Professional Documents
Culture Documents
BUKU I
PEDOMAN TEKNIS
ASISTENSI PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN
(NERACA)
BLUD
DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA
2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena dengan
Penyusunan Laporan Keuangan bagi BLUD ini dapat disusun. Buku ini
merupakan bagian dari buku seri Pedoman Teknis Asistensi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) yang disusun oleh Satuan Tugas BLUD Deputi Bidang
Akuntan Negara BPKP.
Pedoman teknis asistensi ini ditujukan kepada para pejabat struktural dan
fungsional yang diberi tugas untuk membantu Rumah Sakit Daerah (RSD).
Namun demikian, pedoman ini dapat juga dijadikan acuan untuk melakukan
asistensi pada SKPD yang menyediakan produk selain jasa pelayanan
kesehatan.
Pedoman Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan bagi BLUD ini
terdiri dari 3 (tiga) buku,
Buku I
Buku II
Buku III
Ardan Adiperdana
NIP 060054989
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI . 1
BAB
PENDAHULUAN .. 3
LATAR BELAKANG............................................................. 3
TUJUAN............................................................................... 4
RUANG LINGKUP
BAB
II
LANGKAH KERJA.............................................................. 6
LANGKAH KERJA UMUM................................................... 6
LANGKAH KERJA PENYUSUNAN AKUN NERACA ......... 15
BAB
................................................. 21
PENUTUP
LAMPIRAN
Lampiran l : Contoh Neraca
Lampiran ll :Formulir inventarisasi
Lampiran III:Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun Laporan
Keuangan sebelum berlakunya Permendagri No.13/2006
Lampiran IV:Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun
Laporan Keuangan secara utuh sesuai Permendagri
No.13/2006 namun masih dilakukan secara manual
Permendagri No.13/2006
Lampiran V: Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah
menyusun Laporan Keuangan secara utuh sesuai
Permendagri No.13/2006 dan telah menggunakan aplikasi
komputer (misal:SIMDA)
2
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi BPKP sebagai Auditor intern pemerintah
yang praktis dan terpercaya dalam mentransformasikan manajemen
3
C.
Ruang Lingkup
Sebagai salah satu syarat administratif bagi disetujuinya suatu RSD
menjadi BLUD yaitu harus dapat menyajikan Laporan Keuangan yang terdiri
dari :
Laporan Realisasi Anggaran
Neraca
Catatan atas Laporan Keuangan
Oleh karena itu, untuk keperluan penyusunan laporan keuangan pertama
kali, RSD/SKPD perlu melakukan inventarisasi terhadap aset dan
kewajibannya.
Sesuai pasal 332 Permendagri 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, penyusunan laporan keuangan SKPD
dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2006. Dengan
demikian sangat dimungkinkan SKPD/RSD sampai saat ini belum
menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu petunjuk teknis ini
diperuntukan bagi SKPD yang belum menyusun laporan keuangan.
Pada saat ini terdapat 4 (empat) asumsi yang menunjukkan posisi suatu
Pemda dalam penerapan Permendagri 13/2006 yang berpengaruh pada
penerapan SAP suatu SKPD yaitu :
4
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
penjelasan
kepada
tim
counterpart
yang
akan
*) Langkah tersebut di atas dilakukan bila Pemda/SKPD telah memiliki Laporan Keuangan
6
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB II
LANGKAH KERJA
9
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Penilaian Tanah
TDK
Pembelian
< 1 th yl?
Ada
Nilai Pasar?
YA
TDK
YA
Hagan Perolehan
Nilai rata-rata
harga jual beli
NJOP
Terakhir *
*) Jika
terdapat
alasan untuk
tidak memakai
NJOP maka
dapat
digunakan
nilai appraisal
dari
perusahaan
jasa penilai
resmi atau tim
penilai yang
kompeten
Pembelian
< 1 th yl?
TDK
Ada
Nilai Pasar?
YA
Harga Perolehan
TDK
YA
Harga pasar
peralatan sejenis
Nilai Apraisal*
*) Jika hal
tersebut terlalu
mahal biayanya
dan memakan
waktu lama
karena tingkat
kerumitan
perhitungan
yang tinggi
maka dapat
dipakai standar
harga yang
dikeluarkan oleh
instansi
pemerintah yang
berwenang
dengan
memakai
perhitungan
teknis
10
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Bangunan
Penilaian Gedung
Dan Bangunan
Pembelian
< 1 th yl?
TDK
YA
Harga Perolehan
NJOP
Terakhir *
*) Jika
terdapat
alasan untuk
tidak memakai
NJOP maka
dapat
digunakan
nilai appraisal
dari
perusahaan
jasa penilai
resmi atau tim
penilai yang
kompeten
belum
dilakukan
penilaian
oleh
perusahaan
penilai
12
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
tersebut.
Perusahaan
penilai
tidak
kompeten
dalam
satu
yang
dapat
disediakan
oleh
perusahaan
penilai
9. Menyusun Neraca.
Setelah seluruh proses penilaian dilakukan maka akhir dari tahap ini
adalah menyajikan akun-akun aset, kewajiban dan ekuitas berikut
jumlahnya dalam format neraca yang terdapat pada Lampiran I.
Proses
penyajian
harus
didukung
dengan
seluruh
dokumen
14
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
16
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
17
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
11). Rekap barang-barang yang tidak ada di daftar aset tetap hasil
inventarisasi tetapi ada di rincian neraca pemda. Rekap ini
diusulkan sebagai penghapusan aset tetap, dan dipindahkan ke
aset lain-lain. Apabila sudah ada persetujuan penghapusannya dari
pejabat yang berwenang, dicatat sebagai pengurang aset tetap di
pemda.
12). Buatlah rekap aset tetap beserta rinciannya setelah dilakukan
pencocokkan dengan rincian aset tetap neraca pemda.
13). Dapatkan hasil revaluasi yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa
penilai resmi atau tim penilai yang kompeten dengan menggunakan
standar
biaya
atau
perhitungan
teknis
(yang
antara
lain
dilakukan
revaluasi
dan
tentukan
kapan
waktu
pelaksanaannya.
Perda
yang
mengatur
dana
cadangan
beserta
peruntukannya.
3). Buatlah rincian saldo dana cadangan sesuai pos neraca dan
bandingkan dengan data neraca pemda.
18
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
19
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
20
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB II
KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. PENGERTIAN NERACA
Neraca
adalah
salah
satu
komponen
laporan
keuangan
yang
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi RSD.
Kewajiban mencakup utang yang berasal dari pinjaman, utang biaya, dan
utang lainnya yang masih harus dibayar. Contoh kewajiban antara lain utang
perhitungan fihak ketiga.
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih RSD yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban RSD.
21
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Ekuitas disebut juga Ekuitas Dana yang berbeda dengan ekuitas sektor
komersial. Ekuitas di sektor komersial mencerminkan sumber dari sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan Ekuitas Dana RSD
merupakan
selisih
aset
dengan
kewajiban,
sehingga
persamaan
akuntansinya menjadi:
C. STRUKTUR NERACA
Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan Ekuitas Dana. Aset diklasifikasikan
menjadi lancar dan nonlancar. Aset lancar terdiri dari kas atau aset lainnya
yang dapat diuangkan atau dapat dipakai habis dalam waktu 12 bulan
mendatang. Aset nonlancar terdiri dari investasi jangka panjang, aset tetap,
dan aset lainnya.
22
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
KEWAJIBAN
Aset Lancar
XXX
XXX
Aset Tetap
XXX
XXX
Dana Cadangan
XXX
Aset Lainnya
Jumlah Kewajiban
XXX
XXX
XXX
Jumlah Aset
XXX
Jumlah
Kewajiban
XXX
dan XXX
Ekuitas Dana
D. PENYUSUNAN NERACA
Neraca menunjukkan jumlah-jumlah aset, kewajiban, dan aset bersih pada
tanggal tertentu. Sistem pencatatan yang digunakan selama ini tidak
memungkinkan suatu entitas menghasilkan neraca, oleh karena itu perlu
23
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
yang
perlu
diungkapkan
dalam
neraca.
Kebijakan
E. ASET LANCAR
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
berupa kas
1. KAS
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan operasional RSD. Setiap entitas RSD
24
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
wajib menyajikan saldo kasnya pada saat menyusun neraca. Uang tunai
terdiri atas uang kertas dan logam. Kas juga meliputi seluruh Uang Yang
Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD)/Uang Persediaan (UP) yang belum
dipertanggungjawabkan hingga tanggal neraca . Saldo simpanan di bank
yang dapat dikategorikan sebagai kas adalah saldo simpanan atau rekening
di bank yang setiap saat dapat ditarik atau digunakan untuk melakukan
pembayaran.
investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan menjadi kas
yang mempunyai masa jatuh tempo yang pendek, yaitu 3 (tiga) bulan atau
kurang dari tanggal perolehannya.
Kas RSD mencakup kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung
jawab bendahara dan kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung
jawab selain bendahara (pemegang kas/kasir).
Kas RSD yang dikuasai dan di bawah tanggung jawab bendahara terdiri dari:
1. Saldo rekening kas RSD, yaitu saldo rekening-rekening pada bank yang
ditentukan oleh gubernur, bupati/walikota untuk menampung penerimaan
dan pengeluaran;
2. Setara
kas,
antara
lain
berupa
Surat
Perbendaharaan
Negara
Kas dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya.
Apabila terdapat kas dalam valuta asing, dikonversi menjadi rupiah
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
25
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Kas RSD yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab bendahara terdiri dari:
1. Kas di Bendahara Pengeluaran
2. Kas di Bendahara Penerimaan
Pengeluaran
yang
disajikan
dalam
neraca
RSD
harus
XXXX
Uraian
Debet
Kas di Bendahara
Pengeluaran/
Pemegang Kas
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran/SiLPA
Kredit
XXX
XXX
Ket: Akun SiLPA merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
benar-benar ada pada tanggal neraca. Apabila terdapat kas dalam valuta
asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral
pada tanggal neraca.
Uraian
Kas di Bendahara Penerima
Pendapatan
Ditangguhkan
Debet
Kredit
XXX
XXX
Ket: Akun Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
Investasi RSD dalam investasi yang segera dapat dicairkan disebut dengan
investasi jangka pendek. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain
deposito berjangka 3 (tiga) sampai dengan 12 (dua belas) bulan dan surat
berharga yang mudah diperjualbelikan. Investasi jangka pendek diakui
27
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Jurnal untuk mencatat saldo awal Investasi Jangka Pendek adalah sebagai
berikut:
Kode Akun
Uraian
Debet
XXXX
Kredit
XXX
SiLPA
XXXX
XXX
Ket: Akun SiLPA merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
3. PIUTANG
Piutang adalah hak atau klaim RSD, termasuk piutang pasien, piutang klaim
askes,
piutang
pajak/retribusi,
piutang
lain-lain
atas
kegiatan
yang
dilaksanakan oleh RSD termasuk Bagian Lancar TP dan TGR. Piutang dinilai
sebesar nilai tunai bersih yang diperkirakan dapat direalisasikan. Khusus
untuk piutang pasien/retribusi, agar terhadap piutang ini yang memiliki
kemungkinan tak tertagih hendaknya dibuatkan penyisihan dalam jumlah
yang layak. Untuk menentukan besarnya penyisihan pada tiap akhir tahun
pengelompokan piutang menurut umurnya (aging schedule) harus dibuat
terlebih dahulu sebagai dasar perhitungannya.
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan
kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara/daerah, wajib
mengganti kerugian tersebut. Sejumlah kewajiban untuk mengganti kerugian
tersebut dikenal dengan istilah Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan
28
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
satu
tahun
diakui
sebagai
Bagian
Lancar
Tuntutan
Uraian
Bagian
Lancar
Debet
Tuntutan
Kredit
XXX
Perbendaharaan / Tuntutan
Ganti Rugi
XXXX
Cadangan Piutang
XXX
Ket: Akun Cadangan Piutang merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
Piutang Pajak/Retribusi
29
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
berikutnya.
Dalam
penyusunan
neraca,
SKP/SKR
yang
Uraian
Piutang Pajak/Retribusi
Debet
XXX
Cadangan Piutang
XXXX
Kredit
XXX
Ket: Akun Cadangan Piutang merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
Piutang Lainnya
Jurnal untuk mencatat saldo awal Piutang Lainnya adalah sebagai berikut:
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Piutang Lainnya
Debet
Kredit
XXX
Cadangan Piutang
XXX
Ket: Akun Cadangan Piutang merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
30
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
4. PERSEDIAAN
dan
biaya
lainnya
Uraian
Persediaan
XXXX
Debet
Kredit
XXX
Cadangan Persediaan
XXXX
XXX
Ket: Akun Cadangan Persediaan merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
Contoh 1:
Pada tanggal 31 Desember 2007 RSD XYZ melakukan inventarisasi fisik
atas persediaan ATK yang dimiliki berupa kertas sebanyak 100 rim. Kertas
tersebut terdiri dari :
70 rim dari pembelian tanggal 1 Juni 2007 dengan harga @
Rp25.000,00
30 rim dari pembelian tanggal 1 Desember 2007 dengan harga @
Rp30.000,00
31
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
3.000.000
Cadangan Persediaan
3.000.000
Contoh 2:
Pada tanggal 31 Desember 2007 RSD membeli buku cetak 3.000 eksemplar
seharga @ Rp. 1.500,00 dengan tujuan untuk diserahkan kepada
masyarakat dan 2.000 eksemplar untuk tujuan koleksi perpustakaan.
Penyajian perolehan buku dimaksud dalam neraca adalah buku cetak 3.000
eksemplar disajikan sebagai Persediaan, sedangkan buku cetak 2.000
eksemplar disajikan sebagai Aset Tetap Lainnya.
Jurnal untuk mencatat persediaan tersebut adalah :
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
4.500.000
Cadangan Persediaan
4.500.000
Uraian
Aset Tetap Lainnya
Diinvestasikan Dalam
Aset Tetap Lainnya
Debet
Kredit
3.000.000
3.000.000
32
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
F. ASET TETAP
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan operasional RSD.
TANAH
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau
diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional RSD
dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk tanah yang
digunakan untuk bangunan, jalan, jaringan, instalasi dan bukan merupakan
subyek depresiasi.
Uraian
Tanah
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
Debet
Kredit
XXX
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
33
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat angkutan; alat bengkel dan
alat ukur; alat kantor dan rumah tangga; komunikasi, dan pemancar; alat
kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; komputer; alat pengolahan,
dan pemurnian; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan
proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan
dalam kondisi siap digunakan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Peralatan dan Mesin adalah sebagai
berikut:
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Debet
Kredit
XXX
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli
atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional
RSD dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan bangunan di neraca
meliputi antara lain bangunan gedung; laboratorium; bangunan bangsal; dan
gudang.
dapat digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau
membentuk tim penilai yang kompeten.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian yang
digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan gedung dan
bangunan yang tercantum dalam neraca , serta jumlah komitmen untuk
akuisisi gedung dan bangunan apabila ada.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Gedung dan Bangunan adalah sebagai
berikut:
Kode Akun
XXXX
Uraian
Debet
Kredit
XXX
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
XXXX
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
Akun ini mencakup jalan, jaringan dan instalasi yang dibangun oleh RSD
serta dikuasai oleh RSD dan dalam kondisi siap digunakan. Jalan dan
jaringan di neraca antara lain meliputi jalan; bangunan air; instalasi; dan
jaringan.
Akun
ini
tidak
mencakup
tanah
yang
diperoleh
untuk
Untuk keperluan penyusunan neraca , nilai wajar jalan, jaringan dan instalasi
ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang
kompeten dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan teknis
(yang antara lain memperhitungkan fungsi dan kondisi aset) dari instansi
pemerintah yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang dari
tanggal neraca.
35
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Jurnal untuk mencatat saldo Jalan, Jaringan dan Instalasi adalah sebagai
berikut:
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Debet
Kredit
XXX
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional RSD dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap
lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang
bercorak seni/budaya/olah raga.
36
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Jurnal untuk mencatat saldo awal Aset Tetap Lainnya adalah sebagai
berikut:
Kode Akun
XXXX
Uraian
Debet
Kredit
XXX
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
XXXX
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
Konstruksi
dalam
pengerjaan
dicatat
senilai
seluruh
biaya
yang
diakumulasikan sampai dengan tanggal neraca dari semua jenis aset tetap
dalam pengerjaan yang belum selesai dibangun. Untuk keperluan neraca ,
dokumen sumber untuk mencatat nilai konstruksi dalam pengerjaan ini
adalah akumulasi seluruh nilai Surat Perintah Membayar (SPM) yang telah
dikeluarkan untuk aset tetap yang bersangkutan sampai dengan tanggal
neraca.
Konstruksi dalam pengerjaan ini apabila telah selesai dibangun dan sudah
diserahterimakan akan direklasifikasi menjadi aset tetap sesuai dengan
kelompok asetnya.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang perlu diungkapkan untuk
masing-masing konstruksi dalam pengerjaan yang tercantum di neraca
antara lain dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
(carrying amount), kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi, dan jumlah
pengeluaran pada setiap pos aset tetap dalam konstruksi.
37
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Debet
Konstruksi dalam
Pengerjaan
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
Kredit
XXX
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
G. DANA CADANGAN
Apabila RSD merencanakan akan membangun suatu aset yang memerlukan
dana relatif besar yang tidak memungkinkan dibiayai dengan APBD satu
tahun anggaran, maka RSD dapat membentuk dana cadangan. Dana
Cadangan merupakan dana yang disisihkan beberapa tahun anggaran untuk
kebutuhan belanja pada masa datang.
misalnya
Dana cadangan dapat dibentuk untuk lebih dari satu peruntukan. Apabila
terdapat lebih dari satu peruntukan, maka dana cadangan harus diungkapkan
dan dirinci menurut peruntukannya.
38
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Dana cadangan dinilai sebesar nilai nominal dana cadangan yang dibentuk.
Jika terdapat hasil-hasil pada periode sebelumnya akan menambah nilai
dana cadangan tersebut. Seluruh hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana
cadangan akan menambah dana cadangan yang bersangkutan. Misalnya
dana cadangan tersebut disimpan dalam bentuk deposito maka bunga
deposito yang diperoleh akan dicatat sebagai penambah dana cadangan,
sebaliknya seluruh biaya yang timbul atas pengelolaan dana cadangan akan
mengurangi dana cadangan yang bersangkutan, misalnya biaya administrasi
deposito.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Dana Cadangan adalah sebagai berikut:
Kode Akun
XXXX
Uraian
Dana Cadangan
XXXX
Debet
Kredit
XXX
Diinvestasikan dalam
Dana Cadangan
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan dalam Dana Cadangan merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Cadangan
H. ASET LAINNYA
Aset lainnya adalah aset RSD yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset
lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan.
Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi
dari suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat
tertentu.
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan.
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
(penemu) atas hasil invensi (temuan) di bidang teknologi, yang untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
sosial di masa yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset.
Apabila hasil kajian tidak dapat diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat
ekonomis dan/atau sosial maka tidak dapat dikapitalisasi sebagai aset tak
berwujud.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai aset tak
berwujud adalah Surat Perintah Membayar (SPM) untuk belanja modal non
fisik (setelah dikurangi dengan biaya-biaya lain yang tidak dapat dikapitalisir).
Jurnal untuk mencatat saldo awal Aset Tak Berwujud adalah sebagai berikut:
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Debet
XXX
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya
Kredit
XXX
merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
41
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Uraian
Debet
Tagihan Penjualan
Angsuran
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya
Kredit
XXX
XXX
merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
Contoh:
Berdasarkan berita acara penjualan aset nomor BA-456/BBB/2007 diketahui
bahwa RSD BBB telah menjual rumah dinas kepada para pegawai RSD BBB
dengan harga Rp 500.000.000,00 secara angsuran. Pada akhir Desember
2007, angsuran yang telah dibayar oleh pegawai adalah sebesar Rp
50.000.000,00.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Tagihan Penjualan Angsuran adalah
sebagai berikut:
Kode
Uraian
Debet
Tagihan Penjualan
Angsuran
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya
450.000.000,00
Kredit
Akun
XXXX
XXXX
450.000.000,00
42
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
negeri
bukan
bendahara
dengan
tujuan
untuk
menuntut
penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat
langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum
yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan
tugas kewajibannya.
Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan
Tanggungjawab Mutlak (SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas RSD.
Kode Akun
Uraian
Debet
XXXX
Tuntutan perbendaharaan
XXX
XXXX
XXX
XXXX
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya
Kredit
XXX
merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
Contoh:
Berdasarkan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM) nomor SK 01/SKTM/BBB/2006 diperoleh informasi RSD BBB memiliki piutang kepada
pegawai atas hilangnya aset RSD BBB berupa kendaraan dinas seharga Rp
100.000.000,00 Pegawai yang bersangkutan menyanggupi untuk membayar
tuntutan ganti rugi tersebut dengan mengangsur bulanan. Sampai dengan
akhir Desember 2007 cicilan pembayaran TGR yang telah dilakukan oleh
pegawai tersebut adalah sebesar Rp 3.000.000,00
Jurnal untuk mencatat saldo awal Tuntutan perbendaharaan/Tuntutan ganti
rugi adalah sebagai berikut:
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Tuntutan ganti rugi
Debet
Kredit
97.000.000,00
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya
97.000.000,00
Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai
komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan
menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
44
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Bentuk kemitraan tersebut antara lain berupa Bangun, Kelola, Serah (BKS)
dan Bangun, Serah, Kelola (BSK).
Bangun, Kelola, Serah (BKS)
Pada akhir masa konsesi ini, penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor
kepada RSD sebagai pemilik aset, biasanya tidak disertai dengan
pembayaran
oleh
RSD.
Kalaupun
disertai
pembayaran oleh
RSD,
BKS dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh RSD kepada pihak
ketiga/investor untuk membangun aset BKS tersebut. Aset yang berada
dalam BKS ini disajikan terpisah dari Aset Tetap.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bangun, Kelola, Serah adalah sebagai
berikut:
45
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Kode Akun
Uraian
Debet
XXXX
XXXX
Kredit
XXX
XXX
merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
Contoh :
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit
Daerah XYZ telah mengikat kerjasama BKS (bangun, kelola, serah) dengan
PT ABC untuk membangun Kantin Rumah Sakit. Total nilai kas/nonkas yang
diserahkan RSD dalam kemitraan tersebut adalah sebesar RP 100.000.000.
Jurnal untuk mencatat Kemitraan dengan Pihak Ketiga dengan pola BKS
adalah sebagai berikut:
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Debet
Kredit
100.000.000,00
100.000.000,00
Bangun, Serah, Kelola (BSK) adalah pemanfaatan aset RSD oleh pihak
ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan
bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya kemudian menyerahkan
aset yang dibangun tersebut kepada RSD untuk dikelola sesuai dengan
tujuan
pembangunan
aset
tersebut.
Penyerahan
aset
oleh
pihak
46
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BSK dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar nilai
aset yang diserahkan RSD ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan
oleh pihak ketiga/investor untuk membangun aset tersebut.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bangun, Serah, Kelola adalah sebagai
berikut:
Kode Akun
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
Uraian
Debet
Kredit
XXX
XXX
XXX
XXX
Investasi
Contoh :
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
Rumah Sakit
Daerah XYZ telah mengikat kerjasama BSK (bangun, serah, kelola) dengan
PT ABC untuk membangun Apotik. Untuk menyelesaikan pembangunan
apotik
tersebut,
investor
100.000.000,- sedangkan
telah
tanah
mengeluarkan
yang
dana
diserahkan
sebesar
Rp.
47
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Kode
Uraian
Debet
Kredit
Akun
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
ASET LAIN-LAIN
Pos Aset Lain-Lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran,
Tuntutan Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan dengan
Pihak Ketiga. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan
dari penggunaan aktif di RSD.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Aktiva Lain-Lain adalah sebagai berikut:
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Debet
Aktiva Lain-Lain
XXX
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya
Kredit
XXX
merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
Contoh :
Berdasarkan catatan di bagian umum & perlengkapan Rumah Sakit Daerah
XYZ diketahui bahwa terdapat aset tetap (peralatan dan mesin) senilai Rp.
50.000.000,- yang sudah dihentikan penggunaannya dikarenakan rusak,
tetapi belum ada Surat Keputusan Penghapusan.
48
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Jurnal untuk mencatat saldo awal Aktiva Lain-Lain adalah sebagai berikut:
Kode Akun
XXXX
Uraian
Aktiva Lain-Lain
XXXX
Debet
Kredit
50.000.000,00
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya
50.000.000,00
I. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi RSD.
Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Kewajiban dapat dipaksakan
menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau
peraturan perundang-undangan. Praktik yang terjadi selama ini, pada
umumnya kewajiban yang dicatat dalam pembukuan RSD hanya utang yang
berasal dari utang usaha dan pinjaman. Oleh karena itu untuk dapat
menyajikan secara lengkap seluruh utang yang dimilikinya, pada saat
penyusunan neraca pertama kali RSD harus melaksanakan kegiatan
inventarisasi atas seluruh utang yang ada pada tanggal neraca tersebut.
utang untuk
49
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
sebagai
pengelola
keuangan/pinjaman.
Oleh
karena
itu,
Akun ini diakui pada saat melakukan reklasifikasi pinjaman jangka panjang
pada setiap akhir periode akuntansi. Nilai yang dicantumkan di neraca untuk
bagian lancar utang jangka panjang adalah sebesar jumlah yang akan jatuh
tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
adalah sebagai berikut:
50
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Debet
Kredit
XXX
XXX
Ket: Akun Dana yang harus Disediakan untuk Utang Jangka Pendek merupakan bagian dari
Pos Ekuitas Dana Lancar( sebagai pengurang Ekuitas Dana Lancar)i
Contoh:
Utang RSD yang berasal dari pinjaman pada umumnya berjangka panjang,
artinya periode pengembaliannya lebih dari 12 (dua belas) bulan. Sebagai
contoh Rumah Sakit Daerah Kabupaten XYZ pada tahun 2006 menerima
pinjaman dari Pemerintah Pusat sejumlah Rp 1.000.000.000,- yang
dituangkan dalam Naskah Perjanjian Pinjaman No. 99/RSD/04/2006.
Pinjaman ini akan dicicil 10% per tahun selama 10 tahun mulai tahun 2007.
Dengan demikian pada tanggal 31 Desember 2006 jumlah utang yang jatuh
tempo pada tahun 2007 sejumlah Rp 100.000.000,- disajikan dalam bagian
lancar utang jangka panjang dalam kelompok kewajiban jangka pendek.
Sisanya sejumlah Rp 900.000.000,- disajikan sebagai utang jangka panjang.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
Debet
100.000.000,00
Kredit
Akun
XXXX
XXXX
100.000.000,00
51
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Utang kepada Pihak Ketiga berasal dari kontrak atau perolehan barang/jasa
yang belum dibayar sampai dengan saat neraca . Akun ini umumnya dikelola
bagian umum atau bagian lainnya yang melakukan kegiatan perolehan
barang/jasa. Oleh karena itu, inventarisasi utang kepada pihak ketiga
dilakukan di setiap bagian/instalasi.
adalah
sebagai berikut:
Kode Akun
XXXX
XXXX
Uraian
Dana yang harus
Disediakan utk Utang
Jangka Pendek
Utang kepada Pihak
Ketiga
Debet
Kredit
XXX
XXX
Ket: Akun Dana yang harus Disediakan untuk Utang Jangka Pendek merupakan bagian dari
Pos Ekuitas Dana Lancar( sebagai pengurang Ekuitas Dana Lancar)
Contoh:
Pada bulan Desember 2007, Rumah Sakit Daerah XYZ meminta PT ABC
untuk melakukan pemeliharaan gedung Rumah Sakit dengan Surat Perintah
Kerja No. 250/12/RSD/2007 tanggal 1 Desember 2007 dengan nilai
pekerjaan Rp 10.000.000,00. Pekerjaan tersebut telah diselesaikan oleh PT
52
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
No.
260/12/RSD/2007.
Terhadap
pekerjaan
yang
telah
XXXX
Uraian
Debet
Kredit
10.000.000,00
10.000.000,00
Utang PFK merupakan utang yang timbul akibat RSD belum menyetor
kepada pihak lain atas pungutan/potongan PFK dari Surat Perintah
Membayar
Uang(SPMU)
atau
dokumen
lain
yang
dipersamakan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang PFK dilakukan bersamaan pada
saat membuat jurnal kas (lihat contoh jurnal kas di kas bendahara pada Bab
III tentang Aset Lancar).
Utang
Kemitraan
pembangunan
aset
tersebut.
Penyerahan
aset
oleh
pihak
adalah
sebagai berikut:
Kode Akun
Uraian
Debet
XXXX
XXXX
Kredit
XXX
XXX
Ket: Akun Dana yang harus Disediakan untuk Utang Jangka Panjang merupakan bagian dari
Pos Ekuitas Dana Investasi( sebagai pengurang Ekuitas Dana Investasir)
Contoh:
Pada tanggal 12 Pebruari 2005, dalam rangka peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, RSD XYZ telah mengikat kerjasama BSK (bangun,
serah, kelola) dengan ABC untuk membangun Rumah Sakit dengan sistem
bagi
hasil
melalui
menyelesaikan
kontrak
pembangunan
perjanjian
Rumah
No.
Sakit
123/KSO/1/2005.
tersebut,
investor
Untuk
telah
Dari transaksi tersebut terlihat bahwa pada saat penyerahan aset BSK,
timbul utang sebesar dana yang dikeluarkan investor, yaitu sebesar
Rp500.000.000,00. Bagi hasil yang telah dibayar mengurangi jumlah utang,
55
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
adalah
sebagai berikut:
Kode
Uraian
Debet
Kredit
Akun
XXXX
XXXX
450.000.000,00
450.000.000,00
J. EKUITAS DANA
SAP menggunakan istilah ekuitas dana sebagai penyeimbang selisih antara
aset dan kewajiban. Ekuitas dana tersebut meliputi:
a)
b)
c)
Dalam bab ini dibahas masing-masing kelompok ekuitas dana. Oleh karena
contoh jurnal sudah diberikan pada saat pembahasan masing-masing
kelompok aset dan kewajiban, maka dalam bab ini tidak diberikan contoh
jurnal.
56
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
SiLPA merupakan akun lawan yang menampung kas dan setara kas serta
investasi jangka pendek. Cadangan piutang adalah akun lawan yang
dimaksudkan untuk menampung piutang lancar. Selain itu pada kelompok
aset lancar terdapat persediaan. Akun lawan dari persediaan adalah
cadangan persediaan.
Pada sisi kewajiban jangka pendek, selain utang PFK yang merupakan
pengurang SiLPA seperti disebutkan di atas, ada akun kewajiban jangka
pendek lainnya. Akun lawan dari kewajiban jangka pendek lainnya ini adalah
dana yang disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek.
57
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
58
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB IV
PENUTUP
Neraca adalah salah satu produk dari 3 (tiga) produk yang dihasilkan dalam
rangka prasyarat penetapan suatu SKPD RSD menerapkan PPK BLUD.
Mengingat pentingnya Neraca sebagai bagian dari akuntabilitas manajemen
sebuah RSD, pedoman ini telah dibuat se-sederhana mungkin sehingga
diharapkan fasilitator dapat dengan mudah menyelesaikan tugasnya dalam
membantu RSD dalam menyusun Neracanya. Namun begitu, terdapat
kemungkinan bahwa pedoman ini mengandung kelemahan baik karena
substansinya yang kurang mencukupi ataupun menjadi kurang relevan karena
telah terjadi perubahan peraturan perundangan yang mendasari penyusunan
Neraca. Oleh karena itu, diharapkan agar para fasilitator memanfaatkan
pedoman ini sebagai acuan minimal yang perlu diikuti dan fasilitator perlu
mengembangkan
kreativitas
dan
inisiatifnya
sehingga
dapat
membantu
59
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Lampiran I
PROVINSI/KAB/KOTA
NERACA
RSD.................
Per 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1
Uraian
Jumlah
Tahun n
Tahun n-1
Kenaikan (Penurunan)
Jumlah
ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Bndahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang
Piutang retribusi
Piutang Lain-Lain
Persediaan
Jumlah
ASET TETAP
Tanah
Tanah
Peralatan dan Mesin
Alat-Alat Berat
Alat-Alat Angkutan
Alat Bengkel
Alat-Alat Pertanian dan Peternakan
Alat-Alat kantor dan Rumah Tangga
Alat Studio dan Alat Komunikasi
Alat Ukur
Alat-Alat Kedokteran
Alat Laboratorium
60
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Alat Keamanan
Gedung dan Bangunan
Bangunan Gedung
Bangunan Monumen
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air (Irigasi)
Instalasi
Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Buku dan Perpustakaan
Barang Bercorak Kesenian dan kebudayaan
Hewan/Ternak dan Tumbuhan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Jumlah
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
Jumlah
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Uang Muka dari Kas Daerah
61
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Uang Muka dan Kas Daerah
Jumlah
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Jumlah
62
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Lampiran II
FORMULIR INVENTARISASI
Dapat lihat pada softcopy yang disertakan menyertai pedoman ini
63
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
LAMPIRAN III
Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun Laporan Keuangan
sebelum berlakunya Permendagri No.13/2006
BAB I
Pendahuluan
yang berlaku?. Timbul pertanyaan apakah RSD yang sudah menyusun neraca
awal sejak tahun 2001 berarti tidak memiliki lagi masalah dengan saldo awal
mereka, apakah demikian?. Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab RSD justru
di awal tahun pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yang selanjutnya
disebut Permendagri 13, sebagai dasar pengelolaan teknis keuangan di daerah
mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2007. Dengan berlakunya Permendagri
tersebut maka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 yang
sebelumnya merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dinyatakan tidak
berlaku. Permendagri 13 telah ditetapkan sejak pertengahan tahun 2006
sehingga ada waktu bagi RSD untuk melakukan berbagai penyesuaian terhadap
peraturan yang baru tersebut. Akan tetapi apa yang telah dipersiapkan RSD dan
apa yang harus dilakukan mengawali tahun 2007?
Pengelolaan keuangan menurut Permendagri 13 meliputi proses penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggung jawaban pelaksanaan. Proses ini juga dilengkapi
64
65
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB II
Penyajian Neraca Awal dan Komponen Laporan
Keuangan RSD
Laporan keuangan RSD yang berupa neraca, Neraca, dan catatan atas laporan
keuangan memberikan gambaran atau informasi keuangan RSD selama satu
periode. Satu periode waktu berarti berada di antara dua posisi waktu. Misalnya
periode satu tahun berada diantara posisi 1 Januari dan 31 Desember.
Neraca menunjukkan posisi keuangan pada saat tertentu, Neraca menunjukkan
penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu, dan catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan informasi yang menjelaskan ketiga jenis laporan tadi
ditambah dengan informasi lain.
Berdasarkan pemikiran tersebut, jika sebuah RSD ingin menyajikan laporan
keuangan tahun 2007 maka harus ada atau dapat mengidentifikasi posisi
keuangan per tanggal 1 Januari 2007, penerimaan dan pengeluaran keuangan
selama tahun 2007. Posisi keuangan pada tanggal 1 Januari 2007 dapat
diperoleh dari Neraca yang telah disajikan tanggal 31 Desember 2006. Posisi
keuangan awal periode 2007 dapat disajikan dari neraca per 31 Desember 2006
karena saldo-saldo per 31 Desember 2006 menjadi saldo awal pada tanggal 1
Januari 2007.
Transaksi keuangan selama tahun 2007 berupa penerimaan dan pengeluaran
selama tahun 2007 akan disajikan dalam Neraca akhir tahun 2007. Dari
transaksi keuangan tahun 2007 dan saldo awal akan dapat dihasilkan neraca per
31 Desember 2007. Penjelasan atau pengungkapan atas ketiga laporan tersebut
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian pada akhir
tahun 2007 dapat disajikan tiga komponen laporan keuangan yaitu Neraca,
Laporan Realisasi Aanggaran, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
66
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Nomor 24 Tahun 2005. SAP ini dinyatakan berlaku untuk pelaporan keuangan
tahun anggaran 2005. Sementara itu sejak tahun 2001 sudah ada RSD yang
menyusun neraca awal dan membuat laporan pertanggungjawaban anggaran
dalam bentuk yang hampir sama dengan yang dipersyaratkan dalam SAP.
Bagi RSD yang belum menyusun neraca awal, maka Buletin Teknis Nomor 2
dapat diterapkan dengan menyusun neraca awal seperti yang diatur dalam
Buletin Teknis tersebut. Akan tetapi bagi RSD yang sudah menyusun neraca
awal sebelum adanya Buletin Teknis Nomor 2 atau menyusun neraca awal
setelah tahun 2005 tetapi belum menggunakan Buletin Teknis Nomor 2, apa
yang harus dilakukan?
Buletin Teknis Nomor 2 mengatur bahwa untuk RSD yang sudah menyusun
neraca awal harus melakukan penyesuaian menurut Buletin Teknis tersebut.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara melakukan penyesuaian dan
posisi per tanggal berapa dilakukan penyesuaian?.
Sebagaimana disebutkan di atas, sebagian besar RSD sudah menyusun Neraca
Awal (NA) bahkan ada yang sudah menyusun sejak tahun 2001. Bagi RSD yang
sudah menyusun neraca awal timbul pertanyaan:
1. Apakah neraca awal yang telah disusun tersebut dapat digunakan?
2. Atau apakah harus dibuat neraca awal baru?
3. Apakah mungkin neraca awal yang disusun tahun 2001 sudah sesuai
dengan SAP sehingga tidak perlu disesuaikan?
4. Jika neraca awal sudah ada tetapi kemudian dilakukan penyesuaian
bukankah berarti bahwa neraca awal menjadi dua?
Buletin Teknis Nomor 2 sebagai dasar penyusunan neraca awal sesuai SAP
tidak menyatakan bahwa neraca yang telah disusun sebelum terbitnya SAP tidak
dapat digunakan. Bagi RSD yang telah mempunyai neraca yang disusun
sebelum
terbitnya
Peraturan
Pemerintah
tentang
Standar
Akuntansi
68
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Buletin Teknis ini. Dengan kata lain neraca awal yang telah ada dapat digunakan
tetapi harus dilakukan koreksi atau perbaikan.
Neraca awal yang telah dikoreksi tidak berarti neraca awal baru akan tetapi
disajikan dengan cara yang baru sesuai dengan acuan yang seharusnya yaitu
SAP. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan neraca awal
ada dua.
setelah
koreksi,
dilakukan
penyusunan
neraca
dengan
disajikan menurut SAP. Nilai yang dicantumkan adalah nilai nominal. Apakah
karena pos Kas di Kas Daerah penilaiannya sudah sama
dengan SAP dapat dikatakan bahwa neraca awal telah sesuai dengan SAP?
Penyajian neraca awal sesuai dengan Buletin Teknis Nomor 2 menuntut adanya
penyesuaian. Dari hasil penyesuaian akan diperoleh neraca yang sudah
mengakomodasi persyaratan SAP. Dengan demikian, yang ada adalah neraca
awal dan neraca yang sudah disesuaikan. Dalam kondisi demikian tidak dapat
dikatakan bahwa neraca awal menjadi dua.
70
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB III
Penentuan Tanggal Penyajian Neraca Awal RSD
Bagi RSD yang sudah menyusun neraca awal sebelum berlakunya SAP wajib
melakukan penyesuaian. Hal ini dilakukan agar neraca awal yang sudah pernah
dibuat menjadi sesuai dengan SAP.
Mekanisme penyusunan neraca awal adalah dengan menentukan tanggal
penyajian neraca awal. Penentuan tanggal berarti menentukan posisi keuangan
yang harus disajikan. Apabila tanggal telah ditentukan maka seluruh proses yang
dilakukan menggunakan tanggal tersebut sebagai titik tolak baik untuk menyusun
neraca awal maupun melakukan penyesuaian.
Apabila mengacu pada Buletin Teknis No. 2, tidak ditentukan tanggal penyajian
neraca
awal.
RSD
bebas
menentukan
tanggal
penyusunan
maupun
penyesuaian. Tanggal penyajian ini bisa saja dipilih tanggal 31 Desember 2005
atau tanggal 28 Februari 2006 dan suatu tanggal yang lain. Yang penting
diperhatikan adalah dasar atau alasan yang dapat diterima atas pemilihan
tanggal penyajian dan konsekwensinya.
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada saat tertentu.
Neraca awal sama dengan neraca pada umumnya menunjukkan posisi
keuangan. Pertanyaannya, posisi keuangan neraca awal yang disesuaikan ini
tanggal berapa? Ada beberapa pilihan, tanggal 1 Januari 2006 dapat dipilih
karena merupakan awal tahun anggaran. Salah satu tanggal sepanjang tahun
2006, misalnya tanggal 29 Maret, juga dapat dipilih karena Buletin Teknis Nomor
2 tidak melarang. Pilihan tanggal 31 Desember juga dapat dilakukan karena
memang tanggal tersebut merupakan tanggal penyusunan laporan keuangan
untuk pertanggung jawaban pelaksanaan anggaran tahun 2006.
Jika dipilih penyajian neraca awal tanggal 1 Januari 2006 maka akan ada
pekerjaan penyusunan neraca tersendiri lepas dari penyusunan komponen
71
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
laporan keuangan lainnya. Demikian juga halnya jika dipilih salah satu tanggal di
antara tanggal selain tanggal 31 Desember 2006.
Penyusunan selain tanggal 1 Januari 2006 dan tanggal 31 Desember 2006
mengakibatkan periode penyajian komponen laporan keuangan lainnya menjadi
tidak satu tahun. Oleh karena itu jika ingin disajikan ketiga komponen laporan
keuangan secara bersamaan dengan tanggal penyesuaian neraca awal maka
tanggal yang dipilih hanya satu yaitu tanggal 31 Desember 2006. Pemilihan
tanggal ini berarti penyesuaian neraca awal mengikuti proses penyusunan
laporan keuangan yang sedang berjalan. Neraca disusun per 31 Desember
2006, penyesuaian neraca awal inipun dapat dilakukan per 31 Desember 2006.
Hal ini dilakukan agar laporan keuangan tahun 2006 telah disajikan sesuai
dengan SAP dan saldo awal tahun 2007 juga sesuai dengan SAP.
Penyesuaian neraca awal per 31 Desember 2006 juga mudah dilakukan karena
datanya masih up to date dan pekerjaan penyesuaian neraca awal dapat
dilakukan bersamaan dengan penyusunan neraca untuk pertanggung jawaban
keuangan tahun anggaran 2006.
72
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB IV
Mekanisme Penyajian Neraca Awal
Penyusunan
dan
penyesuaian
neraca
awal
mengandung
beberapa
permasalahan yaitu:
1. Inventarisasi fisik atau dokumen;
2. Penyajian neraca sekaligus atau bertahap;
3. Penilaian aset dengan perusahaan penilai (appraisal).
Neraca RSD
RSD wajib menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAP.untuk disampaikan
kepada kepala daerah untuk digabungkan menjadi laporan keuangan Pemda
secara keseluruhan. Dari sisi ruang lingkup, Pemda menyajikan empat
komponen laporan keuangan secara lengkap (laporan aliran kas), sedangkan
RSD hanya menyajikan tiga jenis laporan keuangan yaitu neraca, Neraca, dan
catatan atas laporan keuangan. Komponen laporan keuangan berupa laporan
aliran kas hanya disusun oleh kepala daerah c.q bendahara umum daerah.
Seharusnya memang dokumen dan fisik itu menunjukkan hal yang sama. Akan
tetapi untuk membandingkan antara fisik dan dokumen sebenarnya sudah
merupakan prosedur audit yang sudah berada di luar langkah penyajian neraca
awal. Atau kemungkinan lainnya ditentukan prioritas terlebih dahulu. Misalnya
jika dokumen dapat menunjukkan atau memberikan informasi yang lengkap
mengenai aset yang bersangkutan maka tidak perlu dilakukan inventarisasi fisik.
Pilihan lainnya, jika dokumen tidak memberikan informasi yang lengkap maka
terhadap
kekurangan
informasi
tersebut
mungkin
dapat
diperoleh
dari
inventarisasi fisik. Misalnya saja untuk menentukan masa manfaat aset yang
bersangkutan dapat dilihat dari dokumen spesifikasi teknis oleh pihak yang
kompeten dan jika informasi yang diperoleh belum cukup maka dapat dilakukan
cara dengan melihat fisiknya.
Atau pilihan lainnya, hanya pihak yang kompeten yang bersangkutan yang
melihat aset dimaksud dan memberikan informasi. Jadi tidak perlu seluruh tim
ikut melakukan inventarisasi setiap jenis aset kalau memang diperlukan infomasi
dengan melihat fisik.
Permasalahan apakah inventarisasi fisik dan atau dokumen ini menjadi penting
dan krusial karena neraca menunjukkan satu titik waktu atau tanggal tertentu
sedangkan inventarisasi tidak mungkin dilakukan dalam satu titik waktu atau satu
hari. Oleh karena itu jika harus dilakukan inventarisasi fisik dan dokumen
sekaligus maka hal tersebut tidak mungkin dilakukan.
Contoh, akun kas. Jika ditentukan tanggal neraca adalah 1 Januari 2006 apakah
mungkin dilakukan inventarisasi fisik seluruh kas pada saat tersebut dengan
membuat register penutupan kas? Tanggal 1 Januari adalah hari libur sehingga
hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Atau jika pada tanggal 10 Januari 2007
dilakukan penyajian neraca per 31 Desember 2006, apakah mungkin dilakukan
opname fisik kas per tanggal 31 Desember 2006 dengan membuat berita acara
atau register penutupan kas? Inventarisasi fisik tanggal 10 Januari 2007 tidak
mungkin dilakukan untuk posisi 31 Desember 2006, jika pertanyaannya apakah
74
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
tidak dapat disusun neraca pada tanggal 31 Desember 2006? Maka jawabannya
adalah penyajian neraca per 31 Desember 2006 tetap dapat dilakukan. Data
diperoleh dari dokumen yang menunjukkan posisi kas per tanggal 31 Desember
2006 dan tidak perlu dilakukan inventarisasi fisik kas.
Memang dapat dilakukan opname fisik kas per 10 Januari 2007 kemudian ditarik
mundur ke 31 Desember 2006 tetapi ini sudah memasuki prosedur audit untuk
meyakinkan posisi kas per tanggal 31 Desember 2006 bukan lagi proses
penyusunan neraca itu sendiri.
Contoh lainnya mengenai persediaan. Inventarisasi fisik persis per tanggal
neraca untuk keseluruhan persediaan juga sangat mustahil dilakukan apalagi
jumlah persediaan sangat besar seperti persediaan obat-obatan. Inventarisasi
yang dapat dilakukan untuk menghasilkan saldo akun persediaan bukan
terhadap dokumen-dokumen pembeliannya tetapi dokumen yang menunjukkan
posisi per tanggal tertentu. Informasi tersebut dapat diperoleh dari dokumen
kartu gudang masing-masing jenis persediaan sehingga dapat diketahui saldo
masing-masing jenis per tanggal 31 Desember. Dalam kondisi demikian apakah
masih dilakukan inventarisasi fisik kemudian ditarik mundur ke tanggal neraca
atau cukup dari catatan kartu gudang. Jika harus diakukan inventarisasi fisik dan
ternyata fisik tidak sesuai dengan dokumen pendukungnya, informasi mana yang
harus digunakan? Data dari dokumen atau fisik? Atau ditunggu sampai ada
penyelesaian baru disusun neraca?
Contoh berikutnya mengenai aset tetap tanah. Misalnya sertifikatnya sudah ada
dan tercatat dalam kartu inventaris barang (KIB), nilai jual obyek pajak (NJOP)
juga ada. Apakah perlu diinventarisasi lagi fisiknya dengan mengukur luas tanah
dengan membandingkan luasan yang ada di sertifikat dengan fisiknya? Atau
inventarisasi fisiknya hanya dengan tengak-tengok (observasi) saja tanpa
mengukur? Itu namanya bukan inventarisasi fisik. Untuk mengukur kembali dan
membandingkan ukuran fisik dengan informasi yang ada di sertifikat, misalnya
mengenai luas tanah, tidak mungkin dilakukan. Itu sudah berada di luar
75
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
per 31 Desember 2007? Atau penyesuaian aset tetap berupa tanah dilakukan
tanggal 31 Desember 2006 sedangkan penyesuaian aset tetap berupa jalan dan
jembatan dilakukan tanggal 30 Juni 2007? Atau kondisi bertahap lainnya, apakah
mungkin unit A menyajikan neraca atau menyesuaikan neraca per 31 Desember
2006 sedangkan unit B tahun 2007 dan unit C tahun 2008? Jika demikian, kapan
neraca awal dapat dikatakan sesuai dengan SAP? Hal tersebut tidak mungkin
dilakukan.
Dalam rangka penyajian neraca awal harus ditentukan satu tanggal untuk
penyusunan neraca atau penyesuaian neraca yang digunakan sebagai titik tolak.
Misalnya jika ditentukan tanggal 31 Desember 2006 sebagai titik penyusunan
atau penyesuaian maka seluruh proses harus didasarkan pada tanggal 31
Desember 2006. Inventarisasi dapat dilakukan sepanjang tahun 2007 tetapi
untuk posisi per 31 Desember 2006. Penilaian aset dapat dilakukan tahun 29 Juli
2007 tetapi untuk posisi per 31 Desember 2006. Dengan demikian, pengerjaan
neraca dapat dilakukan sepanjang tahun 2007 tetapi untuk posisi per tanggal per
31 Desember 2006 sehingga dapat dilakukan penyesuaian neraca per 31
Desember 2006.
77
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB V
Langkah Kerja
Penyajian neraca awal berbeda bagi yang sudah memiliki atau pernah memiliki
neraca sebelum terbitnya SAP. Bagi RSD yang belum pernah menyusun maka
diperlukan langkah-langkah penyusunan neraca awal. Selanjutnya bagi RSD
yang sudah memiliki neraca awal maka yang diperlukan adalah langkah-langkah
penyesuaian agar neraca yang sudah ada dapat sesuai dengan SAP.
Untuk RSD yang sudah menyusun neraca awal, yang dibutuhkan adalah cara
penyesuaian. Mengacu pada langkah tersebut di atas, maka langkah yang dapat
dilakukan untuk penyajian neraca awal bagi RSD yang sudah menyusun neraca
awal atau penyesuaian per 31 Desember 2006 adalah sebagai berikut:
oleh
bagian
keuangan.
Kemudian,
nilai-nilai
yang
akan
78
dokumen
atau
fisik.
Langkah
inventarisasi
ini
merupakan tahapan yang memakan waktu yang paling lama dari seluruh
kegiatan penyajian neraca.
79
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
ini
berupa
penggolongan
atau
pengelompokan
data
hasil
dasarpenyesuaian.
Penyesuaian
dilakukan
dengan
80
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB VI
Penutup
Berdasarkan uraian di atas, pekerjaan yang harus dilakukan oleh RSD di awal
tahun
neraca
atau
penyesuaian
neraca
yang
telah
ada.
Penyusunan
dimaksudkan bagi RSD yang belum pernah menyusun neraca sama sekali.
Sedangkan penyesuaian dimasudkan bagi RSD yang sudah memiliki neraca
sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah mengenai SAP.
Penyusunan dan penyesuaian ini perlu dilakukan agar saldo awal tahun 2007
telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya saldo
untuk pertanggung jawaban keuangan akhir tahun 2007 juga menjadi sesuai
dengan SAP. Baik penyusunan maupun penyesuaian dilakukan pada satu
tanggal tertentu. Penyusunan atau penyesuaian neraca awal sebaiknya dipilih
tanggal 31 Desember 2006. Penyajian neraca awal tahun 2007 berasal dari
neraca akhir tahun 2006. Dengan demikian penyesuaian yang dilakukan atas
neraca per 31 Desember 2006 akan menghasilkan neraca awal tahun 2007 yang
telah sesuai dengan SAP. Pemilihan tanggal 31 Desember 2006 sebagai titik
penyesuaian juga dimaksudkan agar pertanggungjawaban keuangan tahun 2006
dapat disajikan sesuai SAP.
Penyesuaian per 31 Desember 2006 dapat memenuhi dua tujuan yaitu penyajian
neraca untuk pertanggungjawaban keuangan tahun 2007 dan tahun 2006. Di
samping itu penyesuaian akhir tahun 2006 lebih mudah dilakukan karena data
yang dibutuhkan masih up to date.
Dalam penyajian neraca awal ditemui beberapa permasalahan yaitu apakah:
Inventarisasi fisik atau dokumen;
Penyajian neraca sekaligus atau bertahap;
Penilaian aset harus dengan perusahaan penilai (appraisal).
81
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
Penyajian neraca tidak harus melalui inventarisasi fisik. Penyajian neraca bukan
audit yang memerlukan langkah pengujian antara dokumen dengan fisik. Oleh
karena itu kalau dokumen sudah lengkap maka dapat digunakan sebagai dasar
penyajian neraca.
Penyajian neraca awal dilakukan pada satu saat (titik waktu) tertentu. Penyajian
seluruh pos neraca disajikan pada tanggal tersebut sehingga tidak dilakukan
secara bertahap.
Selanjutnya mengenai penilaian, Buletin Teknis Nomor 2 tidak mewajibkan
penilaian oleh perusahaan penilai. Bahkan jika menggunakan perusahaan penilai
hanya diperoleh satu informasi dari tiga informasi yang dibutuhkan dari tim yang
kompeten di bidang aset tetap. Oleh karena itu penggunaan tim yang kompeten
yang berasal dari entitas RSD sendiri lebih baik.
Buletin Teknis Nomor 2 mengatur langkah-langkah penyusunan neraca awal
bagi SKPD. Dalam hal penyesuaian, langkah-langkah tersebut perlu dimodifikasi.
Langkah penyesuaian harus diawali dari pembuatan petunjuk teknis sebagai
pedoman dalam penyusunan neraca awal RSD. Pelaksanaan penyajian
dilakukan oleh tim sehingga perlu adanya pembentukan tim yang berasal dari
berbagai pihak yang terkait. Agar ada pemahaman yang sama dalam tim maka
perlu adanya penjelasan mengenai pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan inventarisasi dan pengolahan data. Hasil pengolahan data
dibandingkan dengan pos neraca yang sudah ada kemudian dibuatkan jurnal
koreksi. Hasil terakhir dari kegiatan adalah adanya neraca yang sudah dikoreksi
sesuai dengan SAP ditingkat RSD (SKPD).
82
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
LAMPIRAN IV
Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun Laporan Keuangan
secara utuh sesuai Permendagri No.13/2006 namun belum menggunakan
aplikasi komputer
BAB I
Pendahuluan
Saat ini telah banyak Pemda dalam pengelolaan keuangan telah menerapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.namun masih dilakukan
secara manual dalam arti Pemda yang bersangkutan dalam menyusun laporan
keuangannya belum menggunakan suatu aplikasi komputer tertentu.
Pengelolaan keuangan menurut Permendagri 13 meliputi proses penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggung jawaban pelaksanaan. Proses ini juga dilengkapi
dengan formulir-formulir yang digunakan dan akhir seluruh proses diharapkan
RSD dapat menyajikan pertanggungjawaban menjadi bagian laporan keuangan
SKPD yang akan dikonsolidasi menjadi laporan keuangan Pemda.
Dalam Permendagri 13 diatur proses akuntansi untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan akhir tahun anggaran 2007 dan tahun anggaran berikutnya.
Proses ini dirancang sedemikian rupa sehingga RSD mampu menghasilkan
neraca, laporan realisasi anggaran, dan catatan atas laporan keuangan.
Namun sebagai fasilitator dan bersama counterpart harus melakukan langkahlangkah yang sedikit berbeda jika belum atau sudah dilakukan dengan
menggunakan program aplikasi terkomputerisasi.
83
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB II
Mekanisme Penyajian Neraca
Neraca RSD
RSD wajib menyusun laporan keuangan sesuai dengan Permendagri 13/2006
untuk disampaikan kepada kepala daerah untuk digabungkan menjadi laporan
keuangan Pemda secara keseluruhan. Jika Pemda telah menyajikan laporan
keuangan sesuai Permendagri dengan cara masih manual tersebut maka
Fasilitator dan counterpart harus mengambil data-data laporan keuangan
tersebut ke Pemda melalui Bendaharawan Umum Daerah (BUD), karena
biasanya laporan keuangan tersebut disentralisasikan ke BUD tersebut. Angkaangka yang tercantum pada Laporan Keuangan itulah yang menjadi titik tolak
bagi fasilitator dan counterpart dapat meyakini angka-angka yang disajikan telah
sesuai dan layak untuk dimasukkan menjadi angka laporan keuangan RSD.
84
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB V
Langkah Kerja
Penyajian neraca bagi Pemda/RSD yang telah menerapkan Permendagri
13/2006 namun masih menggunakan cara manual (belum menggunakan aplikasi
komputer) adalah sebagai berikut:
86
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
berikutnya
adalah
pelaksanaan
inventarisasi
fisik
dan/atau
telah
dipersiapkan.
Inventarisasi
dapat
dilakukan
dengan
7. Melakukan Penilaian Aset dan Kewajiban sesuai Bukti yang Ada (baik
dengan Perusahaan Appraisal maupun tidak)
Penilaian asset merupakan suatu hal yang penting dalam penyusunan neraca
RSD, namun apakah harus atau tidak menggunakan perusahaan penilai
adalah suatu hal yang perlu menjadi pertimbangan. (dapat dilihat pada
Lampiran III)
87
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
88
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB VI
Penutup
hanya diperoleh satu informasi dari tiga informasi yang dibutuhkan dari tim yang
kompeten di bidang aset tetap. Oleh karena itu penggunaan tim yang kompeten
yang berasal dari entitas RSD sendiri lebih baik.
Pelaksanaan penyajian dilakukan oleh tim sehingga perlu adanya pembentukan
tim yang berasal dari berbagai pihak yang terkait. Agar ada pemahaman yang
sama dalam tim maka perlu adanya penjelasan mengenai pekerjaan kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan inventarisasi dan pengolahan data. Hasil
pengolahan data dibandingkan dengan pos neraca yang sudah ada kemudian
dibuatkan jurnal koreksi untuk mengubah saldo tahun berjalan sehingga tidak
terbawa ke tahun-tahun berikutnya.
90
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
LAMPIRAN V
Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun Laporan Keuangan
secara utuh sesuai Permendagri
BAB I
Pendahuluan
Saat ini telah banyak Pemda dalam pengelolaan keuangan telah menerapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.namun masih dilakukan
secara manual dalam arti Pemda yang bersangkutan dalam menyusun laporan
keuangannya belum menggunakan suatu aplikasi komputer tertentu.
Pengelolaan keuangan menurut Permendagri 13 meliputi proses penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggung jawaban pelaksanaan. Proses ini juga dilengkapi
dengan formulir-formulir yang digunakan dan akhir seluruh proses diharapkan
RSD dapat menyajikan pertanggungjawaban menjadi bagian laporan keuangan
SKPD yang akan dikonsolidasi menjadi laporan keuangan Pemda.
Dalam Permendagri 13 diatur proses akuntansi untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan akhir tahun anggaran 2007 dan tahun anggaran berikutnya.
Proses ini dirancang sedemikian rupa sehingga RSD mampu menghasilkan
neraca, laporan realisasi anggaran, dan catatan atas laporan keuangan.
Namun sebagai fasilitator dan bersama counterpart harus melakukan langkahlangkah yang sedikit berbeda jika belum atau sudah dilakukan dengan
menggunakan program aplikasi terkomputerisasi.
91
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB II
Mekanisme Penyajian Neraca
Neraca RSD
RSD wajib menyusun laporan keuangan sesuai dengan Permendagri 13/2006
untuk disampaikan kepada kepala daerah untuk digabungkan menjadi laporan
keuangan Pemda secara keseluruhan. Jika Pemda telah menyajikan laporan
keuangan sesuai Permendagri dengan menggunakan software/aplikasi komputer
maka Fasilitator dan counterpart dapat mengambil data tersebut langsung ke
komputer RSD atau ke Pemda, Kita dapat melakukan download data-data
tersebut dengan mem-break down laporan keuangan yang telah terakumulasi
tersebut dan mengambil angka-angka yang terkait dengan data RSD saja.
Angka-angka yang tercantum pada Laporan Keuangan itulah yang menjadi titik
tolak bagi fasilitator dan counterpart dapat meyakini angka-angka yang disajikan
telah sesuai dan layak untuk dimasukkan
RSD.
BAB V
Langkah Kerja
Penyajian neraca bagi Pemda/RSD yang telah menerapkan Permendagri
13/2006 dan telah menggunakan aplikasi terkomputerisasi adalah sebagai
berikut:
berikutnya
adalah
pelaksanaan
inventarisasi
fisik
dan/atau
telah
dipersiapkan.
Inventarisasi
dapat
dilakukan
dengan
7. Melakukan Penilaian Aset dan Kewajiban sesuai Bukti yang Ada (baik
dengan Perusahaan Appraisal maupun tidak)
Penilaian asset merupakan suatu hal yang penting dalam penyusunan neraca
RSD, namun apakah harus atau tidak menggunakan perusahaan penilai
adalah suatu hal yang perlu menjadi pertimbangan. (dapat dilihat pada
Lampiran III)
neraca . Hasil dari kegiatan ini adalah tersajinya data menurut penggolongan
sesuai SAP.
karena
kitalangsung
melakukan
pengecekkan
inventarisasi dengan yang pos yang telah ada sebelumnya. Selisih ini akan
menjadi koreksi dengan menggunakan jurnal-jural koreksi.
Sebagai catatan bila hasil inventarisasi tidak sesuai dengan angka yang telah
diambil dari Neraca Pemda dan terdapat koreksi, maka hasil koreksi tersebut
tidak langsung digunakan mengoreksi angka neraca yang akan fasilitator
susun namun hanya akan berpengaruh pada periode neraca saat asistensi
dilakukan, sebagai contoh jika kita menyusun Neraca 2007 maka hasil
koreksi atas Neraca 2007 tidak langsung dibebankan pada periode tersebut
namun dikoreksi untuk mempengaruhi periode Neraca 2008.
97
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
BAB VI
Penutup
hanya diperoleh satu informasi dari tiga informasi yang dibutuhkan dari tim yang
kompeten di bidang aset tetap. Oleh karena itu penggunaan tim yang kompeten
yang berasal dari entitas RSD sendiri lebih baik.
Pelaksanaan penyajian dilakukan oleh tim sehingga perlu adanya pembentukan
tim yang berasal dari berbagai pihak yang terkait. Agar ada pemahaman yang
sama dalam tim maka perlu adanya penjelasan mengenai pekerjaan kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan inventarisasi dan pengolahan data. Hasil
pengolahan data dibandingkan dengan pos neraca yang sudah ada kemudian
dibuatkan jurnal koreksi untuk mengubah saldo tahun berjalan sehingga tidak
terbawa ke tahun-tahun berikutnya.
99
Satgas BLUD Deputi Akuntan Negara
TIM PENYUSUN
Pengarah
Ardan Adiperdana
Penanggungjawab
Kasminto
Koordinator
1. Erwin
2. Zainal Asrul
Tim Kerja
1. Ramli M. Sihombing
2. Robert Paul
3. Sudarni
4. Neneng Lies Mustika
5. Mujono
6. Dwi Any Haryati
7. Maladi
8. Yuswan Farmanta
9. Sukardi
10. Juli Winarto
11. Kustoro
12. Hisam Wahyudi