You are on page 1of 14

ASKEP HIPERAKTIF PADA

ANAK
MAKALAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA AJARAN ANAK

OLEH
KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO
BORROMEUS
2010
BAB I

LANDASAN TEORETIS

A.

Pengertian
Sindroma

hiperaktivitas

merupakan

istilah

gangguan

kekurangan

perhatian

menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat
ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau
disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994)
Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak.
Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak
sekehendak hatinya atau impulsif. (Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi
Problem Anak Sehari-hari)
Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi
neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. (Sani Budiantini
Hermawan, Psi.,)

B.

Etiologi
Pandangan-pandangan serta pendapatpendapat mengenai asal usul, gambaran

gambaran, bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih berbedabeda serta
dipertentangkan satu sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan bahwa gangguan
tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari gangguangangguan di dalam
neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf pusat. Istilah gangguan kekurangan
perhatian merujuk kepada apa yang oleh banyak orang diyakini sebagai gangguan yang
utamanya. Sindroma tersebut diduga disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan ataupun

racun, bahayabahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas, maupun


rudapaksa, anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.
Telah dilakukan pula pemeriksaan tentang temperamen sebagai kemungkinan
merupakan faktor yang mempermudah timbulnya gangguan tersebut, sebagaimana halnya
dengan praktek pendidikan serta perawatan anak dan kesulitan emosional di dalam
interaksi orang tua anak yang bersangkutan. Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa
faktor penyebab pasti yang tidak dapat diperlihatkan.

C.

Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi,

sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu
mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang
berusia antara 6 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan
tanggapan yang baik terhadap pengobatanpengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,
sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan
mempergunakan elektroensefalografi, potensialpotensial yang diakibatkan secara
auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk
kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk
serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angkaangka
laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru
mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

D.

Manifestasi Klinik
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini

memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anakanak
kontrol yang normal, tetapi gerakangerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang
bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian
yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk
bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka
mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka
adalah orangorang yang labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka
cenderung untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi
secara sosial mereka bersikap kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap
bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap
permasalahanpermasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya
sangat bergantung secara berlebihlebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu bebas
dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono.
Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya
sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak ini
akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan sosial oleh
orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di
dalam tugas-tugas akademik mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup
terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam
bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk
serta mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat

angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja


serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 2 tahun dan lebih sedikit
daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.

E.

Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan

kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan


jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram
mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang
progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang
dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak itu.

F.

Komplikasi

1.

Diagnosis sekunder- gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.


2.

Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan

mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).


3.

Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan

kata-kata yang diungkapkan).

G.

Penatalaksanaan Medis
Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan

psikostimulan, modifikasi perilaku, pendidikan orang tua, dan konseling keluarga. Orang

tua mungkin mengutarakan kekhawatirannya tentang penggunaan obat. Resiko dan


keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang tua, termasuk pencegahan skolastik dan
gangguan sosial yang terus menerus karena pengunaan obat-obat psikostimulan. Rating
scale Conners dapat digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas
dari pengobatan.
Psikostimulan-

metilfenidat

(Ritalin),

amfetamin

sulfat

(Benzedrine),

dan

dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine)- dapat memperbaiki rentang perhatian dan


konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan anak dan
sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.

Pengkajian
1.

Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram.

Data yang dapat diperoleh apakah anak tersebut lahir premature, berat badan lahir
rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnyan atau ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
2.

Kaji riwayat perilaku anak.


Riwayat perkembangan, dimana dulu seorang bayi yang gesit,
aktif dan banyak menuntut, yang mempunyai tanggapan tanggapan yang
mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitan kesulitan makan dan tidur, kerap
kali pada bulan bulan pertama kehidupannya, sukar untuk menjadi tenang pada
waktu akan tidur serta lambat untuk membentuk irama diurnal. Kolik dilaporkan
agak umum terjadi pada mereka.

Laporan guru tentang permasalahan permasalahan akademis


serta tingkah laku di dalam kelas.

B.

Diagnosa Keperawata

RESIKO CEDERA B.D AKTIFITAS YANG BERLEBIHAN

KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL B.D DIJAHUI TEMAN

RESIKO TINGGI PENATALAKSANAAN PROGRAM TERAPEUTIK TIDAK EFEKTIF B.D


RASA BERMAIN YANG TINGGI

RESIKO TINGGI KEKERASAN B.D TIDAK MAMPU MENGENDALIKAN DIRI

DK 1 : RESIKO CEDERA B.D AKTIFITAS YANG BERLEBIHAN


TUJUAN :

Anak terhindar dari cidera

Anak dalam keadaan aman

Intervensi
1. Kaji keadaan lingkungan sekitar anak
R : lingkungan dapat memberikan stimulus terdapat prilaku anak
2. Kaji tingkat hiperaktif anak
R : Dengan mengetahui tingkat hiperaktif anak dapat mengetahui
mencegah tindakan tindakan yang berbahaya
3. Obervasi prilaku anak
R : Mengetahui resiko bahaya yang mungkin terjadi
4. Beri ruang yang luas untuk anak melakukan aktifitas
R : Mencegah terjadinya kecelakaan
5. Jauhkan dari benda benda yang berbahaya, seperti pisau, gunting, garpu,
penggaris besi dll.
R : Mencegah terjadinya kecelakaan
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat stimulan
R : Obat stimulan dapat mengurangi dorongan untuk tindakan hiperaktif
7. Ajarkan keluarga mengenai bahaya yang mungkin terjadi pada anak
R : antisipasi bahaya pada anak
8. Anjurkan keluarga untuk memiliki peralatan luka yang sederhana, seperti
betadin, kapas, plester, kasa
R : Pencegahan infeksi segera
9. Ajarkan keluarga untuk perawatan luka sederhana
R : Mencegah infeksi pada anak

C.

Perencanaan

Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan


komunitas.
1.

Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku agar mencakup

penguatan yang positif.

Latih kefokusan anak

Jangan tekan anak, terima keadaannya. Perlakukan anak dengan hangat dan sabar,
tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa
diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajak
untuk duduk dan diam. Mintalah agar anak menatap mata anda ketika bicara atau
diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada lembut.

Sabar

Jika anak telah betah untuk duduklebih lama, bimbinglah anak untuk melatih
koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik titik yang
membentuk angka atau huruf. Selanjutnya anak diberi latihan menggambar bentuk
sederhana dan mewarnai. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan
berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah
dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka di bawah 10. Setelah
itu baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar.

Bangkitkan kepercayaan diri anak

Gunakan teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif.


Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib. Tujuannya untuk
meningkatkan rasa percaya diri anak.

Kenali arah minatnya

Jika anak bergerak terus jangan panik, ikutkan saja dan catat baik-baik, kemana
sebenarnya tujuan keaktifan dari anak. Yang paling penting adalah mengenali
bakat anak secara dini.

Minta anak bicara

Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisasi. Karena itu


Bantu anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai nilai apa saja yang
diterima di kelompoknya.
2.

Sediakan struktur kegiatan harian


Anak hendaknya mempunyai daftar kegiatan harian yang berjalan dengan teratur
menurut jadwal yang ditetapkan dan hendaknya segera mengikuti serta melaksanakan
kegiatan rutinnya itu, sebagaimana iharkn dari dirinya dan untuk itu anak dihadiahi
kata kata pujian.
Perangsangan yang berlebihan serta kelelahan yang sangat hebat hendaknya
dihindarkan. Anak membutuhkan saat santai setelah bermain, terutama setelah ia
melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras. Periode sebelum tidur harus merupakan
masa tenang, dengan cara menghindarkan acara televisi yang merangsang, permainan
yang keras dan jungkir balik.

3.

Beri obat stimulans sesuai instruksi.


a.

Stimulans dapat dihentikan sementara pada akhir pekan dan


hari libur. Di mana untuk menentukan apakah kemampuan pengendalian yang
dimiliki oleh anak itu sendiri telah mengalami suatu kemajuan.

10

b.

Stimulans tidak diberikan sesudah pukul 3 atau 4 sore, dimana


efek samping stimulans adalah insomnia. Insomnia dapat dicegah dengan tidak lagi
memberikan pengobatan perangsang setelah jam 3 sore serta mengatur sedemikian
rupa, sehingga periode sebelum tidur itu merupakan saat yang tenang serta tidak
merangsang.

D.

Perencanaan Pemulangan (Discharge Planning) dan Perawatan di Rumah

1.

Didik dan bantu orang tua dan anggota keluarganya.


2.

Berkolaborasi dengan guru dan libatkan orang tua. Dorong orang tua untuk

menjamin bahwa guru dan perawat sekolah mengetahui tentang nama, dosis dan waktu
minum obat.
3.

Pastikan bahwa anak mendapatkan evalusi dan bimbingan akademik yang

diperlukan. Memasukkan anak dalam kelas pendidikan khusus sering kali diperlukan.
4.

Pantau kemajuan dan respons anak terhadap pengobatan.

5.

Rujuk ke spesialis perilaku dan orang tua untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan rencana perilaku.

E.

Hasil yang Diharapkan


1.

Prestasi di sekolah meningkat, dibuktikan oleh nilai dan tugas-tugas yang

diselesaikan anak.
2.

Perilaku anak semakin baik menurut penilaian guru dan orang tua.

3.

Anak menunjukkan hubungan yang positif dengan teman sebaya.

11

BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

i.

Kesimpulan
Salah satu ciri dari perilaku disruptif adalah gangguan hiperaktivitas defisit perhatian.
Anak-anak dengan gangguan ini memperlihatkan kurang perhatian, impulsivitas dan
hiperaktivitas. Gangguan ini sering dijumpai dan dapat terjadi sampai 3% dari anak-anak,
dengan rasio laki-laki terhadap perempuan sebesar 6:1 sampai 9:1.
Masalah yang sering timbul pada anak dengan gangguan tersebut meliputi kerusakan
interaksi sosial, gangguan konsep diri, resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik
tidak efektif, resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua, resiko tinggi kekerasan, dan
resiko tinggi mencederai diri sendiri.
Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan
komunitas, meliputi bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku agar
mencakup penguatan yang positif, sediakan struktur harian, dan beri obat stimulans sesuai
instruksi.

ii.

Saran
Dalam memberikan perawatan kepada anak dengan gangguan hiperaktivitas ditujukan
kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, dengan disertai
pemakaian obat-obat yang bijaksana. Perawat harus memberikan penjelasan yang terang
mengenai keadaan anak tersebut kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.

12

13

DAFTAR PUSTAKA

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta, Widya Medika,
2002
Pilliteri, Adelle, Child Health Nursing Care of The Child and Family. Philadelphia,
Lippincott, 1999
Mengarahkan Anak Hiperaktif. HTTP://WWW.SUARAMERDEKA.COM
Penanganan Anak Hiperaktif. http://www.republika,co.id

14

You might also like