Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
SUCIA FHAARISTA
AKX.13.071
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai
usia kemunduran yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan
yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Seiring dengan pertumbuhan seseorang, usia merekapun juga bertambah. Dari anak-anak, remaja
awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir. Perubahn ini juga diikuti dengan
perubahan lainnya, yaitu perubahan fisik dan perubahan intelektual
Perubahan Fisik yang semakin menua akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan
dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini
mengakibatkan menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan
mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat,
hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.
Perubahan intelektual, pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar, memori, dan
intelegensi
mengalami
kemerosotan
bersamaan
dengan
terus
bertambahnya
usia.
Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Selain itu, orangorang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam
ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan
pada masa dewasa akhir.
Dengan adanya perubahan ini, maka terkadang membuat orang-orang yang telah masuk dalam
fase ini menjadi menarik diri dari lingkungannya.
1.2. Tujuan
Mengetahui perkembangan apa saja yang terjadi saat kita telah memasuki masa dewasa akhir dan
cara asuhan keperawatannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.
perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang mampu
mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan
bahagia. Hal ini berdampak pada hub.sosial dan produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah despair
yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi krisis dimasa
lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan
pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller, 1985). Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190),
ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat
dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang
yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau
sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60
tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan
mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut usia. Beberapa
orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan tahun-tahun terbaik dalam
hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung pada sumber-sumber finansial yang adekuat, kemampuan
memelihara rumah yang memuaskan, dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri
karena sakit, umumnya memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering merupakan
anteseden penyakit mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972). Sebaliknya lansia yang menjaga
kesehatan mereka, tetap aktif dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang memadai menggambarkan
proporsi orang-orang yang lebih tua dan substansial dan senantiasa berpikir positif terhadap kehidupan
ini.
2.2. Ciri-ciri dewasa akhir
1.
Adanya periode penurunan atau kemunduran Yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis.
2.
Perbedaan individu dalam efek penuaan Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya
untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.
3.
Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah
menyenangkan.
4.
Sikap sosial terhadap usia lanjut Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak
begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih
menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar
5.
Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut.
6.
Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.
7.
Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh
sikap sosial yang negatif.
8.
2.3.
Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.
Kehilangan-Kehilangan yang Lazim bagi Keluarga Lansia
Karena proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka ada berbagai
macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan-pasangan
yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini meliputi :
a. Ekonomi : menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial, mungkin kemudian
menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau subsidi
pemerintah).
b. Perumahan : sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian dipaksa pindah ke
tatanan institusi.
c. Sosial : kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.
d. Pekerjaan : keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan produktifitas.
e. Kesehatan : menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ; memberikan perawatan bagi pasangan
yang kurang sehat.
2.4.
Otak dan Sistem syaraf berubah dengan tanda adanya penurunan kecepatan belajar sesuatu yang
diikuti dengan menurunnya kemampuan intelektual. Beberapa peneliti memperkirakan 5 sampai 10%
neuron akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun, setelah itu hilangnya neuron menjadi
dipercepat. Aspek yang signifikan dari proses penuaan adalah pada neuron-neuron yang tidak mengganti
dirinya sendiri yang menyebabkan hilangnya sebagian kecil kemampuan pada masa dewasa akhir.
2.4.3. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua
tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi,
ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian
pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi
lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan
ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga
lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit
penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Meningkatnya tekanan darah yang terjadi akibat bertambah kerasnya dinding pembuluh arteri
aorta dan pusat merupakan gejala umum bagi orang yang berusia lanjut.
2.4.6. Sistem pernafasan
Kapasitas paru-paru akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru
paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya
adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan-latihan
memperkuat diafragma.
2.4.7. Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas manusia, dan
terdapat perubahan yang lebih banyak pada laki laki dari pada perempuan. Rubin (Harlock) mengatakan
bahwa hubungan seksual tidak mungkin berhenti secara otomatis pada usia berapapun. Mereka yang tidak
melakukan hubungan seksual pada usia lanjut, biasanya disebabkan oleh penyakit yang diderita
pasangannya.
2.5.
keluarga-keluarga lansia (tabel 11). Orangtua biasanya pindah ke salah satu anak mereka karena
penurunan kesehatan dan status ekonomi, mereka tidak punya pilihan lain, dan ini terbukti merupakan
suatu pengaturan yang tidak memuaskan bagi lansia (Lopata, 1973).
Tabel 11. Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa pensiun dan
lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
1.
2.
3.
Membina
kehidupan
rutin
yang
menyenangkan.
4.
5.
Mampu
menghadapi
kehilangan
7.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985) dan Hurlock (1980)
2.6. Masalah-Masalah Kesehatan.
Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber-sumber finansial yang tidak
memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak kehilangan lainnya yang dialami oleh lansia menunjukkan
adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia (Kelley et al, 1977). Oleh karena itu, terdapat masalahmasalah kesehatan yang multipel. Pasangan atau individu lansia dalam semua fase sakit kronis mulai dari
fase akut hingga fase rehabilitasi sangat membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang terkait secara
medis (pengkajian fisik, reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi keperawatan (mengkaji respons
klien terhadap sakit dan pengobatan serta kemampuan koping) adalah relevan disini. Promosi kesehatan
tetap menjadi hal yang sangat penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pecegahan cidera,
penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan berhenti merokok.
Semakin tua, kemungkinan terkena beberapa penyakit atau penurunan kondisi tubuh semakin
meningkat. Penyakit yang biasanya menyerang usia lanjut adalah radang sendi dan osteoporosis.
Keseahtan mental tidak hanya dilihat dari ketidak hadiran gangguan-gangguan mental, berbagai
kesulitan dan frustasi, tetapi juga merefleksikan kemampuan seseorang untuk menghadapi masalahmasalah kehidupan dengan cara efektif dan memuaskan.
Depresi yang dimaksud adalah suatu gangguan suasana hati dimana individu merasa sangat tidak
bahagia., kehilangan semangat, dan bosan. Orang yang menderita depresi seperti ini mudah kehilangan
stamina, tidak merasa sehat, nafsu makan kurang, lesu, dan kurang bergairah. Gangguan kecemasan
adalah gangguan psikologis yang dicirikan dengan ketegangan motorik (seperti gelisah dan gemetar),
hiperaktivitas (pusing, jantung berdebar, atau berkeringat), dan pikiran yang mencemaskan. Penelitian
membuktikan bahwa orang usia lanjut memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami
gangguan kecemasan daripada depresi (George dkk, 1988)
Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (yang mungkin berkaitan dengan sejumlah masalah
termasuk penyakit (Alzheimer), dan masalah-masalah psikologis adalah masalah kesehatan yang serius,
khususnya bila bersama-sama dengan sakit fisik. Pengkajian dan penggunaan sistem dukungan sosial
keluarga atau individu harus menjadi bagian integral dari perawatan kesehatan keluarga.
Proses menua dan menurunnya kesehatan menyebabkan betapa pentingnya pasangan menikah
saling menolong satu sama lain. Karena wanita hidup lebih lama dari pada pria, dan biasanya mereka
orang yang membantu suami yang sakit atau yang tidak berdaya. Dalam kebanyakan kasus, penyakit
bersifat kronis dan berkembang menjadi tak berdaya, sehingga perlu waktu untuk menyesuaikan terhadap
situasi terakhir. Suami menemukan tugas merawat istri sebagai suatu tugas yang lebih sulit, karena peran
merawat, memelihara dan menjadi ibu rumah tangga semata-mata masih sebagai peran wanita.
Definisi nutrisi dikalangan lansia terjadi secara luas dan menimbulkan banyak masalah yang
berkaitan dengan penuaan (lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa lagi).
KASUS
Hari Senin tanggal 30/11/2015 Tn.N umur 65 tahun dan Ny.M umur 60 tahun, datang ke
puskesmas Ujung Berung dengan keluhan Suaminya bahwa beberapa hari yang lalu sering mengeluh
sesak napas, mudah lelah dan batuk dan sulit berbicara karena sesak napas yang dideritanya sekaligus
untuk berkonsultasi ke perawat tentang msalah kesehatan yang terjadi di keluarga mereka.
BAB III
: Senin, 30/11/2015
2.
: Tn. N
Umur
: 65 tahun
Agama
: Kristen Protestan
Suku
: Sunda
Pendidikan
: S.Pd
Perkerjaan
: Pensiun
Alamat
No. Telpon
: -
KOMPOSISI KELUARGA
No
1
2
3.
Nama
Tn.N
Ny.M
L/P
L
P
Umur
65
60
Hub. Klg
Suami
Istri
Perkerjaan
Pensiun
IRT
Pendidikan
S.Pd
SMA
TYPE KELUARGA
SUKU BANGSA
a.
b.
5.
Tn.N dan Ny.M Mengatakan selalu berusaha untuk mengikuti kebaktian setiap hari minggu dan mereka
selalu berdoa bersama di rumah kecuali jika Tn.N tidak ada dirumah, dan begitu juga dengan Ny.M.
6.
7.
kerumahnya.
B.
No
Nama
Tn.N
BB
70
Umur
65
Keadaan kesehatan
kg
Imunisasi
Masalah
Tindakan yang
( Bcg/polio
kesehatan
telah dilakukan
/DPT/HB/campak
Gangguan
Menembus obat
pola nafas
yang telah
direspkan
dokter karena
diresepkan dokter.
Tn.Nivos
mengatakan
sudah
ketergantungan
obat.
Ny.M
55
60
kg
bahwa
dia
pernah
beli diapotik
-Pusing
-Klien
mengatakan
PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1.
Karakteristik rumah
a.
b.
c.
d.
Luas rumah
: 7 x 12 meter
Type rumah
: sederhana
Kepemilikan : pribadi
Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 4 buah kamar tidur, Ventilasi/jendela : Ada 10 ventilasi
D.
STRUKTUR KELUARGA
1. Pola/cara komunikasi keluarga : Menurut Ny.Martinova dalam keluarganya berkomunikasi biasa
menggunakan bahasa Sunda.
2. Struktur kekuatan keluarga : Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn.Nivos dan
Ny.Martinova selalu memutuskan secara bersama-sama dan memilih yang terbaik. Perbedaanperbedaan pendapat yang ada selalu bisa di atasi jika mereka bicara dengan baik- baik.
3. Struktur peran ( peran masing masing anggota keluarga ) : Dalam keluarga Tn.N sebagai kepala
keluarga berkewajiban memipin keluarga dan dibantu Ny.M.
4. Nilai dan norma keluarga : Sebagai bagian dari masyarakat Nias dan beragama Kristen protestan
keluarga memiliki nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan santun terhadap suami terhadap
isteri. Selama ini dirinya dan suaminya makan bersama setiap hari dari sarapan sampai makan
malam.
E.
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif : klien mengatakan selama ini klien antara suami istri saling tolong menolong dan
saling pengertian dan selalu komunikasi kepada anak anak mereka.
2. Fungsi sosialisasi : klien mengatakan sampai sejauh ini baik dan hubungan dengan keluarga
besarnya mau pun kecil baik baik saja. Hubungan keluarga dengan orang lain pun baik, terutama
tetangga-tetangga terdekat.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Menurut keluarga, masalah kesehatan yang sering dihadapinya yaitu asma dan pusing dan
persiapan berpisah dengan pasanganya.
b. Apa yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang sedang dialami
: klien mengatakan sejauh ini dirinya hanya berbicara dengan anak dan antar suami isteri
dan minum obat.
c. Kemana keluarga meminta pertolongan apabila ada anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan : Ke puskesmas.
d. Tindakan apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan :
klien mengatakan biasanya keluarga hanya makan teratur dan olahraga yaitu jalan pagi
di sekitar rumah setiap hari minggu.
4. Fungsi reproduksi
a. Perencanaan jumlah anak : tidak ingin mempunyai anak lagi
b. Akseptor : tidak
5. Keterangan lain : Ny.M mengatakan sejak dilakukan operasi sejak 10 tahun yang lalu Ny.M tidak
mengalami menstruasi lagi.
6. Fungsi ekonomi
Fungsi ekomoni dahulunya tidak ada kendala karena kebutuhan tiap bulan diberi anak
anaknya.
F. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor jangka pendek : klien mengatakan merasa kesepian karena dahulunyaterasa ramai
dirumah tetapi sekarang hanya tinggal berdua saja.
2. Sressor jangka panjang : keluarga mengatakan cemas dengan keadaan suami karena tidak bisa
putus obat.
3. Respons keluarga terhadap stressor : jika terdapat masalah selalu diselesaikan dengan anak anak
juga.
4. Strategi koping : klien mengatakan itu memang waktu yang tepat, dimana anak sudah menikah
dan membangun rumah tangga sendiri.
5. Strategi adaptasi disfungsional : tidak ada.
G. KEADAAAN GIZI KELUARGA
1. Pemenuhan gizi
2. Upaya lain
H. HARAPAN KELUARGA
1. Terhadap masalah kesehatan : klien mengatakan mungkin ini masalah yang didapatkan dimasa
lanjut usia.
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada : klien mengatakan agar mahasiswa yang datang
bisa berbagi pengetahuan.
I.
PEMERIKSAAN FISIK
No
1
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
BB
70 kg
55 kg
TB
Kepala :
165 cm
150 cm
Rambut
sela
rambut
dan
keriting.
Mata
mulai menurun.
sinusitis (-),
Hidung
sinusitis (-),
polip (-), penciuman baik.
Mulut
Mulut
bersih,
mukosa
Mulut
bersih,
mukosa
sudah rapuh.
Pendengaran
mulai .
menurun.
3
Telinga
Leher
JVP
jugularis.
jugularis.
Kelenjar Tiroid
Dada
Mamae
Inspeksi
kanan.
kanan.
Palpasi
Paru
Saat bernafas
Inspeksi
Saat
pernafasan.
bernafas
tidak
pernafasan.
Tidak simetris penurunan
Palpasi
Tidak
ada
penimbunan
cairan.
Bunyi nafas ronchi,
Auskultasi
RR normal
Jantung
Palpasi
normal.
normal.
ics 5 dan 6.
Perkusi
5 dan 6
Auskultasi
Irama
teratur,
suara
TD : 140/90 mmHg
tidak ada
TD : 130/80 mmHg
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Simetris,
asites (-)
asites (-)
warna
normal,
Tidak ada nyeri tekan, tidak Ada nyeri tekan, tidak ada
ada benjolan
benjolan
Auskultasi
Perkusi
Organ
pada
normal
6
7
Genetalia
Eksremitas atas dan
bawah
Inspeksi
Perkusi
lemah
jika
akan
berjalan.
J. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN
N
O
1
ANCAMAN :
Resiko KESEPIAN
K.
KRITERIA
Mengenal Masalah
PENGKAJIAN
Keluarga belum bisa mengenal masalah.
Kesehatan
Mengambil Keputusan
Merawat anggota
Memanfaatkan
sarana
kesehatan
L.
KRITERIA
PENGKAJIAN
O
1
Mengenal Masalah
Keputusan
Mengambil
yang tepat
minum obat.
anggota
Merawat
keluarga
yang
Memanfaatkan
kesehatan
M.
JAMKESMAS.
KRITERIA
O
1
Mengenal Masalah
PENGKAJIAN
Mengambil
yang tepat
Merawat
keluarga
Keputusan
sakit
Memanfaatkan
kesehatan
N.
ANALISA DATA
NO
1.
DATA
Ds :
Keluaraga
PROBLEM
Kurang
ETIOLOGI
Keefektifan
pengetahuan/informasi.
Manajemen
mengatakan bahwa
Kesehatan Diri.
Keluarga tampak
binggung ketika
ditanya.
2.
Ds:
Klien
Kurang mengenal
masalah
mengatakan bahwa
biasanya kalau
kehabisan obat
klien merasakan
sesak dan ketika
terkena debu juga.
Do :
Klien tampak
terenggah
terenggah
3.
.
Ds :
Kurang mengetahui
Resiko kesepian
Klien
tugas perkembangan
mengatakan merasa
keluarga dewasa
kesepian sejak
akhir/lansia
ditinggalkan oleh
anak-anaknya.
Do:
Klien tampak
sedih ketika dikaji.
O. SKORING
1.
SKO
BOBOT
Pembenaran
2/3
R
SIFAT MASALAH
Tidak sehat
ancaman
Ancaman kesehatan
diberi
jika
pengetahuan
tidak
keluarga
sejahtera
KEMUNGKINAN
MASALAH
karena
DAPAT
terjadi
akibat
terlalu
DIUBAH
Dengan Mudah
Hanya Sebagian
obat.
Tidak dapat
0
PONTISIAL MASALAH
DAPAT DICEGAH
Tinggi
Cukup
Rendah
1
MENONJOLNYA
MASALAH
Masalah
berat,
harus 2
segera ditangani
obat.
1
0
SKOR
BOBOT
1
Pembenaran
Sifat masalah ini
Tidak sehat
Ancaman kesehatan
DAPAT DIUBAH
klien.
Kemungkinan
masalah dapat diubah
Dengan Mudah
Hanya Sebagian
Tidak dapat
0
PONTISIAL MASALAH DAPAT
DICEGAH
terlalu berat.
Potensial masalah
dapat dicegah cukup,
Tinggi
karena kemungkinan
Cukup
hanya tergantung
Rendah
MENONJOLNYA MASALAH
Masalah
berat,
harus
1
1
segera 2
harus segera
ditangani
Ada masalah, tapi tidak perlu segera
tidak menimbulkan
ditangani
Masalah tidak dirasakan
1+1+2/3+1 =3 2/3
kondisi kiln
Masalah ini berat dan
berat.
3. Resiko Kesepian b.d Kurang mengetahui tugas perkembangan keluarga dewas Akhir
KRITERIA
SIFAT MASALAH
SKOR
BOBOT
1
Pembenaran
Sifat masalah ini
Tidak sehat
Ancaman kesehatan
mengatasi masalah
KEMUNGKINAN
MASALAH
DAPAT DIUBAH
tersebut.
Karena menurut
pengkajian yang kami
Dengan Mudah
lakukan keluarga
Hanya Sebagian
mengatakan bahwa
Tidak dapat
mungkin memang
waktunya kami hidup
DICEGAH
berdua lagi.
Karena tindakan masalah
yang dihadapi keluarga
Tinggi
wajar, mungkin
Cukup
beradaptasi dengan
Rendah
MENONJOLNYA MASALAH
Masalah
berat,
harus
1
1
segera 2
keadaan.
Masalah ini tidak perlu
ditangani karena klien
ditangani
tersebut.
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
2/3 +2+2/3+1/2 = 3 5/6
Dx keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
1.
Gangguan Pola
Gangguan yang
Intervensi Keperawatan
Tindakan
keperawatan
1.cek atau kaji
keadaan umum
mengenal masalah
waktunya setelah
klien.
Rasional
dilakukan tindakan
2. lakukan
selama 1 X 30 menit.
PENKES
Dengan KH :
berhubungan
1. klien dapat
dengan penyakit
keadaan klien.
melakukan apa
yang telah
disarankan.
2. klien mengerti
olaharaga yang
baik untuk dia.
klien.
3. ajarkan klien
tepat untuk
kesehatan dirinya.
klien.
4. minta klien
untuk
memeriksaa
diri kerumah
2.
sakit.
1. kaji
Keefektifan
Manejemen Diri
dilakukan tindakan
kemampuan
b.d kurang
selama 3 X 45 menit.
klien.
pengetahuan
Dengan KH:
/informasi
1. klien mengatakan
penkes
kesehatan.
3. ajarkan klien
2. lakukan
1. untuk mengetahui
kemampuan klien
2. agar klien memahami
manejemen diri yang tepat.
3. agar kjlien makin mengerti
harus dilakukan
cara manejemen
diri.
klien.
1. kaji faktor
Resiko Kesepian
b.d Kurang
penyebab
mengetahui tugas
tindakan selama 3 X 45
keluarga
perkembangan
menit.
merasa
keluarga dewasa
akhir
kesepian.
Dengan KH :
1. Klien mengatakan
2. beri informasi
kepada
keluarga
lagi.
tentang tugas
2. keluarga
perkembangan.
mengatakan bahwa
3. ajarkan klien
dirinya sudah
cara cara
mengerti tugas
mengatasi
wajar.
perkembangannya.
kesepian.
4. ajak pasien
D.
perkembangan.
4. untuk mengetahui
untuk
kemampuan keluarga
mengevaluasi
kembali.
kesepian.
CATATAN IMPLEMENTASI
No.
Hari /
Dx.
1.
tanggal
Sabtu,
07
Juni 2014
Waktu
08.0009.30 Wib
Tindakan keperawatan
1. Mencek atau Mengkaji keadaan umum klien.
2. Melakukan PENKES berhubungan dengan penyakit
klien.
3. Mengajarkan klien hal hal yang tepat untuk
kesehatan klien.
4. Meminta klien untuk memeriksaan diri kerumah
2.
Minggu, 08
Juni 2014
10.00-
sakit.
1. Mengkaji kemampuan klien.
11.30 Wib
Paraf
No.
Hari /
Dx.
tanggal
Senin,
09
Juni 2009
Waktu
08.30
10.00 wib
Tindakan keperawatan
Paraf
E.
EVALUASI KEPERAWATAN
N
Hari
o.
tangg
x.
1.
al
Senin
,
Evaluasi
S:
09
Keluarga mengatakan sudah mengerti dan mampu mengidentifikasi pengertian,
Juni
2009 Keluarga mengatakan sudah mampu untuk segera mengambil keputusan membawa
klien ke pusat yankes (puskesmas) jika sakitnya kambuh
O:
2.
Senin
Par
af
serangan
Keluarga mengatakan sudah membersihkan rumahnya setiap hari dan membuka
Keluarga mengatakan telah menyediakan makanan yang merupakan diit bagi klien
Keluarga mengatakan perasaannya sangat senang dapat bekerja sama dengan
perawat dalam merawat anggota keluarga yang sakit
O:
Keluarga mampu menyebutkan halhal yang dapat memicu terjadinya serangan
berulang (Ashma)
Tampak halaman maupun dalam rumah keluarga Tn.N bersih dan jendela terbuka
pada pagi hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.psycholovegy.com/2012/05/masa-perkembangan-manusia-dewasa-akhir.html
Santrock, John W., 1995, Life-Span Development, Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B., 1980, A Life-Span Approach, Jakarta: Erlangga