Professional Documents
Culture Documents
BAB I
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
3 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Tempat/Tgl.Lahir
Agama
Islam
Suku bangsa
Jawa
Status Marital
Belum Menikah
Pendidikan Terakhir
Belum sekolah
II.
A.
ANAMNESA
Keluhan Utama
Anak belum dapat berbicara dengan jelas pada usia saat ini (3 tahun)
B. Hetero Anamnesis
Pasien dibawa ke poli ARLAN (Anak Remaja dan Lansia) RSJ Dr
Radjiman Wediodiningrat Lawang dengan keluhan anak belum dapat
berbicara dengan jelas pada saat usia saat ini. Ibu pasien mengatakan jika
anak belum dapat berbicara dengan jelas hingga usia 3 tahun. Hal ini
dirasakan oleh ibu sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu, ketika ibu
membawa anaknya untuk berkunjung kerumah saudara. Ibu menyadari
jika anaknya tidak sama dengan anak lainnya yang seusia pasien saat ini.
Jika anak lainnya sudah bisa mengeluarkan banyak kata-kata dengan
jelas, anak pasien hanya bisa mengucapkan kata ayah, dan ibu. Ibu juga
mengatakan kalau anaknya tidak bisa fokus.
C. Keluhan dan keterangan penderita (autoanamnesis)
a. Alasan datang ke rumah sakit (maksud dan tujuan anak datang
kerumah sakit): ketika pemeriksa memanggil nama pasien tidak ada
kontak mata dan tidak ada respon secara verbal. Pasien hanya
berbicara sendiri yang tak jelas kalimatnya.
b. Hobi dan perhatian anak pada sesuatu (bakat, hobi, dan perhatian pada
sesuatu hal): pada saat pemeriksa meminta pasien untuk menggambar
sesuatu dengan pulpen, pasien tidak merespon dan tetap asik dengan
memencet-mencet tombol handphone.
c. Hubungan sosial anak (dengan tetangga, disekolah dan tempat lain,
yang disenangi/tidak): informasi didapatkan dari ibu (pasien kurang
disenangi oleh teman bermainnya karena sering memukul teman
bermainnya tanpa sebab)
d. Hubungan dengan teman dekat dan sebaya/peer relation: informasi
didapatkan dari ibu (di lingkungan rumah pasien tidak ada yang ingin
bermain dengan pasien karena pasien dianggap nakal)
e. Rencana anak untuk masa depan:
Anak-anak: f. Hubungan anak dengan keluarga rumah: (info dari ibu) pasien sangat
di perhatikan dan di manja oleh keluarga
g. Pembicaraan tambahan/khusus pada persoalan atau kesulitan: belum
bisa berbicara jelas
h. Status kesehatan anak: i. Fantasi (dibawah 9 tahun):j. Kesadaran sosial anak: (info ibu pasien) jarang bermain di sekitar
D.
lingkungan rumah
Riwayat perkembangan anak
Lahir cukup bulan dan mengaku normal. Lahir di rumah sakit dan
persalinan dibantu oleh dokter spesialis kandungan, namun sang ibu
bercerita ketika persalinan ibu tidak kuat mengejan hingga pingsan yang
akhirnya melakukan tindakan vakum, setelah bayi lahir (tidak menangis).
Selama kehamilan ibu pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obatobatan atau jamu. Pasien mendapatkan ASI hingga umur 2 tahun. Pasien
mulai diajarkan toilet training pada umur 3 tahun. Pasien dapat duduk,
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Generalis:
Tensi
:
Respirasi :
- mmhg
18 x/menit
Keadaan Umum
Kepala/Leher
Thorax
:
:
:
Abdomen
Ekstremitas
:
:
Nadi
suhu
:
:
100 x/menit
36,5C
Compos Mentis
a/i/c/d -/-/-/Cor : S1 S2 tunggal Reguler
Murmur (-)
Pulmo :Vesiculer +/+, Rh -/-, Wh -/Supel, Bising usus (+), meteorismus (-)
akral hangat +/+
+/+
oedem -/-/-
Pemeriksaan Saraf
GCS
Meningeal Sign
Refleks Fisiologik
:
:
:
Refleks Patologik
4-5-6
kaku kuduk (-)
BPR +2/+2 APR +2/+2 KPR +2/+2
TPR +2/+2
Babinski (-) / (-)
Tromer (-) / (-)
Chaddock (-) / (-)
Pemeriksaan Psikiatri:
Kesan Umum
Kontak
Verbal (-)
Non verbal (-)
Kesadaran
Sulit dievaluasi
Orientasi
W/T/O +/+/+
Daya ingat
Persepsi
Proses berpikir
Afek/emosi
Kemauan
Psikomotor
Meningkat
IV.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I
: (F. Autism)
Axis II
Axis III
:-
Axis IV
:-
Axis V
V.
TATA LAKSANA
Obat terapi :
Psikoterapi
dianjurkan
Memotivasi pasien untuk kembali tenang dan memperhatikan
sekitarnya
Sosial Terapi
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai keadaan pasien,
Monitoring
VI.
Keluhan pasien
Observasi vital sign dan keadaan umum
Efek samping obat
PROGNOSIS
Dubia at malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Autisme berasal dari kata yunani yaitu autos yang berarti diri sendiri dan
isme yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham
tertarik pada dunianya sendiri (Suryana, 2004). Autisme pertama kali ditemukan
oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan berbahasa
yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, mutism,
pembalikkan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute
ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan
didalam lingkungannya (Dawson dan Castelloe, 2007).
Autism adalah perkembangan kekacauan otak dan gangguan pervasive
yang di tandai dengan terganggunya interaksi sosial, keterlambatan dalam bidang
komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan
emosi, interaksi social, gangguan dalam perasaan sensoris, serta tingkah laku yang
berulang-ulang. Gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar
dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa, menangis dan marah
- marah sendiri. Gejala autism dapat terdeteksi pada usia sebelum 3 tahun
(Huzaemah, 2010).
Banyaknya jumlah autisme diatas sangat mengkhawatirkan mengingat
sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan
diantara para ahli dan dokter di dunia (Winarno dan Agustina, 2008).
II. Epidemiologi
Prevalensi atau peluang timbulnya penyakit autisme semakin tinggi, pada
tahun 1988 terdapat sekitar 1 dari 10.000 anak terkena autisme. Pada tahun 2003,
1 dari 1000 anak, tahun 2007 1 dari 166 anak, dan saat ini 1 dari 150 anak atau
setiap tahun timbul sekitar 9000 anak autisme baru (Winarno dan Agustina, 2008).
Banyaknya jumlah autisme diatas sangat mengkhawatirkan mengingat
sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan
diantara para ahli dan dokter di dunia (Winarno dan Agustina, 2008).
III. Etiologi
Beberapa tahun lalu, penyebab autisme masih merupakan suatu misteri,
oleh karena itu banyak hipotesis yang berkembang mengenai penyebab
autisme. Salah satu hipotesis yang kemudian mendapat tanggapan yang luas
adalah teori ibu yang dingin menurut teori ini dikatakan bahwa anak masuk
kedalam dunianya sendiri oleh karena merasa ditolak oleh ibu yang dingin.
Teori ini yang banyak menentang karena banyak ibu yang bersifat hangat tetap
mempunyai anak yang menunjukkan ciri-ciri autisme. Teori tersebut tidak
memberi gambaran secara pasti, sehingga hal ini mengakibatkan penanganan
yang diberikan kurang tepat bahkan tidak jarang berlawanan dan berakibat
kurang menguntungan bagi pekembangan individu autisme. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kedokteran akhir-akhir ini telah
menginformasikan individu dengan gangguan autisme mengalami kelainan
neurobiologis pada susunan saraf pusat. Kelainan ini berupa pertumbuhan sel
otak yang tidak sempurna pada beberapa bagian otak. Gangguan pertumbuhan
sel otak ini, terjadi selama kehamilan, terutama kemahilan muda dimana selsel otak sedang dibentuk. (individu)
Pemeriksaan dengan alat khusus yang disebut Magnetic Resonance
Imaging (MRI) pada otak ditemukan adanya kerusakan yang khas di dalam
otak pada daerah apa yang disebut dengan limbik sistem (pusat emosi). Pada
umumnya individu autisme tidak dapat mengendalikan emosinya, sering
agresif terhadap orang lain dan diri sendiri, atau sangat pasif seolah- olah tidak
mempunyai emosi. Selain itu muncul pula perilaku yang berulang-ulang
(stereotipik) dan hiperaktivitas. Kedua peilaku tersebut erat kaitannya dengan
adanya gangguan pada daerah limbik sistem di otak. Terdapat beberapa
dugaan yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada otak yang menimbulkan
gangguan autisme di antaranya adanya pertumbuhan jamur candida yang
berlebihan di dalam usus. Akibat terlalu banyak jamur , maka sekresi enzim ke
dalam usus berkurang. Kekurangan enzim menyebabkan makanan tak dapat
dicerna dengan sempurna. Beberapa protein jika tidak dicerna secara
sempurna akan menjadi racun bagi tubuh. Protein biasanya suatu rantai yang
terdiri dari 20 asam amino. Bila pencernaan baik, maka rantai tersebut
seluruhnya dapat diputus dan ke-20 asam amino tersebut akan diserap oleh
tubuh. Namun bila pencernaan kurang baik, maka masih ada beberapa asam
amino yang rantainya belum terputus. Rangkaian yang terdiri dari beberapa
asam amino disebut peptida. Oleh karena adanya kebocoran usus, maka
peptida tersebut diserap melalui dinding usus, masuk ke dalam aliran darah,
menembus ke dalam otak. Di dalam otak peptida tersebut ditangkap oleh
reseptor oploid, dan ia berfungsi seperti opium atau morfin. Melimpahnya zatzat yang bekerja seperti opium ini ke dalam otak menyebabkan terganggunya
kerja susunan saraf pusat. Yang terganggu biasanya seperti persepsi, kognisi
(kecerdasan), emosi, dan perilaku. Dimana gejalanya mirip dengan gejala
yang ada pada individu autisme. Tentu masih terdapat dugaan-dugaan lain
yang menimbulkan keruskan pada otak seperti adanya timbal , mercury atau
zat beracun lainnya yang termakan bersama makanan yang dikonsumsi ibu
hamil, yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan otak janin yang
dikandungnya. Apapun yang melatarbelakangi penyebab gangguan pada
individu autisme, yang jelas bukan karena ibu yang frigit (ibu yang tidak
memberi kehangatan kasih sayang), seperti yang dianut dahulu, akan tetapi
gangguan pada autisme terjadi erat kaitannya dengan gangguan pada otak.
Gejala-gejala autisme
Gejala autisme timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian
anak gejala gangguan perkembangan ini sudah terlihat sejak lahir. Seorang ibu
yang cermat dapat melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai
usia satu tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya kontak mata dan
kurangnya minat untuk berinteraksi dengan orang lain.
Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,
seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3 - 4 bulan. Bila
ibu merangsang bayinya dengan menggerincingkan mainan dan mengajak
berbicara, maka bayi tersebut akan berespon dan bereaksi dengan ocehan serta
gerakan. Makin lama bayi makin responsive terhadap rangsang dari luar
seiring dengan berkembangnya kemampuan sensorik. Pada umur 6-8 bulan ia
sudah bisa berinteraksi dan memperhatikan orang yang mengajaknya bermain
dan berbicara. Hal ini tidak muncul atau sangat kurang pada bayi autistik. Ia
bersikap acuh tidak acuh dan seakan-akan menolak interaksi dengan orang
lain. Ia lebih suka bermain dengan dirinya sendiri atau dengan mainannya.
Perkembangan yang terganggu pada anak yang mengalami autisme:
1. Gangguan komunikasi
Munculnya kualitas komunikasi yang tidak normal ditunjukkan dengan:
Kemampuan wicara tidak berkembang atau mengalami keterlambatan
Pada anak tidak tampak usaha untuk berkomunikasi dengan lingkungan
sekitar.
dirinya sendiri, serta tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan
orang lain.
Gangguan perkembangan di atas tidak semua muncul pada setiap anak
autisme, tergantung dari berat ringannya gangguan yang diderita anak. Ada
beberapa gejala yang harus
autisme. Gejala-gejala tersebut terlihat sejak bayi atau anak menurut usia
sebagai berikut.
Tabel 2.1 Gejala-Gejala Autisme Menurut Usia Anak
Usia
0-6 bulan
Gejala-gejala
Bayi tampak terlalu tenang
(jarang menangis)
Terlalu
sensitif,
cepat
terganggu/terusik
Gerakan
tangan
dan
kaki
Perkembangan
kasar/halus
6-12 bulan
1-2 tahun
motorik
sering
tampak
normal
Sulit bila digendong
Memperhatikan
tangannya
sendiri
Terdapat
keterlambatan
dan
2-3 tahun
makanan cair
Tidak
tertarik
untuk
Tipe-tipe Autisme
Berdasarkan perilaku
Tipe-tipe autisme berdasarkan perilakunya dibedakan menjadi:
1. Aloof adalah anak autis yang berusaha menarik diri dari kontak sosial
dengan orang lain dan lebih suka menyendiri
2. Passive adalah anak autis yang hanya menerima kontak sosial tapi tidak
berusaha untuk menanggapinya
3. Active but odd adalah anak autis yang melakukan pendekatan tapi hanya
bersifat satu sisi saja dan bersifat aneh
Berdasarkan tingkat kecerdasan
Tipe-tipe autisme berdasarkan tingkat kecerdasannya dibedakan menjadi:
10
muncul sejak bayi. Kciri yang sangat menonjol adalah tidak ada kontak mata dan
reaksi yang. Sangat minim terhadap ibunya atau pengasuhnya.Ciri ini semakin
jelas dengan bertambahnya umur. Pada sebagian kecil lainnya dari individu
penyandang autisme, perkembangannya sudah terjadi secara .relatif normal.
Pada saat bayi sudah menatap, mengoceh, dan cukup menunjukkan reaksi pada
orang lain, tetapi kemudian pada suatu saat sebelum usia 3 tahun ia berhenti
berkembang dan terjadi kemunduran. Ia mulai menolak tatap mata, berhenti
mengoceh, dan tidak bereaksi terhadap orang lain.
Oleh karena itu kemudian diketahui bahwa seseorang baru dikatakan
mengalami gangguan autisme , jika ia memiliki gangguan perkembangan dalam
tiga aspek yaitu kualitas kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang
kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas
11
terlambat bicara, tidak ada usaha untuk berkomunikasi dengan gerak dan
mimik
menyakiti diri
12
tingkah laku tidak terarah, mondar mandir tanpa tujuan, lari-lari, manjatmanjat,berputar-putar,
melompat-lompat,
mengepak-ngepak
tangan,
keinginannya
5. Gangguan dalam sensoris atau penginderaan
menjilat-jilat benda
Karakteristik tersebut di atas sering juga disertai dengan adanya ketidak mampuan
untuk
bermain,
seperti;
tidak
menggunakan
mainan
sesuai
dengan
dasarnya
gangguan
autisme
tergolong
dalam
gangguan
13
pola
perkembangan
pertumbuhan kepala
gangguan
yang
disebabkan
perlambatan
14
imitasi
sosial
lainnya
sesuai
dengan
taraf
perkembangannya.
3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang.
Minimal harus ada 1dari gejala berikut ini :
Sikap tertarik yang sangat kuat/ preokupasi dengan bagianbagian tertentu dari obyek.
15
Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang
menyeluruh dan bersifat individual, dimana pendidikan khusus dan terapi wicara
merupakan komponen yang penting. Namun yang tidak boleh dilupakan adalah
bahwa masing-masing individu anak adalah unik, sehingga jangan beranggapan
bahwa satu metode berhasil untuk satu anak berarti metode tersebut akan berhasil
pula untuk anak yang lain. Akan lebih bijaksana bila metodenyalah yang
disesuaikan untuk si anak, bukan anak yang harus menyesuaikan diri untuk
metode terapi tertentu.
Suatu tim kerja terpadu yang terdiri dari: tenaga pendidik, tenaga medis
(psikiater, dokter anak), psikolog, ahli terapi wicara, terapi okupasi, pekerja sosial,
dan perawat, sangat diperlukan agar dapat mendeteksi dini, dan memberi
penanganan yang sesuai dan tepat waktu. Semakin dini terdeteksi dan mendapat
penanganan yang tepat, akan dapat tercapai hasil yang optimal.
Terapi Perilaku
Beberapa jenis terapi perilaku yang banyak digunakan:
16
Metode Floor time. Ini sejenis terapi bermain yang dilakukan pada anak.
Psikoterapi
Dengan adanya pengetahuan tentang faktor biologi pada autisme, psikodinamik
psikoterapi yang dilakukan pada anak yang masih kecil termasuk disini terapi
bermain yang tidak terstruktur, adalah tidak sesuai lagi. Psikoterapi individual,
baik dengan atau tanpa obat, mungkin lebih sesuai pada mereka yang telah
mempunyai fungsi lebih baik, saat usia mereka meningkat, mungkin timbul
perasaan cemas dan depresi ketika mereka menyadari kelainan dan kesukaran
dalam membina hubungan dengan orang.
Terapi obat
Pada sekelompok anak autistik, dengan gejala-gejala seperti temper tantrums,
agregasivitas, melukai diri sendiri, hiperaktivitas dan stereotipi, pemberian obatobattan yang sesuai dapat merupakan salah satu bagian dari program terapi yang
komprehensif. Juga sering dipakai untuk mengobati kondisi yang terkait seperti
depresi, cemas, perilaku obsesif-kompulsif, membantu mencegah self-injury dan
perilaku lain yang menimbulkan masalah.
Menempatkan anak ke level fungsional, dimana anak memperoleh manfaat
dari terapi yang lain.
Pemeriksaan yang lengkap dari kondisi fisik dan laboratorium harus
dilakukan sebelum memulai pemberian obat setiap 6 bulan, dianjurkan untuk
menilai lagi apakah obat masih diperlukan dalam terapi.
Obat-obatan yang digunakan a.l.:
Naltrexsone-antagonis opioda
Clomipramine-antidepresan
17
3.1 Kesimpulan
Mengingat beragamanya faktor etiologi, kompleksnya gejala, dan
prognosis yang dapat bervariasi pada autisme, perlu kiranya penanganan yang
komprehensif dari suatu tim terpadu yang yang berasal dari berbagai disiplin
ilmu-dokter (psikiater, dokter anak, neurolog), pendidik, psikolog, ahli terapi
wicara, terapi okupasi, pekerja sosial, juga perawat. Diharapkan dengan deteksi
dini dan penanganan yang tepat, serta pesatnya kemajuan dibidang teknologi
kedokteran, akan didapat hasil yang optimal bagi perkembangan anak-anak ini.
Anda akan dapat meninggalkan dunianya sendiri dan menikmati kehidupan diluar
dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
18
1.
2.
3.