You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS PES

A.

Latar Belakang
Dahulu ada sebuah penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

dijulukan The Black Death. Penyakit ini menyebabkan wabah yang besar di kalangan
masyarakat. Wabah plague diyakini telah bermula di Mesir dan Etiopia pada tahun 540 bergerak
ke Sungai Nil dan menumpang kapal-kapal menuju ke Konstantinopel sepanjang rute
perdagangan. Wabah ini diperkirakan telah membunuh 300.000 orang di Konstantinopel dalam
waktu setahun pada tahun 544.
Kemudian pada tahun 1347 penyakit ini kembali melanda populasi Eropa (Konstantinopel
Turki, kepulauan Italia, Prancis, Yunani, Spanyol, Yugoslavia, Albania, Austria, Jerman, Inggris,
Irlandia, Norwegia, Swedia, Polandia, Bosnia-Herzegovina dan Kroasia) selama kira-kira 300
tahun, dari tahun 1348 sampai akhir abad ke-17. Selama kurun waktu itu, wabah ini membunuh 75
juta orang, kira-kira 1/3 populasi pada waktu itu. Seluruh komunitas tersapu bersih, di tahun 1386
di kota Smolensk, Rusia, hanya lima orang yang tidak terserang penyakit ini dan di London,
peluang bertahan hidup hanya satu dalam sepuluh.
Wabah plague disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis. Bakteri ini dibawa oleh
kutu, sedangkan kutu hidup pada tikus. Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus
atau

manusia. Plaguemerupakan

penyakit

yang

disebabkan

oleh enterobakteria Yersinia

pestis(dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit plague dibawa oleh hewan
pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah
menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah pes masih dapat ditemui di beberapa belahan dunia
hingga kini. Tetapi bakteri wabah pes belum terbasmi tuntas. Di Bolivia dan Brazil, misalnya,

terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes per sejuta penduduk. Wabah pes dikenal dengan black
death karena menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik.
Ketiganya menyerang system limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit
kepala, muntah dan nyeri pada persendian.
Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik
menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian
datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi
pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes
dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan antibiotika.Penyakit pes
pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun
1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada
tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-1960
tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang.
Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam UU nomor 4
tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata
cara penyampaian laporannya dan tata cara seperlunya tentang pedoman penyelidikan
epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International Classification of
Disease ( ICD ).Di Indonesia telah diupayakan penanggulangan penyakit per melalui beberapa
kegiatan yang mendukung, seperti surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan
pengiriman spesies, pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan metal life
trap.Oleh karen itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam kajian mengenai judul

makalah ini Pes (Plague) dan Penanggulangannya. Dalam makalah ini penulis mencoba
mengkaji etologi penyakit pes, patogenesis, gejala yg ditimbulkan, serta cara pengobatannya.

1.

Bagaiamana patogenesis penyakit pes ?

2.

Bagaimana gejala penyakit pes ?

3.

Bagaimana pengobatan penyakit pes ?

4.

Bagaimana pragnosis penyakit pes ?

C.

Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:1.


pes2.
tubuh3.

Untuk mengetahui patogenesis penyakit

Untuk mengetahui gejal-gejala yang ditimbulkan agent penyakit pes terhadap


Untuk mengetahui cara penanggulangandan pragnosisnnyaBAB II

PEMBAHASAN
A.

Etiologi Penyakit Pes (Plague)

Pes (plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh enterobakteriaYersinia pestis (dinamai

dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit pes dibawa oleh hewan pengerat
(terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban
jiwa yang besar.Selama abad ke-14, pedagang dari kota-kota pelabuhan Laut Tengah dan Laut
Hitam mengadakan perjalanan ke Cina, dan sepulangnya, membawa kembali sutera serta kulit
binatang yang berharga. Ketika kembali dari perjalanan seperti ini pada tahun 1343, sekelompok
pedagang dari Genoa menurut laporang lari ketakutan karena adanya pasukan orang Tartar, dan
berlindung di balik tembok kota perdagangan Caffa di Semenanjung Krim. Orang Tartar segera
mengepung kota tersebut. Selama tiga tahun tak ada pihak yang mendapatkan kemajuan, sampai
pada suatu hari orang Tartar berhenti melemparkan batu ke dalam kota Caffa dan mulai
melemparkan mayat-mayat tentara mereka sendiri yang meninggal karena pes.

Sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap
kesehatan manusia beradab. Penyakit pes lebih daripada pes-pes di kemudian hari seperti
misalnya kolera, cacar, demam kuning dan influenza-tetap merupakan contoh utama mengenai
siatu penyakit infeksi yang datang dari luar negeri dan menyerang orang Filistin melalui
pelabuhan laut mereka. Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad ke6, berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat.

Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y.
pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Yesinia pestis penyebab pes
berbentuk batang pendek, gemuk dengan ujung membulat dengan badan mencembung, berukuran
1,5 5,7 dan bersifat Gram positif. Kuman ini serirtutung menunjukkan pleomorfisme. Pada
pewarnaan tampak bipolar, mirip peniti tertutup. Kuman tidak bergerak, tidak membentuk dari

spora dan diselubu Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di
Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit
ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak
dengan tubuh binatang yang terinfeksi.
Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada
kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh
udara. Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Tetapi bakteri
wabah pes belum terbasmi tuntas. Di Bolivia dan Brazil, misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan
kasus pes per sejuta penduduk. Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga
jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system limfe
tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada
persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik
menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian
datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi
pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes
dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan antibiotika.

Ada 3 jenis penyakit plague yaitu:

1.

Bubonic plague : Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat

dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut
Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam,
pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan

thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang lain.

2.

Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock,

pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah,
tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat benjolan
pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague dapat juga
disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar.

3.

Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas

pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya
dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi
sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan
benar.B.

Patogenesis Pes (Plague)

Pes adalah infeksi dari sistem limfatik , biasanya dihasilkan dari gigitan kutu yang
terinfeksi, Xenopsylla cheopis (kutu tikus). Para kutu sering ditemukan pada hewan pengerat
seperti tikus dan tikus, dan mencari mangsa binatang pengerat lainnya ketika tuan mereka mati.
Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah
darah tertelan, yang sekarang terinfeksi, ke situs gigitan hewan pengerat atau host manusia.
Setelah

didirikan,

bakteri

cepat

menyebar

kekelenjar

getah

bening dan

berkembang

biak. Y. pestis basil bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit dan
membunuh mereka. Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening dapat perdarahan dan
menjadi

bengkak

dan nekrotik .

Pes

dapat

berkembang

menjadi

mematikanwabah

septicemia dalam beberapa kasus. Wabah ini juga diketahui menyebar ke paru-paru dan menjadi
penyakit yang dikenal sebagai wabah pneumonia . Bentuk penyakit ini sangat menular karena
bakteri dapat ditularkan dalam tetesan dikeluarkan saat batuk atau bersin, serta kontak fisik
dengan korban wabah tikus atau kutu-bantalan yang membawa wabah.

Vektor pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis,
Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes
adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci).
Kucing di Amerika juga pada bajing. Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau
terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat
ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang
mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain
atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.

Pada no.1 s/d 5, penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo. Pes bubo
dapat berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunder pes).

Selain pes, pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia, seperti murine typhus yang
dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu perantara
untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi
manusia.

Bila pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi dengan Y. pestis, organisme yang

termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal itu dan, dibantu oleh koagulase menyumbat
proventrikulusnya sehingga tidak ada makanan yang dapat lewat. Karena itu, pinjal lapar dan
ususnya tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang dihisapnya
terkontaminasi Y. pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka gigitan. Organisme yang
diinokulasi dapat difagositosis, tetapi bakteri ini dapat berkembang biak secara intra sel atau ekstra
sel. Y. pestis dengan cepat mencapai saluran getah bening, dan terjadi radang haemorrogic yang
hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening yang membesar, yang dapat mengalami nekrosis.
Meskipun infasinya dapat berhenti di situY. pestis sering mencapai ke aliran darah dan tersebar
luas.Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan kesayangan baik
anjing maupun kucing.
Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak
menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam
jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor
pembawa penyakit tertentu.
Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan
kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah
dan berkembang biak pada anjing.
Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya tikus) dan
hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau dengan
kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain
dapat juga menularkan infeksi. Untuk pengendalian pes dibutuhkan penelitian pada hewan yang
terinfeksi, vektor,dan kontak manusia dan pembantaian hewan yang terinfeksi pes. Semua pasien

yang dicurigai menderita pes harus diisolasi terutama kalau kemungkinan keterlibatan paru-paru
belum disingkirkan. Kontak pasien yang dicurigai menderita pneumonia pes harus diberi
tetrasiklin 05 gram per hari selama 5 hari, sebagai kemoprofilaksis. Selain itu, kondisi
lingkungan juga berperan dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Oleh karena itu, untuk
meminimalisasi kasus pes, perlu usaha masyarakat dalam menjaga sanitasi dan higienitas
lingkungannya.C.

Gejala Pes (Plague)

Gejala yang paling terkenal dari penyakit pes adalah menyakitkan, kelenjar getah bening,
yang disebut buboes. Ini biasanya ditemukan di pangkal paha, ketiak atau leher. Karena gigitan
berbasis bentuk infeksi, wabah pes sering merupakan langkah pertama dari serangkaian penyakit
progresif. Gejala penyakit pes muncul tiba-tiba, biasanya 2-5 hari setelah terpapar bakteri. Gejala
meliputi:

1.

Panas dingin

2.

Umum sakit perasaan ( malaise )

3.

Demam tinggi (39 Celcius, 102 Fahrenheit)

4.

Kram Otot

5.

Kejang

6.

Mulus, bening pembengkakan kelenjar menyakitkan disebut bubo, umumnya ditemukan di

selangkangan, tapi mungkin terjadi di ketiak atau leher, paling sering di lokasi infeksi awal
(gigitan atau awal)

7.

Nyeri dapat terjadi di daerah tersebut sebelum muncul bengkak

8.

Warna kulit berubah menjadi warna merah muda dalam beberapa kasus yang ekstrim

9.

Pendarahan dari koklea akan dimulai setelah 12 jam dari infeksi.

Gejala lain termasuk napas berat, muntah darah terus menerus, buang air kecil darah, anggota
badan sakit, batuk, dan nyeri eksterm. Rasa sakit ini biasanya disebabkan oleh pembusukan atau
decomposure kulit sementara orang itu masih hidup. Gejala tambahan termasuk kelelahan ekstrim,
masalah gastrointestinal, lenticulae (titik-titik hitam yang tersebar di seluruh tubuh), delirium
dan koma .

Dua jenis Y. pestis plague pneumonia dan septicemia. Namun, wabah pneumonia , tidak seperti,
pes atau septicemia menyebabkan batuk dan sangat menular, yang memungkinkan untuk itu
menyebar orang-ke-orang.

Wabah septicemia terjadi ketika wabah bakteri kalikan dalam aliran darah Anda. Tanda dan gejala
termasuk:

1.

Demam dan menggigil

10

2.

Nyeri perut, diare dan muntah

3.

Perdarahan dari, hidung mulut atau rektum, atau di bawah kulit Anda

4.

Syok

5.

Menghitam dan kematian jaringan (gangren) di kaki Anda, paling sering jari, jari kaki dan

hidung

Wabah pneumonia mempengaruhi paru-paru. Ini adalah paling umum dari berbagai wabah tetapi
yang paling berbahaya, karena dapat menyebar dari orang ke orang melalui droplet batuk. Tanda
dan gejala dapat dimulai dalam beberapa jam setelah infeksi, dan mungkin mencakup:

1.

Batuk,

muntah5.

dahak

berdarah2.

Kesulitan

bernapas3.

Demam

tinggi4.

Mual

dan

KelemahanWabah pneumonia berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan

kegagalan pernafasan dan shock dalam waktu dua hari infeksi. Jika pengobatan antibiotik tidak
dimulai dalam waktu satu hari setelah tanda-tanda dan gejala pertama muncul, infeksi mungkin
menjadi fatal.D.

Pengobatan Pes (Plague)

Abad Pertengahan dokter berpikir wabah diciptakan oleh udara rusak oleh cuaca lembab, tubuh
membusuk terkubur, dan asap yang dihasilkan oleh sanitasi yang buruk. Pengobatan yang
disarankan adalah wabah diet yang baik, istirahat, dan pindah ke lingkungan non-terinfeksi
sehingga individu bisa mendapatkan akses untuk membersihkan udara. Ini memang membantu,
tapi tidak untuk alasan para dokter waktu pemikiran. Pada kenyataannya, karena mereka

11

merekomendasikan bergerak menjauh dari kondisi tidak sehat, orang-orang, pada dasarnya,
semakin menjauh dari tikus yang memendam kutu membawa infeksi.

Pengujian laboratorium yang diperlukan, dalam rangka untuk mendiagnosa dan mengkonfirmasi
wabah. Idealnya, konfirmasi melalui identifikasi Y. pestis budaya dari sampel pasien. Konfirmasi
infeksi dapat dilakukan dengan memeriksa serum diambil selama tahap awal dan akhir
dari infeksi . Untuk cepat layar untuk Y. pestis antigen pada pasien, cepatdipstik tes telah
dikembangkan untuk penggunaan lapangan.

Beberapa

kelas antibiotik yang

efektif

dalam

mengobati

penyakit

pes.

An

dist(terutama doksisiklin ), dan fluorokuinolon ciprofloxacin . Kematian terkait dengan kasus


dirawat wabah pes adalah sekitar 1-15%, dibandingkan dengan angka kematian 50-90% dalam
kasus-kasus yang tidak diobati.

Orang yang berpotensi terinfeksi dengan wabah memerlukan perawatan segera dan harus diberi
antibiotik dalam waktu 24 jam dari gejala pertama untuk mencegah kematian. Pengobatan lain
meliputi oksigen, cairan intravena, dan dukungan pernapasan. Orang-orang yang pernah kontak
dengan siapa pun terinfeksi oleh wabah pneumonia diberikan antibiotik.

Pencegahan primermemerlukan penghindaran pemajanan terhadap binatang yang terinfeksi dan


pijalnya. Di daerah endemik masyarakat harus diajar untuk tidak memegang liang, untuk menahan
memegang rodensi yang sakit atau mati, memberi anti kutu binatang rumah tangga, dan
mengurang tempat tinggal tikus domestik. Prevalensi dan distribusi pes dapat ditentukan dari

12

populasi rodensi liar dengan pengamatan penyakit atau dengan menggunakan rantai reaksi
polimerase untuk mendeteksi Y.pestis dalam pinjal. Penderita pes harus dikarantina dan diobati
dan ditangani pada isolasi pernafasan yang ketat bila mereka bergejala paru-paru.

E.

Pragnosis Pes (Plague)

Pes bubo akut menjelek menjelek menjadi deliriu, syok, dan meninggal dalam 3-5 hari jika tidak
diobati. Angka mortalitas untuk keseluruhan pes bubo yang tidak diobati adalah 60-90%.
Penjelekan pes pneomonia cepat dan hampir selalu mematikan 24-28 jam jika tidak diobati. Jika
pes bubo diobati lebih awal, maka angka mortalitas akan berkurang 10%. Prognosiss pada pes
pneumonia tetap jelek jika pengobatan spesifik tidak diberikan dalam 18 hari dimulainya.BAB III

13

PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan

rumusan

masalah

makalah

yang

berjudul

Pes

(Plague)

dan

Penanggulangannya maka penulis merumuskan beberapa kesimpulan yang berkaitan makalah


ini sebagai berikut:1.

Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah

(misalnya tikus) dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan
pinjal atau dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis),
tetapi pinjal lain dapat juga menularkan infeksi.
Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah
darah tertelan, yang sekarang terinfeksi, ke situs gigitan hewan pengerat atau host manusia.
Setelah

didirikan, bakteri cepat menyebar ke kelenjar getah

bening dan

berkembang

biak. Y. pestis basil bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit dan
membunuh mereka. Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening dapat perdarahan dan
menjadi

bengkak

dan nekrotik .

septicemiadalam beberapa kasus.2.

Pes

dapat

Demam

tinggi

menjadi

mematikan wabah

Gejala penyakit pes muncul tiba-tiba, biasanya 2-5 hari

setelah terpapar bakteri. Gejala meliputi:a.


( malaise )c.

berkembang

(39

Panas dinginb.
Celcius,

14

102

Umum sakit perasaan

Fahrenheit)d.

Kram

Otote.

Kejangf.

Mulus, bening pembengkakan kelenjar menyakitkan disebut bubo,

umumnya ditemukan di selangkangan, tapi mungkin terjadi di ketiak atau leher, paling sering di
lokasi infeksi awal (gigitan atau awal)g.
Nyeri dapat terjadi di daerah tersebut sebelum muncul bengkakh.
menjadi

warna

merah

muda

dalam

beberapa

dari koklea akan dimulai setelah 12 jam dari infeksi3.

kasus

yang

Warna kulit berubah

ekstrimi.

Pendarahan

Beberapa kelas antibiotik yang efektif

dalam mengobati penyakit pes. An dist(terutama doksisiklin ), dan fluorokuinolon ciprofloxacin .


Kematian terkait dengan kasus dirawat wabah pes adalah sekitar 1-15%, dibandingkan dengan
angka kematian 50-90% dalam kasus-kasus yang tidak diobati. Orang yang berpotensi terinfeksi
dengan wabah memerlukan perawatan segera dan harus diberi antibiotik dalam waktu 24 jam dari
gejala pertama untuk mencegah kematian.
Pengobatan lain meliputi oksigen, cairan intravena, dan dukungan pernapasan. Orang-orang
yang pernah kontak dengan siapa pun terinfeksi oleh wabah pneumonia diberikan
antibiotik.4.

Pes bubo akut menjelek menjelek menjadi deliriu, syok, dan meninggal dalam 3-5

hari jika tidak diobati. Angka mortalitas untuk keseluruhan pes bubo yang tidak diobati adalah 6090%. Penjelekan pes pneomonia cepat dan hampir selalu mematikan 24-28 jam jika tidak diobati.
Jika pes bubo diobati lebih awal, maka angka mortalitas akan berkurang 10%. Prognosiss pada pes
pneumonia tetap jelek jika pengobatan spesifik tidak diberikan dalam 18 hari dimulainya.
B.

Saran
Adapun beberapa saran yang sdirumuskan penuis berkaitan dengan judul makalah ini,

yaitu:1.
ini.2.

Diharapkan pembaa mampu mengidentifikasi penyakit pes setelah membaca makalah


Diharapkan

pembaca3.

makalah

ini

dapat

membantu

dan

bermanfaat

kepada

Diharapkan literatur tentang pes lebih diperbanyak afar sumber bacaan lebih banyak

15

dan semakin menambah wawasan pembaca4.

Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan

pustaka untuk keperluan yang semestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Arantina. 2008. Pes yang Mematikan Black


Death. http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/15/pes-yang-mematikan-black-death/. Diakses
pada tanggal 18 November 2011.Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta:
Penerbit Kedokteran EGC.
Hamsafir, Evan.2010. Diagnosis dan Panatalaksaan pada Penyakit
Pes.http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakitpes.html. Diakses pada tanggal 19 November 2011.
Mitcell, dkk. 2008. Buku Saku Patologis Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Natadisastra, Djaenuddin.2009. parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soedarto. 2007. Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga Uniersity Press.
Solocats. 2008. Plague/Penyakit Pes. http://solocats.blogspot.com/2008/12/plaguepenyakitpes.html. Diakses pada tanggal 17 November 2011.
Tamboyong, Jun. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
WHO. 2002. Plague. http://www.who.int/topics/plague/en/. Diakses pada tanggal 17 November
2011.
WHO. 2005. Plague. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs267/en/. Diakses pada tanggal
17 November 2011.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.mayoclinic.com/health/plague/DS00493/DSECTION%3Dsymptoms.
Diakses pada tanggal 19 November 2011.

16

You might also like