You are on page 1of 4

A.

Cara Pemberian dan Pembacaan


Uji tuberkulin dilakukan dengan injeksi 0,1 ml PPD secara intradermal (dengan metode
Mantoux) di volar / permukaan belakang lengan bawah. Injeksi tuberkulin menggunakan jarum
gauge 27 dan spuit tuberkulin, saat melakukan injeksi harus membentuk sudut 30 antara kulit
dan jarum. Penyuntikan dianggap berhasil jika pada saat menyuntikkan didapatkan indurasi
diameter 6-10 mm. Uji ini dibaca dalam waktu 48-72 jam setelah suntikan. Hasil uji tuberkulin
dicatat sebagai diameter indurasi bukan kemerahan dengan cara palpasi. Standarisasi digunakan
diameter indurasi diukur secara transversal dari panjang axis lengan bawah dicatat dalam
milimeter.1
B. Intepretasi Uji Tuberkulin
Untuk menginterpretasikan uji tuberkulin dengan tepat, harus mengetahui sensitivitas dan
spesivisitas juga uji ramal positif dan uji ramal negatif. Efektifitas dalam menemukan infeksi
Mycobacterium tuberculosis dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90% tergantung usia dari
pasien yang diperiksa. Semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang
spesifik. Uji tuberkulin dilaporkan mempunyai uji ramal positif dan negatif 10-25%.Sebab-sebab
hasil positif palsu dan negatif palsu uji tuberkulin/Mantoux:
Hasil positif palsu dapat terjadi apabila:
Penyuntikan yang salah
Interprestasi tidak betul
Reaksi silang dengan Mycobacterium atipic
Sedangkan hasil negatif palsu dapat ditemukan pada:
Masa inkubasi
Penyimpanan tidak baik dan penyuntikan salah
Interprestasi tidak betul
Menderita tuberkulosis yang luas dan berat
Disertai infeksi virus (campak, rubella, cacar air, influenza, HIV)
Imunokompetensi seluler, termasuk pemakaian kortikosteroid
Kekurangan komplemen
Demam
Leukositosis
Malnutrisi
Hasil uji tuberkulin negatif dapat diartikan sebagai seseorang tersebut tidak terinfeksi
dengan basil Mycobacterium tuberculosis. Selain itu dapat juga oleh karena terjadi pada saat
kurang dari 10 minggu sebelum imunologi seseorang terhadap basil Mycobacterium tuberculosis
terbentuk. Jika terjadi hasil yang negatif maka uji tuberkulin dapat diulang 3 bulan setelah
suntikan pertama.1

Hasil uji tuberkulin yang positif dapat diartikan sebagai seseorang tersebut sedang
terinfeksi basil Mycobacterium tuberculosis. Terpenting disini adalah jika seseorang sedang
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis apakah sedang terinfeksi atau sakit tuberkulosis. Sehingga
guideline ACHA menyebutkan jika hasil uji tuberkulin positif maka harus dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan foto toraks dan pemeriksaan dahak. Jika hasil foto toraks tersebut normal
maka dapat dilakukan pemberian terapi tuberkulosis laten, tetapi jika hasil foto toraks terjadi
kelainan dan menunjukkan ke arah tuberkulosis maka dapat dimasukkan dalam Mycobacterium
tuberculosis aktif.
Pengaruh keadaan-keadaan tertentu terhadap hasil tuberkulin, antara lain:
1. Terapi kortikosteroid
Kortikosteroid dapat menghilangkan atau menurunkan hipersensitivitas tuberkulin, tetapi
dapat timbul lagi setelah terapi dihentikan. Pasien tuberkulosis dengan hipersensitivitas kuat
yang diuji tuberkulin dicampur kortison asetat maka indurasi berkurang.
2. Penyakit Hodgkin
Seperti juga penyakit retikulosit yang lain misalnya limfosarkoma, leukimia limfositik kronik
hipersensitivitasnya terhadap tuberkulin melemah sampai negatif. Sekitar 95% pasien
limfoma Hodgkin dan 52% pasien retikulosis yang lain gagal memberi reaksi terhadap
Mantoux PPD 10 IU.
3. Sarkoidosis
Pada penyakit ini hipersensitivitas tuberkulin melemah. Hal serupa terdapat juga pada
kandida, pertusis, dan mumps. Kurang lebih 70% pasien sarkoidosis uji tuberkulinnya
melemah atau negatif.
Uji tuberkulin dapat dilakukan dengan mencampur tuberkulin dengan emulsi parafin dan
lanolin untuk menghambat absorbsi dan memperpanjang hasil uji.
4. Penyakit infeksi
Infeksi seperti rubella, demam scarlet, pertusis, mumps, campak maupun vaksinasi terhadap
campak, poliomyelitis, yellow fever akan menekan raksi tuberkulin. Dengan demikian
vaksinasi terhadap anak yang sakit tuberkulosis akan menghasilkan uji tuberkulin yang
lemah.
5. Keganasan
Keganasan menekan reaksi tuberkulin menjadi lemah sampai negatif. Uji tuberkulin dipakai
untuk menilai derajat imunitas tipe IV pada penderita kanker yang diterapi dengan
imunoterapi.
6. Transfusi darah
Transfusi darah yang mengandung tuberkulin positif dapat merubah sementara penderita
tuberkulin negatif menjadi positif.

Dengan dasar sensitivitas dan spesivisitas, prevalensi tuberkulosis masing-masing kelompok


dapat dibedakan.
Terdapat cut-off point yang direkomendasikan untuk mengartikan reaksi uji tuberkulin,
yaitu:1
< 5 mm : dinyatakan uji tuberkulin negatif
5 mm atau lebih dikatakan positif pada :
Kontak erat dengan seseorang yang diketahui atau dicurigai menderita tuberkulosis.
Anak dengan gejala klinis atau dengan gambaran noduler atau fibrotik pada foto toraks.
Anak dengan kondisi imun yang lemah (imunosupresi), termasuk infeksi HIV, gizi

buruk, keganasan dan trasplantasi organ.


Anak dengan terapi yang menekan sistim imun seperti kortikosteroid
10 mm atau lebih dikatakan positif pada :
Infeksi tuberkulosis alamiah (imunisasi BCG atau Mycobacterium atipic )
Riwayat bepergian dari negara dengan prevalensi tinggi tuberkulosis kurang dari 5 tahun
Tinggal di daerah atau negara yang tinggi angka infeksi tuberkulosisnya (Indonesia)
Anak dengan kondisi risiko tinggi (diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang,
leukemia, penyakit ginjal stadium akhir, sindroma malabsorpsi kronik, berat badan

rendah, pengguna obat-obatan suntik dll)


Anak yang berusia kurang 4 tahun dan terpapar orang dewasa yang kategori risiko tinggi
15 mm atau lebih dikatakan positif pada :
Anak > 4 tahun tanpa faktor risiko apapun
Seseorang yang tanpa diketahui memilliki faktor risiko tuberkulosis

Catatan: program tes kulit hanya dilakukan pada kelompok risiko tinggi
Pada anak yang telah mendapat vaksinasi BCG baru menunjukkan reaksi terhadap uji
tuberkulin setelah 6-8 minggu, maka interpretasi uji tuberkulinnya bervariasi, ada yang
mendapatkan 6-20 mm. Santoso memilah 5-9 mm. Hasan mendapatkan hasil vaksinasi BCG
memberi indurasi 10-15 mm sebesar 65 % dan lebih besar 15 mm sebesar 35 %. Bila
vaksinasi dilakukan pada masa neonatus, Hurtwitz mendapatkan 10 % yang memberi
indurasi 5 mm atau lebih dan tidak ada yang mencapai 10 mm.2
Imunisasi BCG secara luas digunakan untukmencegah tuberkulosis yang berat. Data yang
didapat menyatakan bahwa BCG dapat memproteksi tuberkulosissecara luas dan meningitis
TB meskipun tidakdapat melawan tuberkulosis pada anak dan dewasa. Imunisasi BCG dapat
menyebabkan reaksi ujituberkulin menjdai positif tetapi keadaan ini berlangsung selama
beberapa tahun setelah BCGdiberikan. Reaksi ini umumnya kecil (< 6mm). Jika reaksi uji
tuberkulin dengan ukuran yang lebihbesar dapat menggambarkan positif atau abnormal, yang
diartikan sebagai seeorangtersebut terpapar dengan basil Mycobacterium tuberculosis,

terdapat antibodi terhadap basil Mycobacterium tuberculosis dan sewaktu-waktudapat


menjadi aktif.1 Secara klinis, apabila pada pasien anak dengan sugestif tuberkulosis dan
belum pernah divaksinasi BCG sebelumnya kemudian dilakukan uji tuberkulin dan
ditemukan hasil positif tuberkulosis, maka vaksinasi BCG tidak lagi diperlukan.2

Daftar Pustaka
1. Kenyorini, Suradi, Surjanto E. 2006. Uji Tuberkulin. Dalam: Jurnal Tuberkulosis
Indonesia Vol.3 No.2 September

2006. Jakarta: Perkumpulan

Pemberantasan

Tuberkulosis Indonesia 1-5.


2. Sagoro, Djati. 2004. Nilai Diagnostik Tes Tuberkulin pada TB. Semarang: UPT Pustaka
UNDIP.

You might also like