You are on page 1of 8

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan

dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di


dalam sel. Oleh karena itu, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan
seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Semua organisme selular terbagi ke dalam dua golongan besar
berdasarkan arsitektur basal dari selnya, yaitu organisme prokariota dan
organisme eukariota.[1]
Organisme prokariota tidak memiliki inti sel dan mempunyai organisasi
internal sel yang relatif lebih sederhana. Prokariota terbagi menjadi dua
kelompok yang besar: eubakteria yang meliputi hampir seluruh jenis
bakteri, dan archaea, kelompok prokariota yang sangat mirip dengan
bakteri dan berkembang-biak di lingkungan yang ekstrem seperti sumber
air panas yang bersifat asam atau air yang mengandung kadar garam
yang sangat tinggi. Genom prokariota terdiri dari kromosom tunggal yang
melingkar, tanpa organisasi DNA.
Organisme eukariota memiliki organisasi intraselular yang jauh lebih
kompleks, antara lain dengan membran internal, organel yang memiliki
membran tersendiri seperti inti sel dan sitoskeleton yang sangat
terstruktur. Sel eukariota memiliki beberapa kromosom linear di dalam
nuklei, di dalamnya terdapat sederet molekul DNA yang sangat panjang
yang terbagi dalam paket-paket yang dipisahkan oleh histon dan protein
yang lain.
Jika panjang DNA diberi notasi C dan jumlah kromosom dalam genom
diberi notasi n, maka notasi 2nC menunjukkan genom sel diploid, 1nC
menunjukkan genom sel haploid, 3nC menunjukkan genom sel triploid,
4nC menunjukkan genom sel tetraploid. Pada manusia, C = 3,5 10-12 g,
dengan n = 23, sehingga genom manusia dirumuskan menjadi 2 x 23 x
3,5 10-12, karena sel eukariota manusia memiliki genom diploid.
Sejenis sel diploid yaitu sel nutfah dapat terdiferensiasi menjadi sel gamet
haploid. Genom sel gamet pada manusia memiliki 23 kromosom, 22
diantaranya merupakan otosom, sisanya merupakan kromosom genital.
Pada oosit, kromosom genital senantiasa memiliki notasi X, sedangkan
pada spermatosit, kromosom dapat berupa X maupun Y. Setelah terjadi
fertilisasi antara kedua sel gamet yang berbeda kromosom genitalnya,
terbentuklah sebuah zigot diploid. Notasi genom yang digunakan untuk
zigot adalah 46,XX atau 46,XY.
Pada umumnya sel somatik merupakan sel diploid, namun terdapat
beberapa perkecualian, antara lain: sel darah merah dan keratinosit

memiliki genom nuliploid. Hepatosit bergenom tetraploid 4nC, sedang


megakariosit pada sumsum tulang belakang memiliki genom poliploid
hingga 8nC, 16nC atau 32nC dan dapat melakukan proliferasi hingga
menghasilkan ribuan sel nuliploid. Banyaknya ploidi pada sel terjadi
sebagai akibat dari replikasi DNA yang tidak disertai pembelahan sel,
yang lazim disebut sebagai endomitosis.
Sejarah penemuan sel
[sunting] Robert Hooke
Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ilmuwan
Inggris Robert Hooke yang telah meneliti irisan tipis gabus melalui
mikroskop yang dirancangnya sendiri. Kata sel berasal dari kata bahasa
Latin cellula yang berarti rongga/ruangan.
Pada tahun 1835, sebelum teori Sel merupakan unit organisasi terkecil
yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi
kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat
berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Semua organisme selular terbagi ke dalam dua golongan besar
berdasarkan arsitektur basal dari selnya, yaitu organisme prokariota dan
organisme eukariota.[1]
Organisme prokariota tidak memiliki inti sel dan mempunyai organisasi
internal sel yang relatif lebih sederhana. Prokariota terbagi menjadi dua
kelompok yang besar: eubakteria yang meliputi hampir seluruh jenis
bakteri, dan archaea, kelompok prokariota yang sangat mirip dengan
bakteri dan berkembang-biak di lingkungan yang ekstrem seperti sumber
air panas yang bersifat asam atau air yang mengandung kadar garam
yang sangat tinggi. Genom prokariota terdiri dari kromosom tunggal yang
melingkar, tanpa organisasi DNA.
Organisme eukariota memiliki organisasi intraselular yang jauh lebih
kompleks, antara lain dengan membran internal, organel yang memiliki
membran tersendiri seperti inti sel dan sitoskeleton yang sangat
terstruktur. Sel eukariota memiliki beberapa kromosom linear di dalam
nuklei, di dalamnya terdapat sederet molekul DNA yang sangat panjang
yang terbagi dalam paket-paket yang dipisahkan oleh histon dan protein
yang lain.
Jika panjang DNA diberi notasi C dan jumlah kromosom dalam genom
diberi notasi n, maka notasi 2nC menunjukkan genom sel diploid, 1nC
menunjukkan genom sel haploid, 3nC menunjukkan genom sel triploid,
4nC menunjukkan genom sel tetraploid. Pada manusia, C = 3,5 10-12 g,
dengan n = 23, sehingga genom manusia dirumuskan menjadi 2 x 23 x
3,5 10-12, karena sel eukariota manusia memiliki genom diploid.

Sejenis sel diploid yaitu sel nutfah dapat terdiferensiasi menjadi sel gamet
haploid. Genom sel gamet pada manusia memiliki 23 kromosom, 22
diantaranya merupakan otosom, sisanya merupakan kromosom genital.
Pada oosit, kromosom genital senantiasa memiliki notasi X, sedangkan
pada spermatosit, kromosom dapat berupa X maupun Y. Setelah terjadi
fertilisasi antara kedua sel gamet yang berbeda kromosom genitalnya,
terbentuklah sebuah zigot diploid. Notasi genom yang digunakan untuk
zigot adalah 46,XX atau 46,XY.
Pada umumnya sel somatik merupakan sel diploid, namun terdapat
beberapa perkecualian, antara lain: sel darah merah dan keratinosit
memiliki genom nuliploid. Hepatosit bergenom tetraploid 4nC, sedang
megakariosit pada sumsum tulang belakang memiliki genom poliploid
hingga 8nC, 16nC atau 32nC dan dapat melakukan proliferasi hingga
menghasilkan ribuan sel nuliploid. Banyaknya ploidi pada sel terjadi
sebagai akibat dari replikasi DNA yang tidak disertai pembelahan sel,
yang lazim disebut sebagai endomitosis. sel menjadi lengkap, Jan
Evangelista Purkyn melakukan pengamatan terhadap granula pada
tanaman melalui mikroskop. Teori sel kemudian dikembangkan pada
tahun 1839 oleh Matthias Jakob Schleiden dan Theodor Schwann yang
mengatakan bahwa semua makhluk hidup atau organisme tersusun dari
satu sel tunggal, yang disebut uniselular, atau lebih, yang disebut
multiselular. Semua sel berasal dari sel yang telah ada sebelumnya, di
dalam sel terjadi fungsi-fungsi vital demi kelangsungan hidup organisme
dan terdapat informasi mengenai regulasi fungsi tersebut yang dapat
diteruskan pada generasi sel berikutnya.
Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa
untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masingmasing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan
sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular
sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama
dalam organisasi yang sangat rapi.
[sunting] Perkembangan sel
Di dalam tubuh manusia, telah dikenali sekitar 210 jenis sel. Sebagaimana
organisme multiselular lainnya, kehidupan manusia juga dimulai dari
sebuah sel embrio diploid hasil dari fusi haploid oosit dan spermatosit
yang kemudian mengalami serangkaian mitosis. Pada tahap awal, sel-sel
embrio bersifat totipoten, setiap sel memiliki kapasitas untuk
terdiferensiasi menjadi salah satu dari seluruh jenis sel tubuh. Selang
berjalannya tahap perkembangan, kapasitas diferensiasi menjadi
menurun menjadi pluripoten, hingga menjadi sel progenitor yang hanya
memiliki kapasitas untuk terdiferensiasi menjadi satu jenis sel saja,
dengan kapasitas unipoten.
Pada level molekular, perkembangan sel dikendalikan melalui suatu
proses pembelahan sel, diferensiasi sel, morfogenesis dan apoptosis. Tiap

proses, pada awalnya, diaktivasi secara genetik, sebelum sel tersebut


dapat menerima sinyal mitogenik dari lingkungan di luar sel.
[sunting] Proses pembelahan sel
Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan
jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi
untuk menghasilkan dua sel anakan yang identik secara genetik. Proses
ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik)
Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan
yang dialami sel untuk tetap bertahan hidup. Siklus ini mengatur
pertumbuhan sel dengan meregulasi waktu pembelahan dan mengatur
perkembangan sel dengan mengatur jumlah ekspresi atau translasi gen
pada masing-masing sel yang menentukan diferensiasinya.
[sunting] Fase pada siklus sel
1. Fasa S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA
2. Fasa M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik
pembelahan biner atau pembentukan tunas)
3. Fasa G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel.
1. Fasa G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada
dalam keadaan diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan
maupun perkembangan. Kondisi ini sangat bergantung pada
sinyal atau rangsangan baik dari luar atau dalam sel. Umum
terjadi dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan
(dorman) dan mati.
2. Fasa G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh,
antara sitokinesis dan sintesis.
3. Fasa G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis.
Fasa tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 >
kembali ke S. Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai
Interfase.
[sunting] Diferensiasi sel
Regenerasi sel adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang
bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki
bagian yang rusak.
Diferensiasi sel adalah proses pematangan suatu sel menjadi sel yang
spesifik dan fungsional, terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan,

dan mendukung fisiologis hewan. Misalnya, sebuah stem cell mampu


berdiferensiasi menjadi sel kulit.
Saat sebuah sel tunggal, yaitu sel yang telah dibuahi, mengalami
pembelahan berulang kali dan menghasilkan pola akhir dengan
keakuratan dan kompleksitas yang spektakuler, sel itu telah mengalami
regenerasi dan diferensiasi.
Regenerasi dan diferensiasi sel hewan ditentukan oleh genom. Genom
yang identik terdapat pada setiap sel, namun mengekspresikan set gen
yang berbeda, bergantung pada jumlah gen yang diekspresikan. Misalnya,
pada sel retina mata, tentu gen penyandi karakteristik penangkap cahaya
terdapat dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada ekspresi gen
indera lainnya.
[sunting] Morfogenesis
Pengekspresian gen itu sendiri memengaruhi jumlah sel, jenis sel,
interaksi sel, bahkan lokasi sel. Oleh karena itu, sel hewan memiliki 4
proses esensial pengkonstruksian embrio yang diatur oleh ekspresi gen,
sebagai berikut:
Proliferasi sel
menghasilkan banyak sel dari satu sel
Spesialisasi sel
menciptakan sel dengan karakteristik berbeda pada posisi yang
berbeda
Interaksi sel
mengkoordinasi perilaku sebuah sel dengan sel tetangganya
Pergerakan sel
menyusun sel untuk membentuk struktur jaringan dan organ
Pada embrio yang berkembang, keempat proses ini berlangsung
bersamaan. Tidak ada badan pengatur khusus untuk proses ini. Setiap sel
dari jutaan sel embrio harus membuat keputusannya masing-masing,
menurut jumlah kopi instruksi genetik dan kondisi khusus masing-masing
sel.
Sel tubuh, seperti otot, saraf, dsb. tetap mempertahankan karakteristik
karena masih mengingat sinyal yang diberikan oleh nenek moyangnya
saat awal perkembangan embrio.
[sunting] Apoptosis
Apoptosis merupakan bagian dari perkembangan sel, sel tidak dapat mati
begitu saja tanpa suatu mekanisme yang tertanam di dalam sel, yang
dapat diaktivasi oleh sinyal internal maupun eksternal.
[sunting] Struktur sel

[sunting] Sel eukariota


Secara umum setiap sel memiliki

membran sel,

sitoplasma, dan

inti sel atau nukleus.

Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma.


Sitoplasma berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat
berbagai organel yang memiliki fungsi yang terorganisasi untuk
mendukung kehidupan sel. Organel memiliki struktur terpisah dari sitosol
dan merupakan "kompartementasi" di dalam sel, sehingga
memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak mungkin berlangsung di
sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh jaringan kerangka yang
mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk.
Organel-organel yang ditemukan pada sitoplasma adalah

mitokondria (kondriosom)

badan Golgi (diktiosom)

retikulum endoplasma

plastida (khusus tumbuhan, mencakup leukoplas, kloroplas, dan


kromoplas)

vakuola (khusus tumbuhan)

[sunting] Sel prokariota


Sel tumbuhan dan sel bakteri memiliki lapisan di luar membran yang
dikenal sebagai dinding sel. Dinding sel bersifat tidak elastis dan
membatasi perubahan ukuran sel. Keberadaan dinding sel juga
menyebabkan terbentuknya ruang antarsel, yang pada tumbuhan menjadi
bagian penting dari transportasi hara dan mineral di dalam tubuh
tumbuhan.
Sel tumbuhan, sel hewan, dan sel bakteri mempunyai beberapa
perbedaan seperti berikut:
Sel tumbuhan
Sel hewan
Sel tumbuhan
Sel hewan lebih kecil daripada sel
lebih besar
tumbuhan.
daripada sel

Sel bakteri
Sel bakteri
sangat kecil.

hewan.
Mempunyai
bentuk yang
tetap.
Mempunyai
dinding sel [cell
wall] dari
selulosa.
Mempunyai
plastida.

Tidak mempunyai bentuk yang tetap.


Tidak mempunyai dinding sel [cell
wall].
Tidak mempunyai plastida.

Mempunyai
bentuk yang
tetap.
Mempunyai
dinding sel [cell
wall] dari
lipoprotein.
Tidak
mempunyai
plastida.

Tidak mempunyai vakuola [vacuole],


Mempunyai
walaupun kadang-kadang sel beberapa
Tidak
vakuola [vacuole] hewan uniseluler memiliki vakuola
mempunyai
atau rongga sel (tapi tidak sebesar yang dimiliki
vakuola.
yang besar.
tumbuhan). Yang biasa dimiliki hewan
adalah vesikel atau [vesicle].
Menyimpan
tenaga dalam
Menyimpan tenaga dalam bentuk
bentuk butiran
butiran (granul) glikogen.
(granul) pati.
Tidak
Tidak Mempunyai
Mempunyai
sentrosom
Mempunyai sentrosom [centrosome].
sentrosom
[centrosome].
[centrosome].
Tidak memiliki
lisosom
Memiliki lisosom [lysosome].
[lysosome].
Nukleus lebih
Tidak memiliki
kecil daripada
Nukleus lebih besar daripada vesikel. nukleus dalam
vakuola.
arti sebenarnya.
[sunting] Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan sel hewan
dan tanaman
Secara umum, perbedaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
Hewan
Tumbuhan
Terdapat sentriol
Tidak ada sentriol
Tidak ada pembentukan dinding Terdapat sitokinesis dan pembentukan
sel
dinding sel
Tidak ada perbedaan kutub embriogenik,
Ada kutub animal dan vegetal
yang ada semacam epigeal dan hipogeal
Jaringan sel hewan bergerak
Jaringan sel tumbuhan tumbuh menjadi
menjadi bentuk yang berbeda bentuk yang berbeda
Terdapat proses gastrulasi
Terdapat proses histodiferensiasi
Tidak terdapat jaringan
Meristem sebagai jaringan embrionik
embrionik seumur hidup
seumur hidup

Tidak ada batasan pertumbuhan, kecuali


Terdapat batasan pertumbuhan
kemampuan akar dalam hal menopang
(ukuran tubuh)
berat tubuh bagian atas
Apoptosis untuk perkembangan Tidak ada "Apoptosis", yang ada lebih ke
jaringan, melibatkan
arah proteksi diri, tidak melibatkan
mitokondria dan caspase
mitokondria
[sunting] Sel-sel khusus

Sel Tidak Berinti, contohnya trombosit dan eritrosit (Sel darah


merah). Di dalam sel darah merah, terdapat hemoglobin sebagai
pengganti nukleus (inti sel).

Sel Berinti Banyak, contohnya Paramecium sp dan sel otot

Sel hewan berklorofil, contohnya euglena sp. Euglena sp adalah


hewan uniseluler berklorofil.

Sel pendukung, contohnya adalah sel xilem. Sel xilem akan mati dan
meninggalkan dinding sel sebagai "tulang" dan saluran air. Kedua ini
sangatlah membantu dalam proses transpirasi pada tumbuhan.

You might also like