You are on page 1of 17

Asuhan Keperawatan Pada Pasien ISPA, Contoh Asuhan Keperawatan Pada Pasien ISPA,

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien ISPA, Infeksi saluran pernafasan adalah suatu
keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada
pada saat melakukan pernafasan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISPA

INFEKSI SALURA PERNAFASAN AKUT (ISPA)


A.

DEFINISI

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan
laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan
menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian
Roberts; 1990; 450).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah
organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran
pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai diperkenalkan
pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini
merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI).

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang
termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang
tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian
bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia.(WHO)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup
tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa
faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan,
daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991;
1419).
B.

ETIOLOGI

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA
antara
lain
adalah
dari
genus Streptococcus,
Staphylococcus,
Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan
lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh.
Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar
Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara
berkembang streptococcus pneumonia danhaemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu
ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi
dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya
disebabkan oleh virus.
Factor Pencetus ISPA
1.

Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih
besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih
rendah.
2. Status Imunisasi
Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan
dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok
dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.

Faktor Pendukung Penyebab ISPA


1.

Kondisi Ekonomi

Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak
peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan lingkungan
pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap serangan
berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya
penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
2.

Kependudukan

Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang besar pula.
Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat
beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
3.

Geografi

Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi
yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat
mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan
demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua
faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
4.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan sehat
tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin
meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap
pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu
melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
5.

Lingkungan dan Iklim Global

Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan
polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian
pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda
dalam pemberantasan penyakit ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A
-hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis,
mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia
dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar

penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit.
Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup
secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain
malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran
pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa
terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
C.

PATOFISIOLOGI

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman golongan A
streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma, dan
pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring)
dan memiliki manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare,
abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing, stridor, crackless,
dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
Pembagian ISPA
1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas Adalah infeksi-infeksi yang terutama
mengenai struktur-struktur saluran nafas disebelah atas laring. Kebanyakan penyakit saluran
nafas mengenai bagian atas dan bawah secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa di
antaranya melibatkan bagian-bagian spesifik saluran nafas secara nyata.Yang tergolong Infeksi
Saluran Nafas Akut (ISPA) bagian atas diantaranya adalah : Nasofaringitis akut (selesma),
Faringitis Akut (termasuk Tonsilitis dan Faringotosilitis) dan rhinitis.
2. Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai
struktur-struktur saluran nafas bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli. Penyakitpenyakit yang tergolong Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian bawah : Laringitis,
Asma Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia atau Pneumonia (suatu
peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bonkioli) (Pusdiknakes, 1993 : 105).
Klasifikasi Penyakit ISPA
Dalam hal penentuan kriteria ISPA ini, penggunaan pola tatalaksana penderita ISPA adalah
Balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini sendiri
terdiri atas 4 bagian yakni pemeriksaan, penentuan ada tidaknya tanda bahaya, penentuan
klasifikasi penyakit, dan pengobatan juga tindakan.
Dalam penentuan klasifikasi, penyakit dibedakan atas dua kelompok, yakni kelompok untuk
umur 2 bulan hingga kurang dari 5 tahun dan kelompok umur kurang dari dua bulan.
a.

Untuk kelompok umur 2 bulan <5 tahun klasifikasi dibagi atas :

1.

Pneumonia berat

2.

Pneumonia

3.

Bukan Pneumonia.

b. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi atas:


1.

Pneumonia berat

2.

Bukan Pneumonia

Sedangkan masing-masing gejala untuk klasifikasi di atas adalah sebagai berikut:


Klasifikasi Pneumonia Berat didasarkan apabila terdapat gejala batuk atau kesukaran bernafas
disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing) pada
anak usia 2 bulan <5 tahun. Sedangkan untuk anak berumur kurang dari 2 bulan diagnosis
Pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat (fast breathing), yaitu frekuensi pernafasan
sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian
bawah ke dalam (severe chest indrawing).
Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai
adanya napas sesuai umur. Batas napas cepat (fast breathing) pada anak usia 2 bulan <1 tahun
adalah 50 kali per menit dan 40 kali per menit untuk anak usia 1 < 5 tahun.
Klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita Balita dengan batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam. Dengan demikian klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup penyakit
ISPA selain Pneumonia. Contohnya batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis,
dan otitis.
D.

TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala Berdasarkan kasifikasi


1.

Non pneumonia

Ditandai dengan batuk, pilek, tanpa disertai dengan sesak nafas.


2. Pneumonia
Batuk, pilek disertai dengan sesak nafas atau nafas cepat.
a.

Pneumonia tidak berat

Tanda dan gejala antara lain :

Batuk, pilek dan nafas cepat

2 bulan sampai 1 tahun lebih dari 50 x / mnt

1 sampai 5 tahun lebih dari 40 x / mnt

b.

Pneumonia berat

Tanda dan gejala antara lain :

Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas

Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung
dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah
dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
Tanda Dan Gejala Yang Muncul Ialah:
1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama
terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri
pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat
infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini
merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
E.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari
pernafasan.
1.

Pola, cepat (tachynea) atau normal.

2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati
melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3.

Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.

4.

Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada
rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.
6.

Riwayat kesehatan:

Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)

Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)

Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)

Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien)

Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan


a.

Inspeksi

Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

Tonsil tampak kemerahan dan edema

Tampak batuk tidak produktif

Tidak ada jaringan parut pada leher

Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.

b.

Palpasi

Adanya demam

Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c.

Perkusi

Suara paru normal (resonance)

d.

Auskultasi

Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

F.

TERAPI MEDIS

Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti
hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung
maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida
tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak
dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan
demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar
(Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

2.

Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan


dalam memasukan dan mencerna makanan
4.

Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang informasi.

H.

RENCANA KEPERAWATAN

H.

RENCANA KEPERAWATAN

NO
1

DIAGNOSE
NOC
NIC
KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas NOC :v Respiratory status : Airway Management
napas tidak efektif b/d Ventilationv Respiratory
penurunan ekspansi
status : Airway patencyv Vital
Buka jalan nafas, guanakan
paru.
sign Status
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Kriteria Hasil :
Posisikan pasien untuk
v Mendemonstrasikan batuk
memaksimalkan ventilasi
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
Identifikasi pasien
dyspneu (mampu mengeluarkan
perlunya pemasangan alat
sputum, mampu bernafas
jalan nafas buatan
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
Pasang mayo bila perlu
v Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
v Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan)

Lakukan fisioterapi dada


jika perlu

Keluarkan sekret dengan


batuk atau suction

Auskultasi suara nafas,


catat adanya suara
tambahan

Lakukan suction pada


mayo

Berikan bronkodilator bila


perlu

Berikan pelembab udara


Kassa basah NaCl Lembab

Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan
keseimbangan.

Monitor respirasi dan

status O2

Terapi oksigen
v Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
v Pertahankan jalan nafas yang
paten
v Atur peralatan oksigenasi
v Monitor aliran oksigen
v Pertahankan posisi pasien
v Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
v Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu,


dan RR

Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

Monitor VS saat pasien


berbaring, duduk, atau
berdiri

Auskultasi TD pada kedua


lengan dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR,

sebelum, selama, dan


setelah aktivitas

Hipertermi b/d invasi NOC :


mikroorganisme
ThermoregulationKriteria
Hasil :v Suhu tubuh dalam
rentang normalv Nadi dan RR
dalam rentang normal
v Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan


irama pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan


abnormal

Monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

Fever treatment Monitor suhu


sesering mungkin Monitor
IWL Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan
RR
Monitor penurunan tingkat
kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk

mengatasi penyebab demam


Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Kolaborasipemberian cairan
intravena
Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2
jam
Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan

efek negatif dari kedinginan


Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad


(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d ketidak
mampuan dalam
memasukan dan
mencerna makanan

NOC :v Nutritional Status :


Nutrition Management Kaji
food and Fluid
adanya alergi
Intakev Nutritional Status :
makanan Kolaborasi dengan ahli
nutrient Intakev Weight control gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien. Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil :
meningkatkan intake Fe
v Adanya peningkatan berat
Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan tujuan
meningkatkan protein dan vitamin
C
v Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
Berikan substansi gula
v Mampumengidentifikasi
Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
v Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
Berikan makanan yang terpilih (
v Menunjukkan peningkatan sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
fungsi pengecapan dari
menelan
Ajarkan pasien bagaimana
v Tidak terjadi penurunan berat membuat catatan makanan harian.
badan yang berarti
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas

oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
4

Kurang pengetahuan NOC :v Kowlwdge : disease


tentang
processv Kowledge : health
penatalaksanaan ISPA BehaviorKriteria Hasil :
b/d kurang informasi.
v Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan

Teaching : disease
Process Berikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan
pasien tentang proses penyakit
yang spesifik Jelaskan
patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang
tepat. Gambarkan tanda dan
v Pasien dan keluarga mampu gejala yang biasa muncul pada
melaksanakan prosedur yang penyakit, dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar
Gambarkan proses penyakit,
v Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang
Identifikasi kemungkinan
dijelaskan perawat/tim
penyebab, dengna cara yang tepat
kesehatan lainnya.
Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
Hindari jaminan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan

second opinion dengan cara yang


tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
1. Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
2. Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 20012002,Philadelpia,USA
3. Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien ISPA
Tags: Askep ISPA Asuhan Keperawatan ISPA Contoh Asuhan Keperawatan ISPA Definisi ISPA
Diagnosa Asuhan Keperawatan ISPA Dokumentasi Asuhan Keperawatan ISPA Download
Asuhan Keperawatan ISPA Etiologi ISPA Intervensi Asuhan Keperawatan ISPA ISPA Makalah
Asuhan Keperawatan ISPA Penyebab ISPA Rasional Asuhan Keperawatan ISPA Renpra ISPA
tanda dan gejala ISPA

You might also like