Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Angga Aswi Yanda
G1A212135
Tanggal
Preseptor Lapangan
Preseptor Fakultas
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga
: Ny. SW
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
No
Nama
Status
L/
Usia
Pendidika
Pekerjaan
Ny.
Janda
P
P
55
n
SMA
Guru TK
SW
M
Anak
24
SMK
Karyawan
Ket
Responden
Swasta
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
Sumber : Data Primer berdasarkan Hasil Wawancara (Desember, 2013)
Kesimpulan :
Keluarga merupakan keluarga inti Nuclear Family. Ny. SW berusia 55 tahun
merupakan penderita Hipertensi dan Diabetes Mellitus tipe 2.
I.
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS
Nama
: Ny. SW
Usia
: 55 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Janda
Suku bangsa
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Guru TK
Pendidikan
: SMA
Alamat
Pengantar (Pasien)
Tanggal Periksa
: 20 Desember 2013
B. ANAMNESIS
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Sakit Kepala
Pasien datang ke Balai Pengobatan Puskesmas 1 Sokaraja pada tanggal 20
Desember 2013 dengan keluhan sakit kepala . Keluhan dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Keluhan semakin memberat apabila pasien beraktivitas dan membaik apabila
istirahat. Pasien mengalami gangguan aktivitas akibat keluhan yang dirasakan.
Selain itu, pasien mengeluhkan leher terasa kaku, lemas, dan kesemutan pada
telapak kaki dan telapak tangan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Jantung
: disangkal
Penyakit Hipertensi
Penyakit Diabetes
: diakui
Riwayat Operasi
: disangkal
Riwayat Mondok
: diakui di RS Banyumas
Riwayat Alergi
: disangkal
: disangkal
Riwayat Pengobatan
Riwayat Kecelakaan
: disangkal
Orangtua
Sodara
Sokaraja. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga belakang dan samping
berdekatan satu sama lain sekitar 2 meter, lingkungan sekitar tempat tinggal
pasien cukup bersih.
b. Home
Bentuk rumah tidak bertingkat, dengan dinding dari tembok semen, atap
berupa genting, lantai dari keramik. Rumah terdiri dari 9 ruangan diantaranya
adalah 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 2 gudang , 1 dapur, 1 kamar
mandi . Kebersihan di dalam rumah cukup baik. Ventilasi dan pencahayaan
yang terdapat pada masing-masing ruangan cukup untuk menerangi rumah.
Sumber air bersih yang digunakan pasien untuk kebutuhan sehari-hari berasal
dari sumur.
c. Hobby
Responden sering menyempatkan waktu untuk menyalurkan kegiatannya
untuk bertanam dan berkebun.
d. Occupation
Responden bekerja sebagai guru taman kanak-kanak. Letak sekolah taman
kanak-kanak dekat dengan rumah, yaitu bersampingan langsung dengan rumah
responden. Waktu kerja responden dari jam 08.00 WIB hingga jam 10.00 WIB
e. Personal Habit
Responden mengaku rutin melakukan olahraga ringan didepan rumah saat
pagi hari
f. Drug
Responden mengkonsumsi obat untuk hipertensi dan diabetes mellitus
yang diberikan dari dokter setiap responden kontrol. Responden menyangkal
adanya alergi obat.
g. Diet
Responden mengaku makan teratur 3 kali dalam sehari dengan memakan
makanan yang cukup bergizi sesuai kebutuhannya. Semenjak responden di
diagnosis memiliki darah tinggi dan kencing manis, responden mulai
mengurangi makanan yang asin, minyak, santan, jeroan, dan menghindari gula.
5. Riwayat psiko-sosio-ekonomi
: Diabetes Mellitus
: Hipertensi
8. Review of System
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Pernafasan
:
:
:
:
:
:
kepala (-)
Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Tersumbat -/-, mimisan -/Pendengaran berkurang -/- , keluar cairan -/Sariawan (-), mulut kering (-), sianosis (-)
Sakit menelan (-), serak (-), radang (-)
Sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), batuk darah
(-)
i.
j.
Kardiovaskuler
Gastrointestinal
otot (-)
: Atas : bengkak (-), sakit (-), kesemutan (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-), kesemutan (-)
Ekstremitas
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum
Tampak sadar
b. Tanda Vital dan Status Gizi
1) Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,7oC
2) Status gizi
BB
: 60 kg
TB
: 145cm
BMI
: 28, 57 obesitas
d. Kepala
Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut sebagian memutih, rambut tidak
mudah dicabut, atrofi m. Temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-).
e. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea
(+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), radang/konjungtivitis/uveitis
(-/-)
f. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-)
g. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah
hiperemis (-), tremor (-)
h. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga
dalam batas normal
i. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
j. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-).
k. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
1) Cor :
Inpeksi
Palpasi
Perkusi
: SIC II LPSS
: SIC V LMCS
: SIC II LPSD
: SIC V LPSD
2) Pulmo
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
suara
dasar
vesikuler
(+/+)
suara
tambahan
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
oedem -
Kesadaran
Afek
: appropriate
Psikomotor
: normoaktif
Insight
: baik
D. HASIL LABORATORIUM
GDS
: 245 mg/dL
Kolestrol total
: 199 mg/dL
Approx.
Date of
Onset
Desembe
r 2013
Date
Resolved
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Idea
Concern
Expectacy
Anxiety
2. Aspek Klinis
Diagnosis kerja
: Hipertensi
DM tipe 2
: Pusing (+) sedikit, leher kaku (+), badan lemas (+), kesemutan(+)
: TD: 170/100mmHg
N: 90x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,50C
12
: Pusing (-), leher kaku (+), badan lemas (-), kesemutan (+)
: TD: 150/100mmHg
RR: 20x/menit
S: 36,40C
N: 72x/menit
A
: Pusing (-), leher kaku (-), badan lemas (-), kesemutan (+)
: TD: 140/80mmHg
RR: 18x/menit
S: 36,40C
N: 80x/menit
A
Kesimpulan :
Berdasarkan follow up, pasien mengalami gejala umum Hipertensi dan DM tipe 2.
Untuk mengurangi gejalanya pasien harus mengkonsumsi obat yang telah diberikan
secara teratur.
K. FLOWSHEET
Tabel 2.2 Flow Sheet
N
o
1
Tgl
Problem
TD
mmHg
170/10
0
N
x/1
'
90
RR T
x/1 oC
'
20 36,
5
Planning
Target
Amlodipin 1x1
tekanan
darah
menurun
HCT 1x1
13
lemas (+),
kesemutan(+)
2
24-12Pusing (-),
2013
leher kaku (-),
badan lemas
(-), kesemutan
(+)
II.
Metformin 2 x 1
Glimepirid 1 x 1
150/10
0
140/80
72
20
80
18
dan gula
darah
menurun
36,
4
Amlodipin 1x1
HCT 1x1
Metformin 1 x 1
Glimepirid 1x1
Tekanan
darah
menurun
Dan gula
darah
terkontrol
36,
4
Amlodipin 1x1
HCT 1x1
Metformin 1x1
Glimepirid 1x1
Tekanan
darah dan
gula
darah
terkontrol
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Responden yaitu Ny. SW (55 tahun). Sejak Ny. SW sakit, pasien rutin berobat
di Puskesmas dan RSUD Banyumas untuk beberapa hari dan setelah kondisinya
membaik, pasien kembali beraktifitas. Pasien memperhatikan kondisi kesehatannya.
2.
Fungsi Psikologis
Ny.SW tinggal berdua bersama anak keduanya yang bekerja sebagai karyawan
swasta. Ny. S memiliki dua anak, anak pertama tinggal di Samarinda bersama suami.
Hubungan antara anak dan ibu tetap harmonis dengan berkomunikasi via
handphone. Keluarga memberikan dukungan dan motivasi terhadap penyakit yang
14
diderita oleh Ny. SW. Meskipun hubungan dengan keluarga termasuk harmonis,
akan tetapi Ny. SW sering merasa kesepian di rumah, hal tersebut mempengaruhi
kondisi psikologis Ny. SW.
3.
Fungsi Sosial
Ny. SW adalah pribadi yang dikenal baik dengan warga sekitar. Sebelum sakit
Ny. SW sering mengikuti kegiatan yang diadakan oleh lingkungan sekitar. Ketika
sakit, Ny. SW mengaku sering dikunjungi oleh kerabat Ny. SW.
4.
Kesimpulan :
Bentuk keluarga Ny. SW adalah nuclear died family. Keluarga Ny. SW adalah
keluarga yang harmonis, dan merupakan keluarga dengan perekonomian yang cukup.
Saat sehat, Ny. SW cukup aktif di kegiatan kemasyarakatan
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan
nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini
akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk
menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7
= sedang, 8-10 = baik.
ADAPTATION
Apabila ada masalah, pasien selalu mendiskusikan bersama-sama dengan
keluarga. Apabila kesulitan untuk mengambil keputusan, pasien tidak jarang meminta
pendapat kepada anaknya. Keluarga pasien juga selalu berusaha meringankan beban
pasien, khususnya keluhan kesehatannya saat ini.
PARTNERSHIP
Komunikasi antara anggota keluarga cukup baik. Pasien lebih sering beraktivitas di
rumah dan berinteraksi dengan keluarganya. Apabila pasien memiliki keluhan terkait
kesehatannya, pasien menceritakan kepada keluarganya.
GROWTH
Keluarga pasien selalu mendukung semua keputusan yang diambil oleh pasien dan
memberikan perhatian yang baik kepada pasien.
15
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dengan keluarganya dan
interaksinya
berjalan dengan baik. Pasien sangat menyayangi keluarganya, begitu juga sebaliknya.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang dirasakan oleh pasien dari anak dan keluarganya cukup.
a.
APGAR Ny. SW
A.P.G.A.R
A
Hampir
selalu
Kadang
kadang
Hampir
tidak
pernah
APGAR Sdr. M
A
P
G
A.P.G.A.R
Hampir
selalu
Kadang
kadang
Hampir
tidak
pernah
16
Total poin = 9
Sdr. M memiliki nilai APGAR 9
Total A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (9+9)/2 =9
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien adalah baik
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 9. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan baik.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga (Pasien) dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M
sebagai berikut :
SUMBER
Social
Cultural
Religion
Economic
Education
Medical
PATOLOGI
KET
17
Keterangan :
a.
Social (-) artinya keluarga Ny. SW sudah dapat berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
b.
c.
Economic (+) artinya keluarga Ny. SW kurang dalam ekonomi, keuangan hanya
dapat memenuhi kebutuhan primer saja.
d.
Cultural (-) artinya keluarga Ny. SW masih menganut tradisi jawa, hal ini
terbukti keluarga Ny. SW masih mengikuti tradisi hajatan, menggunakan bahasa
jawa, tata krama dan kesopanan.
e.
Medical (-) artinya keluarga pasien sudah baik dalam mencari pelayanan
kesehatan,
yaitu
menggunakan
pelayanan
puskesmas
dan
menggunakan
Religion (-) artinya keluarga pasien sudah cukup taat dalam menjalankan
perintah-perintah agama.
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ny. S fungsi patologis yang positif adalah ekonomi dan
pendidikan.
D. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Ny. SW
: Diabetes Mellitus
: Hipertensi
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
18
Sdri. Y
Ny. SW
Sdr. M
Keterangan :
Hubungan baik
Hubungan tidak baik
19
Pengetahuan :
Ling
pengetahuan yang cukup baik dari pasien maupun
Cukup
keluarga
padat dan
mengenai
faktor penyakit
lingkungan
hipertensi
yang ada
dan
tidak
diabetes
didapat
m
Pelayana
Sikap:
Jika sakit berobat ke
Penderita mengetahui dan mematuhi pola diet hipertensi dan DM
Keluarga Ny. SW
Ke
Tindakan:
Ada faktor keturunan
Keluarga mengontrol makan dan pengobatan penderita secara rutin.
20
Keterangan :
: Faktor Perilaku
Dapur
Kam
ar
tidur
Ruang tengah
Kam
ar
tidur
Ruang tamu
Kam
ar
man
21
III.
A.
Masalah medis :
Hipertensi dan Diabetes Mellitus tipe 2
B.
22
2. Stressor
Ny. SW
Hipertensi
psikologis
5. Riwayat penyakit
keluarga.
3. Kondisi
ekonomi
keluarga
tergolong
menengah ke bawah
2.
3.
4.
5.
Daftar Masalah
P
I
S
T
SB
Tingkat pengetahuan
Ny.
SW
dan
keluarganya
dengan
penerapannya
Stressor psikologis Ny.
SW
R
M
o
4
Ma
Jumlah
IxTxR
40.000
30.000
Kondisi
ekonomi
keluarga
adalah
menengah kebawah.
Kadang tidak patuh
dalam pola dietnya
mengontrol hipertensi
dan DM
Riwayat
penyakit
keluarga.
11.520
32.000
4000
Mn
Keterangan :
I
SB
Mn
Mo
Ma
Kriteria penilaian :
1
: tidak penting
: agak penting
: cukup penting
: penting
: sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ny. SW
adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan dan penerapan Ny. SW dan keluarganya tentang penyakit
Hipertensi dan DM yang rendah.
2. Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi makanan tinggi garam, gula dan lemak.
3. Stressor psikologis Ny. SW.
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah kebawah.
5. Riwayat Penyakit Keluarga.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah Tingkat pengetahuan Ny. S dan keluarganya
kurang mengerti pengetahuan dan penerapan tentang penyakit.
F. Rencana Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Pembinaan keluarga untuk memberikan pengertian kepada pasien dan
keluarga agar lebih mengerti tentang penyakit Hipertensi dan DM, penatalaksanaan
dan pencegahannya.
a.
Tujuan Umum
Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita lebih
memahami mengenai penyakit hipertensi dan DM, dan mengetahui peran
keluarga dalam perjalanan penyakit tersebut.
b.
Tujuan Khusus
24
1) Pasien dapat mengerti dan memahami tentang penyakit hipertensi dan DM.
2) Pasien dapat mengetahui pengobatan dan pencegahan hipertensi DM.
2. Materi
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit hipertensi dan DM.
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala
d. Faktor resiko
e. Komplikasi
f. Pengobatan dan pencegahan
3. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan
bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling dan edukasi
kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga.
4. Sasaran Individu
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya
5. Target Waktu
Hari
: Selasa
Tanggal
: 24 Desember 2013
Tempat
Waktu
: 14.00 WIB
6. Evaluasi Kegiatan
Tabel 6.1. Evaluasi Kegiatan Secara Lisan
Tgl
Kegiatan yang
dilakukan
20-12- 1.
2013 Membina hubungan
saling percaya
dengan pasien
(perkenalan
identitas).
2.
Anggota
keluarga
yang
terlibat
Pasien
Hasil kegiatan
Pasien memiliki
kesadaran untuk
rutin berobat dan
kontrol
bila
obatnya habis.
Catatan untuk
pembinaan
selanjutnya
Pembinaan
melibatkan
keluarga
pasien
25
Menganjurkan
pasien untuk
berobat rutin
dan kontrol
apabila obat
sudah habis
21-12- 1. Mengkaji
2013
pengetahuan
pasien tentang
penyakit
hipertensi dan
DM
2. Memberian
edukasi tentang
definisi,
penyebab, tanda
dan gejala, faktor
resiko
komplikasi, dan
pencegahan
penyakit
3. Menganjurkan
pasien
untuk
berobat rutin ke
puskesmas dan
kontrol apabila
obat sudah habis
4. Memberikan
edukasi kepada
pasien
dan
keluarga pasien
mengenai
penyakit
hipertensi dan
DM, penyebab,
tanda dan gejala,
serta pengobatan
5. Kontrak dengan
pasien
untuk
pertemuan yang
akan datang.
24-12- 1. Mengkaji
2013 ulang
pengetahuan
pasien.
2. Menyarankan
pasien untuk
kontrol
kesehatannya.
Pasien dan
keluarga
Pasien
memiliki
pengetahuan
yang lebih
luas tentang
penyakitnya
Pasien dan
keluarga
memiliki
kesadaran
untuk
memeriksakan
kondisi
kesehatannya
secara rutin.
Pasien dan
keluarganya
1. Pasien
memiliki
pengetahuan
yang lebih
tentang
penyakitnya.
2. kesadaran
untuk
memeriksakan
Pembinaan
berikutnya
26
3. Mengingatkan
pasien mengenai
hal yang
dianjurkan dan
dilarang.
IV.
1.
kondisi
kesehatannya
semakin baik.
3. pasien
melakukan hal
yang telah
diedukasikan
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri.
Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, dimana tekanan tersebut dihasilkan
oleh kekuatan jantung ketika memompa darah sehingga hipertensi ini berkaitan dengan
kenaikan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Standar hipertensi adalah sistolik 140
mmHg dan diastolik 90 mmHg ( Gunawan, 2001).
Tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah sistolik tidak melampaui
140 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melampaui 90 mmHg dalam keadaan
istirahat, sedangkan hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal.
Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus
bersifat spesifik usia. Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik ( Corwin,
2001).
Penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Bila
terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.
Apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat, mengakibatkan, kematian
karena payah jantung, infark miokardium, stroke, atau gagal ginjal. Namun deteksi dini
dan perawatan hipertensi yang efektif dapat menurunkan jumlah morbiditas dan
mortalitas. Dengan demikian, pemeriksaan tekanan darah secara teratur mempunyai arti
penting dalam perawatan hipertensi.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi:
27
a.
Intrinsik
kardiovaskular
b.
Ekstrinsik
abnormal dimana terdapat intoleransi terhadap glukosa akibat kerja insulin yang tidak
adekuat. DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Dalam bentuk klasiknya, ada dua bentuk umum dari diabetes yang dikenal dari diabetes
yaitu: tipe I (insulin dependen diabetes mellitus atau tipe juvenile-onset) dan tipe II (noninsulin dependen diabetes mellitus atau tipe mature-onset).
Diabetes tipe II ditandai dengan kelainan sekresi insulin serta kerja insulin. Sekitar
80% pasien diabetes tipe II mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan perbaikan
dalam sensitivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa. Individu dengan orang tua
menderita DM tipe II, risiko berkembangnya DM mendekati 40% (Powers, 2004). Indeks
untuk diabetes tipe II pada kembar monozigot hampir 100%. Risiko berkembangnya DM tipe
II pada saudara kandung mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya (Schteingart, 2002).
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe II akan meningkat disebabkan oleh
berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat
infeksi dan meningkatnya faktor risiko yang disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah
seperti kegemukan, kurang gerak, dan pola makan yang tidak sehat (Suyono, 2004).
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa
mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah
28
puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah
yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai
kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia
atas 200 mg/dl.
Ada tiga kriteria untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus, yaitu:
1. Adanya gejala-gejala diabetes melitus disertai kadar gula darah sewaktu 200 mg/dL.
Istilah gula darah sewaktu dipergunakan pada pemeriksaan gula darah setiap saat
tanpa memandang makan.
2. Kadar gula darah puasa 126mg/dL. Puasa berarti tanpa pemasukan kalori paling
sedikit 8 jam.
3. Kadar gula darah 2 jam setelah makan 200mg/dL selama uji toleransi glukosa.
Sesuai dengan WHO, beban glukosa yang diberikan dalam uji toleransi glukosa
adalah 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air.
29
V.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis Holistik
Concern
Expectacy
Anxiety
2. Aspek Klinis
Diagnosis kerja
Gejala klinis
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. pp 356.
Gunawan. 2000. Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia. pp 10.
Powers, A C. 2004. Diabetes Mellitus. Dalam: Harrison's Principles of Internal Medicine
16th Edition. McGraw-Hill Professional. :2203-4
Bloomgarden, Z T. 2005. Diabetic Nephropathy, Diabetes Care, 28: 745 51
Price S A, and Lorraine M W. 2005. Gangguan Sistem Endokrin dan Metabolik. Dalam:
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Edisi 6. EGC. Jakarta.
SudoyoW. Aru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Diabetes Melitus di Indonesia. Hal
1874-1940. Balai Penerbit FKUI. Jilid III. Edisi IV. EGC. Jakarta
Mansjoer, A.1999. Kapita selekta Kedokteran. ed ketiga. Media Aesculapius Facultas
Kedokteran UI. Jakarta.
Sheps. 2005. Mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta : Intisari Mediatama
32
LAMPIRAN
33
34