pengertian jatuh ?
2. Sebutkan faktor penyebab resiko jatuh ?
3. Sebutkan cara penanggulangan atau pencegahan resiko jatuh ?
4. Sebutkan cara memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
atau sebaliknya dan cara membantu pasien berjalan
2. Tes akhir dengan cara mengajukan pertanyaan lisan yang sama dengan
pertanyaan pada tes awal.
H. Proses Penyuluhan
No.
Fase
1.
Pembukaan
5 menit

Kegiatan
Memberi

pembuka
Memperkenalkan
diri

salam

Kegiatan Sasaran
Menjawab salam

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

resiko

Memperhatikan

cara

Memperhatikan

Bertanya

Menjelaskan pokok
bahasan dan tujuan

2.

Pelaksanaan
35 menit

penyuluhan
Membagi leaflet
Menjelaskan

pengertian jatuh
Menjelaskan faktor
penyebab

resiko

jatuh
Menjelaskan

cara

pencegahan

jatuh
Menjelaskan

memindahkan pasien
dari kursi roda ke
tempat

tidur

atau

sebaliknya dan cara


membantu

berjalan
Memberi
kesempatan
peserta

3.

Evaluasi
15 menit

Terminasi
5 menit

tentang
yang

Menjawab
pertanyaan

telah

diberikan
Mengucapkan terima

Mendengarkan

Menjawab salam

kasih atas peran serta

peserta
Mengucapkan salam
penutup

I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur

untuk

peserta

dengan

penuh antusias

kepada

bertanya
Menanyakan kepada
materi

4.

pasien

Pasien atau keluarga sasaran hadir dalam kegiatan penyuluhan.


Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di Ruang Hemodialisa

Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.


Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

( SAP, Leafleat,flip card ).


2. Evaluasi Proses
Pasien antusias terhadap materi penyuluhan.
Pasien tidak meninggalkan tempat penyuluhan sebelum penyuluhan

selesai.
Pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara

benar.
3. Evaluasi Hasil
Pasien mengetahui pengertian jatuh.
Pasien mengetahui faktor penyebab resiko jatuh.
Pasien mengetahui cara penanggulangan atau pencegahan resiko

jatuh.
Pasien mengetahui cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur
atau sebaliknya dan cara membantu pasien berjalan

J. Pengorganisasian
MC dan Moderator
Fungsi
penyuluhan.
Penyaji
Fungsi
Notulen
Fungsi

:
: Membuka, mengatur dan menutup jalannya
:
:Menyajikan materi penyuluhan.
:
:Mendokumentasikan dan menyimpulkan

hasil diskusi saat penyuluhan.


Observer
:
Fungsi
: Mengamati dan memberikan evaluasi
terhadap jalannya pendidikan kesehatan.
Fasilitator
:
Fungsi
: Mendampingi pasien dan memfasilitasi
pasien saat jalannya penyuluhan.

K. MATERI
a. Pengertian Jatuh :
Menurut Tinetti, et al. (1997, dalam Feder, 2000) Jatuh adalah
tiba-tiba, tidak disengaja yang menyebabkan perubahan posisi seseorang
berada di area yang lebih rendah, pada suatu objek, di lantai atau di
rumput atau di tanah, selain akibat dari serangan paralisis, epilepsi atau
kekuatan di luar batas.
Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi
mata ,yang melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai
/tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Reuben 1996, dalam Darmojo, 2004).
b. Faktor penyebab resiko jatuh :
Faktor risiko jatuh terdiri dari faktor intrinsik (kondisi diri, dan
berbagai penyakit) dan faktor ekstrinsik (lingkungan dan obat-obatan) :
1. Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh kondisi diri, aktivitas dan
berbagai

penyakit.

Perubahan-perubahan

akibat

proses

penuaan

(penurunan pendengaran, penurunan visus sebesar 2 %, penurunan status


mental (bingung) sebesar 5 %, penurunan fungsi indera yang lain,
lambatnya pergerakan dan gangguan muskuloskeletal (Shobha,2005).
Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh, Parkinson yang
mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan
lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan . Gangguan penglihatan pun
seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan
sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope, syncope lah yang
sering menyebabkan jatuh pada lansia. Jatuh dapat juga disebabkan oleh
dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan
yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.penderita dengan
risiko jatuh paling tinggi adalah penderita aktif, dengan sedikit gangguan
keseimbangan (Probosuseno, 2006). Keluhan instabilitas dan jatuh antara

lain melakukan terapi aktivitas berupa penguatan otot dan pengulangan


latihan gaya berjalan serta alat-alat bantu untuk berjalan (Kane, Ouslander
& Abrass, 1989).
2. Faktor-faktor lingkungan pun dapat menyebabkan risiko jatuh
meningkat, seperti: Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah
tua atau tergeletak di bawah,tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi
yang rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah
dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem
dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas
lantai yang licin atau mudah tergeser,lantai licin atau basah, penerangan
yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak
tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya. Jumlah obat yang
diminum merupakan faktor yang bermakna terhadap penderita.. Obatobatan yang meningkatkan risiko jatuh di antaranya obat golongan sedatif
dan hipnotik yang dapat mengganggu stabilitas postur tubuh, yang
mengakibatkan efek samping menyerupai

sindroma parkinson seperti

diuretik/

antipsikotik,

anti

hipertensi,

hipoglikemik dan alkohol.

antidepresan,

obat-obatan

Obat-obatan lain yang menyebabkan

hipotensi, hipoglikemi, mengganggu vestibular, neuropati hipotermi dan


menyebabkan

kebingungan

seperti

phenothiazine,

barbiturat

dan

benzodiazepin

kerja panjang juga meningkatkan risiko jatuh. Hal ini

sesuai dengan pendapat Robbins, et al. (1989, dalam Newton, 2003)


bahwa lansia yang memiliki tiga faktor risiko seperti kelemahan otot paha,
ketidakseimbangan, dan mendapat lebih dari empat pengobatan berisiko
jatuh sebesar 100 % setiap tahunnya.
c. Cara penanggulangan atau pencegahan resiko jatuh :
1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan
meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan,
koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan
fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif.Latihan fisik
yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki. (Skelton ,2001)

Penelitian lain oleh (Barnett, et al, 2006) menyatakan bahwa


program latihan fisik yang terdiri dari pemanasan diikuti dengan
keseimbangan, koordinasi, dan latihan kekuatan otot serta pendinginan
yang dilakukan 1 jam per minggu selama satu tahun dapat menurunkan
angka kejadian jatuh.
Melakukan evaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat dan pindah posisi.Penilaian goyangan
badan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh, begitu pula
dengan penilaian apakah kekuatan otot ekstremitas bawah cukup untuk
berjalan tanpa bantuan, apakah lansia menapakkan kakinya dengan baik,
tidak mudah

goyah, dan mengangkat

kaki dengan benar saat

berjalan.Kesemuanya itu harus diperbaiki bila terdapat penurunan


(Reuben, 1996; Tinetti, 1992; Van-der-Cammen, 1991 dalam Darmojo,
2004).
2. Modifikasi lingkungan
a. Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu.
b. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan
berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
c. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk
melintas.
d. Pasang pegangan tangan pada tangga, kamar mandi.
e. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan
yang biasa untuk melintas.
f. Gunakan lantai yang tidak licin.
g. Atur letak perabotan supaya jalan untuk melintas mudah,
menghindari tersandung.
h. Hindari penggunaan perabotan yang beroda.

3. Memperbaiki kebiasaan pasien, misalnya :


a. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
b. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
c. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
d. Hindari olahraga berlebihan.

4. Alas kaki :
a. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.
b. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk
menjaga keseimbangan.
c. Pakai sepatu yang antislip atau sandal berbahan karet tidak licin.
5. Alat bantu :
Alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan
walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas
atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu
menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled
walker.Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan
oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.
d. Cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya dan
cara membantu pasien berjalan.
Cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur
Langkah Kerja :
1.
2.
3.
4.
5.

Kunci semua roda tempat tidur.


Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin dengan tempat tidur.
Kunci semua roda dari kursi roda.
Bantu pasien pada posisi duduk di tepi tempat tidur.
Letakkan kaki yang kuat di bawah tepi tempat tidur, sedangkan kaki

yan lemah berada di depannya.


6. Letakkan tangan pasien diatas permukaan tempat tidur atau diatas
kedua bahu perawat sehingga pasien dapat mendorong tubuhnya
sambil berdiri (catatan : pasien perlu diberi penjelasan untuk tidak
meletakkan

kedua

tangan

pada

leher

perawat

karena

dapat

menyebabkan cedera pada perawat)


7. Siapkan posisi perawat dengan berdiri tepat di depan pasien.
Condongkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut dan pergelangan
kaki. Lebarkan kaki anda, dengan satu kaki di depan dan yang lainnya

di belakang. Jika memungkinkan, buatlah kaki pasien sebagai cermin


dari kaki perawat
8. Lingkari punggung pasien dengan kedua tangan perawat.
9. Tegangkan otot abdominal, kaki dan lengan anda. Siap untuk
melakukan pergerakan.
10. Bantu pasien untuk berdiri, kemudian bergerak bersama-sama menuju
kursi roda.
11. Dalam 3 hitungan, minta pasien untuk menghentak dengan bagian kaki
belakang,

kemudian

menuju

kaki

bagian

depan,

ekstensikan

persendian pada ekstremitas bawah, dan dorong atau tarik dengan


kedua tangan, bersamaan dengan perawat menarik dengan kaki bagian
depan, menuju kaki bagian belakang, ekstensikan persendian pada
ekstremitas bawah, dan tarik pasien tepat menuju pusat gravitasi
perawat pada posisi berdiri.
12. Bantu pasien pada posisi tegak untuk beberapa saat.
13. Bersama-sama memutar atau mengambil beberapa langkah menuju
kursi roda.
14. Bantu pasien untuk duduk.
15. Minta pasien untuk membelakangi kursi roda, kemudian meletakkan
bagian kaki yang kuat di belakang kaki yang lebih lemah, menjaga
kaki yang lainnya tetap berada di depan, dan meletakkan kedua tangan
diatas lengan kursi roda atau tetap pada bahu perawat.
16. Berdiri tepat di depan pasien.
17. Dalam 3 hitungan minta pasien untuk menggeser berat tubuhnya
dengan jalan memindahkannya ke kaki bagian belakang, merendahkan
tubuh sampai pada bagian tepi dari kursi roda dengan memfleksikan
persendian pada kaki dan lengan, bersamaan dengan perawat
menggeser berat tubuhnya dengan melangkah ke belakang dan
merendahkan pasien sampai diatas kursi roda.
18. Pastikan keselamatan pasien.
19. Minta pasien untuk menggeser duduknya sampai pada posisi yang
paling aman dan nyaman.
20. Turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki pasien diatasnya.
Cara berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
Langkah Kerja :

1. Atur kursi roda dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat
tidur (pastikan juga dalam posisi terkunci).
2. Angkat kedua tatakan kursi roda dan minta pasieen untuk meletakkan
kaki yang kuat di bawah kursi roda sedangkan kaki yang lemah di
depannya.
3. Minta pasien untuk berpegangan pada kedua lengan kursi roda dengan
kuat sambil menghentakkan tubuh (jika tetap tidak mampu, rangkul
tubuh pasien dan bantu pasien untuk berdiri).
4. Minta pasien untuk berpegangan pada tepi tempat tidur.
5. Bantu pasien duduk di tepi tempat tidur.
6. Minta pasien untuk bergeser ke bagian tengah tempat tidur hingga
pasien dapat berbaring.
7. Atur posisi pasien hingga merasa nyaman di tempat tidur.
8. Bawa kursi roda menjauh dari tempat tidur pasien.

Cara membantu pasien berjalan


Langkah Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Minta pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau
memegang telapak tangan perawat.
3. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada
bahu pasien.
4. Bantu pasien untuk berjalan.
5. Lihat respon pasien.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

DAFTAR PUSTAKA
Kane, R.L., Ouslander, J.G., & Abrass, I.B. (1989). Essentials of Clinical
Geriatrics .(2 nd Edition). US: McGraw-Hill.
Feder, G., Cryer, C., Donovan, S., & Carter, Y. (2000).Guideline for the
prevention of falls in people over 65. British Medical Journal
Skelton, D.A. (2001). Effects of physical activity on postural stability.Journal Age
and Ageing.
Newton, R.A.(2003). Balance and falls among older people. Journal The
American Society on Aging.
Darmojo, R.B.& Martono, H.H. (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) .
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Shobha, S.R. (2005). Prevention of falls in older patients.American Academy of
Family Physicians.
Probosuseno. (2006). Mengapa Lansia sering tiba-tiba Roboh?. Diakses dari
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/lansia280506.htm., tanggal
1 Desember 2008).
Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar
Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM

Barnedh, H., Sitorus, F., & Ali, W. (2006). Penilaian Keseimbangan menggunakan
Skala Keseimbangan Berg pada Lansia di Kelompok lansia Puskesmas
Tebet.Tesis . Jakarta:FKUI.

You might also like