Professional Documents
Culture Documents
2. Etiologi
penyakit paru yang luas seperti enfisema, fibrosis pada paru yang luas dan
pada hipertensi pulmonal idiopatik.
3 Komplikasi
1. Gagal jantung kanan
Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah dan di
dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke
paru. Lama- kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan
menebal hal ini akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat
dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan bilik jantung
kanan membesar sehingga menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru
berkurang sehigga terjadi suatu keadaan yang disebut dengan gagal jantung
kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga
menurun sehingga darah membawa kandungan oksigen yang kurang dari
normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada saat melakukan
aktivitas
2. Gagal Nafas
4 Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berupa :
sesak nafas yang timbul secara bertahap. Untuk meningkatkan secara bertahap
atau mendadak nafas dan kebutuhan udara bagi tubuh, pasien mengalami
nafas pendek dan haus udara. Terjadi hiperventalasi (napas cepat dan dalam).
kelemahan
batuk tidak produktif
pingsan atau sinkop
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Non Invasif
hipertensi pulmonal. Tes fungsi paru juga secara kuantitatif menilai gangguan
mekanik sehubungan dengan penurunan volume paru pada HP.
Radiografi Torak (Ro Torak)
Khas parenkim paru pada hipertensi pulmonal bersih. Foto torak dapat membantu
diagnosis atau membantu menemukan penyakit lain yang mendasari hipertensi
pulmonal. Gambaran khas foto toraks pada hipertensi pulmonal ditemukan
bayangan hilar, bayangan arteri pulmonalis dan pada foto toraks lateral
pembesaran ventrikel kanan.
Elektrokardiografi
Gambaran tipikal EKG pada klien HP sering menunjukkan pembesaran atrium dan
ventrikel kanan, terkadang dapat memperkirakan tekanan arteri pulmonal, strain
ventrikel kanan ,dan pergeseran aksis ke kanan, yang juga memliki nilai
prognostik. Elektrokardiogram menunjukkan perubahan hipertrofi ventrikel kanan
(panah panjang) dengan regangan pada pasien dengan hipertensi pulmonal primer.
Deviasi sumbu kanan (pendek panah), peningkatan amplitudo gelombang P pada
lead II (panah hitam), dan tidak lengkap blok cabang berkas kanan (panah putih)
yang sangat spesifik tetapi tidak memiliki kepekaan untuk mendeteksi hipertrofi
ventrikel kanan.
CT Scan Resolusi Tinggi
CT Scan dilakukan hanya untuk membedakan apakah termasuk hipertensi
pulmonal primer atau hipertensi pulmonal sekunder. Tanpa zat kontras untuk
menilai parenkim paru seperti bronkiektasi, emfisema, atau penyakit interstisial.
Dengan zat kontras untuk mendeteksi dan melihat penyakit tromboemboli paru.
Pemeriksaan Invasif
Kateterisasi jantung
Kateterisasi jantung dapat mengukur dengan tepat tekanan di ventrikel kanan
dan mengukur resistensi pembuluh darah di paru. Tes vasodilator dengan obat
kerja singkat (seperti : adenosin, inhalasi nitric oxide atau epoprosteno) dapat
dilakukan selama kateterisasi, respons vasolidatif positif bila didapatkan
penurunan tekanan arteri pumonalis dan resistensi vaskular paru sedikitnya
20% dari tekanan awal.
Kateterisasi jantung kanan dengan mengukur hemodinamik pulmonal adalah
gold standart untuk konfirmasi PAH. Dengan definisi hipertensi pulmonal
adalah tekanan PAP 25 mHg pada saat istirahat, atau 30 mmHg pada saat
aktivitas. Kateterisasi membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi
lain seperti penyakit jantung kiri dan memberikan informasi penting untuk
Tes vasodilator
Vasoreaktivitas adalah suatu bagian penting untuk evaluasi klien hipertensi
pulmonal, klien yang respon dengan vasodilator terbukti memperbaiki
survival dengan mengunakan blok kanal kalsium (CCB) jangka panjang.
Definisi respon adalah penurunan rata-rata tekanan arteri pulmonal < 10
7. Penatalaksanaan
Pengobatan
Pengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung
kiri dengan menggunakan obat-obatan seperti : diuretik, beta-bloker dan ACE
inhibitor atau dengan cara memperbaiki katup jantung mitral atau katup aorta
(pembuluh darah utama). Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan
pola hidup, diuretik, antikoagulan dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang
lazim dilakukan, tetapi berdasar dari penelitian terapi tersebut belum pernah
dinyatakan bermanfaat dalam mengatasi penyakit tersebut.
a. Obat-obatan vasoaktif
Obat-obat vasoaktif yang digunakan pada saat ini antara lain adalah
antagonis reseptor endotelial, PDE-5 inhibitor dan derivat prostasiklin.
Obat-obat tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh
darah paru. Sildenafil adalah obat golongan PDE-5 inhibitor yang
mendapat persetujuan dari FDA pada tahun 2005 untuk mengatasi
hipertensi pulmonal
Untuk vasodilatasi pada paru, ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan.
Antara lain Beraprost sodium (Dorner), infus PGI, Injeksi lipo PGE-1, ACE
Inhibitor, Antagonis Kalsium dan Inhalasi NO. Beraprost sodium efeknya tidak
hanya sebagai vasodilator, tetapi juga efek pleiotropik, seperti menghambat agresi
platelet, mencegah cedera sel endotel dan memperbaiki cedera sel endotel.
b. Terapi bedah
Pembedahan sekat antar serambi jantung (atrial septostomy) yang dapat
menghubungkan antara serambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan
pada jantung kanan tetapi kerugian dari terapi ini dapat mengurangi kadar oksigen
dalam darah (hipoksia). Transplantasi paru dapat menyembuhkan hipertensi
pulmonal namun komplikasi terapi ini cukup banyak dan angka harapan hidupnya
kurang lebih selama 5 tahun.
Atrial septosotomi
Blade ballon atrial septostomy dilakukan pada pasien dengan tekanan
ventrikel kanan yang berat. Tujuan prosedur ini adalah dekompresi
overload jantung kanan dan perbaikan output sistemik ventrikel kiri.
Septastotomi atrial harus dilakukan pada. fasilitas yang memadai dan
c. Transplantasi paru-paru
e. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan surve umum dan pengkajian neurologi menunjukkan manifestasi
kerusakan organ.
Otak sakit kepala, mual, muntah, epistaksis, kesemutan pada ekstremitas,
enchepalopati, hipertensis ( mengantuk, kejang atau koma)
Mata retinopati ( hanya dapat dideteksi dengan penggunaan oftalmuskop, yang akan
menunjukkan hemoragie retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur
Jantung gagal jantung (dispnea pada pergerakan tenaga, takhikardia)
Ginjal penurunan keluaran urine dalam hubungannya dengan pemasukan
cairan, penambahan berat badan tiba-tiba, dan edema.
Pernafasan B1 (breath)
- sesak nafas yang timbul secara bertahap
- kelemahan
- batuk tidak produktif
- gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis
- nyeri (pada hipertensi pulmonal akut)
2).
Kardiovaskular B2 (blood)
- tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah terganggu
- gagal jantung kanan
- oksigen yang kurang dari normal
Persyarafan B3 (brain)
- pusing
4).
Perkemihan B4 (bladder)
normal
5).
Pencernaan B5 (bowel)
normal
6).
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas
- kelemahan
3. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada hipertensi pulmonal antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
4. Intervensi
Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru
Tujuan
napas
Kriteria Hasil :
a. Secara subjectif klien menyatakan penurunan sesak napas
b. Secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal (RR 16-20
x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu napas, analisa gas darah dalam
batas normal
No
Intervensi
Rasional
1.
Perubahan
warna
mukosa
dapat
gangguan
kuku
terganggu.
Untuk
2.
perfusi
kulit,
membrane
mengindikasikan
gas
meningkatkan
ke
jaringan
konsentrasi
4.
Mencegah
asidosis
yang
teratasi
Kriteria Hasil
dapat
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
untuk
nyeri
relaksasi,atau
membantu
(misalnya,
pengobatan
teknik
distraksi)
4.
indikasi
nyeri
No
Intervensi
Rasional
1.
Penurunan
curah
jantung
natrium/air,
dan
penurunan
output urin
2.
3.
4.
normal
Kriteria Hasil : a. Tidak ditemukan dyspnea
b. Turgor kulit bagus
c. Sirkulasi dan perfusi menjadi lebih baik
No
Intervensi
Rasional
1.
baring optimal
oksigen
2.
Kepala
tempat
tidur
harus
dinaikkan 20-30cm
3.
4.
Meningkatkan
kanula
dapat
nasal/masker
sesuai
sediaan
melawan
dengan indikasi
hipoksia/iskemia
Antikoagulan
contoh
pembentukan
heparin
dosis
rendah,
Warfarin (Coumadin)
dapat
oksigen
efek
mencegah
trombus/emboli
perifer
melakukan aktivitas
No
Intervensi
1.
Tingkatkan
Rasional
istirahat,
batasi
beban jantung
3.
Penambahan
oksigen
sesuai program
: An. I
: 17-11-1999
: perempuan
: Islam
: bugis
: SD
: pelajar
:: pangkep
: CVCU
: tricuspid regurgitasi berat
: Ny. N
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Keluhan saat ini
: sesak nafas
: sesak nafas dialami 6 bulan yang lalu, memberat sejak
2 minggu terakhir, nyeri dada tidak ada, batuk ada, lendir berwarna putih.
Riwayat kesehatan : pernah di opname di RS angkatan laut
Riwayat pengobatan :
1. Digoxin 0,25 mg/24 jam/oral
2. Dorner 30 mg/12 jam/oral
C. Data Psikososial
Status emosi : Cemas
Konsep diri : klien tampak cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya.
Interaksi sosial : hubungan klien dengan keluarganya, klien dengan perawat
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
N : 100 x/menit
P : 24 x/menit
S : 36,4 C
LLA : 52.4 cm
TB : 150
BB : 45 kg
Pola kebiasaan
Sebelum
sakit
Pola nutrisi
Makan
Frekuensi
Porsi
Nafsu makan
3 x /hari
1 porsi
baik
Minum
Frekuensi
jumlah
4-5 gelas
1000cc
Saat sakit
Keluhan
3 x /hari
porsi
Tidak baik
Pola eliminasi
BAB
Frekuensi
Konsisten
Warna
BAK
Frekuensi
Jumlah
Bau
Warna
Pola istirahat
Lama
Waktu
1 x /hari
Lembek
Kuning
3x-4x /hari
600cc
Pesing
Kuning
jernih
8 jam
20.0005.00 WIB
BAB 1 x/hari
Menggunakan
kateter
1200cc
Pesing
Kuning Tua
Tidak menentu
Pola aktifitas
Jenis
Lama
Waktu
Hanya duduk di
tempat tidur
Pola hygiene
Mandi
Sikat gigi
Keramas
Gunting kuku
2x /hari
2x /hari
2x 1
minggu
13 hari / 1x
E. Pemeriksaan Laboratorium
1x /hari
Etiologi
Masalah
keperawatan
DS :
Keluarga klien
mengatakan
susah dalam
bernafas
Klien
mengatakan
pusing saat
baru bangun
Ketidak seimbangan
perfusi ventialasi
Gangguan
pertukaran gas
hipoventilasi
DO :
Kulit nampak
pucat
Klien nampak
bernafas cepat
dan dalam
RR : 24 x/menit
Hasil AGD
(alkalosis
respiratorik dan
metabolik)
DS :
Keluarga klien
mengatakan
susah untuk
benafas
Dyspnea
DO :
Klien nampak
susah untuk
bernafas
Terpasang alat
bantu
pernafasan O2
5 liter/ menit
RR: 24x/menit
DS :
DO :
DS :
anoreksia
Ketidakseimbangan
suplai oksigen
dengan kebutuhan
aktifitas
Intolen aktifitas
Ibu klien
mengatakan
anaknya kurang
nafsu makan
Kadang tidak
menghabiskan porsi
makanannya
Membran mukosa
kering
Klien nampak lemah
Klien nampak
cemas
Bilirubun total/direk
: 32.79/25.47
SGOT/SGPT :
139/72
Intake : 1200
Output : 1500
Balance : -300
Ibu klien
mengatakan klien
lemas untuk
beraktivitas
Ibu klien
mengatakan
seluruh
aktivitasnya
dilakukan di
tempat tidur
DO :
Klien nampak
terbaring lemas
TD : 90/60 mmHg
N : 100x/ menit
P : 24x/ menit
H. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
3. Nutirisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supalai oksigen
dengan kebutuhan aktifitas
I. Intervensi Keperawatan
No
.
1
Diagnosa
Gangguan
berhubungan
Intervensi
pertukaran
gas
dengan
ketidakseimbangan
perfusi
ventilasi
mental pasien
3. Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
4. Berikan terapi oksigen
2
Pola
nafas
tidak
berhubungan
efektif
1. Observasi
dengan
hipoventilasi
2. Monitor vital sign
3. Posisikan
pasien
hipoventilasi
adanya
tanda-tanda
untuk
memaksimalkan ventilasi
4. Ajarkan batuk efektif
3
1. Motivasi
klien
untuk
perubahan
makan
berat
badan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori yang
masuk.
4
1. Kaji
faktor
yang
dengan
ketidakseimbangan
supalai
oksigen
menyebabkan kelelahan
2. Observasi
pembatasan
klien
dengan
adanya
kebutuhan aktifitas
Diagnosa
Gangguan
Implementasi
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
perfusi
ventilasi
2
Pola
memaksimalkan ventilasi
4. Memberikan terapi oksigen
nafas
tidak
berhubungan
efektif
1. Mengobservasi
adanya
tanda-
dengan
tanda hipoventilasi
2. Memonitor vital sign
3. Memposisikan
pasien
untuk
hipoventilasi
memaksimalkan ventilasi
4. Mengajarkan batuk efektif
3
dengan
ketidakseimbangan
supalai
oksigen
menyebabkan kelelahan
2. Mengobservasi pembatasan klien
dengan
kebutuhan aktifitas
Diagnosa
Gangguan
Evaluasi
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
perfusi
ventilasi
Pola
nafas
berhubungan
tidak
efektif
dengan
hipoventilasi
dalam,
AGD
(alkalosis
respiratorik)
A : pola nafas tidak efektif belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
Observasi tanda-tanda hipoventilasi
Monitor TTV, AGD
Pertahankan posisi dalam proses
ventilasi
3
juga
kadang
tidak
dihabiskan
O : klien nampak lemas, klien nampak
pucat, porsi makan nampak tidak
dihabiskan
A : Nutrisi kurang dari kebutuhan
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Anjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering
Monitor BB
4
ketidakseimbangan
beraktivitas,
Ibu
klien
supalai
oksigen
kebutuhan aktifitas
dengan
oleh
ibunya
dalam
pemenuhan kebutuhan
A : intoleran aktifitas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Bantu klien dalam menentukan
aktifitas yang dapat dilakukan
CI LAHAN
CI INSTITUSI