Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Gangguan kepribadian sudah menjadi suatu masalah sosial, masalah medis, dan ilmiah.
Tidak ada kelompok secara demografis kebal terhadap gangguan kepribadian. Diperkirakan di
populasi umum terdapat 11 sampai 23 persen individu dengan gangguan kepribadian. Ini berarti
dalam suatu 1 di tiap-tiap 4 sampai 10 individu di sekitar kita mengalami gangguan kepribadian,
dengan mengabaikan penempatan atau status yang ekonomi-sosial. Individu ini memiliki
gangguan atau kesulitan dalam kemampuan mereka bekerja dan berhubungan antar individu,
serta cenderung kurang terdidik, penyendiri, mudah menjadi pecandu obat-obatan, pelecehan
seksual, kesulitan dalam pernikahan dan menjadi pengangguran. Sebagai tambahan, banyak
pelaku kejahatan dengan atau tanpa kekerasan serta narapidana mempunyai gangguan
kepribadian.1
Gangguan Kepribadian Dissosial (Antisosial) ditandai oleh tindakan anti social atau
criminal yang terus-menerus tetapi tidak sinonim dengan kriminalitas. Terdapat pola perilaku
bersifat pervasive berupa sifat pengabaian dan pelanggaran hak orang lain, berawal sejak usia
dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks. Biasanya timbul karena perbedaan yang besar
antara perilaku dan norma sosial yang berlaku.
Prevalensi gangguan kepribadian antisocial adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen
pada wanita. Paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang miskin dan di antara
penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Onset gangguan adalah sebelum usia 15
tahun. Anak perempuan biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki bahkan
Page 1
lebih awal. Prevalensi dalam populasi penjara mungkin setinggi 75 persen. Suatu pola
familial ditemukan di mana gangguan lima kali lebih sering pada sanak saudara derajat pertama
dari laki-laki dengan gangguan dibandingkan kontrol.
Survey di Amerika Serikat lebih dari 3,5% populasi memenuhi kriteria Gangguan
Kepribadian Antisosial, dengan perbandingan pria 4 kali lebih banyak daripada wanita dan orang
kulit putih lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit hitam.
Page 2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kepribadian
Hingga sekarang sudah banyak teori tentang kepribadian dikemukakan. Perbedaan yang
ada lebih banyak ditekankan pada tekanan yang diberikan pada salah satu aspek struktur atau
fungsi kepribadian atau pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun ke dalam dirinya
baik yang datang dari lingkunganya (dunia luarnya), maupun yang berasal dari dirinya sendiri
(dunia dalamnya), sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang
khas bagi manusia itu1.
Jadi kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun di dalam dirinya
dan yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap segala rangsang, baik
yang datang dari lingkungannya (dunia luarnya), maupun yang berasal dari dirinya sendiri (dunia
dalamnya) sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi
manusia itu. Hingga sekarang sudah banyak teori tentang kepribadian dikemukakan. Perbedaan
yang ada lebih banyak ditekankan pada tekanan yang diberikan pada salah satu aspek struktur
atau fungsi kepribadian atau pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dengan mempelajari perilaku dan sifat-sifat kepribadian seseorang, maka kita dapat
mengalami kepribadian yang sebenarnya. Kepribadian sangat berbeda dengan watak dan
temperamen. Watak ialah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan
kemauan sehingga orang bertindak. Tabiat atau temparamen ialah kepribadian yang lebih
tergantung kepada keadaan badaniah.
Gangguan Kepribadian Antisosial
Page 3
Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor badaniah atau
organobiologi, emosional, sosial dan faktor intelektual.
klinis
bermakna yang cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya hidup yang khas dari
individu serta cara berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Beberapa dari keadaan dan
pola perilaku ini timbul secara dini dalam masa pertumbuhan atau perkembangan individu,
sebagai hasil dari baik faktor konstitusional maupun pengalaman sosial, sementara lainnya
didapat pada masa kehidupan selanjutnya.
Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian yang
sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. akibatnya, dia akan
mengalami kerusakan berat dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaanya atau
Gangguan Kepribadian Antisosial
Page 4
dirinya terasa sangat menderita. Biasanya gejala gangguan kepribadian akan menetap seumur
hidup. Tetapi, sebagian kecil orang dengan gangguan kepribadian mengalami pengurangan gejala
dengan bertambahnya usia. Manifestasi Gangguan Kepribadian pada umumnya sudah tampak
sejak remaja atau usia lebih dini, serta berkelanjutan selama hampir seluruh usia dewasa,
meskipun sering kali menjadi kurang nyata pada usia pertengahan atau usia lanjut.
Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu dan cara
terjadinya dan gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan, yang timbul pada masa
kanak atau remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Gangguan kepribadian bukan keadaan
sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit otak, meskipun dapat mendahului dan timbul
bersamaan dengan gangguan lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu proses yang
didapat, biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau berkepanjangan, depresi lingkungan
yang ekstrem, gangguan jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak.
Kemampuan di bidang afektif yang kurang serasi (skala, labilitas, maupun respons
emosional)
Page 5
2. Pola yang inflexible dan pervasive ini berlangsung baik dalam hubungan antar personal
maupun dalam menghadapi masalah sosial lainnya.
3. Ia merasakan dirinya kurang tenang dan kurang diterima oleh orang lain disekitarnya.
4. Pola semacam ini berlangsung lama dan dapat dideteksi sejak masa muda yang dini
bahkan sejak masa adolescent.
5. Kelainan pola kepribadian ini bukan diakibatkan oleh gangguan mental lainnya, juga
bukan diakibatkan oleh gangguan faali akibat pemakaian zat/obat atau akibat gangguan
medik lainnya.
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa 5 sampai 10% penduduk dewasa menderita
gangguan kepribadian. Jadi prevalensi gangguan kepribadian ternyata 5 sampai 10 kali lebih
tinggi dari prevalensi skizofrenia dan gangguan afektif berat, serta hampir sama dengan
prevalensi gangguan neurotik. Prevalensi gangguan kepribadian lebih tinggi pada kelompok
masyarakat yang dipenjarakan dan penduduk dengan sosial ekonomi rendah.
Gangguan kepribadian dikodekan dalam Aksis II DSM IV. Daftar variasi tipe-tipe kepribadian
dibagi menjadi 11 dan gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM IV), yaitu1 :
Page 6
Cluster A :
Paranoid
Skizoid
Skizotipal
Cluster B :
Antisosial
Borderline/kepribadian ambang
Histerionik
Narsistik
Cluster C :
Avoidant/menghindar
Dependent/tergantung
Page 7
Page 8
BAB III
GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL
3.1.
Definisi
Gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh tindakan antisosial atau kriminal yang
terus menerus, tetapi tidak sinonim dengan kriminalitas. Gangguan ini adalah ketidakmampuan
untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak aspek perkembangan remaja dan dewasa
pasien1.
3.2.
Etiologi
Etiologi dari gangguan kepribadian merupakan kontroversi yang masih dipertimbangkan.
Pemikiran tradisional memegang pada pola gangguan adaptasi yang disebabkan disfungsi
lingkungan usia awal yang menghalangi evolusi pola adaptif tentang persepsi, tanggapan, dan
pertahanan diri. Data yang ada memberikan kontribusi yang cukup bahwa kelainan ini mengarah
pada pengaruh genetik dan psikobiologi atas gangguan kepribadian. Namun, inkonsistensi data
mencegah para ahli untuk menarik suatu kesimpulan yang pasti. 3 Beberapa faktor diduga
mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan kepribadian. Faktor-faktor tersebut adalah : 1
1. Faktor Genetik
Ternyata saudara kembar satu telur dari penderita gangguan kepribadian juah lebih
banyak yang menderita gangguan kepribadian dibandingkan dengan saudara kembar dua
telur.
Page 9
2. Faktor biologik
Penderita gangguan kepribadian memiliki tingkat respon system noradrenegik yang
tinggi, mekanisme ini melingkupi pelepasan dari suatu neurotransmitter disebut
norepinephrine. Neurotransmitter adalah zat kimia yang mengkomunikasikan impuls dari
satu sel saraf ke sel saraf lainnya di otak, dan impuls ini yang memerintahkan tingkah
laku. Tendensi untuk bereaksi secara emosional berlebihan pada pasien dengan gangguan
kepribadian histrionik mungkin disebabkan oleh kelainan fungsi pada neurotransmitter
tersebut.
3. Faktor Psikologik
Sigmund Freud menduga ciri kepribadian berhubungan erat dengan fiksasi pada salah
satu fase perkembangan sebelumnya. Misalnya, orang yang pasif dan dependen
mempunyai fiksasi pada fase oral. Selanjutnya, Freud juga mengemukakan bahwa gejala
gangguan kepribadian sangat ditentukan oleh jenis mekanisme pertahanan yang
dipergunakannya. Misalnya, orang dengan gangguan kepribadian paranoid menggunakan
mekanisme pertahanan proyeksi, orang dengan gangguan kepribadian kompulsif
menggunakan mekanisme pertahanan isolasi, dan orang dengan gangguan kepribadian
histrionik menggunakan defen mekanisme dissosiasi.
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa 5 sampai 10% penduduk dewasa menderita
gangguan kepribadian. Jadi prevalensi gangguan kepribadian ternyata 5 sampai 10 kali
lebih tinggi dari prevalensi skizofrenia dan gangguan afektif berat, serta hampir sama
dengan prevalensi gangguan neurotik.4
Prevalensi gangguan kepribadian lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang dipenjarakan dan
penduduk dengan sosial ekonomi rendah.
Page 10
3.3.
Faktor Resiko4
1. Kelainan Perkembangan System Saraf
Kelainan dalam perkembangan sistem saraf dapat menyebabkan gangguan kepribadian
disosial. Kelainan yang menyarankan pengembangan sistem saraf yang abnormal termasuk
gangguan belajar, mengompol gigih dan hiperaktivitas.
2. Ibu Merokok Selama Kehamilan,
Keturunan mereka pada risiko mengembangkan perilaku antisosial. Hal ini menunjukkan
bahwa merokok membawa menurunkan tingkat oksigen dengan mungkin dihasilkan dalam
cedera otak halus untuk janin.
3. Fungsi Otak Abnormal
Pencitraan otak telah juga menyatakan bahwa fungsi otak abnormal merupakan penyebab
perilaku antisosial. Demikian pula, neurotransmiter serotonin telah dikaitkan dengan
perilaku impulsif dan agresif. Kedua lobus temporal dan korteks prefrontal membantu
mengatur suasana hati dan perilaku. Bisa jadi perilaku impulsif atau kurang terkontrol
berasal dari kelainan fungsional dalam kadar serotonin atau di wilayah otak.
4. Lingkungan
Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang perkembangan perilaku
antisosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah sering menunjukkan tingkat tinggi perilaku
antisosial sendiri. Dalam satu penelitian besar, orang tua anak laki-laki lebih sering
bermasalah alkohol atau pidana, dan rumah mereka sering terganggu oleh perceraian,
perpisahan atau tidak adanya orangtua
5. Anak Adopsi
Dalam kasus anak asuh dan adopsi, merampas seorang anak muda dari ikatan emosional
yang signifikan dapat merusak kemampuannya untuk membentuk hubungan intim dan
percaya, yang mungkin menjelaskan mengapa beberapa anak yang diadopsi cenderung untuk
mengembangkan kepribadian antisosial. Sebagai anak-anak muda, mereka mungkin lebih
Page 11
cenderung bergerak dari satu pengasuh ke yang lain sebelum adopsi akhir, sehingga gagal
untuk mengembangkan lampiran emosi yang tepat atau mempertahankan angka dewasa.
6. Kurangnya Pengawasan Orang Tua
Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan pengawasan yang tidak memadai telah dikaitkan
dengan perilaku antisosial pada anak-anak. Melibatkan orang tua cenderung untuk
memonitor perilaku anak, menetapkan aturan dan melihat bahwa mereka mematuhi,
memeriksa keberadaan anak, dan mengarahkan mereka dari teman-teman bermain
bermasalah. pengawasan yang baik adalah kurang cenderung di rumah-rumah yang rusak
karena orang tua mungkin tidak tersedia, dan orang tua sering antisosial kurangnya motivasi
untuk mengawasi anak-anak mereka. Pentingnya pengawasan orangtua juga ditekankan
ketika antisosials tumbuh dalam keluarga besar dimana setiap anak kurang mendapat
perhatia nsecara proporsional.Seorang anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat
memasukkan orang dewasa di dunia terluka secara emosional. Tanpa memiliki ikatan yang
kuat dikembangkan, dia egois dan tidak peduli kepada orang lain. Kurangnya disiplin hasil
konsisten dalam hal kecil untuk aturan dan menunda kepuasan. Dia tidak memiliki model
peran yang tepat dan belajar untuk menggunakan agresi untuk memecahkan perselisihan.
Dia gagal untuk mengembangkan empati dan kepedulian bagi orang-orang di sekitarnya.
7. Penyalahgunaan Anak Juga Telah Dikaitkan Dengan Perilaku Antisosial.
Orang dengan kepribadian anti sosial lebih mungkin daripada yang lain telah
disalahgunakan sebagai anak-anak. Hal ini tidak mengherankan karena banyak dari mereka
tumbuh dengan orang tua anti sosial lalai dan kadang-kadang kekerasan. Dalam banyak
Page 12
kasus, pelecehan perilaku belajar menjadi orang dewasa yang sebelumnya disiksa
mengabadikan dengan anak-anak mereka sendiri.
Telah dikemukakan bahwa pelecehan awal (seperti gemetar penuh semangat anak) adalah
sangat berbahaya, karena dapat mengakibatkan cedera otak. Trauma kejadian dapat
mengganggu perkembangan normal sistem saraf pusat, sebuah proses yang berlanjut selama
bertahun-tahun remaja. Dengan memicu pelepasan hormon dan bahan kimia otak lainnya,
peristiwa stress dapat mengubah pola perkembangan normal.
3.4.
Gejala Klinis
Gambaran penderita biasanya sangat hangat dan mengambil muka. Membohong,
membolos, berkelahi, penyalahgunaan zat-zat adiktif dan aktivitas illegal adalah riwayat
penderita pada masa anak-anak. Pasien tidak menunjukkan adanya gangguan depresi atau pun
kecemasan. Isi mental pasien mengungkapkan sama sekali tidak ada waham dan tanda lain
pikiran irasional. Terdapat peningkatan rasa tes realitas. Dan sering kali mengesankan pengamat
sebagai memiliki intelegensia yang tinggi.
Kata penipu merupakan istilah lain yang digunakan untuk mewakili penderita dengan
gangguan kepribadian antisosial. Mereka cocok menggunakan skema sebagai seorang penjaja
mudahnya mendapatkan uang atau ketenaran. Dan biasanya mereka tidak dapat dipercaya bila
diberikan sebuah tugas. Suatu temuan yang jelas adalah tidak adanya penyesalan akan tindakan
tersebut; yaitu, pasien tampak tidak menyadarinya dan ditandai oleh :
a. Bersikap tidak peduli dengan persaan orang lain.
Gangguan Kepribadian Antisosial
Page 13
b. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan menetap dan tidak peduli terhadap norma,
peraturan dan kewajiban sosial.
c. Tidak mampu mempertahankan hubungan agar tetap berlansung lama, meskipun tidak
ada kesulitan untuk mengembangkannya.
d. Mudah menjadi frustasi dan bertindak agresif, termasuk tindak kekerasan.
e. Tidak mampu untuk menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman, terutama dari
hukuman.
f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang dapat
diterima, untuk perilaku yang telah membawa pasien dalam konflik sosial.
Orang dengan gangguan kepribadian mempunyai kemungkinan lebih besar akan mengalami
kesulitan berupa hal, seperti :
1. Pekerjaan
Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering mengalami kesulitan dalam pekerjaan
dibandingkan populasi umum, mereka mungkin akan sering ganti-ganti pekerjaan.
Page 14
Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang menyalahgunakan zat, terutama
alkohol dan narkoba
3.5.
Kriteria Diagnostik
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM
IV), kriteria diagnosis gangguan kepribadian antisosial sebagai berikut:1
A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi
sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukan oleh tiga (atau lebih)berikut :
1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hokum
seperti yang ditunjukan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi
dasar penahanan
2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukan oleh berulang kali berbohong,
menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatakan
keuntungan atau kesenangan pribadi.
3. Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan.
4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukan oleh perkelahian fisik atau
penyerangan yang berulang.
5. Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.
6. Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukan oleh kegagalan
berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati kewajiban
financial
Page 15
7. Tidak adanya pnyesalan, seperti yang ditunjukan oleh acuh tak acuh terhadap atau
mencari cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh orang lain.
B. Individu sekurangnya berusia 18 tahun.
C. Terdapat tanda tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun
D. Terjadinya perilaku antisosial tidak semata mata selama perjalanan skizofrenia atau
suatu episode manic
3.6
Page 16
kemasan, bentuk serta perwujudannya. Sifatnya dasarnya sama, bahkan dampaknya yang
merugikan masyarakat sudah dikenal sejak jaman dahulu. Kriminologis dan sosiologis,
Edwin Sutherland adalah orang pertama yang mempopulerkan istilah WCC di tahun
1939. Ia menggambarkan sebuah kejahatan yang dilakukan oleh seorang terhormat,
memiliki status sosial tinggi, jaringan operasi besar dan organisasi yang kuat. Termasuk
yang dilakukan badan hukum/badan legal lainnya. Berupa penipuan dan penggelapan
pajak. Henderson (1901), pengajar di University of Chicago telah berbicara tentang
educated criminals. Pemikirannya banyak dipengaruhi pemahaman religius, bahwa
pendidikan yang seharusnya menjadi dasar bangunan moral, ternyata membuka jalan
untuk pelbagai kejahatan. Edward Alsworth Ross (1907), pengajar di University of
Stanford menulis buku Sin and Society, menekankan aspek moral dan menyebut para
pemimpin korporasi yang melakukan kejahatan korporasi sebagai criminaloid,
termasuk corporate executives, para hakim yang korup, yang menerima uang suap
(corrupt judges). Ross menggambarkan mereka sebagai manusia serigala berbulu domba.
Paul Tappan (1911-1964), seorang doktor bidang sosiologi dan ilmu hukum, menekanan
aspek yuridis, apakah orang yang dinyatakan bersalah sudah diproses secara hukum dan
dipidana. Perbedaan menunjukkan persepsi yang bersifat gradasi, dari perbuatan (fase
pertama) ke orang (fase kedua) dan kemudian pada korporasi (fase ketiga), berikut akan
bergeser ke fase keempat yaitu faktor kolusi antara para birokrat yang berkedudukan dan
berkuasa dalam pemerintahan dengan para pimpinan korporasi. Merujuk pada Nook Y
(1993) dan Ruin JE (1996), tiga penyebab utama WCC yaitu : 1) peluang melakukan
kejahatan, 2) tekanan situasi pada individu, 3) persoalan yang menyinggung integritas.
3.7.
Diagnosis Banding1
1. Perilaku illegal
Gangguan Kepribadian Antisosial
Page 17
Gangguan kepribadian disosial dapat dibedakan dari perilaku illegal dimana gangguan
kepribadian disosial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan seseorang.
2. Penyalahgunaan zat
Sulit untuk membedakan antara gangguan kepribadian anti sosial dengan penyalahgunaan
zat . Jika perilaku anti sosial dan penyalahgunaan zat dimulai pada masa anak-anak dan
terus memasuki kehidupan dewasa, kedua gangguan harus didiagnosis. Tetapi jika perilaku
antisosial jelas sekunder terhadap penyalahgunaan zat lain pramorbid, diagnosis gangguan
kepribadian anti sosial tidak diperlukan.
3.8.
Penatalaksanaan
1. Terapi Psikoanalitik :
Gangguan kepribadian antisosial membutuhkan terapi tahunan dan mungkin dapat
menjadi masalah seumur hidup. Pasien dengan kepribadian antisosial harus dibantu
dalam mengenali dan mengendalikan perasaan mereka sendiri. Psikodinamik terapi
jangka panjang harus mentargetkan konflik yang mendasari pasien dengan kepribadian
antisosial untuk mengurangi reaktifitas emosi mereka.
2. Terapi pola pikir :
Page 18
Terapi yang diarahkan untuk mengurangi gangguan pola pikir pasien kepribadian anti
sosial . Pikiran-pikiran tersebut berupa ketidakmampuan mengendalikan diri untuk
melanggar norma demi kesenangan pribadi. Terapi pola pikir memfokuskan pada
perubahan dari pemikiran global dan sugestif ke pemikiran yang metodik, sistematik dan
terstruktur atas suatu masalah. Terapi ini meningkatkan kemampuan individu dengan
gangguan kepribadian anti sosial agar dapat menyelesaikan masalah sendiri dengan lebih
baik.
3. Terapi kelompok :
Terapi kelompok ditujukan untuk membantu individu dengan gangguan kepribadian anti
sosial agar dapat memperbaiki hubungan interpersonal, yaitu belajar untuk dapat
mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman.
4. Terapi keluarga :
Terapi ini mengarahkan agar individu dengan kepribadian anti sosial untuk dapat lebih
terbuka pada anggota keluarga dibanding menghindari mereka. Dukungan dari keluarga
yang memberikan individu dengan kepribadian antisosial dapat menjadi dorongan yang
kuat bagi individu tersebut untuk menghadapi perilaku merusak diri sendiri.
5. Farmakoterapi :
Tidak ada farmakoterapi untuk mengobati gangguan kepribadian, namun, medikasi dapat
mengurangi gejala-gejala yang dialami seperti penggunaan antidepresan untuk depresi
dan keluhan somatik, obat antiansietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk
Page 19
derealisasi dan ilusi .Jika muncul gangguan hiperaktivitas pasien diberi psikostimulan
seperti methylphenidate (Ritalin)
3.9.
Prognosis
Perjalanan penyakitnya tidak mengalami remisi dan puncak perilaku antisosial biasanya
terjadi pada masa remaja akhir. Prognosisnya adalah bervariasi. Laporan menyatakan bahwa
gejala menurun saat pasien menjadi semakin bertambah umur. Banyak pasien memiliki gangguan
somatisasi dan keluhan fisik multiple. Gangguan depresif, gangguan penyalahgunaan zat dan
alcohol adalah sering pada kepribadian anti sosial.
Page 20
BAB IV
KESIMPULAN
Kepribadian ialah ekspresi keluar mengenai pengetahuan serta perasaan yang dialami
secara subjektif oleh seseorang dan ekspresi keluar yang dapat diamati ini, menunjuk pada
keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh orang itu dalam
usaha penyesuaian diri yang terus menerus dalam hidupnya sehingga ia dapat dikenal dari
polanya itu. Pematangan kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor badaniah,
psikologik dan sosial, terutama pada masa kanak-kanak.
Gangguan kepribadian anti sosial adalah perilaku maladaptive yang
ditandai oleh
tindakan antisosial atau kriminal yang terus menerus, tetapi tidak sinonim dengan kriminalitas.
Gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak
aspek perkembangan remaja dan dewasa pasien. Ciri pokok kelainan anti sosial adalah riwayat
Gangguan Kepribadian Antisosial
Page 21
tingkah laku anti sosial terus menerus yang merupakan pelanggaran hak-hak orang lain.
Penderita tidak bertanggung jawab, tabiat misantropik atau kurang manusiawi, sering kehilangan
pekerjaan dan mempunyai kebiasaan menipu.
Gangguan kepribadian antisosial harus dibedakan dari perilaku ilegal dimana gangguan
kepribadian antisosial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan seseorang. Untuk
mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial harus mempertimbangkan efek yang mengganggu
dari status sosioekonomi, latar belakang kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain
itu diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia,
atau mania dapat menjelaskan gejala.
Prognosis gangguan kepribadian anti sosial adalah bervariasi.Gejala dapat menurun saat
pasien menjadi semakin bertambah umur. Banyak pasien memiliki gangguan somatisasi dan
keluhan fisik multiple. Gangguan depresif, gangguan penyalahgunaan zat dan alcohol adalah
sering pada kepribadian anti sosial.
Penatalaksanaan dapat berupa psikoterapi dan farmakoterapi untuk menghadapi gejala
seperti kecemasan, penyerangan dan depresi.
Page 22
Daftar Pustaka
1.
2.
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa. Edisi III. Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I.: 1993. P51&103
3.
Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa. Buku Saku Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
4.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/90221-penyebab-gangguan-kepribadian-antisosial/
5.
Page 23
6.
Sajogo I, Budiyono DA. Kepribadian Antisosial : Fokus Pada White-Collar Crime. Accessed
on 7th
%20Personality%20on%20WCC_ivana.pdf
Page 24