Professional Documents
Culture Documents
TUMOR PARU
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Pulmonologi Fakultas Kedokteran
Unsyiah/RSUD dr. ZainoelAbidin Banda Aceh
Disusun oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, tugas Presentasi kasus telah dapat diselesaikan.
Selanjutnya shalawat dan salam penulis hanturkan kepangkuan alam Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Adapun judul tugas ini adalah Tumor Paru. Tugas ini diajukan sebagai
salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF
Pulmonologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yaitu dr.
Maimunah, Sp.P(K) yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan
dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kami tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun
dari dosen dan teman teman agar tercapai hasil yang lebih baik kelak.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.....................................................................................
3
2.2 Epidemiologi............................................................................
3
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko.......................................................
3
2.4 Klasifikasi Tumor Paru............................................................
4
2.5 Manifestasi Klinis....................................................................
5
2.6 Penegakan Diagnosis...............................................................
7
2.6.1 Anamnesis......................................................................
7
2.6.2 Pemeriksaan Fisik...........................................................
8
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang..............................................
9
2.7 Tatalaksana..............................................................................
10
2.7.1 Pembedahan...................................................................
10
2.7.2 Radioterapi.....................................................................
11
2.7.3 Kemoterapi.....................................................................
11
2.9 Prognosis................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika
Serikat satu diantara tiga orang menderita kanker dan kanker merupakan
penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.. Setiap tahun terdapat
sekitar 6-7 juta penderita penyakit baru dan 50% dari penderita tersebut beraal
dari negara-negara sedang berkembang (1)
Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia, di Eropa
insidensi kanker paru 7 dari 100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada
usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75 tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72
pada perempuan. Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga
dilaporkan dan hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang
bervariasi di seluruh dunia. (1)
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5%) antara lain
adenoma, hamartoma, dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar
20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1 dari 13
orang dan 12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1
dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun.
Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki tahun 2005 di Amerika Serikat
adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena kanker. (2)
Penelitiantentangrokokmengatakanbahwalebihdari63jenisbahanyang
dikandung asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Secara epidemiologik juga
terlihatkaitankuatantarakebiasaanmerokokdenganinsidensikankerparu.Data
dariWHO pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kanker paru merupakan jenis
kanker yang bayak terjadi di Indonesia terutama pada jenis kelamin laki-laki. (2).
The World Cancer Report melaporkan bahwa kejadian kanker yang
terbanyak adalah kanker paru (1,52 juta kasus), kanker payudara (1,29 kasus) dan
kanker kolorektal (1,15 juta kasus). Sedangkan kematian tertinggi disebabkan
oleh karena kanker paru (1,31 juta kematian), kanker lambung (780.000 kematian)
dan kanker hati (699.999 kematian). (3)
Di Indonesia, hasil survei Riset Kesehatan Dasar menunjukkan angka
prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar 4,3 per 1000 penduduk (Kementerian
Kesehatan, 2007). Kanker sebagai penyebab kematian menempati urutan ke tujuh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Kankerparudalamartiluasadalahsemuapenyakitkeganasandiparu,
mencakupkeganasanyangberasaldariparusendirimaupunkeganasandariluar
paru(metastasistumordiparu). Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan
sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. (4)
2.2
Epidemiologi
Karsinoma paru merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi akibat
keganasan di Amerika Serikat dan negara- negara industri. Secara umum, kanker
paru terbagi atas 2 jenis yaitu non-small cell carcinoma ( sekitar 85 % dari semua
kanker paru) dan small cell carcinoma ( sekitar 15 % kanker paru).Risiko
terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan
perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia. (5)
American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat
pada tahun 2010 sebagai berikut (5) :
-
Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750 orang
laki-laki dan 105.770 orang perempuan).
Estimasi kematian karena kanker paru sekitar 157.300 kasus (86.220 pada
laki-laki dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28% dari semua kasus
kematian karena kanker.
2.3
utama kanker paru, dengan periode laten antara dimulainya merokok dengan
terjadinya kanker paru adalah 15-50 tahun. Selain itu, jumlah pack rokok dalam 1
tahun yang dihabiskan dan usia dimulainya merokok, sangat erat dihubungkan
dengan risiko terjadinya kanker paru. Variasi geografik dan pola dari insidensi
kanker paru baik pada laki-laki maupun perempuan berhubungan dengan
kebiasaan merokok, di a sia kebiasaan merokok masih tinggi. (3)
Penyebab lain dari kanker paru adalah polusi udara, paparan terhadap arsen,
asbestos, radon, chloromethyl ethers, chromium, mustard gas, penghalusan nikel,
hidrokarbon polisiklik, beryllium, cadmium, dan vinyl chloride. Insidensi kanker
paru yang lebih tinggi juga ditemukan pada industri-industri gas-batu bara, proses
dimana setiap jenis histologi memiliki riwayat alami dan respon terhadap
pengobatan yang berbeda. Berdasarkan modalitas terapi karsinoma bronkogenik
terdiri dari kanker paru jenis karsinoma sel kecil dan kanker paru jenis karsinoma
bukan sel kecil. Gambaran histologi kanker paru bukan sel kecil adalah
epidermoid, adenokarsinoma, tipe sel besar dan campuran dari ketiganya.
Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. (6)
Karsinoma sel skuamosa berasal dari epitel skuamosa metaplastik bronkus.
Kanker ini ditandai dengan pleomorfisme sitologi nyata, jembatan intraseluler
(desmosome) di antara sel tumor dan keratinisasi sitoplasma. Karsinoma sel
skuamosa lebih didominasi oleh pria dan cenderung tetap terlokalisasi
dibandingkan tipe lainnya sehinga mengakibatkan massa besar diparu yang dapat
disertai kavitas sentral. (6)
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker
paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa
biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar.
Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar
secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum.
Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan . (6)
Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus
dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian
perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh
sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.Adenokarsinoma memperlihatkan
susunan seluler seperti kelenjar bronkus, mengandung mukus, sering di perifer
segmen bronkus, kadang dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan
fibrosis interstisial kronik. Lesi sering meluas melalui pembuluh darah dan limfe
pada stadium dini. Secara klinis tidak menunjukan gejala sampai terjadi metastase
yang jauh. (6).
Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma
dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel
ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar
dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempattempat yang jauh. (6)
Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang
terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini
kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor
dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular.
Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin
luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan
crushartifact pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil,
yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat
letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan. (6)
Karsinoma sel besar adalah sel ganas yang besar dan deferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti yang bermacam. Sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ektensif dan cepat ketempat yang jauh. (6)
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis baik tanda maupun gejala kanker paru sangat bervariasi.
Faktor-faktor seperti lokasi tumor, keterlibatan kelenjar getah bening di berbagai
lokasi, dan keterlibatan berbagai organ jauh dapat mempengaruhi manifestasi
klinis kanker paru. Manifestasi klinis kanker paru dapat dikategorikan menjadi (7)
:
10
struktur/organ sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh
keterlibatan pleura atau perikardial. Efusi pleura dapat menyebabkan sesak nafas,
dan efusi perikardial dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus
atas kanan atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan
kompresi vena kava superior dari eksternal.
Dengan demikian pasien tersebut akan menunjukkan suatu sindroma vena
kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan
kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor apeks dapat meluas dan melibatkan
cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma Horner, melibatkan pleksus
brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi dari otot-otot
kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus laringeus
rekurens yang berjalan di atas arcus aorta dan menyebabkan suara serak dan
paralisis pita suara kiri. Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang
membesar dapat menyebabkan kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.
Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan karena zat
11
hormon/peptida yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan
gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri abdomen, confusion, atau gejala
yang lebih spesifik seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi hormon lebih
sering terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel menunjukkan
karakteristik neuro-endokrin. Peptida yang disekresi berupa adrenocorticotrophic
hormone (ACTH), antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin dan hormon
paratiroid. Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi pada pasien-pasien kanker
paru, namun hanya sekitar 5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari
tabuh (clubbing finger) dan hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy (HPOA)
juga termasuk manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati perifer dan
sindroma neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan
dengan kanker paru
2.6
Penegakan Diagnosis
A. Anamnesis
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit
paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis
akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktorfaktor lain yang
sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa (2) :
Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
Batuk darah
Sesak napas
Suara serak
Sakit dada
Sulit / sakit menelan
Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa
nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di
otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak
khas seperti (4) :
12
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil
yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor
paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada
pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai
akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan
memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan
13
data untuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor diluar
paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar,
pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan intrakranial dan
terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang. (7)
C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang
yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis,
serta penentuan stadium penyakit berdasarkan system TNM. Pemeriksaan
radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone
scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan
letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis. (7)
a. Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila
masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung
keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor,
dll. Pada foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi
pleura, efusi perikar dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB
untuk menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja. (5)
b. CT-Scan toraks : Teknik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru
lebih baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran
lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses
keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan
terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif
dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala.
Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk
menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat
dideteksi.
c. Pemeriksaan radiologik lain (7):
14
2.7 Tatalaksana
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multimodaliti terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya
diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga
kondisi non-medis seperti fasiliti yang dimiliki rumah sakit dan ekonomi
penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan. (7)
Pembedahan
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap
Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif.
Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk
KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang
menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang
15
Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama
harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus
lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi
dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi
regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker
dapat dilakukan (7)
Rehabilitasi Medik
Pada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan muskuloskeletal
16
2.9
Prognosis
Secara keseluruhan, 5- years survival rate pasien dengan kanker paru sekitar
14%. Gambaran ini tidak berubah selama 20 tahun. Kurva harapan hidup
bervariasi berdasarkan stadium, dimana pada stadium dini, pasien mempunyai
usia harapan hidup lebih baik apabila dibanding pasien yang mempunyai stadium
lanjut. Yang terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium
penyakit. Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan
pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ,
kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I,
sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang
17
dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis
bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Hal ini tergantung pada status
penderita dan luasnya tumor. Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup
rata-rata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan. Sedangkan ketahanan hidup SCLC
tanpa terapi hanya 3-5 bulan.5
BAB III
LAPORAN KASUS
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.T
18
Jeniskelamin
: Laki-laki
Umur
: 47 tahun
Status
: Menikah
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Alamat
: Montasik
No. CM
: 1-05-74-15
Tanggal masuk
: 02 Juli 2015
Tanggal pemeriksaan
: 10 Juli 2015
: Lemas
Keluhan tambahan
: Nyeri dada
19
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanandarah
: 100/60 mmHg
Frekuensinadi
Frekuensinafas
: 24 kali/menit, regular
Suhu
: 36oC di axilla
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
: sekret (-/-), cavum nasi hiperemis (-), napas cuping hidung (-)
Mulut
Leher
Thoraks anterior
Inspeksi
Statis
Dinamis
20
Palpasi
Perkusi
Auskultasi :vesikuler menurun pada sisi kanan, vesikuler (+) pada sisi kiri,
rhonki(+/-), wheezing (-/-)
Thoraks posterior
Inspeksi
Statis
: simetris
Dinamis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi :vesikuler melemah pada sisi kanan, vesikuler (+) pada sisi kiri,
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas-batas jantung
Atas
Kiri
Kanan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
21
1.1.1. PemeriksaanLaboratorium
Pemeriksaan Laboratorium 02/07/201
5
06/07/2015
07/07/2015
08/07/2015
09/07/2015
Darah Rutin
Hb (gr/dl)
7,1
8,2
8,9
9,6
10
Ht (%)
24
27
29
30
31
19,2
23,5
22,8
22,3
17,4
2,7
3,1
3,3
3,5
3,6
504
699
563
659
312
MCV (fl)
88
88
87
87
MCH (pg)
27
27
28
28
MCHC (%)
30
31
32
32
120
110
115
LED (mm/jam)
Hitung Jenis
Eosinofil (%)
Basofil (%)
79
91
91
88
74
Limfosit (%)
12
17
Monosit (%)
Elektrolit
Natrium (mmol/L)
133
Kalium (mmol/L)
3,4
Klorida (mmol/L)
96
Diabetes
Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
116
Ginjal-Hipertensi
Ureum (mg/dl)
Kreatinin
14
25
0,38
0,30
Kimia Klinik
Bilirubin Total (mg/dl)
1,07
22
0,81
Tabel 3.1PemeriksaanLaboratorium
i.
Foto Thorax PA
Foto thorax PA tanggal :29 Juni 2015
Ekspertisi
Kesan : Tumor paru kanan
ii.
23
24
iv. Bronkoskopi
Hasil bronkoskopi tanggal 07/09/2015
25
1.8. PLANNING
TTNA
CT-Scan Thorax
Bronkoskopi
1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad malam
Quo ad fungsionam
: dubia ad malam
Quo ad sanactionam
: dubia ad malam
Catatan
Instruksi
26
Rawatan
02/07/2015
S/Demam,batukberdahak
Th/
1gr/12jam
O/TD:120/60mmHg
HR:110x/i
Paracetamol 3x1
tab
RR:16x/i
T:38C
Inj. meropenem
Sucralfat
3x1C
PF/
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(+/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas:pucat(/),edema(/)
Ass/FebrisecDD1.Pneumonia
2.TumorParu
Syr
27
03/07/2015
S/Demam,Batuk
Th/
1gr/12jam
O/TD:110/50mmHg
HR:98x/i
Paracetamol 3x1
tab
RR:18x/i
T:367,2C
Inj. meropenem
PF/
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
InadrylSyr3x1Cth
28
04/07/2015
S/Demam,Batuk
Th/
Inj. meropenem
1gr/12jam
O/TD:110/50mmHg
HR:88x/i
Paracetamol 3x1
tab
RR:18x/i
T:35,6C
PF/
cth
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
P/
CTScanThorak
29
05/07/2015
S/Batuk
Th/
RLs/sAminofluid
20gtt/i
O/TD:110/60mmHg
HR:78x/i
Inj. meropenem
1gr/12jam(H2)
RR:20x/i
T:36,5C
Paracetamol 3x1
tab(stop)
PF/
cth
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
Thoraks:
Tramadol2x1tab
CTScan Thorak
P/
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/), edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
Anemiaecpenyakitkronis
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
(susulhasil)
TTNA
Persiapantransfusi
30
06/07/2015
S/Batuk
Th/
RLs/sAminofluid
20gtt/i
O/TD:120/70mmHg
HR:80x/i
Inj. meropenem
1gr/12jam(H2)
RR:20x/i
T:36,9C
PF/
cth
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Tramadol2x1tab
CTScan Thorak
P/
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
Anemiaecpenyakitkronik
(susulhasil)
TTNA/BC
31
07/07/2015
S/Demam,Batuk
Th/
IVFD RL s/s
aminofluid20gtt/i
O/TD:120/90mmHg
HR:84x/i
Inj. meropenem
1gr/12jam(H4)
RR:20x/i
T:36,9C
PF/
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
Coditam2x1
TTNA/BC
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
Anemiaecpenyakitkronis
P/
32
08/07/2015
S/Batuk
Th/
aminofluid20gtt/i
O/TD:110/70mmHg
HR:96x/i
Inj. meropenem
1gr/12jam(H5)
RR:20x/i
T:36,9C
IVFD RL s/s
PF/
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
Anemiaecpenyakitkronik
Coditam2x1
33
09/07/2015
S/Batuk
Th/
aminofluid20gtt/i
O/TD:110/70mmHg
HR:96x/i
Inj. meropenem
1gr/12jam(H6)
RR:20x/i
T:36,9C
IVFD RL s/s
PF/
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
I:asimetris
P:SFkananSFkirinormal
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
Coditam2x1
34
10/07/2015
S/Batuk
Th/
aminofluid20gtt/i
O/TD:110/80mmHg
HR:90x/i
Inj. meropenem
1gr/12jam(H6)
RR:20x/i
T:36,6C
IVFD RL s/s
Paracetamol 3x1
tab
PF/
Cth
Kepala:Normocephali
Mata:Konj.palp.infpucat(/)
Skleraikterik(+/+)
T/H/M:dalambatasnormal
Leher:pemb.KGB()
Thoraks:
Coditam2x1
Drip
I:asimetris
paracetamol/ 8
P:SFkananSFkirinormal
jam
P:Redup/Sonor
A:Ves(+/+),Wh(/),Rh(/)
Cor:BJI>BJII,reg,bising()
Abdomen:I:simetris
P:soepel,H/L/Rtidakteraba,
P:Timpani(+)
A;peristaltik(+)normal
Ektremitas : pucat (/),edema
(/)
Ass/Susp.TumorParu
Pneumonia
35
Anemiaecpenyakitkronis
BAB IV
ANALISA KASUS
Telah diperiksa seorang pasien a.n TN.T berusia 47 tahun di RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 02 Juli 2015 dengan keluhan utama
badan terasa lemas , di diagnosis dengan tumor paru. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan keluhan badan terasa lemas dan batuk yang
sudah dirasakan selama 1 minggu. Pasien juga mengalami demam, penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan. Keluhan sesak dan keringat malam
disangkal oleh pasien. Pasien awalnya berobat ke klinik di indrapuri, setelah
dirawat selama 5 hari pasien melakukan foto rontgen dan dirujuk ke RSUDZA.
Pasien pernah mengalami batuk darah sekali pada 4 bulan yang lalu. Pasien
pernah meminum OAT selama 3 bulan dan berhenti meminum OAT dikarenakan
36
pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan badan
yang terasa lemas.
Berdasarkan anamnesis diatas, keluhan yang dialami pasien sesuai dengan
teori bahwa gejala tumor paru adalah batuk dengan atau tanpa dahak, dan
penurunan nafsu makan,
Dari anamnesis juga diketahui bahwa pasien sering terpapar asap rokok,
seorang perokok aktif. Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus/hari selama
30 tahun. Dalam kaitannya dengan pengaruh karsinogenik, terdapat bukti kuat
bahwa merokok merupakan tersangka utama penyebab perubahan genetik yang
menyebabkan kanker paru. Merokok pasif (berada dekat dengan perokok)
meningkatkan risiko menderita kanker paru hingga mendekati dua kali lipat
dibandingkan dengan bukan perokok.
Bukti klinis terutama berupa pembuktian adanya perubahan progresif di
epitel yang melapisi saluran napas pada perokok kronis. Perubahan sekuensial ini
paling jelas pada karsinoma sel skuamosa, meskipun juga dapat ditemukan pada
subtipe histologik yang lain. Pada hakikatnya, terdapat korelasi linier antara
intensitas pajanan ke asap rokok dan munculnya perubahan epitel yang semakin
mengkhawatirkan yang dimulai dengan hiperplasia sel basal yang relatif tidak
membahayakan dan metaplasia skuamosa dan berkembang menjadi displasia
skuamosa dan karsinoma in situ, sebelum memuncak menjadi karsinoma invasif.
Di antara berbagai subtipe histologik kanker paru, karsinoma sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil memperlihatkan keterkaitan paling kuat dengan pajanan
tembakau.
Disamping itu pasien juga sering melakukan pekerjaan di pinggir jalan, kuat
kaitannya dengan paparan polusi udara yang mempunyai sifat karsinogenik yang
potensial.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada inspeksi asimetris dinding dada
anterior, dimana hemitoraks kanan tampak cembung dibandingkan hemitoraks
kiri. Pada saat dinamis, terlihat adanya pergerakan dinding dada yang tertinggal
pada hemitoraks kanan. Pada dada kiri pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pada palpasi vokal fremitus menurun, perkusi redup dan auskultasi didapatkan
suara vesikular melemah pada hemitoraks kanan.
37
38
Inadryl
sirup
mengandung
difenhidramin
sebagai
antihistamin,
BAB V
KESIMPULAN
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakupkeganasanyangberasaldariparusendirimaupunkeganasandariluar
paru(metastasistumordiparu).Terjadinyakankerditandaidenganpertumbuhan
selyangtidaknormal,tidakterbatas,danmerusakselseljaringanyangnormal..
Penyebab dari kanker paru adalah merokok, polusi udara, paparan terhadap arsen,
asbestos, radon, chloromethyl ethers, chromium, mustard gas, penghalusan nikel,
hidrokarbon polisiklik, beryllium, cadmium, dan vinyl chloride. Insidensi kanker
paru yang lebih tinggi juga ditemukan pada industri-industri gas-batu bara, proses
penghalusan logam. Predisposisi genetik juga memegang peranan dalam etiologi
kanker paru
Pengobatankankerparuadalahcombinedmodalitytherapy(multimodaliti
terapi).Kenyataanyapadasaatpemilihanterapi,seringbukanhanyadiharapkan
padajenishistologis,derajatdantampilanpenderitasajatetapijugakondisinon
39
medis seperti fasiliti yang dimiliki rumah sakit dan ekonomi penderita juga
merupakan faktor yang amat menentukan. Pengobatan atau penatalaksaan
penyakit ini sangat bergantung pada keahlian ahli paru untuk mendapatkan
diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu
penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan
penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Pilihan terapi harus dapat
segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai
jenis pengobatan. Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi,
kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi dan psikososial.
DAFTAR PUSTAKA
40