Professional Documents
Culture Documents
Penelitian adalah metode studi untuk menyidik dengan cermat dan sempurna
hubungan-hubungan semua hal yang berkaitan dengan masalah penelitian, hingga
masalah itu dapat terjawab dengan sebaik-baiknya. Dalam proses penelitian,
eksperimen merupakan salah satu alat yang diperlukan untuk mengungkap sebuah
fakta yang diperlukan dalam menjawab masalah penelitian tersebut. Pada konteks
tertentu, fakta yang diungkap umumnya merupakan hubungan antara dua atau lebih
variabel-variabel yang diasumsikan terlibat dalam sistem yang tengah dipelajari/teliti.
Hubungan tersebut dapat berbentuk hubungan korelatif dan lebih jauh juga dapat
berbentuk kausalitas.
Dalam mempelajari hubungan kausalitas, umumnya simpulan ditarik
berdasarkan perbedaan antara dua nilai rata-rata. Misalkan, hubungan kausalitas
antara pemberian pupuk dengan peningkatan hasil tanaman. Hubungan tersebut
dianalisis berdasarkan perbedaan nilai respons (yang diperoleh melalui hasil
pengukuran) antara yang diberi pupuk dan yang tidak diberi pupuk. Inferensi
dilakukan berdasarkan dari perbedaan tersebut, jika terjadi perbedaan rata-rata respons
maka disimpulkan bahwa pemberian pupuk menyebabkan peningkatan hasil atau
dengan kata lain pemberian pupuk berpengaruh terhadap hasil tanaman (Gambar 1).
Persoalan yang menyulitkan seorang peneliti dalam menjawab masalah
penelitian adalah bahwa perbedaan tidak hanya terjadi antara kelompok tanaman yang
diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan (between group) tetapi juga di dalam
16
17
18
dalam tiap-tiap kelompok. Untuk menggali informasi ini, peneliti tersebut dapat
memanfaatkan Analisis Varians Parsial.
Sumber variasi dan derajat bebas dalam analisis varians dan analisis
varians parsial
Sumber Variasi
Replikasi (R)
Genotip (G)
Antar kelompok (K)
Dalam Kelompok:
Sumatera (S)
Jawa (J)
Amerika (A)
NTT (N)
Galat (E)
Total
DB
Jumlah kuadrat
(r 1)
(g 1)
(k 1)
1
15
3
JK R
JK G
JK K
(s 1)
(j 1)
(a 1)
(n 1)
(e 1)
3
3
3
3
15
JK S
JK J
JK A
JK N
JK E
rg 1
31
Enam belas genotip bengkuang yang dievaluasi terdiri atas empat genotip dari
kelompok Sumatera, empat genotip dari kelompok Jawa, empat genotip dari
kelompok Amerika, dan empat genotip dari kelompok NTT. Dalam melakukan partisi
jumlah kuadrat, prinsip yang harus dipegang adalah bahwa jumlah kuadrat dari
komponen-komponen hipotesis harus sama dengan jumlah kuadrat perlakuan utama.
Dengan kata lain, JK K + JK S + JK J + JK A + JK N = JK G . Dasarnya adalah
19
karena komponen ragam pada tiap kelompok tersebut memang merupakan bagian dari
ragam genotip secara keseluruhan. Begitu pula dengan derajat bebas, analisis varians
parsial mensyaratkan jumlah derajat bebas komponen-komponen perlakuan yang
dipartisi harus sama dengan derajat bebas perlakuan, atau dengan kata lain, (k-1) + (s1) + (j-1) + (a-1) + (n-1) = g-1.
Prosedur perhitungan untuk nilai tengah mengikuti prosedur analisis varians
biasa yaitu dengan membagi jumlah kuadrat tiap-tiap komponen dengan derajat
bebasnya. Sedangkan nilai F hitung diperoleh dengan membagi kuadrat tengah
masing-masing komponen dengan kuadrat tengah galat. Untuk memahami prosedur
analisis varians, perhatikan contoh penerapan berikut.
Contoh Perhitungan
Data yang digunakan untuk contoh perhitungan analisis varians parsial adalah
data kadar bahan kering enam belas genotip bengkuang yang ditanam pada musim
hujan di Jatinangor (Sosiawan Nusifera, 2007). Enam belas genotip bengkuang
tersebut terdiri atas empat kelompok yaitu
dimana masing-masing kelompok terdiri atas empat genotip. Data tersebut tersaji pada
Tabel 2.
20
Genotip
B-138/AC
B-33/J
B-31/WS
B-26/NS
Jumlah
B-39/WJ
B-56/CJ
B-58/EJ
B-61/EJ
Jumlah
B-1/EC 033
B-23/EC 040
B-10/EC 550
B-12/EC Kew
Jumlah
B-77/ENT
B-80/ENT
B-89/ENT
B-94/ENT
Jumlah
Grup
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Jawa
Jawa
Jawa
Jawa
Amerika
Amerika
Amerika
Amerika
NTT
NTT
NTT
NTT
Jumlah
I
8,67
10,34
8,67
12
39,68
9,34
9
8,67
7,67
34,68
10,34
8,67
7,67
7
33,68
11,34
10
9,67
7,67
38,68
146,72
II
8,67
9,67
8,67
11,67
38,68
9,67
9,34
10
9,34
38,35
10,67
8,67
10
6,67
36,01
12,67
9,67
9
7,67
39,01
152,05
Jumlah
17,34
20,01
17,34
23,67
78,36
19,01
18,34
18,67
17,01
73,03
21,01
17,34
17,67
13,67
69,69
24,01
19,67
18,67
15,34
77,69
298,77
(298,77) 2
= 2789,49
32
21
= (8,672+10,342+8,672+.+92+7,672) 2789,49
= 60,238
Menghitung jumlah kuadrat blok: (Jumlah kuadrat kelompok/genotip) FK
= (146,722 + 152,052)/27 2789,49 = 0,888
Menghitung jumlah kuadrat genotip : (Jumlah kuadrat genotip/ulangan) FK
= (17,342+20,012+..+15,342)/2 2789,49
= 53, 581
Menghitung jumlah kuadrat galat = JK total JK blok JK genotip
= 60,238 0,888 53,581 = 5,769
Menghitung nilai kuadrat tengah dengan cara membagi jumlah kuadrat dengan
derajat bebas.
Hasil keseluruhan perhitungan analisis varians tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil analisis varians kadar bahan kering ubi
Sumber Variasi
DB
JK
KT
Blok
0,888
0,888
Genotip
15
53, 581
3,572
Galat
15
5,769
0,385
Total
31
60,238
22
vs. H1 : S
2. H0 : S1 = S2 = S3 = S4
3. H0 : J1 = J2 = J3 = J4
J=A=N
vs. H1 : S1
vs. H1 : J1
S2 = S3 = S4
J2 = J3 = J4
4. H0 : A1 = A2 = A3 = A4
vs. H1 : A1
A2 = A3 = A4
5. H0 : N1 = N2 = N3 = N4
vs. H1 : N1
N2 = N3 = N4
Untuk menjawab hipotesis tersebut, ikuti prosedur partisi jumlah kuadrat genotip
adalah sebagai berikut.
A. Sumatera
Data yang digunakan adalah khusus data genotip-genotip yang berasal dari
Sumatera. Oleh karena itu, nilai faktor koreksinya berbeda dengan kelompok dan
dihitung kembali berdasarkan data kelompok Sumatera saja. Data kadar bahan kering
untuk genotip-genotip yang berasal dari kelompok Sumatera tersaji pada Tabel 4.
23
Genotip
B-138/AC
B-33/J
B-31/WS
B-26/NS
Jumlah
I
8,67
10,34
8,67
12
39,68
II
8,67
9,67
8,67
11,67
38,68
Jumlah
17,34
20,01
17,34
23,67
78,36
II
Jumlah
B-39/WJ
B-56/CJ
B-58/EJ
B-61/EJ
9,34
9
8,67
7,67
9,67
9,34
10
9,34
19,01
18,34
18,67
17,01
Jumlah
34,68
38,35
73,03
24
Genotip
B-77/ENT
B-80/ENT
B-89/ENT
B-94/ENT
Jumlah
II
Jumlah
11,34
10
9,67
7,67
12,67
9,67
9
7,67
24,01
19,67
18,67
15,34
38,68
39,01
77,69
25
H3 : Amerika vs NTT
Dengan mengikuti kaidah
( c i y i..k ) 2
JK H =
i =1
t
n c
i =1
JK H1 =
2
i i
14,67 2
= 2,242
96
1,32 2 1,7424
=
= 0,0363
48
48
8 2 64
=
=4
=
16
16
Dengan demikian jumlah kuadrat kelompok adalah JK H1 + JKH2 + JK H3 atau 2,242
+ 0,0363 + 4 = 6,278.
26
vs Genotip S2 S4
-1 -1
H3 : 0 0
1 -1
Untuk mendapatkan jumlah kuadrat hipotesis tersebut, rumus yang sama digunakan.
JK H3 =
vs Genotip J2 J4
-1 -1
27
H3 : 0 0
1 -1
Untuk mendapatkan jumlah kuadrat hipotesis tersebut, rumus yang sama digunakan.
JK H1 =
vs Genotip A2 A4
-1 -1
H3 : 0 0
1 -1
Untuk mendapatkan jumlah kuadrat hipotesis tersebut, rumus yang sama digunakan.
JK H1 =
JK H2 =
JK H3 =
28
vs Genotip N2 N4
-1 -1
H3 : 0 0
1 -1
Untuk mendapatkan jumlah kuadrat hipotesis tersebut, rumus yang sama digunakan.
JK H1 =
29
antar genotip (variation within group) pada kelompok Sumatera, Amerika, dan NTT,
sedangkan pada kelompok Jawa tidak terlihat adanya perbedaan antar genotipnya.
Tabel 7 Hasil analisis varians parsial kadar bahan kering ubi 16 genotip bengkuang
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F hitung
F
(0,05)
Blok
0,888
0,888
2,306
4,54
Genotip
15
53, 581
3,572
9,278*
2,4
Antar kelompok
6,278
2,093
5,436*
3,29
Sumatera
13,474
4,491
11,665*
3,29
Jawa
1,149
0,383
0,995
3,29
Amerika
13,509
4,503
11,696*
3,29
NTT
19,169
6,389
16,595*
3,29
Galat
15
5,769
0,385
Total
31
60,238
Sumber Variasi
DAFTAR PUSTAKA
Gasperz, V. 1995.
Bandung.
II.
Tarsito
30
Statistics.