Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Afifah Amiyustuti
Denda Ajeng Angely
Dewi Ramdaniati
Hilya
Ni Ketut Dhita Visthiani
Ni Luh Gita Dewi Lestari
Nurul Hikmah
kami mendapat bimbingan, arahan, dan pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang
mendalam kami ucapkan kepada :
Latar Belakang....................................................................................................1
Rumusan Masalah...............................................................................................1
Tujuan Penulisan.................................................................................................1
Manfaat Penulisan Makalah................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
Kesimpulan.......................................................................................................13
Saran..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
terbukti berbagai cara dilakukan orang untuk mendapatkan taraf kesehatan yang
prima. Bila seseorang menderita sakit biasanya mereka akan segera berusaha untuk
mengatasi dan mengobati gangguannya atau penyakitnya hingga sembuh. Untuk
mencapai kesembuhan yang diharapkan seseorang memerlukan bantuan dari pihak
lain yaitu Rumah Sakit sebagai institusi yang berwenang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat luas. Seiring dengan semakin pedulinya masyarakat
terhadap kesehatannya, semakin tinggi pula tuntutan masyarakat atas mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit. Salah satu sumber
daya manusia di Rumah Sakit yang menentukan penilaian terhadap kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan adalah tenaga laboratorium medis. Hal ini
merupakan sesuatu yang wajar mengingat analis adalah bagian dari tenaga
3
paramedis yang memberikan jasa kepada pasien secara tidak langsung. Analis
memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan guna kesembuhan pasien. (Ikawati, 2001)
Akan tetapi suatu kenyataan pada saat ini masih banyak keluhan masyarakat,
keluarga pasien dan pasiennya sendiri terhadap kualitas pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan.
Dalam bahasa Indonesia, pelayanan diartikan sebagai suatu cara atau
perbuatan dalam melayani (Poerwadarminta, 1982). Sedangkan melayani adalah
menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain.
Stanson dan
pelayanan
medik,
penyelenggaraan
sistem
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pelayanan Prima
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu diketahui, yaitu
melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pengertian pelayanan
adalah usaha melayani kebutuhan orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1995).
Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan oleh organisasi
atau perorangan kepada konsumen (customer/yang dilayani), yang bersifat tidak
berwujud dan tidak dapat dimiliki. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh Normann (1991: 14) mengenai karakteristik tentang pelayanan, yakni sebagai
berikut:
a. Pelayanan bersifat tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya
dengan barang jadi
b. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata danmerupakan
pengaruh yang sifatnya adalah tindakan sosial;
c. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata,
karena pada umumnya kejadiannya bersamaan dan terjadi di tempat yang
sama.
tentang
Pelaksanaan
Pelayanan
Prima
Bidang
perilaku,
maka
pelaksanaan
pelayanan
prima
bidang
kesehatan
perlu
sifat
dan
jenis
pelayanan
yang
bersangkutan
dengan
menimbulkan
biaya
tinggi.
10
Pengendalian
dan
pengawasan
sudah demikian lama kurang memposisikan dirinya sebagai pelayanan publik tetapi
lebih merasa sebagai kelompok elit masyarakat yang memainkan peran memerintah
dan dalam hal ini muncul anggapan bahwa mereka harus dilayani ketimbang
melayani masyarakat. Selain itu, masalah yang tidak kecil adalah sikap atasan yang
kurang memiliki komitmen terhadap pelayanan masyarakat, tetapi lebih
mementingkan pelayanan kepada atasan yang bisa saja kepentingan atasan akan
berbeda dengan kepentingan masyarakat.
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat memenuhi
dan memuaskan palanggan atau masyarakat serta memberikan fokus pelayanan
kepada pelanggan. Pelayanan prima pada sektor publik didasarkan pada aksioma
bahwa pelayanan adalah pemberdayaan. Kalau pada sector bisnis atau swasta
tentunya pelayanan selalu bertujuan atau berorientasi profite atau keuntungan
perusahaan. Pelayanan prima sektor publik tidaklah mencari untung, tetapi
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara sangat baik
atau terbaik. Dalam hal memberdayakan masyarakat ini, pelayanan yang diberikan
tidaklah bertujuan selain mencari untung, juga menjadikan masyarakat justru
terbebani atau terperdayakan dengan pelayanan dari pemerintahan yang
diterimanya.
Dalam proses pelayanan prima dapat timbul suatu permasalahan. Dalam
menyelesaikan permasalahan dapat dengan menggunakan pendekatan sistem,
apakah masalah pelayanan dikarenakan adanya masalah dalam input (M1-M6),
proses pemberian pelayanan itu sendiri, output atau hasil pelayanan yang tidak
memuaskan maupun masalah dampak pelayanan yang merugikan. Penyelesaian
masalah dapat menggunakan model Siklus Problem Solving dan dengan metode
siklus PDCA yang secara garis besar adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
12
13
akan
bermanfaat
bagi
upaya
pelanggannya
melainkan
memperdayakan
pungutan
yang
bermacam-macam
(seharusnya
pelayanan
prima
yang
daerah
bisa
agar
membuat
pemerintahnya.
Mulailah
menjadi
pemerintah
yang
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan Coombs test adalah pemeriksaan
mendeteksi adanya antibody pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit dalam
serum. Pemeriksaan ini dibagi menjadi dua yaitu metode direct dan indirect.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya ab pada
permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit pada serum. Prinsip pemeriksaannya
adalah eritrosit yang telah dicuci dan yang diselubungi oleh globulin manusia akan
diaglutinasi oleh Anti Human Globulin yang ditambahkan ke dalam tabung
pemeriksaan.
3.2. Saran
Dalam melakukan pemeriksaan Coombs Test perlu memperhatikan factor
factor yang ada supaha hasil yang didapat bukanlah Positif palsu ataupun Negatif
palsu. Akan tetapi sesuai dengam keadaan yang sebenarnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://seaparadisee.blogspot.co.id/2014/05/pelayanan-prima-rumahsakit.html
18