Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
dr. Nur Agami
Pembimbing :
Dr. Esther MeylinaSipahutar
NIP. 198505142011012009
1.1
Latar Belakang
Abses Perianal merupakan akumulasi nanah di sekitar anus dan rektum.
Tingkat keparahan dan kedalaman suatu abses beragam, dan rongga abses sering
dikaitkan dengan pembentukan fistula. Kebanyakan abses dan fistula anorektal
merupakan manifestasi akut dan kronik dari kondisi patologis yang sama, suatu
infeksi yang berasal dari kelenjar kanalis anus. Diagnosis maupun penatalaksanaan
dari abses anorektal tidak hanya memerlukan pengertian dari etiologi dan
patofisiologi tetapi dari anatomi regional dan rute penyebaran infeksi. Tindakan
bedah yang dilakukan atas diagnosis yang tidak tepat dan kesalapahaman tentang
hubungan dari proses infeksi dan mekanisme sfingter ani dapat mengakibatkan
pemberantasan infeksi yang tidak sempurna dan/atau gangguan permanen fungsi
anorektal.
Puncak insidensi dari abses anorektal adalah pada dekade tiga dan keempat.
Pria lebih sering terkena daripada wanita, dengan rasio 2:1 sampai dengan 3:1.
Sekitar 30% dari pasien dengan abses anorektal mempunyai riwayat abses serupa
yang sembuh dengan spontan atau memerlukan intervensi bedah. Insidensi yang
lebih tunggu dari pembentukan abses tampaknya berkait dengan musim semi dan
musim panas.
Walaupun demografi menunjukan perbedaan yang jelas dalam terjadinya
abses anorektal yang berhubungan dengan usia dan jenis kelamin, tidak ada pola
yang jelas diberbagai wilayah atau negara di dunia. Walaupun diperkirakan ada
hubungan langsung dari pembentukan abses anorektal dengan kebiasaan buang air
besar, diare, dan higiene pribadi yang buruk namun hingga sekarang belum ada bukti
kongkrit. Terjadinya abses anorektal pada bayi juga cukup umum. Mekanismenya
kurang dipahami tetapi tidak berkaitan dengan konstipasi. Untungnya, kondisi ini
cukup jinak pada bayi, jarang memerlukan intervensi operasi pada pasien ini selain
drainase sederhana.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Laporan Kasus
: Tn. F
: Laki-Laki
: 65 Tahun
: Kampung Gandum
: Islam
: 1 Desember 2015
: Jamkesmas
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Benjolan pecah di sekitar lubang pantat.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang ke IGD Puskesmas Muara Aman mengeluh terdapat benjolan
pecah di sekitar lubang pantat sudah 7 hari yang lalu. Os mengatakan bejolan
awalnya berukuran seperti kelereng sekarang membesar sebesar telur ayam
kampung. Sekarang benjolan sudah pecah, benjolan terasa gatal, nyeri, panas dan
kemerahan. Os mengaku benjolan sering mengeluarkan nanah. Os merasa tidak
nyaman saat duduk dan ketika BAB terasa sakit, BAB tidak ada darah. BAK lancar.
3 hari sebelumnya Os demam, tetapi sekarang tidak ada demam. Os juga mengatakan
badannya lemas dan tidak napsu makan sejak 7 hari ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan keluhan yang dialaminya sekarang pernah terjadi sekitar
2 bulan yang lalu, tetapi tidak parah seperti sekarang. Os mempunyai riwayat
penyakit DM dan selama ini kadar gula pasien sekitar 200 dan os juga mempunyai
riwayat hipertensi dengan tensi biasanya 140/90.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dikeluarga tidak ada yang mengalami seperti ini.
Riwayat Alergi:
Tidak ada keluhan / riwayat alergi.
Riwayat Pengobatan
Pasien biasanya mengkonsumsi obat:
Metformin 2x1
Captopril 25mg 1x1
Laporan Kasus
TD
:170/100 mmhg
Frekuensi Nadi
Frekuensi Nafas
: 20x/menit
Suhu
: 36,7 oC
Berat Badan
Kepala
Wajah
Rambut
Kulit
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Paru
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/sonor
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
4
Inspeksi
: Datar
Perkusi
Ekstremitas
Inspeksi
Tampak eritem (+), udem (+), pus (+)
Palpasi
Nyeri tekan (+), teraba hangat (+)
Ukuran sekitar 7 cm
2.4 Pemeriksaan Penunjang
GDS : 266
2.5 Diagnosa Banding
1. Abses perianal
2. Furunkel
2.5 Diagnosa Kerja
Abses perianal dengan Diabetes Melitus
2.6 Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
-
Medikamentosa
-
IVFD RL 20 tpm
Laporan Kasus
Omeprazole 2x1
Metformin 2x1
Captopril 25 mg 2x1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Abses Perianal
3.1.2
Definisi
Abses perianal adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan
akan mengakibatkan fistula. Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak
sekitar saluran anal, dengan pembentukan abses rongga diskrit. Tingkat keparahan
dan kedalaman dari abses cukup variabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan
pembentukan saluran fistulous.
Abses perianal mudah diraba pada batas anus dengan kulit
perianal,
sebaliknya abses anorektal yang terletak lebih dalam dapat diraba melewati dinding
Laporan Kasus
rectum atau lebih lateral yaitu di bokong. Abses perianal biasanya tidak disertai
demam, lekositosis atau sepsis pada pasien dengan imunitas yang baik. Dengan
penyebaran dan pembesaran abses yang mengakibatkan abses mendekati permukaan
kulit, nyeri yang dirasakan memburuk. Nyeri memburuk dengan mengedan, batuk
atau bersin, terutama pada abses intersfingter. Dengan perjalanan abses, nyeri dapat
mengganggu aktivitas seperti berjalan atau duduk.
2.2
Etiologi
Abses perianal merupakan gangguan sekitar anus dan rectum,
dimana
sebagian besar timbul dari obstruksi kripta anal. Infeksi dan stasis dari kelenjar dan
sekresi kelenjar menghasilkan supurasi dan pembentukan abses dalam kelenjar anal.
Biasanya, abses terbentuk awal awal dalam ruang intersfingterik dan kemudian ke
ruang potensial yang berdekatan. Umumnya bakteri seperti stafilokokus dan
Escherichia coli adalah penyebab paling umum. Infeksi jamur kadang-kadang
menyebabkan abses. Masuknya bakteri ke daerah sekitar anus dan rektum.
2.3
Patofisiologis
Abses perianal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit
daerah sekitar anus. Nanah terbentuk akibat infeksi kuman/bakteri karena kelenjar di
daerah tersebut tersumbat. Bakteri yang biasanya menjadi penyebab adalah
Escherichia coli dan spesies Enterococcus. Kuman/bakteri yang berkembang biak di
kelenjar yang tersumbat lama kelamaan akan memakan jaringan sehat di sekitarnya
sehingga membentuk nanah. Nanah yang terbentuk makin lama makin banyak
sehingga akan terasa bengkak dan nyeri, inilah yang disebut abses perianal. Pada
Laporan Kasus
beberapa orang dengan penurunan daya tubuh misalnya penderita diabetes militus,
HIV/AIDS, dan penggunaan steroid (obat anti radang) dalam jangka waktu lama,
ataupun dalam kemoterapi akibat kanker biasanya abses akan lebih mudah terjadi.
Kebanyakan abses perianal bersifat sekunder terhadap proses supuratif yang
dimulai pada kelenjar anal. Teori ini menunjukan bahwa obstruksi dari saluran
kelenjar tersebut oleh tinja, corpus alienum atau trauma akan menghasilkan stasis
dan infeksi sekunder yang terletak di ruang intersfingterik. Dari sini proses infeksi
dapat menyebar secara distal sepanjang otot longitudinal dan kemudian muncul di
subkutis sebagai abses perianal, atau dapat menyebar secara lateral melewati otot
longitudinal dan sfingter eksternal sehingga menjadi abses ischiorektal. Meskipun
kebanyakan abses yang berasal dari kelenjar anal adalah perianal dan ischiorektal
,tetapi ruang lain dapat terinfeksi.
Pergerakan infeksi ke atas dapat menyebabkan abses intersfingterik tinggi
dan kemudian dapat menerobos ke otot longitudinal lalu ruang supralevator sehingga
menyebabkan sebuah abses supralevator. Setelah abses terdrainase, secara spontan
maupun secara bedah, komplikasi abnormal antara lubang anus dan kulit perianal
disebut fistula ani.
Ruang
Ruang Ischiorektal
Ruang
2.4
Gambaran Klinik
Awalnya, pasien bisa merasakan nyeri yang tumpul, berdenyut yang
memburuk sesaat sebelum defekasi yang membaik setelah defekasi tetapi pasien
tetap tidak merasa nyaman. Rasa nyeri diperburuk oleh pergerakan dan pada saat
menduduk. Abses dapat terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum.
Seringkali mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses
terletak superficial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Nyeri
memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter.
Laporan Kasus
Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau
duduk.
Abses yang terletak lebih dalam memgakibatkan gejala toksik dan bahkan
nyeri abdomen bawah, serta deman. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan
fistula. Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri.
Abses yang terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala,
namun bisa menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah.
2.5
2.5.1
Diagnosa
Pemeriksaan colok dubur dibawah anestesi dapat membantu dalam kasus-
Pemeriksaan Laboratorium
Belum ada pemeriksaan laboratorium khusus yang dapat dilakukan untuk
mengevaluasi pasien dengan abses perianal atau anorektal, kecuali pada pasien
tertentu, seperti individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh yang
rendah karena memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia yang
Laporan Kasus
dapat disebabkan dari abses anorektal. Dalam kasus tersebut, evaluasi laboratorium
lengkap adalah penting.
2.5
Tatalaksanaan
Pada kebanyakan pasien dengan abses anorektal atau perianal, terapi
Laporan Kasus
10
.
2.6
Komplikasi
Jika
tidak
diobati,
fistula
anus
hampir
pasti
akan
membentuk,
menghubungkan rektum untuk kulit. Hal ini memerlukan operasi lebih intensif.
Selanjutnya, setiap abses diobati dapat (dan kemungkinan besar akan) terus
berkembang, akhirnya menjadi infeksi sistemik yang serius. Hal yang paling
ditakutkan pada abses perianal adalah terjadinya fistel perianal. Fistel perianal adalah
saluran abnormal antara lubang anus/rektum dengan lubang bekas abses yang
bermuara pada kulit sekitar anus. Muara pada kulit sekitar anus tampak sebagai luka
bekas bisul yang tidak pernah menutup/sembuh dan tidak sakit.
Diabetes Mellitus
Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada :
1. kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi glukosa
hepatik) dan di jaringan perifer (otot dan lemak)
2. sekresi insulin oleh sel beta pankreas
3. atau keduanya
Etiologi
Laporan Kasus
11
Laporan Kasus
12
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mg/dl) :
Bukan
Belum pasti
DM
DM
DM
< 110
< 90
110 199
90 - 199
200
200
< 110
< 90
110 125
90 - 109
126
110
(
Dari anamnesis didapatkan :
1. Keluhan khas DM : poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan tidak khas DM : lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi pada pria, pruritus vulva pada wanita.
Klasifikasi
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI ( Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia ) adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM menurut American
Diabetes Association (ADA), sbg berikut :
DM TIPE 2 :
Defisiensi
insulin
DM TIPE LAIN :
Defisiensi
DIABETES
MELITUS
PERKENI
relatif : KLASIFIKASIMutasi
mitokondria
DNA 3243 dan
lain-lain
1998
1, defek sekresi
2. Penyakit eksokrin pankreas :Pankreatitis
insulin absolut
insulin lebih
Pankreatektomy
akibat destuksi
dominan daripada
DM TIPE 1:
sel beta,
resistensi insulin.
karena:Laporan Kasus
2. resistensi insulin
1.autoimun
lebih dominan
hipertiroidisme
2. idiopatik
daripada defek
sekresi insulin.
DM
GESTASIONAL
13
Komplikasi
Komplikasi diabetes terjadi akibat gangguan metabolik akut (hipoglikemia atau
hiperglikemia) atau pada tahap lanjut, akibat kerusakan mikrovaskular dan
makrovaskular, dimana risikonya tergantung pada kontrol terhadap kadar glukosa
dan faktor risiko vaskular konvensional.
Komplikasi Mikrovaskular pada Diabetes
Penyakit pembuluh darah kecil merupakan tanda utama diabetes mellitus dan
membutuhkan waktu 10 tahun atau lebih untuk dapat terjadi.
14
menahun seperti lemas, mual, pucat, sampai keluhan sesak napas akibat
penimbunan cairan.Nefropati diabetik melibatkan dua pola patologik yang
berbeda yang dapat berada bersama sama atau tidak : difus dan noduler.
Difus yang lebih sering, terdiri atas pelebaran membrana basalis glomerulus
bersama penebalan mesangial menyeluruh.Pada bentuk noduler, penumpukan
banyak bahan PAS-positif diendapkan pada perifer berkas glomerulus,
disebut lesi Kimmelstiel-Wilson.
c. Neuropati diabetic.
Neuropati diabetik dapat mempengaruhi setiap bagian sistem saraf, kecuali
otak.Gambaran yang paling lazim adalah polineuropati perifer.Biasanya
bilateral, gejala meliputi mati rasa, kesemutan, hiperestesi berat, dan
nyeri.Mononeuropati, meskipun lebih jarang disbanding polineuropati juga
dapat terjadi. Khas, terdapat wrist drop, foot drop, atau paralisis nervus
kranialis ke-3, ke-4, atau ke-6. Mononeuropati khas ditandai oleh
reversibilitas
spontan
yang
tinggi,
biasanya
selama
beberapa
merupakan
target
utama,
dan
mungkin
terdapat
disfungsi
15
16
BAB IV
PEMBAHASAN
17
(+). Status gizi pada pasien termasuk gizi berlebih. Pada pemeriksaan status lokalis
pada daerah perianal, didapatkan pus,tanda-tanda peradangan, dan bengkak. Pada
pemeriksaan penunjang terhadap Gula darah pasien didapatkan hasil 266 mg/dl.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status lokalis
bengkak yang dialami pasien disebabkan infeksi bakteri. Bakteri yang biasanya
menjadi penyebab adalah Escherichia coli dan spesies Enterococcus. Kuman atau
bakteri yang berkembang biak di kelenjar yang tersumbat lama kelamaan akan
memakan jaringan sehat di sekitarnya sehingga membentuk nanah, sehingga
mengakibatkan berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit daerah sekitar anus.
Nanah terbentuk akibat infeksi kuman atau bakteri karena kelenjar di daerah tersebut
tersumbat. Nanah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga akan terasa
bengkak dan nyeri, inilah yang mengakibatkan abses perianal pada pasien. Pada
beberapa orang dengan penurunan daya tubuh misalnya seperti pasien ini yang
menderita diabetes militus, biasanya abses akan lebih mudah terjadi.
Penatalaksanaan pertama pada pasien ini meliputi penatalaksanaan non
medikamentosa dan medikamentosa. Pada penatalaksanaan non medikamentosa
dilakukannya inisi dan drainase pada daerah abses dan dilakukan pengantian balut
dengan betadin 2x1 sehari. Serta dilakukan edukasi untuk menjaga kebersihan
bagian perianal-anus saat selesai BAB.
Penatalaksanaan medikamentosa dengan pemasangan infus beserta cairan
RL,injeksi Ranitidin 2x1 amp, inj.keterolac 2x1 amp. Omeparazole 2x1 tab, sukralfat
3x1 cth.Metformin 2x1, Captopril 2 1x1. Serta dengan pemberian antibiotik yaitu
metronidazol 3x1, hal ini diindikasikan kerena infeksi yang dialami telah membuat
respon sistemik pada pasien, serta mengingat pasien memiliki imunitas yang rendah
dan menderita diabetes melitus.
Laporan Kasus
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Malik AI, Nelson RL, Tou S. Incision and drainage of perianal abscess with
or without treatment of anal fistula (review). The Cochrane Library 2010:7.
Diunduh dari: http://www.thecochranelibrary.com
2. Sjamsuhidajat R, de Jong W, editors. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC, 2004.
3. Brunicardi, F. Charles, dkk. Fiatula in ano at Schwartzs Principles of Surgery
Eight Edition. Mc Graw Hill: United State of America. 2005.
4. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : buku ajar
ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III.
Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006.
5.
6.
7. Perianal Abscess, oleh Andre Hebra, MD; Chief editor: John Geibel, MD,
Medscape
Reference.
Dapat
ditinjau
di:
http://emedicine.medscape.com/article/191975-overview
Laporan Kasus
19
Laporan Kasus
20