You are on page 1of 47

Laporan Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

Long Case

DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI

Pembimbing :
Preceptor Fakultas : dr. Agung Saprasetya Dwi L., M.Sc. PH
Preceptor Lapangan : dr. Sugeng Rahadi

Disusun Oleh :
Argarini Dian Pratama
G4A013084

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014

Halaman Pengesahan
Laporan Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas
Long Case

DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat


Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh :
Argarini Dian Pratama
G4A013084

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:


Hari
:
Tanggal
:

Preseptor Fakultas

Preseptor Lapangan

dr. Agung S.D.L., M.Sc. PH


NIP. 19670905.200012.1.001dr.

dr. Sugeng Rahadi


NIP.196010281 198912 1 001

I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga

: Tn. H

Alamat lengkap

: RT 04 RW 02 Kecamatan Sokaraja Wetan,


Kabupaten Banyumas Prop. Jawa Tengah

Bentuk Keluarga

: Extended family

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
No

Nama

Status

L/P

Usia

Pendidika

Pekerjaan

Ket

n
1.
2.

Tn. H
Ny. S

KK
Istri

L
P

62
57

3. Nn.Sr
Anak
P
22
4 An.B
Cucu
L
3
Sumber : Data Primer, Oktober 2014

SMP
SD

Buruh
IRT

SMA
-

IRT
-

Responden

Kesimpulan :
Keluarga Tn. H merupakan keluarga inti Extended Family. An.B
menderita diare akut tanpa dehidrasi.

II. STATUS PENDERITA

A. Identitas Penderita
Nama

: An.B

Umur

: 3 tahun

Jenis kelamin

: Laki - laki

Status

: Belum menikah

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Kewarganegaraan

: Indonesia

Pekerjaan

:-

Pendidikan

:-

Penghasilan per bulan

:-

Alamat

: RT 04 RW 02 Kecamatan Sokaraja Wetan,


Kabupaten Banyumas Prop. Jawa Tengah

Tanggal periksa

: 28 Oktober 2014

Pengantar

: Nenek

B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan hari Selasa, tanggal 28 Oktober 2014.
Anamnesis dilakukan secara aloanamnesis oleh nenek pasien.
1. Keluhan Utama:
BAB cair sebanyak 5 kali dalam sehari

Keluhan Tambahan :
Mual, muntah 2x isi makanan dengan volume 1/2 gelas belimbing,
demam.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Puskesmas I Sokaraja dengan keluhan BAB
cair sejak 3 hari yang lalu. Malam sebelum masuk IGD Puskesmas pasien
mengeluhkan BAB cair sebanyak 5 kali. BAB cair disertai lendir, berbuih,
berwarna kuning, lebih berbau daripada biasanya. Pasien merasakan rasa
tidak nyaman pada perutnya, mengeluh mual dan disertai dengan muntah
isi makanan dengan volume 1/2 gelas belimbing. Pasien menyangkal
adanya demam dan nyeri kepala. Pasien tidak berselera makan dan nafsu
minumnya biasa. Karena lemas pasien tidak beraktivitas dan hanya tiduran

saja.
Nenek pasien mengatakan ini sudah ketiga kalinya pasien
mengalami keluhan yang sama, keluhan tersebut sering timbul jika makan
makanan pedas dan asam. Nenek pasien mengatakan bila terkadang pasien
lupa untuk mencuci tangannya sebelum makan. Pasien merasa terganggu
dengan keluhan tersebut karena nafsu makan pasien menjadi menurun dan
pasien merasa lemas. Nenek pasien khawatir dengan penyakit tersebut
karena sebelumnya pasien sering mengalami keluhan yang sama. Nenek
pasien berharap penyakit pasien bisa segera disembuhkan sehingga pasien
bisa melakukan kegiatan sehari-hari lagi. Nenek pasien takut penyakit
yang di derita pasien semakin memburuk.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan yang sama

: Riwayat sakit yang serupa, pernah mencret


sebelumnya dan sembuh setelah diberi obat warung.

Penyakit jantung

: disangkal

Hipertensi

: disangkal

Diabetes

: disangkal

Asma

: disangkal

Riwayat operasi

: disangkal

Riwayat mondok

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat pengobatan : disangkal


4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama

: disangkal

Asma

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat diabetes

: disangkal

Tuberkulosis

: disangkal

5. Riwayat Sosial dan Exposure


a. Community
Pasien tinggal di daerah pemukiman penduduk pedesaan. Tidak
terdapat pabrik atau industri di sekitar tempat tinggal pasien.
Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien kurang bersih. Di sekitar
rumah pasien berupa rumah dan lahan kosong.
b. Home
Rumah pasien berada di desa Sokaraja Wetan RT 04 RW 02 Sokaraja.
Rumah dihuni oleh pasien, Kakek pasien, Nenek pasien dan Kakak
dari Ibu pasien. Rumah tidak bertingkat, dinding terbuat dari bata, alas
semen, dan sumber air sumur. Rumah pasien memiliki kamar mandi
dan jamban, jarak septitenk dengan sumber air < 5 meter. Keluarga
pasien memasak dengan menggunakan kompor minyak.
c. Hobby
Pasien tidak memiliki hobi tertentu
d. Occupation
Pasien belum bekerja.

e. Personal Habbit
Pasien gemar makan makanan warung yang tidk tertutup dan suka
makanan pedas.
f. Drug
g. Diet
Pasien makan 2-3 kali sehari dengan lauk seadanya yang dimasak oleh
neneknya, nenek pasien mengakui seringkali tidak mencuci sayuran
yang akan dimasak.
6. Riwayat Psiko-Sosio-Ekonomi
Pasien merupakan anak balita yang aktif. Setiap harinya pasien
melakukan kegiatan di dalam rumah yaitu mengaji bersama dengan
kakeknya dan kegiatan di luar rumah yaitu bermain dengan teman-teman
nya. Pasien merupaka anak pertama dari pernikahan ayah dan ibunya yang
saat ini sudah bercerai, pasien dirawat oleh kakek dan neneknya
dikarenakan ibunya bekerja di luar kota. Penghasilan utama keluarga
pasien berasal dari kakek pasien yang bekerja sebagai buruh dan dirasa
kurang dapat mencukupi kebutuhan keluarga selama ini.
7. Riwayat Gizi
Pasien biasa makan 2-3 kali dalam sehari dengan nasi, sayur, dan
lauk pauk seperti tahu dan tempe. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak
mencuci tangan dan gemar makan makanan pedas.

C. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama

: BAB cair 5 kali

b. Kulit

: sawo matang, capillary refill < 1 detik

c. Kepala

: Bentuk normal, simetris

d. Rambut

: Hitam, distribusi merata, tidak mudah


dicabut

e. Mata

: Mata cekung (-), Air mata (+)

f. Hidung

: Cairan hidung (-)

g. Telinga

: Telinga berdenging (-), pendengaran jelas,


pengeluaran cairan (-)

h. Mulut

: Bibir kering (-), bibir pucat (-), lidah kotor


(-)

i. Pernafasan

: Sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)

j. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-)


k. Sistem Gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), kembung (-), BAB cair
lebih dari 3 kali sehari (+)

l. Sistem Muskuloskeletal : Lemas (-)


m. Sistem Genitourinaria

: BAK (N)

n. Ekstremitas

: Atas
Bawah

Bengkak (-), luka (-)

Bengkak (-), luka (-)

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tampak lemas

2. Tanda Vital
a. Nadi

: 84 x /menit, regular

b. RR

: 22 x /menit

c. Suhu

: 37,3 oC

3. Status gizi
a. BB

: 13 kg

b. TB

: 87 cm

Kesan status gizi

: Baik

4. Kulit
Warna kulit: sawo matang, sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (< 1
detik), ikterik (-)
5. Kepala
Bentuk mesochepal, tidak terdapat luka, rambut tidak mudah dicabut

6. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), warna kelopak coklat
kehitaman, conjunctivitis (-/-)
7. Telinga
Sekret (-/-), deformitas (-), pendengaran berkurang (-)
8. Hidung
Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), epistaksis (-), deformitas (-)
9. Mulut
Bibir sianosis (-), bibir kering (+), lidah kotor (-), tremor lidah (-)
10. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), Faring hiperemis (-)
11. Leher
deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
12. Thorax
bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
Jantung
Inspeksi

ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS

Palpasi

ictus cordis teraba SIC V 2 jari medial LMCS

Perkusi

batas kanan atas di SIC II LPSD


batas kiri atas di SIC II LPSS
batas kanan bawah di SIC IV LPSD
batas kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS
batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

Suara jantung S1>S2, regular, bising (-)

Pulmo
Inspeksi

pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi :

suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)

13. Abdomen
Inspeksi

asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-)

Auskultasi

peristaltik (+) meningkat.

Palpasi

Supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba, turgor

kulit <1 detik.


Perkusi

Hipertympani

14. Genitalia

: tidak dilakukan

15. Anorektal

: tidak dilakukan

16. Ekstremitas
Superior

: Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)

Inferior

: Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)

17. Pemeriksaan Neurologik


Fungsi Luhur

: dalam batas normal

Fungsi Vegetatif

: dalam batas normal

Fungsi Sensorik

: dalam batas normal

Fungsi motorik

RF

RP -

E. RESUME ANAMNESIS
Pasien An.B umur 3 tahun, mengeluh BAB cair sejak 3 hari yang lalu
sebanyak 5 kali dalam sehari. BAB cair disertai lendir, berbuih, berwarna
kuning, lebih berbau daripada biasanya. Pasien mengeluh mual dan disertai
muntah isi makanan dengan volume 1/2 gelas belimbing, tidak nyaman pada
perut, serta pasien demam.. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama dan
membaik setelah diberikan obat warung. Pasien senang mengkonsumsi
makanan yang pedas. Kebiasaan pasien adalah sering tidak mencuci tangan
sebelum makan, nenek pasien juga mengakui seringkali tidak mencuci
sayuran sebelum dimasak. Rumah pasien berada di desa Sokaraja Wetan,
rumah dihuni oleh pasien, Kakek pasien, Nenek pasien dan Kakak dari Ibu
pasien. Dinding rumah pasien terbuat dari bata, alas semen, dan
menggunakan sumber air dari sumur. Rumah pasien memiliki kamar mandi
dan jamban, jarak septitenk dengan sumber air < 5 meter, keluarga pasien
memasak dengan menggunakan kompor minyak, Pendapatan utama keluarga
pasien berasal dari kakek pasien yang bekerja sebagai buruh namun kakek
pasien mengakui penghasilan yang didapatkan sulit untuk dapat memenuhi
kebutuhan keluarga. Pemeriksaan vital sign N: 84, S : 37,3, pemeriksaan fisik
mata tidak cekung, tidak ditemukan tanda - tanda dehidrasi, pemeriksaan
abdomen BU (+) meningkat, turgor kulit < 1 detik, lainya dalam batas
normal.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan tinja
1. Makroskopis dan mikroskopis
2. PH tinja dengan kertas lakmus
3. bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
c. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)

G. DIAGNOSTIK HOLISTIK

1. Aspek Personal
Reason for encounter: Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 3
hari yang lalu sebanyak 5 kali per hari disertai lendir, berbuih, dan
berwarna kuning
Idea: Pasien merasa terganggu dengan keluhan tersebut karena nafsu
makan pasien menjadi menurun dan pasien merasa lemas.
Concern: Nenek pasien khawatir dengan penyakit tersebut karena
sebelumnya pasien sering mengalami keluhan yang sama.
Expectacy: Nenek pasien berharap penyakit pasien bisa segera
disembuhkan sehingga pasien bisa melakukan kegiatan sehari-hari lagi.
Anxiety: Nenek pasien takut penyakit yang di derita pasien semakin
memburuk.
2. Aspek Klinis
Diagnosis

: Diare akut tanpa dehidrasi

3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu


a.

Pasien memiliki kebiasaan makan tidak mencuci tangan nya dan

gemar mengkonsumsi makanan pedas dan asam


b. Dari faktor usia, An.B memiliki resiko karena pada usia tersebut
immunitas psien masih rendah dan belum mengerti akan pentingnya
menjaga higinitas.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pasien belum dapat mengerti tentang kesehatan, higienitas dan sanitasi
lingkungan karena masih bergantung pada orang lain.
b. Rumah pasien tidak memenuhi kriteria rumah sehat
c. Keluarga pasien termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah
d. Pengolahan makanan kurang baik (sayuran biasanya tidak dicuci )
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Tabel 2.1. Skala Fungsi An.B
Skala
Akltivitas Menjalankan Fungsi
Fungsional

Kemampuan dalam
menjalani kehidupan
untuk tidak tergantung

Skala 1

Mampu melakukan pekerjaan


seperti sebelum sakit (tidak ada
kesulitan)
Skala 2
Mampu melakukan pekerjaan
ringan sehari-hari di dalam dan di
luar rumah (sedikit kesulitan)
Skala 3
Mampu melakukan perawatan
diri, tetapi hanya mampu
melakukan pekerjaan ringan
Skala 4
Dalam keadaan tertentu, masih
mampu merawat diri, namun
sebagian besar pekerjaan hanya
duduk dan berbaring (banyak
kesulitan)
Skala 5
Perwatan diri dilakukan orang
lain, tidak mampu berbuat apaapa, berbaring pasif
Berdasarkan kasus, skala fungsional An.B adalah 3.

pada orang lain


Perawatan diri, bekerja di
dalam dan di luar rumah
(mandiri)
Mulai mengurangi
aktivitas kerja (pekerjaan
kantor)
Perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya mampu
melakukan kerja ringan
Tidak melakukan
aktivitas kerja,
tergantung pada keluarga.
Tergantung pada pelaku
rawat

H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
Initial Plan
1. Terapi
a) Medikamentosa
a.

IVFD RL 15 tpm (makro)

b.

Cotrimoxazole 480 mg 2 x 1 tablet

c.

Parasetamol syr 3 x 1 cth

d.

Zink syr 1 x 1 cth

b) Non-Medikamentosa
1. Aspek Personal :
a.

Memberikan informasi tentang pencegahan diare

b.

Menganjurkan pada keluarga untuk meningkatkan higienitas

c.

Memberikan edukasi tentang tanda - tanda dehidrasi, dan cara


pemberian oralit untuk rehidrasi

2. Aspek Preventif
a. Meminta penjelasan kepada dokter yang menangani pasien
tentang penyakit yang diderita pasien serta pengobatan apa
b.

yang sedang pasien jalani


Meminta pasien agar tidak mengkonsumsi makanan pedas
dan asam

c.

Perhatikan pola makan yaitu harus memnuhi gizi yang

d.

mencakup 4 sehat 5 sempurna


Melakukan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan

tempat tinggal pasien


3. Aspek Promotif
a. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
b.

manajemen panyakit diare akut


Melakukan edukasi kepada pasien untuk mengubah pola
makan yang sehat, bersih dan bergizi yaitu mencakup 4

c.

sehat 5 sempurna.
Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk

d.

menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.


Melakukan edukasi kepada pasien untuk selalu meminta
penjelasan kepada dokter tentang penyakit yang diderita
serta pengobatan yang diberikan saat kontrol penyakit di

sarana pelayanan kesehatan.


4. Monitoring
Observasi vital sign dan respon terapi selama 3 hari.
a.

Diet lunak tinggi serat

b.

Meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan dengan cara


mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah
buang air besar atau buang air kecil

c.

Mencuci sayur mayur dan buah yang akan dimasak.

d.

Mncuci tangan sebelum menyiapkan makanan.

e.

Istirahat yang cukup

f.

Menghindari makanan-makanan pedas dan mengatur pola


makan dengan baik.

2. Family Care
a. Memberikan edukasi pada keluarga tentang tanda dan gejala diare.
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk
mengubah pola makan yang sehat, bersih, dan bergizi menckup 4 sehat
5 sempurna.
c. Mengedukasi keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien, bahwa
dengan penanganan yang baik, penyakitnya akan sembuh dan bukan
penyakit berbahaya jika penanganannya baik.
d. Penyuluhan mengenai pola hidup bersih dan sehat.
3. Local Community Care

a. Mengusahakan agar warga di sekitar rumah untuk menjaga kebersihan,


membiasakan mencuci tangan.
b. Mengusahakan agar megubah pola makan yang sehat, bersih, bergizi
yang mencakup 4 sehat 5 sempurna.
c. Edukasi tentang penyakit diare
I. FLOW SHEET
Nama

: An.B

Diagnosis : Diare akut tanpa dehidrasi.


Tabel 2.2. Flow Sheet
Hari/
Tanggal
Selasa,

Subjektif
BAB cair

Objektif
KU: tampak

28-10-14 sebanyak 5 lemah


kali dalam

Suhu: 37,3 C

seharip

Nadi: 84x/mnt

Assessment
Diare akut
tanpa
dehidrasi.

BAB cair

KU: tampak

Diare akut

lemas

tanpa

berkurang

Suhu: 37 C

dehidrasi

2-3 kali

Nadi: 84x/mnt

perhari

RR: 20x/mnt

29-10-14 sudah

Kamis,

BAB

mg 2 x 1 tablet
- Paracetamol syr 3 x 1

- IVFD RL 15 tpm
- Cotrimoxazole 500
mg 2 x 1 tablet
- Paracetamol syr 3 x 1
cth
- Neokaominal syr 3 x

KU: Baik

Diare akut

Suhu: 36,2 C

tanpa

kali per

Nadi: 84x/mnt

dehidrasi

hari

RR: 20x/mnt

30-10-14 Lembek 1

- IVFD RL 15 tpm
- Cotrimoxazole 500

cth
- Zink syr 1 x 1 cth

RR: 22x/mnt

Rabu

Plan

1 cth
- Zink syr 1 x 1 cth
- IVFD RL 15 tpm
- Cotrimoxazole 500
mg 2 x 1 tablet
- Paracetamol syr 3 x 1
cth
- Neokaominal syr 3 x
1 cth
- Zink syr 1 x 1 cth

III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari kakek pasien (Tn. H. 62 tahun), nenek pasien
(Ny. S, 57 tahun), dan adik dari ibu pasien (Nn.Sr, 22 tahun). Pasien
tinggal serumah dengan Kakek, nenek dan adik dari ibu pasien.
Keluarga ini merupakan Extended family. Pasien beberapa kali
mengalami keluhan yang sama dan membaik dengan berobat ke mantri.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin cukup baik
walaupun ada beberapa kekurangan seperti kurangnya kasih sayang yang
didapatkan pasien dari ayah dan ibunya dikarenakan mereka telah bercerai
lalu ayah pasien tidak pernah mengunjungi pasien dan ibunya pergi untuk
bekerja di batam. Kekurangan keluarga ini dalam mengatasi masalah
kesehatan adalah kurang nya perhatian keluarga akan pentingnya menjaga
kebersihan untuk dapat mencegah penyakit.
3. Fungsi Sosial
Pasien keseharian nya adalah mengikuti madrasah di kampugnya,
hubungan dengan teman - teman sebaya nya terjalin dengan baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari bertani. Penghasilan tersebut
bukanlah penghasilan tetap, namun dirasa masih mencukupi untuk keperluan
hidup sehari-hari. Biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan
menggunakan Jamkesmas.
B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan

kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara


keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik. Penilaian
A.P.G.A.R Score tidak dilakukan kepada pasien karena dianggap belum
cukup kompeten untuk menjawab pertanyaan yang ada di A.P.G.A.R Score.
Tabel 3.1. Nilai APGAR dari Tn. H (Kakek Pasien)
A.P.G.A.R Ny. S

Hampir
selalu

Kadangkadang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya


membahas dan membagi masalah dengan
saya

Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan


saya membagi waktu bersama-sama

Hampir
tidak
pernah

Total nilai skor APGAR Tn.H adalah 6

Tabel 3.2. Nilai APGAR dari Ny. S (Nenek pasien)


A.P.G.A.R Tn. S

Hampir
selalu

Kadang Hampir
-kadang
tidak
pernah

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya


membahas dan membagi masalah dengan

saya

Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan


saya membagi waktu bersama-sama

Total nilai skor APGAR Ny. S adalah 6

A.P.G.A.R Ny. S

Hampir
selalu

Kadangkadang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya


membahas dan membagi masalah dengan
saya

Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan


saya membagi waktu bersama-sama

Total nilai skor APGAR Tn.H adalah 6

Hampir
tidak
pernah

Tabel 3.3. Nilai APGAR dari Ny. St (Adik dari ibu pasien)
A.P.G.A.R Tn. S

Hampir
selalu

Kadang Hampir
-kadang
tidak
pernah

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya


membahas dan membagi masalah dengan
saya

Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan


saya membagi waktu bersama-sama

Total nilai skor APGAR Nn.Sr adalah 6

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien

= (6+6+6)/3
=6

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang


Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah
18, sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 6. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada
dalam keadaan sedang.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga Tn. H dinilai dengan menggunakan


S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 3.3. Nilai SCREEM dari keluarga pasien
Sumber

Patologi

Ket

Social

Interaksi yang baik antara anggota keluarga juga dengan


masyarakat sekitar. Keluarga pasien sering mengikuti
kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekitar tempat
tinggal

Cultural

Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan


budaya jawa, hal ini terlihat pada pergaulan
mereka sehari hari yang menggunakan bahasa
Jawa, tata krama Jawa dan kesopanan.

Religion

Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini


dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin
menjalankan sholat lima waktu.

Economic

Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, penghasilan keluarga


hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga.

Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Pendidikan


dan pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita pasien
kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki
fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas

Medical

Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan


pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu Jamkesmas
untuk berobat

Keterangan :
1. Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong rendah,
namun untuk memenuhi kebutuhan primer masih bisa tercukupi.
2. Education (+) artinya keluarga Tn. H masih memiliki pengetahuan yang
kurang, khususnya mengenai permsalahan kesehatan

Kesimpulan :

Dalam keluarga Tn. S fungsi patologis yang positif adalah fungsi Fungsi
Ekonomi dan Edukasi.
D. GENOGRAM
Alamat

RT 04 RW 02, Kecamatan Sokaraja Wetan, Kabupaten


Banyumas Prop. Jawa Tengah

Bentuk Keluarga

Extended Family

62

37

60

5
7

34

3
5

27

2
1

2
2

Keterangan:

: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal dalam satu rumah
: Pasien penderita diare akut

Gambar 3.4. Genogram Keluarga Tn. H

E. Pola Interaksi Keluarga

Tn. H

5
5

24

Ny.S

Nn.Sr
An. B

Keterangan :

hubungan baik

Gambar 3.5. Pola Interaksi Keluarga Tn. H


Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn. H yang
tinggal serumah dinilai cukup harmonis dan saling mendukung.

IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR


YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku
Pasien merupakan seorang anak balita dengan kegiatan
sehari-harinya yaitu mengaji di madrasah dan bermain bersama
teman - teman sabayanya. Pola makan pasien kurang baik,
pasien sering sekali makan tidak tidak teratur dan gemar
makan makanan yang pedas. Pasien terkadang suka lupa untuk
mencuci tangan sebelum makan.
2. Faktor Non Perilaku
Keluarga pasein tidak ada keluhan yang sama seperti yang
diderita oleh pasien. Sebelumnya pasien pernah beberapa kali
mengalami keluhan yang sama. Rumah pasien belum memenuhi
kriteria rumah yang sehat tertama kebersihan rumah, keadaan wc
dan kamar mandi, alat-alat makan, serta sumber air minum.
Keluarga pasien termasuk dalam keluarga dengan tingkat
ekonomi menengah kebawah. Kebutuhan gizi keluarga pasien
kurang dapat terpenuhi karena penghasilan dan pengetahuan
tentang nutrisi yang kurang.
Pelayanan kesehatan yang pasien dapatkan masih berfokus
pada segi kuratif saja. Hubungan fisiologis keluarga pasien Skor
APGAR nya adalah 6 (Sedang) yang menandakan kurangnya
hubungan fungsi fisiologis dalam keluarga tersebut, sedangkan
nilai fungsi patologis keluarga pasien mendapati nilai yang positif
pada ekonomi dan pendidikan.
Tidak mencuci
mencuci tangan
sebelum makan
rendah

Kurangnya fungsi
fisiologis keluarga
pasin

Kondisi rumah
tidak sehat

An. B 3 tahun
Menderita
Diare Akut

Kondisi ekonomi
keluarga pasien
menengah ke bawah

Pengetahuan tentang
penyakit rendah

Gambar 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku


B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6x10 m 2.
Rumah pasien tidak memiliki pekarangan rumah namun di
depan rumah pasien terdapat lahan kosong yang banyak
ditumbuhi semak-semak. Rumah pasien mempunyai satu lantai
dan terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur, satu ruang ibadah,
satu ruang makan dan ruang keluarga, dapur, dan satu kamar
mandi. Rumah pasien memiliki atap terbuat dari genteng. Lantai
rumah pasien terbuat dari semen, rumah pasien memiliki
jamban dan kamar mandi sendiri, jarak septitank dengan
sumber air < 5 meter.

2. Denah Rumah

R. Tamu

R.
Ibadah

R. Keluarga

R. Tidur

R. Tidur

Ruang makan

Dapur

KM dan
WC

Gambar 4.2. Denah Rumah Pasien

V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. Masalah medis
Diare akut tanpa dehidrasi
B. Masalah non medis
1. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dari pasien dan
keluarganya.
2. Kondisi rumah kurang sehat.
3. Kurangnya fungsi fisiologis keluarga pasien.
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah.
5. Pengetahuan tentang penyakit rendah.
C. Diagram Permasalahan Pasien
Kurangnya fungsi fisiologis
keluarga pasien

Kondisi rumah tidak

sehat

Kesadaran untuk
mencuci tangan
sebelum makan masih
rendah

An. B, 3 tahun
Menderita diare akut

Pengetahuan tentang
penyakit rendah

Kondisi ekonomi keluarga


pasien menengah ke bawah

Gambar 5.1. Diagram Permasalahan Pasien

D. Matrikulasi Masalah

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks


(Azwar, 1995).
Tabel 5.1. Matrikulasi Masalah
N

Daftar Masalah

I
P S S

o.

B
1

Perilaku
sehat

hidup
yang

bersih
kurang

dan

R
M

Juml
ah

IxTx

5 5

R
780

dari

penderita dan keluarga


2

Kondisi rumah kurang sehat

360

Kondisi fisiologis keluarga

480

36

24

pasien yang kurang sehat.


4

Kondisi

ekonomi

keluarga

adalah menengah ke bawah.


5

Pengetahuan

tentang

penyakit rendah.
Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (ketersediaan sarana)
Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting

E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas
masalah keluarga An. B adalah sebagai berikut :

1. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dari penderita dan keluarga
2. Kondisi fisiologis keluarga pasien yang kurang sehat.
3. Kondisi rumah kurang sehat
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah
5. Pengetahuan tentang penyakit rendah
Prioritas masalah yang diambil adalah pasien dan keluarga tidak
membiasakan

mencuci

tangan

sebelum

makan

dan

setelah

beraktivitas
F. Rencana Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Tujuan Umum
Mengubah perilaku penderita dan keluarga dalam menjaga
kebersihan dan kesehatan anggota keluarga
Tujuan Khusus
Meningkatkan

pengetahuan

mengenai

diare

akut

yang

disebabkan oleh bakteri terutama dalam hal gejala dan tanda


dari diare akut serta cara pencegahan dan penanggulangan
diare akut
2. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dengan cara
memberikan penyuluhan dan edukasi pada penderita dan
keluarga. Penyuluhan dan edukasi dilakukan dalam suasana
santai sehingga materi yang disampaikan dapat diterima.
3. Materi Pembinaan
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar
dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

Faktor yang dapat mendukung terjadinya diare akut ,


seperti:
a) Sosial ekonomi rendah
b) Hygienitas buruk
c) Status gizi buruk
d) Lingkungan rumah tidak sehat
e) Nilai fisiologis keluarga yang kurang
Penatalaksanaan
b. Non medikamentosa

a) Diet tinggi protein dan tinggi karbohidrat


b) Istirahat teratur (bed rest)
c. Medikamentosa
Penanganan diare akut yang paling utama adalah terapi
cairan yang baik dapat diberikan oralit atau air putih,
pemberian probiotik, pemberian zink, pemberian antibiotik
tergantung penyebabnya, serta pengobatan simtomatik
yang diperlukan
4. Sasaran Pembinaan
Sasaran dari pembinaan yang akan dilakukan adalah
pasien beserta seluruh anggota keluarga pasien, berjumlah 4
orang.
5. Waktu dan Tampat Pembinaan

12 November 2014 Pukul 15.00 WIB hingga selesai di rumah pasien


6. Cara Evaluasi Pembinaan
Tanya jawab seputar faktor penyebab, gejala dan tanda,
serta penanganan diare akut yang disebabkan infeksi bakteri.
Menanyakan komitmen keluarga dalam menjaga kebersihan diri
sendiri dan keluarga.
Sebelum penyuluhan telah dilakukan pretest kepada 3
anggota keluarga karena 1 anggota keluarga lainnya dianggap
tidak

berkompeten

dalam

menjawab

pertanyaan.

pertanyaan tersebut adalah


1) Penyakit apakah yang diderita oleh An.B?

Adapun

2) Faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya penyakit


An.B?
3) Bagaimana penanganan penyakit An.B?
Ketiga pertanyaan yang telah diajukan, ketiga anggota
keluarga tidak mengetahui mengenai penyakit yang sedang
diderita oleh An.B
Tabel 5.2 Skoring jawaban pertanyaan (pretest)
Pertanyaa

Tn. H

Ny. S

Nn. Sr

n
1
2
3
Skor

x
x
1

x
x
1

x
2

Setelah dilakukan penyuluhan kepada seluruh anggota


keluarga, kemudian diajukan pertanyaan yang sama sebelum
dilakukan penyuluhan untuk mengevaluasi apakah penyampaian
penyuluhan dimengerti oleh seluruh anggota keluarga sehingga
diharapkan dapat merubah perilaku anggota keluarga.
Tabel 5.3 Skoring jawaban pertanyaan (post-test)
Pertanyaa

Tn. S

Ny. S

Nn. Sr

n
1
2
3
Skor

Tabel tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan


pengetahuan
penyuluhan
diharapkan

dari
dengan
seluruh

anggota
setelah
anggota

keluarga
dilakukan
keluarga

menjaga perilaku hidup bersih dan sehat.

sebelum

dilakukan

penyuluhan,

serta

berkomitmen

untuk

VI. TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare
1. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan
air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang
air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare
yang berlangsung lebih dari 14 hari.

2. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan
sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahanbahan toksik, iskemik dan sebagainya.
Diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh (Siregar, 2004):
a. Bakteri
Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C,
Salmonella spp, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vibrio
cholerae

01

dan

parachemolyticus,

0139,

Vibrio

Clostridium

cholera
perfringens,

non

01,

Vibrio

Campylobacter

(Helicobacter) jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp,


Yersinia intestinalis, Coccidosis.
b. Parasit
Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis, Isospora sp. Cacing: A. lumbricoides, A. duodenale, N.
americanus, T. trichiura, O. vermicularis, T. saginata, T. Sollium.

3. Patogenesis
Diare

akut

infeksi

diklasifikasikan

secara

klinis

dan

patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi.


Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon
dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai
lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen
seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,
tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan
tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah,
serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada

diare

non

inflamasi,

diare

disebabkan

oleh

enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume


yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya
minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda
dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak
mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin
tidak ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik
dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif
dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan
yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam
lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.
Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi
laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit
baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat.
Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri
misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam
lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa
hormon

intestinal

seperti

gastrin

vasoactive

intestinal

polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.


Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan
mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan

eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non


infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel
disease (IBD) atau akibat radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan

motilitas yang

mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Hal ini


terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau
diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada
infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja
peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus.
Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin
yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif
mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel
dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan
produksi

enterotoksin

atau

sitotoksin.

Satu

bakteri

dapat

menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat


mengatasi pertahanan mukosa usus.

4. Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi
dimulai

dari

laboratorium

pasien

pemeriksaan

feses

tersangka
adanya

diare

leukosit.

infeksi
Kotoran

biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada itu dianggap


sebagai penanda inflamasi kolon baik infeksi maupun non
infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus diperiksa
sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit feses terhadap inflamasi
patogen

(Salmonella,

Shigella

dan

Campylobacter)

yang

dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95%


tergantung dari jenis patogennya.

Pemeriksaan Laboratorium tambahan yang dapat dilakukan pada


kasus diare adalah sebagai berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes)
Lekosit dalam feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur
bakteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan
adanya infeksi.
2. Volume Feses
Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau
imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24
jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare
harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah
terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam
Jika berat feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat
lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sekretori. Jika fecal fat
lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
4. Lemak Feses
Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak
merak orange per lapang pandang dari sample noda sudan adalah
positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test
standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya
dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat
disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi
pancreas.
5. Osmolalitas Feses
Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare
sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa.

Osmolalitas feses normal adalah 290 mosm. Osmotic gap feses


adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces
(Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak
dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan
butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri
terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek.
Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu
tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas
diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau
osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori.
Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses
Untuk menunjukkan adanya Giardia, E Histolitika pada pemeriksaan
rutin.
7. Pemeriksaan darah
Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan
hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankan
suatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.
5. Beberapa Penyebab Diare Akut Infeksi Bakteri
a. Infeksi non-invasif.
1) Stafilococcus aureus
Gejala terjadi dalam waktu 1 6 jam setelah asupan
makanan terkontaminasi. Sekitar 75 % pasien mengalami
mual, muntah, dan nyeri abdomen, yang kemudian diikuti
diare sebanyak 68 %. Demam sangat jarang terjadi.
Lekositosis perifer jarang terjadi, dan sel darah putih tidak
terdapat

pada

pulasan

feses.

Masa

berlangsungnya

penyakit kurang dari 24 jam.

2) Bacillus cereus
B. cereus adalah bakteri batang gram positip,
aerobik, membentuk spora. Enterotoksin dari B. cereus

menyebabkan gejala muntah dan diare, dengan gejala


muntah lebih dominan. Gejala dapat ditemukan pada 1 6
jam setelah asupan makanan terkontaminasi, dan masa
berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam. Gejala akut
mual, muntah, dan nyeri abdomen, yang seringkali
berakhir setelah 10 jam. Gejala diare terjadi pada 8 16
jam setelah asupan makanan terkontaminasi dengan
gejala diare cair dan kejang abdomen. Mual dan muntah
jarang

terjadi.

Terapi

dengan

rehidrasi

oral

dan

antiemetik.

3) Clostridium perfringens
C perfringens adalah bakteri batang gram positip,
anaerob,

membentuk

menyebabkan
enterotoksin

spora.

keracunan
dan

biasanya

Bakteri

makanan
sembuh

ini

sering

akibat

sendiri

dari
Gejala

berlangsung setelah 8 24 jam setelah asupan produkproduk daging yang terkontaminasi, diare cair dan nyeri
epigastrium, kemudian diikuti dengan mual, dan muntah.
Demam jarang terjadi. Gejala ini akan berakhir dalam
waktu 24 jam.

4) Vibrio cholerae
Gejala awal adalah distensi abdomen dan muntah,
yang secara cepat menjadi diare berat, diare seperti air
cucian beras. Pasien kekurangan elektrolit dan volume
darah. Demam ringan dapat terjadi. Kimia darah terjadi
penurunan

elektrolit

dan

cairan

dan

harus

segera

digantikan yang sesuai. Kalium dan bikarbonat hilang


dalam jumlah yang signifikan, dan penggantian yang
tepat harus diperhatikan. Biakan feses dapat ditemukan
V.cholerae.

5) Escherichia coli patogen

E. coli patogen adalah penyebab utama diare pada


pelancong. Mekanisme patogen yang melalui enterotoksin
dan invasi mukosa. Ada beberapa agen penting, yaitu :
1

1. Enterotoxigenic E. coli (ETEC).

2. Enterophatogenic E. coli (EPEC).

3. Enteroadherent E. coli (EAEC).

4. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)

5. Enteroinvasive E. Coli (EIHEC)


Kebanyakan pasien dengan ETEC, EPEC, atau EAEC
mengalami gejala ringan yang terdiri dari diare cair, mual,
dan kejang abdomen. Diare berat jarang terjadi, dimana
pasien melakukan BAB lima kali atau kurang dalam waktu
24 jam. Lamanya penyakit ini rata-rata 5 hari.Demam
timbul pada kurang dari 1/3 pasien.Feses berlendir tetapi
sangat jarang terdapat sel darah merah atau sel darah
putih.Lekositosis sangat jarang terjadi.ETEC, EAEC, dan
EPEC merupakan penyakit self limited, dengan tidak ada
gejala sisa.
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik
untuk E coli, lekosit feses jarang ditemui, kultur feses
negatif dan tidak ada lekositosis. EPEC dan EHEC dapat
diisolasi dari kultur, dan pemeriksaan aglutinasi latex
khusus untuk EHEC tipe O157.

b. Infeksi Invasif
1) Shigella
Shigella adalah penyakit yang ditularkan melalui
makanan

atau

air.Organisme

Shigella

menyebabkan

disentri basiler dan menghasilkan respons inflamasi pada


kolon melalui enterotoksin dan invasi bakteri.
Secara

klasik,

Shigellosis

timbul

dengan

gejala

adanya nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses


berlendir.Gejala awal terdiri dari demam, nyeri abdomen,
dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah

setelah 3 5 hari kemudian.Lamanya gejala rata-rata


pada orang dewasa adalah 7 hari, pada kasus yang lebih
parah menetap selama 3 4 minggu.Shigellosis kronis
dapat menyerupai kolitis ulseratif, dan status karier kronis
dapat terjadi.
Manifestasi ekstraintestinal Shigellosis dapat terjadi,
termasuk gejala pernapasan, gejala neurologis seperti
meningismus, dan Hemolytic Uremic Syndrome.Artritis
oligoartikular asimetris dapat terjadi hingga 3 minggu
sejak terjadinya disentri.

2) Salmonella nontyphoid
Salmonella

nontipoid

keracunan

makanan

enteriditis

dan

penyebab.Awal

di

adalah
Amerika

Salmonella
penyakit

penyebab

utama

Serikat.Salmonella

typhimurium
dengan

merupakan

gejala

demam,

menggigil, dan diare, diikuti dengan mual, muntah, dan


kejang abdomen.Occult blood jarang terjadi. Lamanya
berlangsung biasanya kurang dari 7 hari.
Pulasan kotoran menunjukkan sel darah merah dan
sel darah putih se. Kultur darah positip pada 5 10 %
pasien kasus dan sering ditemukan pada pasien terinfeksi
HIV.

3) Salmonella typhi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah
penyebab

demam

tiphoid.

Demam

tiphoid

dikarakteristikkan dengan demam panjang, splenomegali,


delirium,

nyeri

abdomen,

dan

manifestasi

sistemik

lainnya. Penyakit tiphoid adalah suatu penyakit sistemik


dan memberikan gejala primer yang berhubungan dengan
traktus gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya
adalah makanan terkontaminasi.

4) Enterohemoragik E Coli

Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang


hingga berat (hingga 10-12 kali perhari). Diare awal tidak
berdarah tetapi berkembang menjadi berdarah. Nyeri
abdomen berat dan kejang biasa terjadi, mual dan
muntah timbul pada 2/3 pasien. Pemeriksaan abdomen
didapati distensi abdomen dan nyeri tekan pada kuadran
kanan bawah. Demam terjadi pada 1/3 pasien. Hingga 1/3
pasien memerlukan perawatan di rumah sakit. Lekositosis
sering terjadi. Urinalisa menunjukkan hematuria atau
proteinuria atau timbulnya lekosit. Adanya tanda anemia
hemolitik

mikroangiopatik

(hematokrit

<

30%),

9
trombositopenia (<150 x 10 /L), dan insufiensi renal (BUN
>20 mg/dL) adalah diagnosa HUS.

6. Pengobatan
a. Pengobatan kausal
Diberikan antibiotik bila diketahui penyebabnya penyakit
parenteral. Pemberian antibiotik juga harus memperhatikan usia
penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja dan sebagainya.Infeksi
enteral bila diketemukan pada pemeriksaan mikroskopik pemeriksaan
tinja ditemukan 10 20/LP dan diberikan antibiotik, bila pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan bakteri pathogen, darah pada
tinja, secara klinis terdapat tanda tanda yang menyokong adanya
infeksi enteral, daerah yang endemic kolera (diberikan tetrasiklin),
pada neonatus jika diduga infeksi nosokomial.
b. Pengobatan simptomatik.
1) Obat

anti

diare:

obat

yang

menghentikan

diare

seperti

antispasmodic atau opium dapat memperburuk keadaan karena


akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan
menyebabkan pelipatgandaan bakteri, gangguan digesti dan
absorpsi. Fungsi obat ini berguna untuk menghentikan peristaltic
saja. Walaupun diarenya berhenti tetapi perut akan semakin terasa
kembung

dan

dehidrasi

bertambah

berat

sehingga

akan

membahayakan penderita.
2) Adsorbent: seperti kaolin, pectin, karkhoal, bistshmuth tidak
bermanfaat.
3) Stimulans: adrenalin, nikotinamide, tidak bermanfaat. Sebab pada
kasus dehidrasi yang mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik
lebih baik diberikan terapi cairan.
4) Antiemetik: chlorpromazine dapat mencegah muntah, mengurangi
sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dosis
adekuat adalah sampai dengan 1 mg/kgbb/hari.
5) Antipiretik: salisilat dalam dosis rendah 25 mg/tahun/kali berguna
untuk menurunkan panas yang tinggi sebagai akibat dehidrasi atau
panas karena infeksi penyerta dan mengurangi sekresi cairan yang
keluar bersama tinja.
7. Komplikasi diare
a. Gangguan keseimbangan Asam basa (asidosis metabolic), disebabkan
oleh:
1) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
2) Adanya keadaan kelaparan, sehingga metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga terjadi penimbunan benda keton dalam tubuh
3) Penimbunan asam aktat karena adanya anoksia jaringan
4) Produk metabolic bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (anemia/oliguria)
5) Pemindahan ion Na dari cairan extrasel ke intrasel.
b. Hipoglikemik
Keadaan ini terjadi pada anak (2-3%).Namun dapat tidak terjadi pada
anak dengan gizi baik, lebih sering pada anak yang pernah KKP. Hal
ini disebabkan oleh:
1) Cadangan glikogen dalam hati terganggu
2) Gangguan absorbsi glukosa
Gejala bisa muncul apabila kadar gula darah menurun dari normal.
c. Gangguan gizi
Terjadi pada keadaan penurunan berat badan dalam waktu singkat.Hal
ini disebabkan oleh:
1) Makanan di hentikan karena persepsi yang salah (takut diare makin

parah)
2) Tidak mendapat asupan kalori dan protein.
3) Makanan tidak dapat dicerna dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
d. Gangguan sirkulasi
Keadaan diare mengakibatkan terjadinya gangguan sirkulasi berupa
syok hipovolemik dan akibatnya mengakibatkan perfusi jaringan
menurun, akibatnya akan terjadi hipoksia, asidosis tambah berat,
perdarahan otak, penurunan kesadaran dan kematian.

VII. PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Masalah medis yang dimiliki An. B adalah Diare akut tanpa


dehidrasi.

2.

Masalah non-medis yang dimiliki An.B adalah :


a.

Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur, gemar mengkonsumsi


makanan pedas.

b.

Pasien tidak mencuci tangan sebelum makan

c.

Seringkali keluarga pasientidak mencuci sayuran sebelum dimasak.

d.

Dari faktor usia, An.B memiliki resiko karena pada usia tersebut
ketahanan tubuh masih rendah dan belum mampunya pasien untuk dapat
memahami arti menjaga kebersihan.

e.
f.

Rumah pasien tidak memenuhi kriteria rumah sehat


Keluarga pasien termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga masih
belum memahami dan mengerti tentang diare sehingga masih belum
mengerti akan pentingnya menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan.

g.
h.

Fungsi fisiologis keluarga pasien yang masih tergolong kurang.


Pengolahan makanan kurang baik, seringkali saat mengolah makanan
tidak mencuci tangan dahulu dan tidak mencuci sayuran yang akan
dimasak.

3.

Pasien hanya mampu melakukan perawatan diri, tetapi hanya


mampu melakukan pekerjaan ringan. Perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya mampu melakukan kerja ringan.

4.

Berdasarkan matrikulasi masalah yang diperoleh menjadi


prioritas masalah keluarga adalah kurangnya kesadaran pada
pasien dan anggota keluarganya akan perilaku hidup bersih
dan sehat.

5.

Alternatif pemecahan masalah berdasarkan prioritas masalah


keluarga An.B adalah pembinaan dan penyuluhan kepada
keluarga pasien akan periaku hidup bersih dan sehat.

6.

Hasil pembinaan dan penyuluhan kepada keluarga pasien


adalah pasien dan keluarganya sudah lebih mengerti dan
memahami pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.

B.

Saran

1. Aspek Preventif
a. Meminta penjelasan kepada dokter yang menangani pasien tentang
penyakit yang diderita pasien serta pengobatan apa yang sedang pasien
b.

jalani
Meminta pasien dan keluarganya untuk mencuci tangan sebelum
makan, sebelum dan sesudah buang air, serta tidak mengkonsumsi

c.

makanan sembarangan.
Perhatikan pola makan yaitu harus memnuhi gizi yang mencakup 4

d.

sehat 5 sempurna
Melakukan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan tempat tinggal

pasien terutama mencuci tangan sebelum makan


2. Aspek Promotif
a. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen
b.

penyakit diare akut


Melakukan edukasi kepada pasien untuk mengubah pola makan yang

c.

sehat, bersih dan bergizi yaitu mencakup 4 sehat 5 sempurna.


Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk menjaga

d.

kebersihan lingkungan dan diri sendiri.


Melakukan edukasi kepada pasien

dan

keluarganya

untuk

mengkonsumsi air minum yang bersih dan dimasak terlebih dahulu,


e.

serta memasak makanan dengan bersih dan benar.


Melakukan edukasi kepada pasien untuk selalu meminta penjelasan
kepada dokter tentang penyakit yang diderita serta pengobatan yang

f.

diberikan saat kontrol penyakit di sarana pelayanan kesehatan


Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada waktu penting yaitu
sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi,
setelah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew
WL, Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in
Infectious Disease. New York: Lange Medical Books, 2003. 225 68.

Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM,


Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi
ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI ;1996. 451-57.
Kekalih, Aria. 2008. Diagnostik Holistik pada Pelayanan Kesehatan
Primer: Pendekatan Multi Aspek. FKUI:Jakarta.
Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious
Diarrhoea). Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri
Penyakit Tropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan
Beberapa penyakit Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga
University Press, 2002. 34 40.

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Gambar 1.
Interaksi
dengan Pasien

Gambar 2. Ruang Makan

Gambar 3.
Dapur

Gambar 4.
Sumur pasien

Gambar 5. Kamar mandi dan jamban

You might also like