Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
VIVIAN
130405073
Kelompok IX
Vivian/ 130405073
Kelompok IX (Sembilan)
Vivian/ 130405073
Kelompok IX (Sembilan)
sawit di Indonesia mencapai 7,8 juta hektar. Dalam kurun waktu sekira 15 tahun
terakhir produksi minyak kelapa sawit meningkat hampir lima kali lipat, dari 4,8 juta
ton minyak sawit mentah (CPO) pada 1996 menjadi 19,8 juta ton pada 2010
(Julianti,2014).
Setelah lama menyandang predikat sebagai produsen CPO terbesar di dunia,
Indonesia juga berpeluang menjadi raja biodiesel di dunia dengan potensi bahan baku
yang berlimpah. Berdasarkan peraturan Menteri ESDM no 25 tahun 2013, ditetapkan
campuran 10% biodiesel dalam minyak solar (B-10) dan akan terus ditingkatkan
menjadi 20% (B-20) ditahun 2016, sehingga kebutuhan biodiesel yang diserap oleh
Pertamina semakin meningkat (Amin, 2014).
Spesifikasi Biodiesel
Beberapa spesifikasi biodiesel yang penting untuk di uji adalah :
1. Titik Nyala (Flash Point)
Merupakan temperatur terendah pada tekanan 101,3 kPa suatu bahan dapat
menguap untuk membentuk campuran yang dapat menyulut api di udara.
Flash point merupakan penentu untuk mengklasifikasi bahan mudah terbakar.
Tipikal flash point untuk metil ester murni > 200 oC, diklasifikasikan sebagai
bahan tidak mudah terbakar. Bagaimanapun, selama produksi dan pemurnian
biodiesel, tidak semua metanol dapat dikeluarkan, menyebabkan bahan bakar
tersebut mudah terbakar dan lebih berbahaya untuk dikendalikan dan
disimpan apabila flash point berada dibawah 130oC. Kelebihan metanol
dalam bahan bakar juga mempengaruhi pelindung mesin dan elastomer dan
menyebabkan korosi pada komponen logam. Untuk biodiesel, persyaratan
titik nyala minimal 130oC, diuji dengan metode ASTM D-93.
Vivian/ 130405073
Kelompok IX (Sembilan)
Vivian/ 130405073
Kelompok IX (Sembilan)
3. Viskositas Kinematik ( Syarat : 1,9 6 mm2/s pada 40oC, metode ASTM D445)
Viskositas kinematik merupakan daya tahan fluida untuk mengalir dibawah
gravitasi. Viskositas kinematik sebanding dengan viskositas dinamik per
densitas. Viskositas kinematik merupakan spesifikasi rancangan dasar untuk
injeksi bahan bakar dalam mesin diesel. Viskositas yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan injektor tidak bekerja semestinya.
4. Abu tersulfonasi ( Syarat : maks 0,02 %wt , metode ASTM D -874)
Mengetahui kadar sulfur dalam hidrokarbon cair, dididihkan pada suhu 25
400oC, dengan viskositas sekitar 0,2 dan 20 cSt (mm2/s) pada temperatur
kamar.
5. Cloud point (dilaporkan kepada pelanggan, unit oC, metode ASTM D- 2500)
6. Acid number (maks 0,8 mg KOH /g, metode ASTM D-664)
7. Gliserin bebas dan total gliserin (maks 0,02 %wt dan 0,24%wt, metode
ASTM D-6584)
Gliserin bebas dapat dihasilkan dari pencucian yang tidak sempurna dari
proses pencucian dengan air. Gliserin bebas dapat menjadi sumber deposit
karbon dalam mesin karena pembakaran yang tidak sempurna.
Gliserin total adalah jumlah dari gliserin bebas dan gliserin terikat. Gliresin
terikat adalah bagian gliserin dari molekul mono-, di-, dan tri-.
8. Cetane number (min 47, metode ASTM D-613)
Angka cetana adalah ukuran kemampuan pengapian dari bahan bakar diesel
yang dihasilkan dengan membandingkan ke bahan bakar reference dalam uji
standarisasi mesin. Cetana untuk mesin diesel analogi dengan oktan dalam
percikan api mesin mengukur bagaimana mudahnya bahan bakar akan
memicu pengapian dalam mesin.
(Gerpen dkk., 2004)