You are on page 1of 9

Wulan Sari Drajat

10090315287
DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG
SALAH PADA MEDIA SOSIAL DI KALANGAN MAHASISWA
ABSTRAK
Kata kunci : bahasa indonesia, teknologi, media sosial, mahasiswa,
Bahasa selalu berkembang dinamis seiring dengan kemajuan zaman. Hal ini mengindikasikan
bahwa sejalan dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan zaman, ideologi,
budaya serta teknologi, akan memiliki pengaruh pada bahasa yang digunakan. Perkembangan yang
terjadi pada bahasa dapat berupa perkembangan bersifat positif atau bahkan sebaliknya bersifat
negative. Seiring dengan perkembangan zaman maka berbagai hal telah
mempengaruhi pemakaian Bahasa Indonesia di masyarakat. Perkembangan ini
terutama globalisasi dan pengaruh menyebarluasnya informasi dari berbagai
pihak disertai dengan kemudahan akses melalui berbagai media telah
menuntun pada perubahan pemakaian Bahasa Indonesia pada masyarakat.
Seiring dengan perkembangan berbagai media yang terkait juga dengan
perkembangan teknologi, banyak hal yang mempengaruhi Bahasa Indonesia,
sehingga bahasa ini mengalami pergeseran penggunaan, khususnya pada
media sosial
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan metode deskriptif
dimana metode studi pustaka ini metode yang dilakukan dengan cara mengambil
data-data dari buku dan internet yang berhubungan dengan dampak dari penggunaan bahasa
indonesia yang salah pada media sosial di kalangan mahasiswa yang bertujuan untuk mendukung
kelengkapan data dari artikel sedang metode deskriptif ialah metode yang dilakukan dengan meneliti
status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
saat sekarang. Dimana tujuan penelitian diskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Media sosial merupakan sebuah media online yang mendukung interaksi sosial dengan
menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog yang
interaktif. Komuniskasi juga menjadi sarana yang baik karena dapat memudahkan seseorang
untuk berkomunikasi dengan jarak yang jauh sekalipun. Dengan media sosial seseorang dapat
lebih mudah dalam bertukar pikiran, memudahkan dalam kegiatan transaksi jual beli, dan dapat
berbagi kabar dengan cepat, aman, dan murah. Dengan teknologi internet dan Handphone
yang sudah semakin canggih membuat media sosial ikut tumbuh dan berkembang dengan
pesat. Dengan perkembangan yang semakin Pesat tersebut membuat media sosial dapat diakses
dengan mudah, kapanpun, dan dimanapun.
Dengan kemudahan untuk mengakses media sosial tersebut disadari ataupun tidak
memberikan dampak yang begitu besar khususnya di kalangan mahasiswa. Penggunaan media
sosial dengan intensitas tinggi dan dalam jangka waktu yang panjang dapat mempengaruhi
gaya bahasa mahasiswa. Karena semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial maka
semakin luas atau semakin banyak gaya bahasa yang di ketahui dan diadaptasi pada kehidupan
sehari-hari. Dan bila ditinjau lebih jauh tidak sedikit mahasiswa yang kehilangan kaidah
penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini terlihat dari penggunaan gaya bahasa
dan penulisan yang salah, dengan penempatan huruf kapital yang salah, penggunaan tanda baca
atau simbol yang tidak sesuai atau bahkan berlebihan, dan juga singkatan-singkatan yang tidak
dibenarkan dalam kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Jika dibiarkan begitu saja dikhawatirkan hal ini akan membudidaya dan mengakar di
kalangan mahasiswa sehingga membuat bahasa Indonesia yang baik dan benar semakin
terlupakan mengingat bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa yang sudah
seharusnya kita banggakan bersama.
Alasan penulis mememakai judul dampak yang ditimbulkan dari penggunaan bahasa
indonesia yang salah pada media sosial di kalangan mahasiswa karena penulis melihat

bagaimana sikap mahasiswa saat ini yang tidak lagi menggunakan tata bahasa yang baik dan
benar sesuai kaidah bahasa Indonesia baik dalam penulisan maupun gaya bahasa yang
digunakan. Selain itu penulis juga melihat bagaimana penggunaan kosakata, singkatan, dan
tanda baca yang tidak lagi sesuai dengan aturan dan tata cara penulisan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan dalam identifikasi
masalah, sebagai berikut :
1. Bagiamana dampak dan Pengaruh yang ditimbulkan dari penggunaan bahasa
Indonesia yang salah pada media sosial di kehidupan Mahasiswa ?
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan penulisanterdapat dalam beberapa hal, yaitu :
1. Tujuan obyektif :
a. Memberi pengetahuan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
b. Memberi pengetahuan tentang penggunaan tata bahasa yang baik pada media
sosial
c. Memberi pengetahuan Dampak buruk yang ditimbulkan oleh penggunaan
bahasa Indonesia yang salah pada media sosial.
d. Memberi pengetahuan tentang bagaimana mengurangi penggunaan bahasa
Indonesia yang salah pada media sosial.
2. Tujuan subyektif
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
4. Metode Penelitian
Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan 2 metode yaitu metode studi
pustaka dan metode deskriptif. Metode studi pustaka merupakan sebuah metode yang
dilakukan dengan cara mengambil data-data dari buku dan internet yang berhubungan dengan
dampak dari penggunaan bahasa indonesia yang salah pada media sosial di kalangan
mahasiswa dimana tujuan metode studi pustaka yaitu untuk mendukung kelengkapan data dari
artikel. Dan yang kedua adalah metode deskriptif, dimana metode ini merupakan Penelitian
yang dilakukan dengan meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada saat sekarang. Dimana tujuan penelitian
diskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta dan sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

B. KERANGKA TEORI
1. Bahasa
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri. Selain itu Bahasa juga diartikan sebagai alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar ialah bahasa yang digunakan sesuai dengan
norma kemasyarakatan yang berlaku sedangkan bahasa Indonesia yang benar Bahasa
Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah
pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah
penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata
ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah
bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.
2. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik sebagai salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji mengenai
bahasa dan hubungannya dalam pemakaiannya di masyarakat. Ini berarti bahwa
sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem
komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu.
(Sumarsono, 2004:1)
Joshua A. Fishman dalam Pateda (1987:3) berpendapat bahwa sosiolinguistik adalah
studi mengenai ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsinya, dan pembicaranya karena ketiga
unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam sebuah
masyarakat tutur. Sosiolinguistik dapat mengacu kepada pemakaian data kebahasaan dan
menganalisis ke dalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial, dan sebaliknya,
mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam linguistik. Sebagai gejala
sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik
tetapi juga oleh faktor-faktor non-linguistik, antara lain adalah faktor-faktor sosial. Faktorfaktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa misalnya status sosial, tingkat
pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya. Di samping itu,
pemakaian bahasa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu siapa berbicara
dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai masalah apa seperti yang
dirumuskan oleh Fishman dalam Suwito (1991:4). Adanya faktor-faktor sosial dan faktor-

faktor situasional mempengaruhi pemakaian bahasa, sehingga timbullah variasi-variasi


bahasa.
3. Singkatan dan Akronim
Akronim dan singkatan merupakan bagian dari proses abreviasi. Istilah abreviasi yang
dipakai oleh Kridalaksana (1989:159) adalah proses penanggalan satu atau beberapa
bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata.
Menurut Anton M. Moeliono, istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan bentuk
sebagai pengganti bentuk yang lengkap atau bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti
kata atau klausa. (2007:3). Kridalaksana (1989:162) mengemukakan bahwa bentuk-bentuk
kependekan adalah (1) singkatan, (2) penggalan, (3) akronim, (4) kontraksi, dan (5)
lambang huruf. Penelitian ini akan membahas bentuk kependekan (abreviasi) yang akan
dibatasi mengenai singkatan dan akronim. Singkatan dan akronim pada media sosial
dilakukan untuk mempersingkat pengetikan, juga sebagai variasi penulisan.
Singkatan
Salah satu bentuk abreviasi yang digunakan dalam status FB adalah singkatan.
Kridalaksana (1989:162) menyebutkan bahwa singkatan adalah satu di antara hasil
pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi
huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf. Ada beberapa bentuk singkatan
yang digunakan pada media social seperti chatting dan SMS diantaranya sebagai
berikut :
a. Singkatan yang menggunakan huruf awal capital
Singkatan berikut ini sesuai dengan pola pertama, dibentuk dari huruf awal
pada sebuah kata. Penulisan singkatan itu biasanya menggunakan huruf
kapital dan tidak disertai tanda titik.
b. Bentuk penggalan
Bentuk singkatan ini disebut juga pemendekan kata. Dalam istilah
komputer, kata yang disingkat semacam ini banyak ditemukan.
c. Angka sebagai pengganti kata dan suku kata
Penggunaan angka untuk menggantikan sebuah kata atau suku kata ini
dipilih berdasarkan kesesuaian bunyi dengan kata atau suku kata yang
digantikannya. Penyingkatan semacam ini merupakan pola baru dalam
proses penyingkatan sebuah kata.
d. Gabungan huruf dan angka
Singkatan berikut ini dibentuk dari gabungan antara huruf dan angka. Angka
yang dipilih adalah angka yang memiliki lafal yang sama dengan kata atau
suku kata yang digantikannya. Proses penyingkatan semacam ini kerap

menimbulkan kebingungan karena orang harus menebak-nebak terlebih


dahulu sebelum mengetahui makna sebenarnya. Hal itu lebih tepat disebut
sebagai permainan bahasa yang dipergunakan oleh pemakai media sosial
dan SMS.
e. Singkatan yang menghilangkan unsur vokal dalam sebuah kata
Bentuk singkatan dengan pola penghilangan vokallah yang paling banyak
digunakan pengguna media chatting dan SMS. Di samping mudah
menyingkatnya, hal ini disebabkan karena hampir semua kata dapat
disingkat menjadi bentukan semacam ini. Tentu saja hal ini dapat
menimbulkan keambiguan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bahasa adalah kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan
aturan sintaksis untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa merupakan alat yang sangat
tidak memadai untuk berpikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat (C.P.F.Lecoutere, L.
Grootaers). Di zaman dunia yang sudah semakin modern ini penggunaan media sosial banyak
diminati oleh kalangan remaja. Dengan begitu banyak kalangan remaja yang memanfaatkan
kelebihan media sosial sebagai sarana untuk berinteraksi dengan sesama pengguna media sosial lain,
dengan begitu secara tidak langsung akan terjalin sebuah hubungan atau interaksi sosial sesama
pengguna media sosial. Akan tetapi dalam penggunaannya banyak kalangan remaja yang tidak
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga menyebabkan banyaknya muncul
kosakata-kosakata baru dalam berkomunikasi atau singkatan-singkatan yang tidak dibenarkan dalam
tata cara penulisan bahasa indonesia.

Bahasa Indonesia adalah salah satu aset penting bangsa Indonesia. Karena Bahasa Indonesia
merupakan satu-satunya bahasa resmi yang membantu berbagai suku di Indonesia untuk
berkomunikasi secara baik (Mustakim, 1994 : 2). Namun Bahasa Indonesia hari ini menghadapi
tantangan yang berat seiring intervensi dan realitas penggunaan bahasa pada dunia maya atau
jejaring sosial yang bertolak belakang dengan prinsip penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Hal ini disebabkan oleh keadaan dimana media sosial merupakan bukan sebuah media formal
atau bukan merupakan sebuah situasi formal dimana bahasa Indonesia secara baik dan benar pun
tidak perlu digunakan di dalamnya.
Di sosial media penggunaan bahasa tidak terikat pada suatu peraturan. Itulah sebabnya anak
muda banyak berkreasi dengan bahasa sehingga semakin banyak orang yang penasaran dengan
artinya, maka semakin banyak yang menggunakan bahasa tersebut. Namun akan tetapi hal ini jika
berkelanjutan tentunya akan menimbulkan masalah yang serius pada penggunaan tata bahasa
Indonesia dalam keadaan formal lain di luar media sosial. Dan juga ancaman yang sangat serius
terhadap bahasa Indonesia dimana merupakan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa
generasi muda zaman sekarang. Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam
bahasa baku dan tidak baku. Bahasa baku biasnya digunakan dalm acara-acara yang kurang formal
dampak yang ditimbulkan pada mahasiswa dalam penggunaan bahasa Indonesia yang salah
pada media sosial ialah adanya pengaruh pada kegiatan formal perkuliahan seperti, penulisan jurnal,
penulisan tata tulis karya ilmiah, dll. Dimana seorang mahasiswa dituntut untuk mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kegiatan perkuliahan yang ia jalani
seperti presentasi. Seorang mahasiswa dalam melakukan presentasi haruslah mampu mengusai
bahasa yang formal dalam penyampaian pesan kepada para pendengar dan juga penulisan materi
presentasi juga dituntut menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Faktor lain dalam penggunaan bahasa Indonesia yang salah pada media sosial di kalangan
mahasiswa ialah adanya trend dalam penggunaan kata atau kalimat tersebut dalam kehidupan sehari
hari. Tentu saja faktor pengaruh dari trend ini sangat memiliki pengaruh besar dalam kehidupan
bermedia sosial dimana nantinya bahasa tersebut akan teradopsi dalam kehidupan sehari-hari. Faktor
trend ini muncul dari pengaruh media massa, seperti televise, radio dan media cetak seperti majalah,
dll. Inilah kenyataan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang salah dapat muncul di tengah
eksistensi bahasa Indonesia dan ini tidak dapat dihindari, ini karena pengaruh perkembangan alat
komunikasi yang terus berkembang dan karena penggunaan bahasa yang salah dipakai oleh kalangan
remaja kebanyakan maka bahasa baku akan tergeser eksistensinya. Apalagi dengan maraknya dunia

kalangan artis menggunakan bahasa-bahasa yang bebas di media massa dan elektronik, membuat
remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini sudah menjadi wajar karena
remaja suka meniru hal-hal yang baru. Inilah yang menjadi awal lunturnya bahasa Indonesia yang
baik Jika hal ini terus berlangsung, dikhawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia
dikalangan remaja bahkan dikalangan remaja.
Orang tua berkewajiban untuk mengajarkan penggunaan bahasa yang baik dan benar kepada
anak sejak kecil. Penggunaan bahasa yang baik dapat mempermudah dalam menyampaikan
informasi. Di dalam kehidupan sehari-hari seharusnya digunakan tata bahasa yang baik dan benar
supaya masyarakat khususnya remaja terbiasa untuk berkomunikasi secara lebih efektif. Karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa. Untuk
itulah, kita sebagai generasi muda, harus cermat dalam memilih serta mengikuti trend yang ada.
Kata-kata yang digunakan dalam berbicara seseorang dapat mencerminkan kemampuan
berpikir dan tingkat kepribadiannya. Kepribadian seseorang yang baik dapat memilih apa saja yang
harus diucapkan dan dibicarakan. Tidak berlebihan jika seseorang yang pandai berbahasa Indonesia,
ia akan merasa diterima dan dihargai oleh berbagai kalangan. Ada beberapa solusi yang dapat
meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar yaitu, menyadarkan dan
memotivasi mahasiswa akan fungsi dan pentingnya bahasa yang baku. Selanjutnya, hal ini juga
membutuhkan suatu upaya pembiasaan, artinya, mahasiswa dilatih untuk berbahasa secara tepat, baik
secara lisan maupun tulis setiap saat setidaknya selama berada di lingkungan sekolah. Pembiasaan ini
akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada remaja. Proses penyadaran
dan pembiasaan tidak kalah penting, hal ini akan menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari
bahasa Indonesia yang baik dan benar.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Tata bahasa indonesia pada saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat
Indonesia khususnya para remaja, sudah banyak kesulitan dalam berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut terjadi
dikarenakan bebeapa hal berikut diantaranya :
1. Masyarakat Indonesia kurang mengenal bahasa baku yang baik dan benar.
2. Kurangnya masyarakat Indonesia dalam memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).

3. Masyarakat

Indonesia

menganggap

remeh

bahasa

Indonesia

dan

tidak

mau

mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
4. Dalam penggunaaan sosial media penggunaan bahasa tidak terikat suatu peraturan. Dll
B. SARAN
Penggunaan ragam bahasa Indonesia memang diperbolehkan dalam situasi tertentu, hanya
dalam situasi tertentu, dan sebaiknya penggunaan ragam bahasa Indonesia ini tidak terlalu
sering digunakan dimana dikhawatirkan mempengaruhi individu tertentu dalam beberapa
situasi formal. Remaja hendaknya membudidayakan bahasa Indonesia dan meningkatkan
kembali eksistensinya di kalangan remaja. Dan juga dengan menjaga intensitas penggunaan
ragam bahasa maka dapat mempertahankan budaya bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Orang tua dan pendidik mempunyai tugas untuk menyadarkan dan memotivasikan remaja
akan fungsi dan pentingnya bahasa yang baku. Proses penyadaran dan pembiasaan tidak
kalah penting, hal ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat, misalnya
tugas menuliskan suatu artikel atau karangan dengan bahasa yang baku. Hal ini akan
menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dimana seperti yang kita ketahui bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi
kenegaraan dan lambing dari identitas nasional. Dengan begitu para remaja turut melestarikan
dan menjaga budaya berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
https://aldawamu.wordpress.com/2013/02/13/maraknya-penggunaan-bahasa-alay

dalam-jejaring-sosial-di-kalangan-remaja/
https://www.academia.edu/8450522/fenomena_bahasa_alay_dikalangan_remaja_SMP

_NEGERI_2_MAKASSAR_Pendekatan_Kualitatif_
https://www.academia.edu/9132801/PENELITIAN_MENGENAI_PENGARUH_NE
GATIF_JEJARING_SOSIAL_PADA_PERKEMBANGAN_DAN_PERTUMBUHAN
_REMAJA_INDONESIA_Bidang_Ilmu_terapan_SOSIAL

You might also like