Professional Documents
Culture Documents
AKUSTIK AKUT
PENDAHULUAN
Sistem pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi
oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui
udara atau tulang ke koklea (Efiaty et al., 2007).
ANOTOMI DAN
FISIOLOGI
Telinga terdiri atas tiga bagian dasar, yaitu telinga
bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian
dalam. Setiap bagian telinga bekerja dengan tugas
khusus untuk mendeteksi dan menginterpretasikan
bunyi (Efiaty et al., 2007).
TELINGA LUAR
TELINGA TENGAH
TELINGA DALAM
FISIOL
OGI
Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara mencapai
membran tympani, membran tympani bergetar menyebabkan tulang-tulang
pendengaran bergetar. Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval
menimbulkan getaran pada perilymph di scala vestibule
Getaran yang bernada tinggi pada perilymp scala vestibuli akan melintasi membrana
vestibularis yang terletak dekat ke telinga tengah. Sebaliknya nada rendah akan
menggetarkan bagian membrana basilaris di daerah apex. Getaran ini kemudian akan
turun ke perilymp scala tympani, kemudian keluar melalui tingkap bulat ke telinga
tengah untuk diredam (Guyton et al., 2006).
Sewaktu membrana basilaris bergetar, rambut-rambut pada sel-sel rambut bergetar
terhadap membrana tectoria, hal ini menimbulkan suatu potensial aksi yang akan
berubah menjadi impuls. Impuls dijalarkan melalui saraf otak statoacustikus (saraf
pendengaran) ke medulla oblongata kemudian ke colliculus Persepsi auditif terjadi
setelah proses sensori atau sensasi auditif.
Gelombang suara
Getaran membrana
timpani
Getaran tulang-tulang
pendengaran
Getaran jendela oval
Getaran membrana
basilaris
PATOFISIOLOGI
Paparan
suara
keras
sel-sel rambut
dalam
serta saraf
pendengaran
vakularisasi
stria
iskemik reperfusi,
pengeluaran glutamat
peningkatan radikal
bebas di mitokondria
membran lipid,
protein
Nucleus
mitokondria
DNA.
Stres
oksidatif
Reactive oxygen
species (ROS),
reactive nitrogen
species (RNS)
lipid peroksida
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat ditanyakan penyebab
sebelum terjadinya ketulian. Pernahkah terpapar atau mendapatkan trauma
pada kepala maupun telinga baik suara bising, suara ledakan yang memicu
terjadinya gangguan pendengaran (Efiaty et al., 2007).
Pada pemeriksaan fisik telinga tidak ditemukan adanya kelainan dari telinga
luar hingga membran timpani.
Pada tes dengan garpu tala menunjukkan adanya tuli sensorineural.
Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tulisensorineural pada
frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz sering terdapat
takik(notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian akibat taruma akustik.
Ambang dengar paling peka pada nada diantara 1000Hz dan 3000Hz dan
dari hasil penelitian dikatakan bahwa ketulian yang paling dini terjadi pada
sekitar satu oktaf di atas skala frekuensi nada stimulator (Sulistyanto et al.,
2009).
PENATALAKSANAAN
Pemberian antioksidan N-acetylcysteine (NAC) dari
penelitian yang telah dilakukan, N-acetylcysteine (NAC)
mempunyai mekanisme kerja sebagai pengikat radikal
bebas yang ditimbulkan oleh trauma akustik akut
(Kahraman et al., 2007).
Penderita dapat diberikan kortikosteroid sistemik,
contohnya dengan pemberian deksametason
(10mg/kg/hari) selama 5 hari berturut-turut (Colombari
et al., 2014).
Apabila penderita sampai pada tahap gangguan
pendengaran maka dapat menggunakan alat bantu
dengar.
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap trauma akustik akut antara
laindengan menghindari suara bising, berhati-hati
dalam aktivitas yang berisiko seperti latihan tembak
militer.Langkah terakhir dalam pengendalian
kebisingan adalah dengan menggunakan
alatpelindung pendengaran (earplug, earmuff)
(Dhammadejsakdi et al., 2009).
TERIMA KASIH