You are on page 1of 28

LONGCASE

MOLA HIDATIDOSA

PEMBIMBING : dr. Hari Sasongko, Sp.OG


Pagela Pascarella Renta
20100310166

KASUS
IDENTITAS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
OBSTETRIK
LABORATORIUM
FOLLOW UP
DIAGNOSIS
TERAPI
LAPORAN OPERASI

MOLA HIDATIDOSA

DEFINISI
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
DAFTAR PUSTAKA

IDENTITAS

Pasien
Suami
Nama
Ny. INA
Bp. N
Umur
48 tahun
36 tahun
Agama
Islam
Islam
Pendidikan SLTA
SLTA
Pekerjaan
Ibu rumah tangga Swasta
Alamat Muntilan
Dirawat di Bangsal Gladiol

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri perut disertai mual dan
muntah selama 1 bulan.
Riwayat penyakit sekarang
Seorang pasien wanita berusia 48 tahun, G3P2A0,
datang ke poli obsgin dengan keluhan nyeri perut dan
mual muntah selama 1 bulan. Pasien sudah melakukan
tes HCG dan menunjukkan adanya kecenderungan
adanya kehamilan. Kehamilannya diperkirakan
berusia 2 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit jantung,
alergi, diabetes mellitus, dan hipertensi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat Penyakit Ginekologi : Riwayat Obstetri


Anak ke

Tahun Partus

Penolong UK

lahir

JK/BB

Keadaan
sekarang

1987

Spontan Bidan

38 minggu

Perempuan Sehat

II

1990

Spontan Bidan

38 minggu

Perempuan Sehat

III

ini

Riwayat KB: Riwayat psikososial :


Status perkawinan : usia perkawinan 28 tahun
Pengambilan keputusan keluarga : musyawarah

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
cukup, compos mentis
TB: 141 cm BB: 42 kg

Vital Sign :
TD :

120/80 mmHg, N : 88x/menit, T : 36,50C, R : 20x/menit

Status Generalis :
Kepala : normal Leher : dbn
Mata : CA -/- , SI -/-Thorax : Simetris
Hidung
: dbn
Jantung : normal
Mulut : dbn Paru : Vesikuler +/+
Abdomen : Stria gravidarum (-)
Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Abdomen
Inspeksi : striae gravidarum (-)
Palpasi
Leopold I-IV : tidak dapat dinilai
Auskultasi : DJJ (-)
Pemeriksaan Dalam :
Inspekulo : porsio livid, OUE terbuka
VT : serviks uteri sebesar kepala 11x10 cm

LABORATORIUM (11 September 2014)


Hasil
Normal
AL
10,3
(4,6-10,6) rb/ul
AE
4,13
(4.2-5.4)jt/ L
Hb
11,5
(12,0-18,0) gr/dl
Hmt
33,7
(37- 47) %
MCV
81,6
(61-99) fl
MCH
27,8
(27-31) Pg
MCHC
34,1
(33-37) g/dL
AT
203
(150-400) rb/ L
Hitung Jenis:
Basofil
0%
(0)%
Eosinofil
0%
(0-9)%
N.Batang
0%
(0-3)%
N.Segmen 78 %
(40-74)%
Limfosit
22 %
(18-48)%
Monosit
0%
(0-5) %
GDS
94
< 31 mg/dl
-HCG
>300000

FOLLOW UP
Tanggal 27 juni 2015 jam 13.15
S : dipasang laminaria strip 3 buah. Toilet vulva vagina dengan kassa
betadin, pasang tenakulum, dipasang 3 laminaria strip di canalis servikalis
pasang tampon
O : KU: cukup, CM
TD: 120/80 mmHg, N: 90 x/menit, R: 20 x/menit, T: 36,5o C
Status Obstetris
Pemeriksaan Luar Abdomen : Teraba massa lunak batas atas 1 jari
bawah pusat
Pemeriksaan Dalam Inspekulo : portio livid, OUE terbuka; VT : cervix
uteri sebesar kepala
A : Mola hidatidosa
P : Amoxicilin 3 x 500 mg, Asam mefenamat 3 x 500 mg
Pasang infus, Malam pasang infus RL 30 tpm
Siap darah PRC 2 kolf, Rencana kuretase di OK
Daftar OK untuk kuretase pagi dan konsul anestesi
Siapkan canula suction

FOLLOW UP
Tanggal 28 juni 2015
S : jalan lahir terasa kurang nyaman karena
pemasangan laminaria
O : KU: cukup, CM
TD: 120/80 mmHg
N: 80 x/menit
R: 20 x/menit
T: 36,5o C
A : Mola hidatidosa
P : Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Sulfas ferosus 2 x 1

FOLLOW UP

Tanggal 29 juni 2015


S : perdarahan lewat vagina dirasakan berkurang
O : KU: cukup, CM
TD: 120/80 mmHg
N: 72 x/menit
R: 20 x/menit
T: 36,5o C
Status Obstetris
Abdomen: TFU 3 jari di bawah pusat
A : Post kuretase mola hidatidosa
P : Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Sulfas ferosus 2 x 1

DIAGNOSIS
Post kuretase mola hidatidosa
TERAPI
Farmakologi
Cefadroxil 2x500 mg
Asam Mefenamat 3x500 mg
Sulfas ferosus 2 x 1
Non Farmakologi
Kuretase

LAPORAN OPERASI (KURETASE)

Dalam anestesi RA posisi litotomi


Toilet vulva dan vagina
Dilakukan kuretase dengan metode suction dan
kuretase tajam dengan sendok kuret
Diberikan uterotonika
Intervensi post OP:
Amoxicilin 3 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Injeksi Kalnex 3A

MOLA HIDATIDOSA

DEFINISI
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dengan
ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi dan
edematous. Janin biasanya meninggal, akan tetapi
villus villus yang membesar dan edematous itu
hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
ialah seperti buah anggur.

ETIOLOGI

Faktor ovum
Immunoselektif dari trofoblas
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Paritas tinggi
Kekurangan protein
Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

PATOFISIOLOGI
Karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus
yang terjadi pada sel telur patologik, yaitu hasil
pembuahan dimana embrionya mati pada umur
kehamilan 35 minggu dan karena pembuluh darah
villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan
di dalam jaringan mesenkim villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung.
Kematian mudigah disebabkan karena kekurangan
gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan
hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan terjadinya
gangguan angiogenesis.

KLASIFIKASI
Gambaran

Mola Komplit

Mola Parsial

Kariotipe

46,XX atau 46,XY

Edema villus

Difus

Umumnya 69,XXX atau 69,XXY


(tripoid)
Bervariasi,fokal

Proliferasi trofoblastik

Bervariasi, ringan s/d berat

Bervariasi, fokal, ringan s/d sedang

Janin

Tidak ada

Sering dijumpai

Amnion, sel darah merah janin

Tidak ada

Sering dijumpai

Diagnosis

Gestasi mola

Missed abortion

Ukuran uterus

50% besar untuk masa kehamilan

Kecil untuk masa kehamilan

Kista teka-lutein

25-30%

Jarang

Penyulit medis

Sering

jarang

Penyakit pascamola

20%

<5-10%

Kadar hCG

Tinggi

Rendah tinggi

Gejala Klinis
Terdapat tanda kehamilan (mual muntah yang parah)
Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan (lebih besar)
Gejala hipertitoidisme (intoleransi panas, gugup,
penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan
gemetar dan berkeringat, kulit lembab)
Gejala preeklampsi (pembengkakan pada kaki dan
tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria)

Diagnosis
Uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat
daripada kehamilan biasa, pada uterus yang besar ini
tidak terdapat tanda-tanda adanya janin didalamnya,
seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada
auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan
rontgen dan adanya denyut jantung pada
ultrasonografi. Perdarahan merupakan gejala yang
sering ditemukan. Kadar hCG pada mola jauh lebih
tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (BScan) memberikan gambaran yang khas pada mola
hidatidosa.

PENATALAKSANAAN
Histerektomi
Kerokan isapan (sunction curettage) disertai infus
oksitosin intravena dilanjutkan kerokan dengan kuret
tumpul untuk mengeluarkan sisa konseptus. Setelah
beberapa hari, dilakukan kerokan ulangan dengan
kuret tajam untuk memastikan bahwa telah kosong
dan memeriksa tingkat proliferasi sisa trofoblast yang
dapat ditemukan.

KOMPLIKASI

Perdarahan yang hebat sampai syok


Perdarahan berulang yang menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20 % kasus,
akan menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.

Perbedaan antara mola hidatidosa dan PTG adalah


pada kadar HCG pasca mola. Pada PTG, kadar hCG
tidak menurun dan justru meningkat diikuti amenorea
dan perdarahan uterus tidak teratur. Perbedaan
antara mola hidatidosa dan corio ca adalah pada corio
ca terjadi metastasis di paru-paru, alat genital, otak,
hepar, atau traktis digestivus dengan kadar hCG yang
tetap tinggi.

Setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan


pengeluaran mola dengan kerokan isapan (suction
curettage) disertai dengan pemberian infus oksitosin
intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan
kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa konseptus.
Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan
kerokan ulangan dengan kuret tajam agar ada
kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk
memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang
dapat ditemukan. Jadi, diperlukan hingga 2 kali kuret
untuk penatalaksanaan mola hidatidosa.

Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2,


yaitu mola komplit (tidak disertai janin) dan mola
parsial (disertai janin atau bagian dari janin).
Koriokarsinoma didahului dengan terjadinya mola
hidatidosa dalam 50% kasus.

TERIMA KASIH

DAFTAR PUSTAKA
Cunninngham. F.G. dkk. 2006. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik
Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. EGC: Jakarta.
Hacker, N.F., Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial
Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2. Hipokrates : Jakarta
John T. 2006. Gestational Throphoblastic Disease. The American College of
Obstetricians and Gynecologists. Lippincott Williams & Wilkins. Diakses dari
http://www.utilis.net/Morning%20Topics/Gynecology/GTN.PDF , pada 25
Oktober 2012
Lutan, dkk. (1998). Sinopsis Obstetri. (2th ed). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Manuaba I.B.G.F, Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar
Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta.
Mochtar, R. 1998. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi kedua.
EGC: Jakarta.
Sumapraja S, Martaadisoebrata D. 2005. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan
Selaput Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta.
Wiknjosastro, dkk. (2007). Ilmu Kandungan. (2th ed.). Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

You might also like