You are on page 1of 40

Presentasi Kasus

TUMOR PARU
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Pulmonologi Fakultas Kedokteran
Unsyiah/RSUD dr. ZainoelAbidin Banda Aceh

Disusun oleh:

DINI RAIKHANI DANIAL


1407101030359
Pembimbing:
dr. Maimunah, Sp.P (K)

BAGIAN/ SMF PULMONOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, tugas Presentasi kasus telah dapat diselesaikan.
Selanjutnya shalawat dan salam penulis hanturkan kepangkuan alam Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Adapun judul tugas ini adalah Tumor Paru. Tugas ini diajukan sebagai
salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF
Pulmonologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yaitu dr.
Maimunah, Sp.P(K) yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan
dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kami tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun
dari dosen dan teman teman agar tercapai hasil yang lebih baik kelak.

Banda Aceh, Juli 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.....................................................................................
3
2.2 Epidemiologi............................................................................
3
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko.......................................................
3
2.4 Klasifikasi Tumor Paru............................................................
4
2.5 Manifestasi Klinis....................................................................
5
2.6 Penegakan Diagnosis...............................................................
7
2.6.1 Anamnesis......................................................................
7
2.6.2 Pemeriksaan Fisik...........................................................
8
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang..............................................
9
2.7 Tatalaksana..............................................................................
10
2.7.1 Pembedahan...................................................................
10
2.7.2 Radioterapi.....................................................................
11
2.7.3 Kemoterapi.....................................................................
11
2.9 Prognosis................................................................................
12

BAB III LAPORAN KASUS


3.1 Identitas pasien...........................................................................
14
3.2 Anamnesis..................................................................................
14
3.3 Pemeriksaan tanda vital............................................................
15
3.4 Pemeriksaan fisik.......................................................................
15
3.5 Pemeriksaan penunjang
17
3.5.1 Pemeriksaan Laboratorium.............................................
17
3.5.2 Foto Thoraks PA............................................................
18
3.5.3 Ct-scan Thoraks..............................................................
18
3.6 Diagnosa kerja............................................................................
20
3.7 Tatalaksana.................................................................................
20
3.8 Planning ...................................................................................
21
3.9 Prognosis ..................................................................................
21
3.10 Follow Up Harian....................................................................
22
BAB IV ANALISA KASUS
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika
Serikat satu diantara tiga orang menderita kanker dan kanker merupakan

penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.. Setiap tahun terdapat
sekitar 6-7 juta penderita penyakit baru dan 50% dari penderita tersebut beraal
dari negara-negara sedang berkembang (1)
Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia, di Eropa
insidensi kanker paru 7 dari 100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada
usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75 tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72
pada perempuan. Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga
dilaporkan dan hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang
bervariasi di seluruh dunia. (1)
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5%) antara lain
adenoma, hamartoma, dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar
20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1 dari 13
orang dan 12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1
dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun.
Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki tahun 2005 di Amerika Serikat
adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena kanker. (2)
Penelitiantentangrokokmengatakanbahwalebihdari63jenisbahanyang
dikandung asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Secara epidemiologik juga
terlihatkaitankuatantarakebiasaanmerokokdenganinsidensikankerparu.Data
dariWHO pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kanker paru merupakan jenis
kanker yang bayak terjadi di Indonesia terutama pada jenis kelamin laki-laki. (2).
The World Cancer Report melaporkan bahwa kejadian kanker yang
terbanyak adalah kanker paru (1,52 juta kasus), kanker payudara (1,29 kasus) dan
kanker kolorektal (1,15 juta kasus). Sedangkan kematian tertinggi disebabkan
oleh karena kanker paru (1,31 juta kematian), kanker lambung (780.000 kematian)
dan kanker hati (699.999 kematian). (3)
Di Indonesia, hasil survei Riset Kesehatan Dasar menunjukkan angka
prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar 4,3 per 1000 penduduk (Kementerian
Kesehatan, 2007). Kanker sebagai penyebab kematian menempati urutan ke tujuh

(5,7% dari seluruh penyebab kematian) setelah kematian akibat stroke,


tuberkulosis, hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes melitus. (3)
Tingginyaangkamerokokpadamasyarakatakanmenjadikankankerparu
sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan
lainnya.Peningkatanangkakesakitanpenyakitkeganasan,sepertipenyakitkanker
dapatdilihatdarihasilSurvaiKesehatanRumahTangga(SKRT)yangpada1972
memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01% menjadi
4,5% pada 19901 . Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru
adalah jenis penyakit keganasanyangmenjadi penyebabkematian utama pada
kelompokkematianakibatkeganasan.(2)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Kankerparudalamartiluasadalahsemuapenyakitkeganasandiparu,

mencakupkeganasanyangberasaldariparusendirimaupunkeganasandariluar
paru(metastasistumordiparu). Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan
sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. (4)
2.2

Epidemiologi
Karsinoma paru merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi akibat

keganasan di Amerika Serikat dan negara- negara industri. Secara umum, kanker
paru terbagi atas 2 jenis yaitu non-small cell carcinoma ( sekitar 85 % dari semua
kanker paru) dan small cell carcinoma ( sekitar 15 % kanker paru).Risiko
terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan
perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia. (5)
American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat
pada tahun 2010 sebagai berikut (5) :
-

Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750 orang
laki-laki dan 105.770 orang perempuan).

Estimasi kematian karena kanker paru sekitar 157.300 kasus (86.220 pada
laki-laki dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28% dari semua kasus
kematian karena kanker.

2.3

Etiologi dan Faktor Risiko


Banyak penelitian menyatakan bahwa merokok merupakan penyebab

utama kanker paru, dengan periode laten antara dimulainya merokok dengan
terjadinya kanker paru adalah 15-50 tahun. Selain itu, jumlah pack rokok dalam 1
tahun yang dihabiskan dan usia dimulainya merokok, sangat erat dihubungkan
dengan risiko terjadinya kanker paru. Variasi geografik dan pola dari insidensi
kanker paru baik pada laki-laki maupun perempuan berhubungan dengan
kebiasaan merokok, di a sia kebiasaan merokok masih tinggi. (3)
Penyebab lain dari kanker paru adalah polusi udara, paparan terhadap arsen,
asbestos, radon, chloromethyl ethers, chromium, mustard gas, penghalusan nikel,
hidrokarbon polisiklik, beryllium, cadmium, dan vinyl chloride. Insidensi kanker
paru yang lebih tinggi juga ditemukan pada industri-industri gas-batu bara, proses

penghalusan logam. Predisposisi genetik juga memegang peranan dalam etiologi


kanker paru (2).
2.4

Klasifikasi Tumor Paru


Klasifikasi kanker paru primer pada umumnya berdasarkan jenis histologi,

dimana setiap jenis histologi memiliki riwayat alami dan respon terhadap
pengobatan yang berbeda. Berdasarkan modalitas terapi karsinoma bronkogenik
terdiri dari kanker paru jenis karsinoma sel kecil dan kanker paru jenis karsinoma
bukan sel kecil. Gambaran histologi kanker paru bukan sel kecil adalah
epidermoid, adenokarsinoma, tipe sel besar dan campuran dari ketiganya.
Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. (6)
Karsinoma sel skuamosa berasal dari epitel skuamosa metaplastik bronkus.
Kanker ini ditandai dengan pleomorfisme sitologi nyata, jembatan intraseluler
(desmosome) di antara sel tumor dan keratinisasi sitoplasma. Karsinoma sel
skuamosa lebih didominasi oleh pria dan cenderung tetap terlokalisasi
dibandingkan tipe lainnya sehinga mengakibatkan massa besar diparu yang dapat
disertai kavitas sentral. (6)
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker
paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa
biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar.
Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar
secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum.
Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan . (6)
Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus
dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian
perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh
sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.Adenokarsinoma memperlihatkan
susunan seluler seperti kelenjar bronkus, mengandung mukus, sering di perifer

segmen bronkus, kadang dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan
fibrosis interstisial kronik. Lesi sering meluas melalui pembuluh darah dan limfe
pada stadium dini. Secara klinis tidak menunjukan gejala sampai terjadi metastase
yang jauh. (6).
Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma
dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel
ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar
dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempattempat yang jauh. (6)
Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang
terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini
kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor
dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular.
Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin
luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan
crushartifact pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil,
yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat
letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan. (6)
Karsinoma sel besar adalah sel ganas yang besar dan deferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti yang bermacam. Sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ektensif dan cepat ketempat yang jauh. (6)
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis baik tanda maupun gejala kanker paru sangat bervariasi.
Faktor-faktor seperti lokasi tumor, keterlibatan kelenjar getah bening di berbagai
lokasi, dan keterlibatan berbagai organ jauh dapat mempengaruhi manifestasi
klinis kanker paru. Manifestasi klinis kanker paru dapat dikategorikan menjadi (7)
:

Manifestasi Lokal Kanker Paru Intrapulmonal Intratorakal

10

Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi


sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel
bronkoalveolar (bronchoalveolar cell carcinoma). Hemoptisis (batuk darah)
merupakan gejala pada hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan
bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh
karena adanya invasi ke dinding dada atau mediastinum.
Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering
dikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia
segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi
unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial obstruksi.
Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat.

Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal


Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasi/ekstensi kanker paru ke

struktur/organ sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh
keterlibatan pleura atau perikardial. Efusi pleura dapat menyebabkan sesak nafas,
dan efusi perikardial dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus
atas kanan atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan
kompresi vena kava superior dari eksternal.
Dengan demikian pasien tersebut akan menunjukkan suatu sindroma vena
kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan
kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor apeks dapat meluas dan melibatkan
cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma Horner, melibatkan pleksus
brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi dari otot-otot
kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus laringeus
rekurens yang berjalan di atas arcus aorta dan menyebabkan suara serak dan
paralisis pita suara kiri. Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang
membesar dapat menyebabkan kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.

Manifestasi Ekstratorakal Non Metastasis


Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik.

Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan karena zat

11

hormon/peptida yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan
gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri abdomen, confusion, atau gejala
yang lebih spesifik seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi hormon lebih
sering terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel menunjukkan
karakteristik neuro-endokrin. Peptida yang disekresi berupa adrenocorticotrophic
hormone (ACTH), antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin dan hormon
paratiroid. Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi pada pasien-pasien kanker
paru, namun hanya sekitar 5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari
tabuh (clubbing finger) dan hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy (HPOA)
juga termasuk manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati perifer dan
sindroma neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan
dengan kanker paru
2.6

Penegakan Diagnosis

A. Anamnesis
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit
paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis
akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktorfaktor lain yang
sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa (2) :
Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
Batuk darah
Sesak napas
Suara serak
Sakit dada
Sulit / sakit menelan
Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa
nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di
otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak
khas seperti (4) :

12

Berat badan berkurang


Nafsu makan hilang
Demam hilang timbul
Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",
trombosis vena perifer dan neuropatia.
Alur Deteksi Dini Kanker Paru

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil
yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor
paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada
pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai
akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan
memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan

13

data untuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor diluar
paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar,
pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan intrakranial dan
terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang. (7)
C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang
yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis,
serta penentuan stadium penyakit berdasarkan system TNM. Pemeriksaan
radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone
scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan
letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis. (7)
a. Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila
masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung
keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor,
dll. Pada foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi
pleura, efusi perikar dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB
untuk menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja. (5)
b. CT-Scan toraks : Teknik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru
lebih baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran
lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses
keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan
terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif
dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala.
Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk
menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat
dideteksi.
c. Pemeriksaan radiologik lain (7):

Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak,


bone scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh

14

jaringan tulang tubuh.

USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar


adrenal dan organ lain dalam rongga perut.

2.7 Tatalaksana
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multimodaliti terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya
diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga
kondisi non-medis seperti fasiliti yang dimiliki rumah sakit dan ekonomi
penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan. (7)

Pembedahan
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap

berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi.


Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup
untuk lobektomi. Hal penting lain yang penting dingat sebelum melakukan
tindakan bedah adalah mengetahui toleransi penderita terhadap jenis tindakan
bedah yang akan dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedahdapat diukur
dengan nilai uji faal paru dan jika tidak memungkin dapat dinilai dari hasil
analisis gas darah (AGD) (5):
Syarat untuk reseksi paru
. Resiko ringan untuk Pneumonektomi, bila
KVP paru kontralateral baik, VEP1 >60%
. Risiko sedang pneumonektomi, bila
KVP paru kontralateral > 35%, VEP1 > 60%

Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif.

Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk
KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang
menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang

15

harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena


kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis
tumor di tulang atau otak. Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan
beberapa faktor (5):
1. Staging penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru

Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama

harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus
lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi
dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi
regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker
dapat dilakukan (7)

Rehabilitasi Medik
Pada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan muskuloskeletal

terutama akibat metastasis ke tulang. Manifestasinya dapat berupa inviltrasi ke


vetebra atau pendesakan syaraf. Gejala yang tirnbul berupa kesemutan, baal, nyeri
dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot, dengan akibat akhir
terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi. (7)
Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus, apakah operabel atau
tidak.
- Bila operabel tindakan rehabilitasi medik adalah preventif dan restoratif.
- Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan paliatif.
Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan
rehabilitasi medik prabedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu
memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama untuk mencegah komplikasi
pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepat

16

mobilisasi. Tujuan program rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel


adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan kemampuan fungsional penderita
yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky. Upaya ini juga termasuk penanganan
paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah sakit atau dirumah) (2)
Alur Penatalaksnaan Kanker Paru Jenis Karsinoma bukan sel kecil

2.9

Prognosis
Secara keseluruhan, 5- years survival rate pasien dengan kanker paru sekitar

14%. Gambaran ini tidak berubah selama 20 tahun. Kurva harapan hidup
bervariasi berdasarkan stadium, dimana pada stadium dini, pasien mempunyai
usia harapan hidup lebih baik apabila dibanding pasien yang mempunyai stadium
lanjut. Yang terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium
penyakit. Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan
pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ,
kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I,
sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang

17

dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis
bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Hal ini tergantung pada status
penderita dan luasnya tumor. Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup
rata-rata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan. Sedangkan ketahanan hidup SCLC
tanpa terapi hanya 3-5 bulan.5

BAB III
LAPORAN KASUS
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn.T

18

Jeniskelamin

: Laki-laki

Umur

: 47 tahun

Status

: Menikah

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Alamat

: Montasik

No. CM

: 1-05-74-15

Tanggal masuk

: 02 Juli 2015

Tanggal pemeriksaan

: 10 Juli 2015

1.2. ANAMNESIS PENYAKIT


Keluhan utama

: Lemas

Keluhan tambahan

: Nyeri dada

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan badan terasa lemas yang sudah dirasakan
selama 1 minggu. Sebelumnya, pasien mengkonsumsi OAT selama 3 bulan dan
pengobatan berhenti dikarenakan pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan
terjadi penurunan nafsu makan. Pasien mengeluhkan nyeri di bagian dada apabila
makan. Nyeri dirasakan seperti tertekan ke atas. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk kering yang dirasakan sampai sekarang. Pasien merupakan
seorang perokok selama 30 tahun. Pasien juga mengeluhkan adanya demam.
Keluhan sesak disangkal oleh pasien.
Pasien merupakan rujukan dari RS Ibnu Sina dengan sepsis (perbaikan) ec
pneumonia + massa a/r thorak, keluhan batuk darah yang dialami 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Penurunan nafsu makan sejak 3 bulan sebelum masuk rumah
sakit dan demam naik turun.

Riwayat Penyakit Dahulu

Batuk berdarah (+), Tuberculosis (+)


Riwayat Penyakit Keluarga :
Ayah kandung pasien memiliki riwayat asma
Riwayat Pemakaian Obat

19

Pasien rutin meminum OAT selama 3 bulan dan berhenti dikarenakan


keluhan lemas.
Riwayat Kebiasaan Sosial :
Pasien bekerja sebagai pembuat lampu, pasang tiang di pinggir jalan
1.3. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Keadaan umum

: Tanpak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanandarah

: 100/60 mmHg

Frekuensinadi

: 96 kali/menit, regular, kuat angkat, isi cukup

Frekuensinafas

: 24 kali/menit, regular

Suhu

: 36oC di axilla

1.4. PEMERIKSAAN FISIK


Kulit

: sawo matang, ikterik (+), sianosis (-), edema (-)

Kepala

: rambut hitam, distribusi normal, sukar dicabut

Wajah

: simetris, edema (-), deformitas (-)

Mata

: konjungtiva palpebra inferior pucat(-/-), sklera ikterik (+/+),


sekret (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+), pupil isokor 3 mm/3mm.

Telinga

: kesan normotia, sekret (-/-)

Hidung

: sekret (-/-), cavum nasi hiperemis (-), napas cuping hidung (-)

Mulut

: mukosa bibir lembab (+), sianosis (-), tremor (-), faring


hiperemis (-), tonsil hiperemis (-).

Leher

: retraksi suprasternal (-), pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-).

Thoraks anterior

Inspeksi
Statis

: asimetris, bentuk normochest

Dinamis

: asimetris, pernafasan abdominotorakal, retraksi interkostal (-/-)

20

Palpasi

: fremitus vocal kanan menurun, nyeri tekan (-/-),


krepitasi (-/-)

Perkusi

:sisi kanan kesan redup, sisi kiri sonor

Auskultasi :vesikuler menurun pada sisi kanan, vesikuler (+) pada sisi kiri,
rhonki(+/-), wheezing (-/-)
Thoraks posterior

Inspeksi
Statis

: simetris

Dinamis

: simetris, jejas (-)

Palpasi

: fremitus vocal kanan menurun, nyeri tekan (+/+), krepitasi (-/-)

Perkusi

:sisi kanan redup, sisi kiri sonor

Auskultasi :vesikuler melemah pada sisi kanan, vesikuler (+) pada sisi kiri,
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung

Inspeksi

: Iktus kordis terlihat

Palpasi

: Iktus kordis teraba, thrill (-)

Perkusi

: Batas-batas jantung

Atas

: Sela iga II linea mid clavicula sinistra

Kiri

: dua jari medial linea mid clavicula sinistra

Kanan

: ICS IV linea parasternal dextra

Auskultasi

: BJ I > BJ II , reguler (+), bising (-)

Abdomen

Inspeksi

: simetris, distensi (-), vena kolateral (-)

Palpasi

: Pembesaran organ (-), nyeri tekan (-), defans muskular (-)

Perkusi

: timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)

Auskultasi

: peristaltik kesan normal

Ekstremitas

: sianosis (-), clubbing finger (-), edema ekstremitas inferior (-/-)

1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

21

1.1.1. PemeriksaanLaboratorium
Pemeriksaan Laboratorium 02/07/201
5

06/07/2015

07/07/2015

08/07/2015

09/07/2015

Darah Rutin
Hb (gr/dl)

7,1

8,2

8,9

9,6

10

Ht (%)

24

27

29

30

31

Leukosit (103 /mm3)

19,2

23,5

22,8

22,3

17,4

Eritrosit (106 /L)

2,7

3,1

3,3

3,5

3,6

Trombosit (103/ mm3)

504

699

563

659

312

MCV (fl)

88

88

87

87

MCH (pg)

27

27

28

28

MCHC (%)

30

31

32

32

120

110

115

LED (mm/jam)
Hitung Jenis
Eosinofil (%)

Basofil (%)

Netrofil segmen (%)

79

91

91

88

74

Limfosit (%)

12

17

Monosit (%)

Elektrolit
Natrium (mmol/L)

133

Kalium (mmol/L)

3,4

Klorida (mmol/L)

96

Diabetes
Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)

116

Ginjal-Hipertensi
Ureum (mg/dl)
Kreatinin

14

25

0,38

0,30

Kimia Klinik
Bilirubin Total (mg/dl)

1,07

22

Bilirubin Direct (mg/dl)

0,81

Tabel 3.1PemeriksaanLaboratorium

i.

Foto Thorax PA
Foto thorax PA tanggal :29 Juni 2015

Ekspertisi
Kesan : Tumor paru kanan

ii.

Foto CT-scan thorax dengan kontras


Foto Ct-scan thorak dengan kontras tanggal 3 Juli 2015

23

Gambar 3.3 Foto CT-Scan thorak dengan kontras


iii.

Foto CT-scan thorax tanpa kontras


Foto Ct-scan thorak tanpa kontras tanggal 3 Juli 2015

Gambar 3.4 Foto Ct-scan thorax tanpa kontras


Ekspertise:
Kesimpulan: massa/tumor di paru kanan inferior.

24

iv. Bronkoskopi
Hasil bronkoskopi tanggal 07/09/2015

Gambar 3.5 Hasil bronkoskopi


Expertise
Kesimpulan :
Bronkus Utama Kanan : Stenosis kompresi dengan mukus kental, Mukosa edema
Lobus Atas Kanan : Stenosis kompresi, dengan mucus sangat kental

1.6. DIAGNOSIS KERJA


Tumor paru(D)
1.7. PENATALAKSANAAN
IVFD RL s/s aminofluid 20 gtt/i
Inj. Meropenem 1gr/12jam
Sucralfat syr 3x1
Inadryl syr 2x1

Tramadol tab 2x1


Coditam tab 2x1

25

Drip paracetamol / 8 jam

1.8. PLANNING
TTNA
CT-Scan Thorax
Bronkoskopi

1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia ad malam

Quo ad fungsionam

: dubia ad malam

Quo ad sanactionam

: dubia ad malam

1.10. FOLLOW UP HARIAN


Tanggal/Hari

Catatan

Instruksi

26

Rawatan
02/07/2015

S/Demam,batukberdahak

Th/

1gr/12jam

O/TD:120/60mmHg
HR:110x/i

Paracetamol 3x1
tab

RR:16x/i
T:38C

Inj. meropenem

Sucralfat
3x1C

PF/
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(+/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas:pucat(/),edema(/)
Ass/FebrisecDD1.Pneumonia
2.TumorParu

Syr

27

03/07/2015

S/Demam,Batuk

Th/

1gr/12jam

O/TD:110/50mmHg
HR:98x/i

Paracetamol 3x1
tab

RR:18x/i
T:367,2C

Inj. meropenem

Sucralfat Syr 3x1


Cth

PF/
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia

InadrylSyr3x1Cth

28

04/07/2015

S/Demam,Batuk

Th/

Inj. meropenem
1gr/12jam

O/TD:110/50mmHg

HR:88x/i

Paracetamol 3x1
tab

RR:18x/i

T:35,6C

Sucralfat Syr 3x1


cth

PF/

cth

Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia

Inadryl Syr 3x1

P/

CTScanThorak

29

05/07/2015

S/Batuk

Th/

RLs/sAminofluid
20gtt/i

O/TD:110/60mmHg

HR:78x/i

Inj. meropenem
1gr/12jam(H2)

RR:20x/i

T:36,5C

Paracetamol 3x1
tab(stop)

PF/

cth

Kepala:Normocephali

Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)

Thoraks:

Tramadol2x1tab

CTScan Thorak

P/

I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/), edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
Anemiaecpenyakitkronis

Inadryl Syr 3x1


cth

T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()

Sucralfat Syr 3x1

(susulhasil)

TTNA
Persiapantransfusi

30

06/07/2015

S/Batuk

Th/

RLs/sAminofluid
20gtt/i

O/TD:120/70mmHg

HR:80x/i

Inj. meropenem
1gr/12jam(H2)

RR:20x/i

T:36,9C

Sucralfat Syr 3x1


cth

PF/

cth

Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal

Tramadol2x1tab

CTScan Thorak

P/

Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
Anemiaecpenyakitkronik

Inadryl Syr 3x1

(susulhasil)

TTNA/BC

31

07/07/2015

S/Demam,Batuk

Th/

IVFD RL s/s
aminofluid20gtt/i

O/TD:120/90mmHg

HR:84x/i

Inj. meropenem
1gr/12jam(H4)

RR:20x/i

T:36,9C

Sucralfat Syr 3x1


Cth

PF/

Kepala:Normocephali

Inadryl Syr 3x1


Cth

Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)

Coditam2x1

TTNA/BC

T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
Anemiaecpenyakitkronis

P/

32

08/07/2015

S/Batuk

Th/

aminofluid20gtt/i

O/TD:110/70mmHg
HR:96x/i

Inj. meropenem
1gr/12jam(H5)

RR:20x/i
T:36,9C

IVFD RL s/s

Sucralfat Syr 3x1


Cth

PF/

Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
Anemiaecpenyakitkronik

Inadryl Syr 3x1


Cth

Coditam2x1

33

09/07/2015

S/Batuk

Th/

aminofluid20gtt/i

O/TD:110/70mmHg
HR:96x/i

Inj. meropenem
1gr/12jam(H6)

RR:20x/i
T:36,9C

IVFD RL s/s

Sucralfat Syr 3x1


Cth

PF/

Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia

Inadryl Syr 3x1


Cth

Coditam2x1

34

10/07/2015

S/Batuk

Th/

aminofluid20gtt/i

O/TD:110/80mmHg
HR:90x/i

Inj. meropenem
1gr/12jam(H6)

RR:20x/i
T:36,6C

IVFD RL s/s

Paracetamol 3x1
tab

PF/

Cth

Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)

Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:

Sucralfat Syr 3x1

Inadryl Syr 3x1


Cth

Coditam2x1

Drip

I:asimetris

paracetamol/ 8

P:SFkananSFkirinormal

jam

P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia

35

Anemiaecpenyakitkronis

BAB IV
ANALISA KASUS
Telah diperiksa seorang pasien a.n TN.T berusia 47 tahun di RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 02 Juli 2015 dengan keluhan utama
badan terasa lemas , di diagnosis dengan tumor paru. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan keluhan badan terasa lemas dan batuk yang
sudah dirasakan selama 1 minggu. Pasien juga mengalami demam, penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan. Keluhan sesak dan keringat malam
disangkal oleh pasien. Pasien awalnya berobat ke klinik di indrapuri, setelah
dirawat selama 5 hari pasien melakukan foto rontgen dan dirujuk ke RSUDZA.
Pasien pernah mengalami batuk darah sekali pada 4 bulan yang lalu. Pasien
pernah meminum OAT selama 3 bulan dan berhenti meminum OAT dikarenakan

36

pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan badan
yang terasa lemas.
Berdasarkan anamnesis diatas, keluhan yang dialami pasien sesuai dengan
teori bahwa gejala tumor paru adalah batuk dengan atau tanpa dahak, dan
penurunan nafsu makan,
Dari anamnesis juga diketahui bahwa pasien sering terpapar asap rokok,
seorang perokok aktif. Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus/hari selama
30 tahun. Dalam kaitannya dengan pengaruh karsinogenik, terdapat bukti kuat
bahwa merokok merupakan tersangka utama penyebab perubahan genetik yang
menyebabkan kanker paru. Merokok pasif (berada dekat dengan perokok)
meningkatkan risiko menderita kanker paru hingga mendekati dua kali lipat
dibandingkan dengan bukan perokok.
Bukti klinis terutama berupa pembuktian adanya perubahan progresif di
epitel yang melapisi saluran napas pada perokok kronis. Perubahan sekuensial ini
paling jelas pada karsinoma sel skuamosa, meskipun juga dapat ditemukan pada
subtipe histologik yang lain. Pada hakikatnya, terdapat korelasi linier antara
intensitas pajanan ke asap rokok dan munculnya perubahan epitel yang semakin
mengkhawatirkan yang dimulai dengan hiperplasia sel basal yang relatif tidak
membahayakan dan metaplasia skuamosa dan berkembang menjadi displasia
skuamosa dan karsinoma in situ, sebelum memuncak menjadi karsinoma invasif.
Di antara berbagai subtipe histologik kanker paru, karsinoma sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil memperlihatkan keterkaitan paling kuat dengan pajanan
tembakau.
Disamping itu pasien juga sering melakukan pekerjaan di pinggir jalan, kuat
kaitannya dengan paparan polusi udara yang mempunyai sifat karsinogenik yang
potensial.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada inspeksi asimetris dinding dada
anterior, dimana hemitoraks kanan tampak cembung dibandingkan hemitoraks
kiri. Pada saat dinamis, terlihat adanya pergerakan dinding dada yang tertinggal
pada hemitoraks kanan. Pada dada kiri pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pada palpasi vokal fremitus menurun, perkusi redup dan auskultasi didapatkan
suara vesikular melemah pada hemitoraks kanan.

37

Pada foto thorak didapatkan gambaran radioopaq yang menutupi setengah


bagian lapangan paru kanan dengan tepi yang ireguler dan didapatkan kesimpulan
tumor paru kanan. Pada literatur didapatkan bahwa pada pemeriksaan foto toraks
PA/lateral tanda yang mendukung keganasan ialah adanya tepi yang ireguler.
Pada pemeriksaan ct-scan thorak tanpa kontras didapatkan lesi isodens heterogen
density pada mediastinum anterior hingga posterior dan menyebabkan terjadinya
collateral vein pada supraclavicular kanan sedangkan dengan kontras didapatkan
lesi isodens heterogen desity pada mediastinum anterior hingga posterior dengan
kesimpulan keduanya ialah terdapat massa di mediastinum anterior hingga
posterior Collateral vein di supracavicula kanan. Pada literature dikatakan bahwa
ct scan dapat menentukan kelainan pada paru lebih baik dan lebih jelas
dibandingkan foto thorak. Pada CT Scan dapat menentukan telah terjadinya invasi
tumor ke mediastoum dan dinding dada meskipun terkadang seorang pasien tidak
mengalami suatu gejala.
Pada pemeriksaan broncoscopy didapatkan penyempitan pada bronkus
utama kanan. Tujuan dilakukan bronkoskopi adalah ada tidaknya masa
intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan
mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif,
mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan tindakan
biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus untuk
mengambl jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.
Pada kasus ini pasien diberikan IVFD Ringer Laktat dan bergantian
dengan aminofluid. yang bertujuan untuk memberikan defisit cairan serta nutrisi
kepada pasien.
Meropenem diberikan sebagai antibiotik spectrum luas terhadap bakteri
gram positif atau bakteri gram negatif yang bersifat bakterisidal. Tujuan diberikan
meropenem dikarenakan pasien mengalami peningkatan leukosit .
Sucralfat merupakan suatu kompleks yang dibentuk dari sukrosa
oktasulfat dan polialumunium hidroksida, aktivitas sukralft sebagai anti ulkus
merupakan hasil dari pembentukan komplek sukralfat dengan protein yang
membentuk lapisan pelindung menutupi ulkus serta melindungi dari serangan sam
lambung.

38

Inadryl

sirup

mengandung

difenhidramin

sebagai

antihistamin,

ammonium klorida sebagai ekspektorat dan mentol sebagai penghangat


tenggorokan.

BAB V
KESIMPULAN
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakupkeganasanyangberasaldariparusendirimaupunkeganasandariluar
paru(metastasistumordiparu).Terjadinyakankerditandaidenganpertumbuhan
selyangtidaknormal,tidakterbatas,danmerusakselseljaringanyangnormal..
Penyebab dari kanker paru adalah merokok, polusi udara, paparan terhadap arsen,
asbestos, radon, chloromethyl ethers, chromium, mustard gas, penghalusan nikel,
hidrokarbon polisiklik, beryllium, cadmium, dan vinyl chloride. Insidensi kanker
paru yang lebih tinggi juga ditemukan pada industri-industri gas-batu bara, proses
penghalusan logam. Predisposisi genetik juga memegang peranan dalam etiologi
kanker paru
Pengobatankankerparuadalahcombinedmodalitytherapy(multimodaliti
terapi).Kenyataanyapadasaatpemilihanterapi,seringbukanhanyadiharapkan
padajenishistologis,derajatdantampilanpenderitasajatetapijugakondisinon

39

medis seperti fasiliti yang dimiliki rumah sakit dan ekonomi penderita juga
merupakan faktor yang amat menentukan. Pengobatan atau penatalaksaan
penyakit ini sangat bergantung pada keahlian ahli paru untuk mendapatkan
diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu
penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan
penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Pilihan terapi harus dapat
segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai
jenis pengobatan. Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi,
kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi dan psikososial.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Prefelensi Kanker di Indonesia I; 2008.


2. Tiwans M, Rathod S. Non Small Cell Carcinoma (NSLCC) Presenting as
Isolated Facial Nerve Palsy from Metastasis to tempotal bone. Indian Journal of
Clinicl Mdicine. 2010; 1.
3. Dasar Riset Kesehatan. Laporan Nasional. [Online].; 2007 [cited 2015.
Available
from:
http://fisiopoltekes.ac.id/fisioterapi/images/stories/laporanNasional.pdf.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia; 2003.
5. Bridsey JA. State of Lung Disease in Diverse Communities. American Lung
Association. 2010;: p. 55-62.
6. Wulandari L. Epidermal Grow Factor reseptor thyrosine Kinase Inhiitor
Terobosan baru dalam terapi kanker paru. In Ilmu Penyakit Paru. Surabaya;
2006.
7. Bakhtiar A. Kanker Paru dan Penatalaksanaannya. Jurnal kedokteran
Universitas Syiah Kuala. 2006; 1(6).

40

You might also like