You are on page 1of 14

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi beras adalah menggunakan
varietas padi berproduksi tinggi. Pada umumnya varietas-varietas padi tersebut
sangat responsif terhadap kebutuhan akan pupuk N yang tinggi. Hal ini akan
berakibat pada kebutuhan akan pupuk N semakin besar, kesuburan tanah yang
semakin rendah akibat pemakaian pupuk N yang terus menerus dalatn takaran
yang tinggi dan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan yang tidak
diinginkan.

Pada

masa

sekarang

ini,

dimana

pembangunan

pertanian

berkelanjutan sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, adalah saat yang tepat untuk
memperkenalkan keinbali kepada petani penggunaan pupuk hijau termasuk Azolla
(Hendrarti dkk, 1998).
Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Unsur hara ini
kurang tersedia dalam tanah pertanian, Hal tersebut mempengaruhi penurunan
hasil pertanian. Menurut FAO (2001) dalam Saikia and Jain (2007) sekitar 42 juta
ton pupuk N digunakan setiap tahun pada skala global dalam produksi tanaman
pangan serealia. Nitrogen molekular atau dinitrogen (N2) menempati 80% dari
atmosfir bumi, tetapi secara metabolis nitrogen bentuk ini tidak tersedia untuk
tanaman

tingkat

tinggi.

Nitrogen

bentuk ini

tersedia

untuk sejumlah

mikroorganisme melalui fiksasi nitrogen biologis (BNF) karena nitrogen atmosfir


dikonversikan

menjadi

ammonia

dengan

bantuan

enzim

nitrogenase

(Gunawan dan Kartina, 2012).


Azolla merupakan jenis tumbuhan paku air yang hidup di perairan. Seperti
halnya tanaman leguminosae, Azolla mampu mengikat N2 dari udara karena

berasosiasi dengan sianobakteri (Anabaena azollae) yang hidup di dalam rongga


daun Azolla. Kemampuan Azolla mengikat N2 dari udara berkisar antara 400-500
kg N/ha/tahun. Azolla berkembang sangat cepat dan dapat menghasilkan biomassa
sebanyak 10-15 ton/ha dengan C/N rasio 12 - 18, sehingga dalam waktu satu
minggu Azolla telah terdekomposisi dengan sempurna. Azolla adalah salah satu
sumber bahan organik yang potensial untuk dikembangkan karena dapat
meningkatkan

efisiensi

pemupukan

pada

lahan

padi

sawah

(Gunawan dan Kartina, 2012).


Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pertumbuhan Azolla pinnata
dan Azolla mycrophylla akibat pemberian beberapa dosis urea.
Hipotesis Percobaan
Adapun

hipotesis

percobaan

ini

adalah

pemberian

urea

dapat

meningkatkan pertumbuhan Azolla pinnata dan Azolla mycrophylla.


Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah syarat mengikuti praktikum di Laboratorium Ekologi dan
Biologi Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Azolla pinnata
Azola (Azolla pinnata) adalah tumbuhan sejenis paku air yang biasa
ditemukan sebagai gulma di perairan tenang seperti danau, kolam, sungai, dan
pesawahan. Pertumbuhannya sangat cepat karena dalam waktu 3-4 hari dapat
memperbanyak diri menjadi dua kali lipat dari berat segar. Secara alamiah
tanaman azola mempunyai keistimewaan mampu mengikat N bebas dari udara
karena bersimbiosis dengan ganggang biru (Anabaena azolae), sehingga
mengandung protein yang cukup tinggi. Azola dapat digunakan sebagai pakan
sumber protein karena mengadung protein lebih dari 20%, serat kasar 9,1%, dan
mempunyai asam amino yang lengkap (haetami dkk, 2005).
Azolla pinnata memiliki ukuran sebesar 2,5 cm x 1 cm. Bentuk akar
Azolla pinnata menggantung di permukaan air, berbulu, dan memiliki panjang 1-5
cm dengan membentuk kelompok 3-6 rambut akar. Azolla pinnata memiliki
ukuran daun yang kecil serta membentuk 2 atau 3 barisan yang menyirip,
bervariasi, dan saling tumpang tindih. Adapun sistematikanya yaitu : Kingdom :
Plantae; Divisi : Pteridophyta; Kelas : Leptosporangiopsida; Ordo : Salviniales;
Famili : Azollaceae; Genus : Azolla (Rhizosperma); Spesies : Azolla pinnata
(Arifin, 2003).
Kelebihan yang dimiliki oleh tanaman mata lele A. pinnata ialah kemampuannya
bersimbiosis dengan alga hijau-biru Anabaena azollae STRASSB. Mekanisme simbiotik
dari proses fiksasi nitrogen yang terjadi, dapat membuat tanah yang ditumbuhi

menjadi subur dan kaya akan nutrisi, khususnya senyawa golongan nitrogen.
Selain itu, tanaman ini memiliki berbagai kelebihan, diantaranya menyerap limbah

cair, bahan uji ekotoksikologi, dan salah satu bahan pakan ternak yang
mempunyai nilai nutrisi tinggi (Husna, 2008).
Spesies Azolla pinnata dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru
(Anabaena azollae) dan mengikat nitrogen langsung dari udara. Kemampuan
Azolla pinnata tersebut memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang baik saat
diolah maupun dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan pakan hewan ternak.
Bentuk simbiosis pada Azolla-Anabena adalah melakukan fiksasi nitrogen
molekular dari biosfer dan mereduksinya menjadi senyawa nitrogen yang
dimanfaatkan oleh kedua simbiotan tersebut (Khan, 1983).
Azolla mycrophlla

Azolla adalah nama tumbuhan pakupakuan akuatik yang mengapung di


permukaan air. Selain itu, azolla sangat berpotensi menjadi kompos karena
memiliki kandungan nitrogen yang tinggi, yaitu 35%. Hubungan saling
menguntungkan ini, Anabaena bertugas memfiksasi dan mengasimilasi gas
nitrogen dari atmosfer. Nitrogen ini selanjutnya digunakan oleh azolla untuk
membentuk protein, sedangkan tugas azolla menyediakan karbon serta
lingkungan yang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan alga. Hubungan
simbiotik yang unik inilah yang membuat azolla menjadi tumbuhan yang berguna
dengan kualitas nutrisi yang baik (Djojosuwito, 2000)
Azolla microphylla merupakan sejenis tumbuhan paku air dari genus
azolla yang tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Azolla terdiri atas daun
berbentuk bulat dan bagian atas mengandung klorofil, cabang, batang yang
terapung dan akar yang terbenam di dalam air (Haetami dkk, 2005)

Tanaman A.microphylla memerlukan konsentrasi minimal 0,2 0,3 %


unsure P dari bobot segar untuk pertumbuhan normal. Kekurangan unsure P pada
medium tumbuh mengakibatkan akumulasi unsur lain terhambat khususnya K
pada jaringan tanaman. Selain unsur Mikro, (Fe, Zn, Co, Mn, Mo) dan
mikronutrien mengakibatkan gejala gejala khusus pada bagian bagian
tanaman. Namun kebanyakan lahan pertanian intensif sangat miskin nutrien dan
mengalami kekurangan nutrisi disebabkan tingginya tingkat erosi dan pencucian
hara. A.microphylla dapat dibudidayakan pada medi yang diperkaya sumber
posfat organik, sumber posfat anoeganik dan interaksi sumber fosfat tersebut
dengan trace mineral (Sari dkk, 2014).
Media yang diperkaya posfat organik cenderung meningkatkan bobot
segar tanaman, jumlah sel heteros A. Azollae kandungan hara P, K, Ca, Cu, Zn,
dan Mn serta menurunkan rasio, kandungan C organik, N, Mg, dan Fe kompos
azolla microphylla (Etikawati dan Jutono, 2010).
Pupuk Urea
Pemupukan dilakukan untuk memberikan zat makanan yang optimal
kepada tanaman, agar tanaman dapat memberikan hasil yang cukup. Dalam
aplikasinya selain membawa dampak baik terhadap pertumbuhan tanaman serta
hasil tanaman, pupuk juga membawa dampak negatif bagi lingkungan yang baik
langsung maupun tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman serta
kesehatan manusia. Dampak negatif dari pupuk adalah dapat menjadi sumber
pencemar baik di tanah, air, dan udara (Nopriani, 2011).
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang
kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti

penggunaan pupuk dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi.
Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena kelebihan atau ketidaktepatan
pemberian pupuk merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi input.
Keefisienan pupuk diartikan sebagai jumlah kenaikan hasil yang dapat dipanen
atau parameter pertumbuhan lainnya yang diukur sebagai akibat pemberian satu
satuan pupuk/hara. Pemupukan mempunyai dua tujuan utama, yaitu: (1) mengisi
perbekalan zat makanan tanaman yang cukup, dan (2) memperbaiki atau
memelihara keutuhan kondisi tanah, dalam hal struktur, kondisi pH, potensi
pengikat terhadap zat makanan tanaman dan sebagainya. Guna mencapai tujuan di
atas pemupukan harus mengikuti prinsip enam tepat, yaitu: tepat jumlah, jenis,
cara, tempat, waktu, dan disesuaikan dengan sifat/jenis tanah. Untuk mengetahui
jenis pupuk yang tepat pada suatu komoditi perlu juga diketahui produk atau hasil
panen yang akan diperoleh darinya (Kastono, dkk., 2005).
Pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung nitrogen (N) berkadar
tinggi. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus
kimia NH2CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya
sangat mudah menghisap air (higroskopis). Pupuk urea yang dijual di pasaran
biasanya mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg
urea mengandung 46 kg nitrogen (Mingka, 2008).
Jenis pupuk urea yang ada di pasaran saat ini adalah dalam bentuk butiran
(prill dan granul), bentuk pupuk urea seperti ini didalam aplikasinya menimbulkan
masalah inefisiensi karena memiliki kelarutan dalam air yang sangat tinggi,
sehingga pada kondisi tertentu akan terjadi kehilangan urea melalui beberapa cara

antara lain disebabkan oleh run off, pencucian (leaching), dan penguapan. Untuk
mengatasi permasalahan terjadinya kehilangan urea yang cukup besar, maka
kelarutan urea dalam air harus diperkecil atau dikendalikan pelepasannya sesuai
kebutuhan tanaman selama proses pertumbuhannya. Upaya pengendalian
pelepasan urea secara perlahan ini dikenal dengan controlled release fertilizer atau
Slow Release Fertilizer (SRF). Usaha untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
pupuk nitrogen buatan (khususnya urea) telah banyak dilakukan. Usaha yang
dilakukan umumnya dengan mengurangi kelarutan dari pupuk nitrogen itu sendiri.
Beberapa cara yang telah dilakukan adalah: memperkeras butiran, memperbesar
butiran, memperkeras dan memperbesar butiran sekaligus melapisi butiran dengan
senyawa lain (Waluyo, 2008).

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biologi Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat
25 meter di atas permukaan laut. Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu pukul
08.00 WIB tanggal 8 Desember 2014 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Azolla pinnata
R. Br. Sebanyak 10 g pada masing-masing perlakuan digunakan sebagai objek
yang akan diamati. Azolla microphylla sebanyak 10 g pada masing masing
perlakuan digunakan sebagai objek yang diamati. Pupuk urea digunakan sebagai
perlakuan yang akan diuji. Air sebanyak 20 L digunakan sebagai tempat tumbuh
Azolla pinnata. Pupuk KCl dan SP-36 sebanyak 5 g digunakan sebagai sumber
nutrisi bagi pertumbuhan Azolla pinnata. Label digunakan sebagai penanda pada
masing-masing perlakuan.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Ember sebanyak 18
buah digunakan sebagai wadah tempat tumbuh Azolla .Timbangan digunakan
untuk menimbang berat Azolla pinnata R. Br., Pb asetat, pupuk urea dan pupuk
KCl dan SP-36. Saringan sebanyak 4 buah digunakan untuk mengambil Azolla
pinnata R. Br. Yang akan diukur bobotnya. Gayung digunakan untuk
menambahkan air ke dalam ember. pH meter digunakan untuk mengukur pH air
pada tiap masing-masing perlakuan.Alat tulis digunakan untuk mencatat data atau
hasil yang diperoleh.
Metode Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan


2 faktor dan 2 ulangan yaitu :
Faktor 1 :
A : Azolla
A1 : Azolla Pinnata
A2: Azolla mycrophylla
Faktor 2
U : Dosis Urea
U0 : Tanpa Urea
U1 : 0,025 mg
U2 : 0,050 mg
Sehingga diperoleh 18 Kombinasi yaitu:
A1U0
A2U0
A1U1
A2U0
A1U2
A2U2
Data hasil percobaan, dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model
linier dengan rumus sebagai berikut:
Yijk = + i + j + k + ijk
i = 1,2,3,4,5,6,7,8,9

j = 1,2

k = 1,2

Dari hasil percobaan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda
rataan berdasarkan DMRT pada taraf 5%.
Prosedur Percobaan
- Disiapkan masing-masing tanah sebanyak 1 Kg dan homogenkan.
- Dimasukkan tanah ke dalam ember dan diberi air sebanyak 20 L selama 3 hari
dan disaring sampah-sampahnya.
- Diberi pupuk dasar KCl dan SP-36 sebanyak 5 gr pada masing-masing
perlakuan.
- Dimasukkan Azolla pinnata R. Br. Dan Azolla microphylla sesuai perlakuan
Selama seminggu untuk aklimatisasi.
- Ditimbang bobot berat Azolla pinnata R. Br. Setelah seminggu yang sebelumnya
telah ditiriskan.
- Ditimbang pertambahan bobot dan kecepatan pertumbuhan Azolla pinnata R. Br.
Yang sebelumnya telah ditiriskan sebelum ditimbang setiap 3 hari sekali
- Dicatat data atau hasil yang diperoleh.

10

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Dari hasil percobaan didapat bahwa pemberian pupuk urea berpengaruh
tidak nyata terhapa pH. Ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Tabel pH akibat pemberian dosis urea yang berbeda
Perlakuan /Ulangan

Rataan pH

A1U0
A1U1
A1U2
A2U0
A2U1
A2U2
A1U0

5,59
5,56
5,67
5,42
5,64
5,73
5,6

11

pH tertinggi terdapat pada perlakuan A2U2 dengan ratan sebesar 5,73.


Sedangkan terendah pada perlakuan A2U0 sebesar 5,42.
Dari hasil percobaan didapat bahwa pemberian pupuk urea berpengaruh
sangat nyata terhadap biomassa segar. Ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2. Tabel Biomassa Segar akibat pemberian dosis urea yang berbeda
Perlakuan /Ulangan

Rataan pH

A1U0
A1U1
A1U2
A2U0
A2U1
A2U2

7,90 e
10,52 b
9,27 cd
7,82 e
9,37 c
12,43 a

Biomassa segar tertinggi terdapat pada perlakuan A2U2 dengan ratan


sebesar 12,43. Sedangkan terendah pada perlakuan A2U0 sebesar 7,82
Dari hasil percobaan didapat bahwa pemberian pupuk urea berpengaruh
sangat nyata terhadap kecepatan pertumbuhan. Ditunjukkan pada tabel berikut.
Perlakuan /Ulangan

Rataan pH

A1U0
1,31 d
A1U1
1,75 b
A1U2
1,34 c
A2U0
1,11 e
A2U1
1,34 c
A2U2
1,79 a
Kecepatan Pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan A2U2 dengan
ratan sebesar 1,79. Sedangkan terendah pada perlakuan A2U0 sebesar 1,11.
Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan respon pertumbuhan Azolla pinnata dab
macrophylla terhadap pemberian pupuk urea pertambahan bobot tertinggi pada
0,50 gr urea dan yang terendah yakni pada perlakuan pemberian 0,025 mg urea.

12

Hal ini menunjukan bahwa Azolla pinnata lebih aktif dalam mengkonsumsi logam
berta dibandingkan unsur hara yang diberikan. Hal ini sesuai dengan literatur
Etikawati dan Jutono, (2010). Media yang diperkaya posfat organik cenderung
meningkatkan bobot segar tanaman, jumlah sel heteros A. Azollae kandungan hara
P, K, Ca, Cu, Zn, dan Mn serta menurunkan rasio, kandungan C organik, N, Mg,
dan Fe kompos azolla microphylla
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa Azolla masih dapat
tumbuh dengan baik walaupun pada perlakuan Pb menurunkan pH sampai
dibawah 6. Hal ini dikarenakan Azolla masih mampu tumbuh dengan baik pada
pH diantara 3,5-10. Hal ini sesuai dengan literatur Hanafiah, dkk (2009) yang
menyatakan bahwa Azolla dapat tumbuh pada kisaran pH antara 3,5-10. Tetapi pH
optimum untuk pertumbuhan yang baik terletak antara pH 5,5-7. Pada pH diatas
8, pertumbuhan Azolla menurun. Dari hasil peneliti terdahulu ditemukan ada
interaksi antara pH dan intensitas cahaya. Dengan intensitas cahaya yang tinggi
(60000 lux) dan pada nilai pH yang tinggi (pH 9-10) atau pada suatu intensitas
cahaya yang rendah (15000 lux) dengan kondisi pH rendah (5-6), diperoleh
pertumbuhan Azolla yang tinggi.
Berdasarkan hasil percobaan respon pertumbuhan Azolla pinnata terhadap
pemberian pupuk urea, terjadi penurunan pertumbuhan Azolla yang sangat
signifikan pada pengamatan kedua. Laju pertumbuhan terus menurun seiring
dengan berjalannya waktu. Penurunan laju pertumbuhan ini disebabkan karena
kurang luasnya media tempat tumbuh Azolla, dimana pada hari pertama
pengamatan (10 hari setelah aklimatisasi), Azolla tumbuh dengan cepat hingga
memenuhi wadah tempat penanaman.. Hal ini sesuai dengan litaeratur Sari dkk,

13

(2014). Tanaman A.microphylla memerlukan konsentrasi minimal 0,2 0,3 %


unsure P dari bobot segar untuk pertumbuhan normal. Kekurangan unsure P pada
medium tumbuh mengakibatkan akumulasi unsur lain terhambat khususnya K
pada jaringan tanaman. Selain unsur Mikro, (Fe, Zn, Co, Mn, Mo) dan
mikronutrien mengakibatkan gejala gejala khusus pada bagian bagian
tanaman. Namun kebanyakan lahan pertanian intensif sangat miskin nutrien dan
mengalami kekurangan nutrisi disebabkan tingginya tingkat erosi dan pencucian
hara. A.microphylla dapat dibudidayakan pada medi yang diperkaya sumber
posfat organik, sumber posfat anoeganik dan interaksi sumber fosfat tersebut
dengan trace mineral.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Azolla pinnata salah
satunya adalah genangan air. Dimana dengan kondisi air yang cukup dengan
kedalaman air yang optimum yakni 5-10 cm, hal ini akan menyebabkan azolla
tercerai-beraikan olehangin atau gerakan air karena ia terapung bebas. Hal ini
dengan literature Singh (1978) yang menyatakan bahwa pada genangan yang
tinggi/dalam, sering Azolla tercerai-beraikan oleh angin atau gerakan air karena ia
terapung dengan bebas.
Dalam pertumbuhan azolla kekurangan fosfat dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan azolla. Dimana azolla akan berwarna merah dan
akarnya melengkung. Hal ini dikarenakan Fosfat merupakan unsur yang menjadi
pembatas dalam pertumbuhan azolla. Hal ini sesuai dengan literatur Lahuddin
(2007) yang menyatakan bahwa P merupaka unsur yang menjadi faktor pembatas
pertumbuhan

azolla.

Kekurangan P mengakibatkan

pertumbuhan

terhambat, tanaman akan berwarna merah dan akarnya melengkung.

azolla

14

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Berdasarkan hasil pH tertinggi terdapat pada perlakuan A2U2 dengan ratan
sebesar 5,73.
2. Dari percobaan diperoleh hasil bahwa Biomassa segar tertinggi terdapat pada
perlakuan A2U2 dengan ratan sebesar 12,43
3. Kecepatan Pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan A2U2 dengan ratan
sebesar 1,79.
SARAN
Sebaiknya dalam pengamatan selalu diperhatikan kondisi percobaan, agar
hasil yang didapat lebih akurat.

You might also like