Professional Documents
Culture Documents
pada Kecelakaan
Mei6
Pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan perlu dipahami semua orang
karena kita tidak tahu persis kapan tiba-tiba terjadi keadaan gawat dimana tidak ada tim
medis di sekitar kita.
Menolong orang saat terjadi kecelakaan gawat darurat merupakan golden hour karena saat
itu adalah waktu yang sangat penting untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Penderita yang
terluka parah saat terjadi kecelakaan atau musibah lain memerlukan penilaian yang cepat dan
pengelolaan yang tepat untuk menghindari kematian.
Penderita yang terluka karena kecelakaan (termasuk kecelakaan kerja) dan sebagainya dapat
mengalami berbagai jenis trauma. Trauma adalah cedera atau kerusakan salah satu atau
beberapa organ tubuh yang juga dapat berefek kehilangan fungsi organ yang rusak tersebut.
Penanganan penderita pada tahap awal atau persiapan terdiri dari dua fase, yaitu :
- Pre-hospital (sebelum ke rumah sakit) : dapat dilakukan oleh tim safety di unit kerja yang
bekerjasama dengan tim medis.
- In hospital (fase di rumah sakit): dimana dilakukan persiapan untuk menerima penderita
sehingga dapat dilakukan resusitasi dalam waktu cepat.
Yang perlu dipahami semua orang selain dokter adalah pada fase pre-hospital. Pada fase prehospital diperlukan koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas
lapangan pada tempat kejadian (tim safety). Sebaiknya rumah sakit terdekat telah diberitahu
sebelum penderita dibawa ke rumah sakit. Pemberitahuan ini memungkinkan rumah sakit
telah mempersiapkan tim khusus sehingga sudah siap saat penderita sampai di rumah sakit.
Metode sederhana yang diperlukan untuk menolong penderita adalah dengan
memprioritaskan periksa keadaan vital penderita secara umum. Periksa kesadaran, denyut
nadi, pupil mata dan suhu tubuh.
Setelah itu dilakukan primary survey. Secondary survey biasanya hanya dapat dilakukan oleh
tim medis. Pada primary survey dilakukan dengan urutan A,B,C,D,E sebelum dilakukan
resusitasi:
A : airway (jalan udara)
B : breathing (pernapasan)
C: circulation (sirkulasi darah)
D: disability (ketidakmampuan penderita dilihat dari status neurologis/kesadaran)
E : exposure/environmental control (evaluasi penderita)
Untuk tahap ABC dapat dilakukan siapa saja, sedangkan tahap D dan E dilakukan oleh tim
kesehatan.
Tahap ABC merupakan langkah awal yang perlu dilakukan saat terjadi trauma pada penderita
sebelum dilakukan cardio-pulmonal resuscitation (resusitasi jantung paru/RJP)
A. Airway (jalan udara)
Jalan udara penderita haruslah terbuka dan lancar untuk mempermudah pemulihan
pernapasan. Harus dipastikan jalan napas benar-benar lancar. Pembunuh utama pada
penderita trauma adalah gangguan airway karena adanya ketidakmampuan untuk mengantar
darah yang teroksigenasi ke otak dan struktur vital lainnya. Bila penderita tidak sadar atau
muntah, kemungkinan besar airway-nya mengalami gangguan berat, segera hubungi dokter
multi trauma
catatan :
* snoring (ngorok) sering terjadi pada pasien tidak sadar karena pangkal lida yg jatuh
* gurgling (kumur-kumur) terjadi sumbatan karena cairan (darah, sekret)
* stridor, terjadikarena oedem faring/laring (cedera inhalasi) misal px dengan riwayat
terpapar dengan uap panas.
2). BREATHING (iksigenasi + ventilasi)
Nilai pernapasan, berikan oksigen bila ada masalah terhadap ABCD
*
canul
2-6
LPM
* Face mask / RM (Rebreathing Mask) 6-10 LPM
* NRM 10-12 LPM
Bila pernapasannya tidak adekuat berikan ventilasi tambahan dengan baging / ventilator.
Pada pasien trauma waspada terhadap gangguan/masalah breathing yg cepat menyebabkan
kematian.
4 masalah yg mengancam breathing serta tindakannya adalah :
Tension pneumothoraks (px sesak, trakea bergesar dan disertai distensi vena jugularis)
tindakannya adalah needle thoracosintesis di ICS 2 midclavikula
Open pneumothoraks (adanya sucking cest wound pada luka, yaitu paru menghisap
udara lewat lubang luka) tindakannya adalah tutup kassa 3 sisi yg kedap udara
Anamnesa
Head to toe
TTV
Siapkan untuk :
OK
ICU
Heacting