Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Pradita Ayu Puspitasari
NIM. P 1337420614067
Oleh :
Pradita Ayu Puspitasari
NIM. P 1337420614067
iv
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI INHALASI DENGAN NEBULIZER
TERHADAP KEPATENAN JALAN NAFAS DAN PENINGKATAN
SATURASI OKSIGEN PADA KLIEN DENGAN SERANGAN ASMA
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA
Pradita Ayu Puspitasari1), Rodhi Hartono2), Elisa3)
1) Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Semarang
2) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
Koresponden :praditaayupuspitasari@ymail.com
Latar belakang Asma merupakan penyakit saluran pernafasan yang
cukup serius di seluruh dunia. Berdasarkan berita dan artikel dinas
kesehatan Jogjakarta tahun 2010, asma menjadi lima besar penyebab
kematian di dunia. Pada data World Health Organization (WHO) 2005 dan
Global Initiative for Asthma (GINA) 2011 mengatakan sebanyak
300.000.000 orang di dunia menderita asma dan dari 2.550.000 penderita
asmameninggal. Serangan asma menimbulkan tanda klinis berupa sesak
nafas, mengi dan hiperinflasi. Penangan awal pada serangan asma berupa
pemberian obat agonis 2 menggunakan nebulizer, tujuannya untuk
menyembuhkan gejala dan mengurangi obstruksi jalan nafas.
Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian terapi
inhalasi dengan nebulizer terhadap kepatenan jalan nafas dan
peningkatan saturasi oksigen pada klien dengan serangan asma di IGD
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Metode Jenis penelitian ini merupakan Pra Eksperimental dengan
rancangan One Group Pretest-Posttest design. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Sampling Insidental dan penentuan besar sampel
dilakukan dengan cara total sampling dengan jumlah sampel 24
responden.
Hasil Hasil uji McNemar dan uji Wilcoxon menunjukan nilai p= 0,000
dan 0,000 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh pemberian terapi inhalasi
dengan nebulizer terhadap kepatenan jalan nafas dan peningkatan
saturasi oksigen pada klien dengan serangan asma. Disarankan sebaiknya
terapi inhalasi dengan nebulizer dapat menjadi terapi utama bagi klien
dengan serangan asma yang masuk di IGD,serta dengan kolaborasi
pemberian terapi oksigen dan pemberian posisi duduk yang nyaman.
Kata kunci : terapi inhalasi dengan nebulizer, kepatenan jalan nafas,
saturasi oksigen, serangan asma
ABSTRACT
THE EFFECT OF INHALATION THERAPY WITH NEBULIZER
TOWARDS AIRWAY PATENCY AND OXYGEN SATURATION IN
CREASING IN CLIENTS WITH ASTHMA ATTACK
IN THE EMERGENCY INSTALATION
AT DR. MOEWARDI SURAKARTA GENERAL HOSPITAL
Pradita Ayu Puspitasari1), Rodhi Hartono2), Elisa3)
1) Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Semarang
2) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
Koresponden :praditaayupuspitasari@ymail.com
Background-Asthma is a worldwide serious respiratory disease. Based on
the news and articles of Jogjakarta health department in 2010, asthma is
includedin five major causes of death in the world. Data from World
Health Organization (WHO) in 2005 and Global Initiative for Asthma
(GINA) in 2011 imply that about 300.000.000 people worldwide suffer
from asthma and 2.550.000 people died of asthma. Asthma attacks can
cause clinical signs such as shortness of breath, wheezing and
hyperinflation. Therefore, the initial handler of asthma attack is very
important that the 2 agonist drug delivery using a nebulizer, which aim
to cure the symptoms and reduce airway obstruction.
Purpose -This study aims to determine the effect of inhalation therapy
with a nebulizer towards airway patency and oxygen saturation increasing
in clients with asthmain the Emergency Instalaton at Moewardi General
Hospital Surakarta.
Methods-This type of research is Pre-Experimental design with one group
pretest-posttest design. Sampling was done by incidental sampling
technique and determination of the samples was done by total sampling
with 24 respondents.
Results - Results of McNemar test and the Wilcoxon test showed the p
value = 0.000 and 0.000 (p <0.05), which means there is the effect of
inhalation therapy with a nebulizer to the patency of the airway and
oxygen saturation increasing in clients with asthma attacks. Suggested
preferably inhalation therapy with a nebulizer can be primary therapy for
clients with asthma who entered in the Emergncy R, and can be added
with the collaboration of oxygen therapy as well as providing a
comfortable sitting position.
Keywords: inhalation therapy with a nebulizer, patency ofthe airway,
oxygen saturation, asthma attacks
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan
rahmat
dan
hidayahNya
sehingga
peneliti
dapat
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .........................................................................i
HALAMAN JUDUL ........................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. iii
LEMBARPERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................v
ABSTRAK ....................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................1
B. RumusanMasalah ...............................................................5
C. TujuanPenulisan ................................................................5
D. ManfaatPenulisan...............................................................7
E. KeaslianPenelitian ..............................................................8
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
52
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
1.13
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
: Lembar bimbingan
Lampiran 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir akhir ini asma menjadi penyakit saluran pernafasan
yang cukup serius di seluruh dunia. Menurut Idrus, dkk. (2012)
asma
merupakan
penyakit
saluran
pernafasan
kronik
yang
rawat inap sebanyak 109 orang dan rawat jalan sebanyak 164
orang, kemudian pada tahun 2014 pasien asma rawat inap
sebanyak 148 orang dan rawat jalan sebanyak 1661 orang.
Sedangkan data dari tanggal 1 Januari 2015 sampai 12 Maret 2015
pasien asma rawat inap sebanyak 24 orang dan rawat jalan
sebanyak 431 orang, (Laporan Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, 2015)
Penatalaksaan yang tepat dan pemberian terapi yang
adekuat pada kasus-kasus asma akan mencegah terjadinya
komplikasi
atau
kematian
yang
tidak
diinginkan,
karena
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
maka
dirumuskan
masalah
Darurat
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Dr.
Moewardi
Surakarta?
C. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian terapi inhalasi dengan
nebulizer terhadap kepatenan jalan nafas dan peningkatan
saturasi oksigen pada klien dengan serangan asma di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini :
a.
b.
c.
d.
Menganalisis
kepatenan
jalan
nafas
sebelum
dan
D. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis
dalam keperawatan yaitu :
1. Untuk menambah wawasan atau pengetahuan tentang efek
pemberian terapi inhalasi dengan nebulizer terhadap kepatenan
jalan nafas dan peningkatan saturasi oksigen pada klien dengan
serangan asma sebagai bekal bagi mahasiswa/peneliti untuk
siap melakukan evaluasi saat tindakan di clinical setting.
2. Sebagai
self-asessment
bagi
perawat
dalam
melakukan
bahan
pertimbangan
dalam
penyusunan
SOP
pengaruh
pemberian
terapi
inhalasi
dengan
E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa telah dilakukan oleh Harto (2010) tentang
pengaruh terapi nebulizer terhadap kepatenan jalan nafas pada
pasien asma bronchiale di RSU Dr. R. Soeprapto Cepu dengan hasil
yaitu ada pengaruh terapi nebulizer terhadap kepatenan jalan nafas
pada pasien asma. Penelitian lain sebagaimana dilakukan oleh
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Pendukung
1. Serangan Asma
a. Pengertian
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) Asma
merupakan suatu penyakit inflamasi kronis saluran pernafasan
yang menyebabkan terjadinya bronkospasme luas bersifat
reversible dan hiperreaktivitas, dengan gejala yang timbul
berupa mengi berulang, sesak nafas, batuk dan dada terasa
tertekan (Rahajoe, dkk.,2008).
Asma eksaserbasi atau serangan asma akut adalah
perubahan dalam paru secara mendadak menjadi lebih buruk,
ujung saluran napas mengecil dikarenakan adanya proses
inflamasi mengakibatkan pembekakan, peningkatan produksi
lendir dan sel-sel yang rusak menutupi sebagian saluran napas
sehingga aliran udara yang melaluinya sangat jauh berkurang
akibatnya bernafas menjadi sulit, terdapat suara mengi, dan
dada terasa tertekan (Bull dan Price, 2007).
Smeltzer
(2002)
jenis-jenis
asma
berdasarkan
tenggau
debu
rumah
(Dermatophagoides
Gejala
Dispnea
Ringan
Sedang
Berat
Saat
beraktifit
as
(berjalan)
Dalam
kalimat
Saat
beraktifitas
(berbicara)
Pada saat
istirahat
Saat istirahat
Dalam frase
Dalam katakata
Diam
Tidak mampu
berbaring
Tanda
Posisi tubuh
Mampu
berbaring
Lebih suka
duduk
Tidak mampu
berbaring
Frekuensi
pernafasan
Meningkat
Meningkat
Seringkali >
30x/menit
>30x/menit
Pengguanaa
n otot bantu
pernafasan
Biasanya
tidak ada
Umumnya
ada
Biasanya ada
Gerakan
torakoabdominal
paradoksial
Suara nafas
Mengi
sedang
pada
pertengah
an sampai
akhir
ekspirasi
<100
Mengi keras
selama
ekspirasi
Mengi keras
selama
inspirasi dan
ekspirasi
Gerakan udara
sedikit tanpa
mengi
100-200
>200
Bradikardi
relative
<10
10-25
Sering >25
Mungkin
agitasi
Biasanya
agitasi
Biasanya
agitasi
Bingung atau
mengantuk
Frekuensi
jantung
(kali/menit)
Pulsus
paradoksus
(mmHg)
Status
mental
Pengkajian
funsional
PRF (%
yang
diprediksi
atau
terbaik
secara
personal)
SaO2 (%
udara
ruang)
PaO2(mm
Hg udara
ruang)
PaCO2
(mmHg)
Ringan
Sedang
Berat
>80
50-80
<50 atau
<50
respon
terhadap
terapi
berlangsung
<2 jam
>95
91-95
<91
<91
Normal
>60
<60
<60
<42
<42
>42
>42
e. Patofisiologi
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh faktor
ekstrinsik/allergen (misal : serbuk sari, binatang, makanan,
jamur /virus) dan faktor instrinsik/non allergen (seperti common
polutan
menimbulkan
lingkungan).
reaksi
hebat
Pada
pada
faktor
allergen
mukosa
biasanya
bronkus
yang
mediator
seperti
histamine,
leukotrien,
faktor
Pada
faktor
instrinsik/nonalergen,
mula-mula
akibat
saluran
intrapulmonal
nafas
akan
yang
menyempit
meningkat.
maka
Peningkatan
tekanan
tekanan
f. Manifestasi klinis
Pada asma yang gawat didapat gejala-gejala sebagai berikut :
1) Gejala traktus respiratorik
Pada
asma
ringan
gejala
klinisnya
berupa
serangan
asma
sedang,
jika
dengan
agonis
dan
ipratropium
bromide
(antikolinergik),
hari. Pemasangan
jalur
parenteral
dapat
Penilaian awal
Riwayat, pemeriksaan fisik (auskultasi, penggunaan otot bantu nafas, frekuensi jantung,
frekuensi nafas, APE atau VEP1, saturasi oksigen, analisis gas darah)
Pengobatan awal
Oksigen sampai mencapai saturasi > 90% (95% pada anak)
Inhalasi 2 agonis kerja cepat secara kontinu selama 1 jam
Glukokortikosteroid sistemik jika tidak ada respons cepat, atau jika klien baru saja
mendapat glukokortikosteroid oral, atau jika episode berat
Sedasi merupakan kontraindikasi pada pengobatan eksaserbasi
distress
fatal asthma
fatal asthma
Rawat di ICU
Oksigen
Inhalasi 2 agonis dan
inhalasi antikolinergik
Glukokortikosteroid IV
Pertimbangkan 2 agonis
IV
Pertimbangkan teofilin IV
Mungkin perlu intubasi
dan ventilasi mekanik
Perbaikan
inhalasi
adalah
pemberian
obat
secara
uap
yang
dapat
dihirup
ke
dalam
paru-paru
b) Fenoterol
c) Terbutaline
d) Orciprenaline
2) Kortikosteroid
a) Fluticasone Propionate (Flixotide)
b) Budesonide
3) Antikolinergik
Ipratropium bromid.
4) Mukolitik
a) Acetyl cysteine
b) Bromhexine Hcl
Pada penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2 yaitu
medikasi terkontrol/jangka panjang dan pelega/ serangan asma.
Pelega adalah medikasi yang hanya digunakan bila diperlukan
untuk cepat mengatasi bronkokonstriksi dan mengurangi gejala
gejala asma. Prinsip kerja obat ini adalah dengan mendilatasi
jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau
menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala
akut seperti mengi, rasa berat di dada, dan batuk. Akan tetapi
golongan obat ini tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau
menurunkan hipersensitivitas jalan napas (PDPI, 2006). Jenis
obat pelega :
1) Inhalasi Agonis 2
Agonis 2, menjadi bagian penting dalam penatalaksanaan
asma. Pada saat serangan asma akut digunakan agonis 2,
kerja cepat jangka pendek seperti fenoterol, salbutamol,
terbutalin sedangkan preparat kerja lama seperti salmeterol
dan
fenoterol
biasanya
digunakan
kombinasi
dengan
peningkatan
permeabilitas
endotel
2) Inhalasi Kortikosteroid
Kortikosteroid inhalasi adalah medikasi jangka panjang yang
efektif untuk mengontrol asma. Penelitian menunjukkan
penggunaan kortikosteroid inhalasi menghasilkan perbaikan
faal
paru,
menurunkan
hiperesponsi
jalan
napas,
kualitas
hidup
pasien
asma
tergantung
ini
menghasilkan
efek
bronkodilator
dengan
terhirup.
Atropin
merupakan
agen
prototype
Obat
ini
untuk
mengurangi
sekret
kelenjar
benang-benang
mukoprotein
dan
pada
ikatan
komponen
mukoprotein.
Agen
secara
normal
dan
terbebas
dari
sumbatan
memperbesar
atau
memperkecil
anteroposterior
rongga dada.
2) Gerakan diafragma yaitu gerakan turun dan naik dari
diafragma untuk memperbesar dan memperkecil rongga
dada.
3) Gerak otot perut, selama bernafas hebat tenaga elastik tidak
cukup kuat untuk menyebabkan ekspirasi cepat yang
oleh
pengembangan
paru
sehingga
berusaha memendek.
b) Tegangan permukaan cairan yang melapisi alveoli juga
menyebabkan
menerus
kecenderungan
pada
alveoli
untuk
elastic,
yang
mengempis.
terus-
Efek
ini
4. Saturasi Oksigen
a. Pengertian
Saturasi oksigen adalah kemampuan hemoglobin mengikat
oksigen. Menurut Morton, dkk. (2012) di dalam plasma darah
1) Saturasi
oksigen
arteri
(SaO2)
nilai
di
bawah
90%
oksigen
dan
iskemik
penyakit
terjadi.
(Extracorporeal
Sirkulasi)
dan
dapat
oksigen
saturasi
(StO2)
dapat
diukur
dengan
nadi
untuk
memproses
cahaya
yang
direfleksikan.
b) Karbon monoksida (disebabkan karena menginhalasi
asap atau keracunan) secara artificial dapat menaikkan
SpO2 dengan mengabsobsi cahaya yang mirip dengan
oksigen.
c) Gerakan klien yang dapat menggangu kemampuan
oksimetri untuk memproses cahaya yang direfleksikan.
d) Ikterik dapat mengganggu kemampuan oksimeter untuk
memproses cahaya yang direfleksikan.
e) Zat warna intravascular (biru metilen) mengabsorbsi
cahaya yang mirip dengan deoksihemoglobin dan secara
artificial menurunkan saturasi.
2) Penurunan denyut arteri
a) Penyakit
pembuluh
darah
perifer
(Raynaud
farmakologis
(epinefrin,
neosinefrin,
Normal
PaO2 (mmHg)
SaO2 (%)
97 100
95 97
Kisaran normal
>80
>95
Hipoksemia ringan
60 79
90 94
Hipoksemia sedang
40 59
75 -89
Hipoksemia berat
<40
<75
Obstruksi jalan
nafas
Serangan Asma
Saturasi oksigen
meningkat
Gambar 2.2 Kerangka teori penelitian ; Perry & Potter, (2005) dan
Smeltzer & Bare, (2002)
Variabel dependen
Pemberian terapi
inhalasi dengan
nebulizer
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara suatu penelitian,
patokan duga, dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan
dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadi hipotesis pada
penelitian
ini
adalah
terapi
inhalasi
mampu
meningkatkan
BAB III
METODE PENELITIAN
kebetulan/insidental
bertemu
dengan
peneliti
dapat
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Variabel
Dependen
Kepatenan Suatu kondisi
jalan
ventilasi
nafas
pernafasan
pada
klien
serangan
asma
yang
dinyatakan
dengan
frekuensi
pernafasan
normal (antara
16-24x/mnt),
tidak
ada
sumbatan
jalan
nafas,
tanpa
otot
bantu
pernafasan
dan
suara
nafas bersih.
Saturasi
Hasil penilaian
oksigen
SaO2
pada
klien serangan
asma dengan
menggunakan
oksimetri nadi
yang
di
pasang
di
tangan kanan
dinyatakan
Lembar
observasi
/check
list
Pengkajian
1. Jalan nafas Kategorik
paten:
awal dilakukan
apabila
ketika
klien
keempat
dengan
komponen
serangan
kepatenan
asma
baru
jalan nafas
masuk ruang
normal
IGD
dan 2. Jalan nafas
tidak
belum
paten:
diberikan
apabila
terapi inhalasi.
satu/lebih
Kemudian
dari empat
klien
di
komponen
observasi
5
kepatenan
jalan nafas
menit setelah
ada yang
pemberian
tidak
terapi inhalasi
normal
dengan
Nebulizer.
Oksimetri
nadi
&
lembar
observasi
Klien dengan
serangan
asma
diukur
saturasi
oksigen ketika
awal
masuk
IGD
dan
diukur kembali
5
menit
setelah
dalam satuan
persen (%)
pemberian
terapi inhalasi
dengan
Nebulizer.
Variabel
Independen
Pemberian
terapi
inhalasi
dengan
nebulizer
Klien dengan
serangan
asma
yang
masuk
IGD
diberikan
terapi inhalasi
dengan
Nebulizer
selama + 15
menit
berupa
stetoskop,
stopwatch
detik/jam
tangan
alroji,
tangani
oleh
calon
responden/
keluarga
yang
bertanggung jawab
8. Peneliti mengkaji kepatenan jalan nafas dan saturasi oksigen
pada responden sebelum mendapatkan terapi inhalasi dengan
nebulizer
9. Memberikan terapi inhalasi dengan nebulizer sesuai dengan
protap rumah sakit
lembar
a. Editing
Peneliti
meneliti
check
list
yang
dilakukan
ditempat
b. Coding
Peneliti
memberikan
kode
tertentu
pada
klasifikasi
kelamin
laki-laki,
kode
untuk
jenis
kelamin
c. Entry data
Proses memasukkan data ke dalam komputer melalui
program SPSS, sebelum dilakukan analisis data dengan
komputer dilakukan pengecekan ulang terhadap data.
d. Tabulating
Peneliti memasukkan data data hasil penelitian kedalam
tabel sesuai kriteria yang ditentukan.
e. Cleaning
Peneliti mengecek kembali data yang sudah dientry apakah
ada kesalahan atau tidak, membuang data yang sudah
dibuat.
2. Analisis data
a. Analisis data univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Analisis univariat dilakukan untuk menghasilkan distribusi
frekuensi
dan
presentase
dari
variabel
penelitian
pada
yang
klien
dengan
signifikan
serangan
0,001
asma,
(p-value
<
terjadi
0,05).
dilakukan
pengambilan
data
penelitian,
calon
Dalam
penelitian
ini
semua
responden
menjaga
kerahasiaan
mencantumkan nama
responden,
responden
peneliti
tidak
dalam pengolahan
data
Kegiatan
Tanggal
1.
Penyusunan proposal
2.
Studi pendahuluan
26 Januari - 15 Maret
2015
13 Maret 2015
3.
Ujian proposal
16 - 20 Maret 2015
4.
Pengambilan
data/penelitian
Penyusunan laporan
penelitian
Ujian skripsi
10 - 14 Agustus 2015
5.
6.
2 Juli 7 Agustus
2015
Keterangan
BAB IV
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
Pada BAB IV ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang berjudul
pengaruh pemberian terapi inhalasi dengan nebulizer terhadap kepatenan
jalan nafas dan peningkatan saturasi oksigen pada klien dengan serangan
asma di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang
dilakukan pada tanggal 4 Mei sampai 27 Juni 2015.
A. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan pada 24 responden di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi Surakarta akan
disajikan berdasarkan karakteristik responden yang terdiri dari jenis
kelamin dan umur; perbedaan kepatenan jalan nafas sebelum dan
setelah diberikan terapi inhalasi pada klien dengan serangan asma;
perbedaan saturasi oksigen sebelum dan setelah diberikan terapi
inhalasi dengan nebulizer pada klien dengan serangan asma.
1. Karakteristik Responden
Adapun distribusi responden sebagai berikut :
a. Umur
Menurut umur, peneliti mengelompokkan responden menjadi
empat kelompok umur dan disajikan dalam bentuk tabel
dibawah ini :
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Klien pada Serangan Asma di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi Surakarta (n=24)
No
1.
Umur
Frekuensi
Presentase
(%)
8.3
2.
20.8
3.
16.7
4.
11
45.8
5.
8.3
24
100.0
Total
b. Jenis Kelamin
Menurut data yang diperoleh, responden dapat dikelompokkan
menjadi laki-laki dan perempuan. Data disajikan dalam bentuk
tabel dibawah ini :
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Klien pada Serangan Asma di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(n=24)
Jenis Kelamin
Frekuensi
Presentasi (%)
Laki-Laki
Perempuan
9
15
37.5
62.5
Total
24
100.0
Frekuensi
Presentase (%)
24
100.0
Total
24
100.0
Frekuensi
Presentase (%)
17
70.8
29.2
Total
24
100.0
Dari tabel 1.7 dan tabel 1.8 diatas bahwa sebelum diberi
terapi inhalasi dengan nebulizer jalan nafas yang paten tidak
ada (nol) (0%) dan jalan nafas yang tidak paten sebanyak 24
orang (100%), kemudian setelah diberikan terapi inhalasi
dengan nebulizer jalan nafas yang paten sebanyak 17 orang
(70,8%) dan jalan nafas yang tidak paten sebanyak 7 orang
(29,2%).
d. Saturasi Oksigen
Pada data ini akan menyajikan tentang tingkat saturasi
oksigen sebelum dan setelah diberikan terapi inhalasi dengan
nebulizer pada klien dengan serangan asma dengan hasil
sebagai berikut:
Frekuensi
Presentase (%)
87
4.2
89
4.2
90
4.2
93
4.2
94
16.7
95
20.8
96
20.8
97
8.3
98
16.7
Total
24
100.0
Frekuensi
Presentase (%)
96
8.3
98
16.7
99
8.3
100
16
66.7
Total
24
100.0
Jalan Nafas
Tidak Paten Total
17
24
17
24
p
0,000
paten dan kepatenan jalan nafas setelah yang paten ada 17 orang.
Responden dengan kepatenan jalan nafas sebelum yang tidak
paten dan kepatenan jalan nafas setelah yang tidak paten ada 7
orang.
Berdasarkan
hasil
uji
McNemar
menunjukkan
angka
saturasi
oksigen
sebelum
dan
setelah
Df
Sig.
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
SaO2_Sebelum
.217
24
.005
.856
24
.003
SaO2_Setelah
.391
24
.000
.649
24
.000
Berdasarkan
uji
normalitas
Shapiro-Wilk
(df<50) hasil
Wilcoxon test.
Saturasi Oksigen
Mean
1.
Sebelum tindakan
(Min-Max)
95 (87-98)
2.
Setelah tindakan
100 (96-100)
94.83
Std
Deviasi
2.808
99.25
1.260
p-value
0,000
pemberian
terapi
inhalasi
dengan
nebulizer
terhadap
dari
Universitas
Harvard,
mendapatkan
bahwa
kadar
estrogen
meningkatkan
yang
degranulasi
beredar
eosinofil
dalam
sehingga
tubuh
dapat
memudahkan
Vrieze,
Postma,
dan
Kerstjens
(2007)
kadar
estrogen
memicu
reaksi
inflamasi
dan
hormonal
yang
terjadi
pada
orang
lanjut
usia
penyempitan
bronkus
yang
pada
akhirnya
baik,
terbebas
dari
sumbatan
(secret,
benda
penelitian
didapatkan
bahwa
dari
sebanyak
24
fisiologis
(alergi
jalan
nafas
pada
asma,
oksigen
merupakan
kemampuan
hemoglobin
C. Limitasi penelitian
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian, sehingga dapat
dilakukan pengembangkan penelitian selanjutnya kelak. Keterbatasan
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian pra-experiment
tidak
terdapat
kelompok
kontrol
sehingga
tidak
dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas yang berjudul pengaruh pemberian
terapi inhalasi dengan nebulizer terhadap kepatenan jalan nafas dan
peningkatan saturasi oksigen pada klien dengan serangan asma di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang
dilakukan pada tanggal 4 Mei sampai 27 Juni 2015 dengan jumlah
sampel 24 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan dianalisis,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Dr. Moewardi
Surakarta yang menjadi responden penelitian ini didominasi oleh
pasien dengan jenis kelamin perempuan (15 orang atau 62,5%)
dan terbanyak pada usia 46-55 (11 orang atau 45,8%) yang masuk
dalam kategori lansia awal.
2. Pada kepatenan jalan nafas sebelum diberikan terapi inhalasi
dengan nebulizer jalan nafas yang paten tidak ada (0%) dan jalan
nafas yang tidak paten sebanyak 24 orang (100%), kemudian
setelah diberikan terapi inhalasi dengan nebulizer jalan nafas yang
paten sebanyak 17 orang (70,8%) dan jalan nafas yang tidak paten
sebanyak 7 orang (29,2%).
Tests yaitu uji McNemar pada kepatenan jalan nafas diperoleh nilai
significancy 0,000 (p<0,05) dan uji Wilcoxon pada nilai saturasi
oksigen diperoleh nilai significancy 0,000 (p<0,05) yang berarti
bahwa ada pengaruh pemberian terapi inhalasi dengan nebulizer
terhadap kepatenan jalan nafas dan peningkatan saturasi oksigen
pada klien dengan serangan oksigen.
B. Saran
Pada penelitian yang telah dilakukan berdasarkan hasil yang terkumpul
maka peneliti memberikan saran atau masukan untuk menjadi bahan
pertimbangan penelitian selanjutnya, yaitu :
1. Bagi rumah sakit sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan
SOP terapi inhalasi dengan nebulizer untuk membantu klien dengan
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan dasar manusia (oksigenasi) ;
(online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=131348&val
=4108, diakses tanggal 10 Februari 2015)
Bull, Eleanor & Price, David. (2007). Pengetahuan praktis asma. Jakarta :
Erlangga
Darmila, Annisa Ratna. (2012). Hubungan karakteristik pasien asma
sedunia
tahun
2010
(online),
(http://jurnalrespirologi.org/wp-concrit/uploads/2012/11/Jri-
diakses
tanggal
(online),
(http://www.repository.ugm.ac.id/.../71410/.../S2-
kedok
idon,
(online)
volum:58,
nomor:11,
(http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/vie
wFile/608/597, diakses tanggal 15 Februari 2015)
S, Wawan & Sutanto. (2013). Cara jitu mengatasi & mencegah berbagai
dan skoring astma control test (act) penderita asma rawat jalan di
poliklinik paru rsud arifin achmad pekanbaru.jom fk, (online) vol.
1
no.
2,
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=186942&val
=6449&title=GAMBARAN%20FAAL%20PARU%20DAN%20SKORI
NG%20ASTHMA%20CONTROL%20TEST%20(ACT)%20PENDERIT
A%20ASMA%20RAWAT%20JALAN%20DI%20POLIKLINIK%20PA
RU%20RSUD%20ARIFIN%20ACHMAD%20PEKANBARU,
diakses
kesehatan
respiratori
Hipoksemia.
(http://www.klikparu.com/2014/02/hipoksemia.html,
tanggal 18/3/2015)
diakses
Heru.
(2008).
Penatalaksanaan
asma
akut
(online),
(http://medinasim.com/upload/pdf/Pulmonologi/Penatalaksanaan
%20Asma%20Akut.pdf, diakses tanggal 15 Februari 2015)
Supriyatno, B. & Nataprawira, H.M.D. (2002). Terapi inhalasi pada asma
anak,
(online),
sari
pediatric,
Vol.
(http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/4-2-6.pdf,
No.2,
diakses
tanggal
29/3/2015)
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses
(online),
(http://poltekkes-
denpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA%20KEPERAWATAN/JUNI
%202014/Ni%20Made%20Wedri,%20dkk.pdf,
6/3/2015)
diakses
tanggal
(online),
(http://www.alatnebulizer.com/2014/12/inhalasi.html,
Lampiran 5
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama
NIM
: P 1337420614067
Adalah Mahasiswa program Program D IV Jurusan Keperawatan
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
: . (INITIAL)
Alamat
: .
Menyatakan
dengan
sesungguhnya
bahwa
saya
telah
memahami
Surakarta, . 2015
Responden
(..)
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI/PENGUMPULAN DATA
SEBELUM DAN SETELAH PERLAKUAN PEMBERIAN TERAPI
INHALASI DENGAN NEBULIZER TERHADAP KEPATENAN JALAN
NAFAS & PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DI IGD RSUD DR.
MOEWARDI SURAKARTA
Nama Pasien
: (INITIAL)
Umur
: .
Jenis Kelamin
: .
Pekerjaan
: .
Nomor Responden
: ..
1.
Frekuensi pernafasan
dalam batas normal
(16-24x/menit)
Tidak ada sumbatan
jalan
nafas
(dischange,
sekret,
benda
asing/
penyempitan lumen)
Tidak
menggunaan
otot-otot
bantu
pernafasan
Suara
nafas
normal/bersih (tidak
ada
suara
wheezing/ronchi)
JUMLAH
2.
3.
4.
Pre Perlakuan
YA TIDAK SKORE
Post - Perlakuan
YA TIDAK SKORE
= (Pre)..x/menit, (Post)..x/menit
Lampiran 9
Hasil Analisis Data
Frekuensi jenis kelamin
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
37.5
37.5
37.5
perempuan
15
62.5
62.5
100.0
Total
24
100.0
100.0
8.3
8.3
20.8
20.8
29.2
16.7
16.7
45.8
11
45.8
45.8
91.7
8.3
8.3
100.0
24
100.0
100.0
Awal)
Usia 36-45 Tahun (Dewasa
Akhir)
Percent
8.3
Awal)
Valid Percent
Akhir)
Percent
Percent
Valid Percent
Percent
0.0
0.0
0.0
24
100.0
100.0
100.0
Total
24
100.0
100.0
Kepatenan_Jalan_Nafas_Setelah
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
17
70.8
70.8
70.8
29.2
29.2
100.0
Total
24
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
87
4.2
4.2
4.2
89
4.2
4.2
8.3
90
4.2
4.2
12.5
93
4.2
4.2
16.7
94
16.7
16.7
33.3
95
20.8
20.8
54.2
96
20.8
20.8
75.0
97
8.3
8.3
83.3
98
16.7
16.7
100.0
Total
24
100.0
100.0
SaO2_Setelah
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Percent
Valid Percent
Percent
96
8.3
8.3
8.3
98
16.7
16.7
25.0
99
8.3
8.3
33.3
100
16
66.7
66.7
100.0
Total
24
100.0
100.0
Uji McNemar
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
Total
Percent
Percent
Kepatenan_Jalan_Nafas_Se
belum *
24
Kepatenan_Jalan_Nafas_Set
100.0%
.0%
24
100.0%
elah
Kepatenan_Jalan_Nafas_Se
belum
Jalan Nafas
Paten
Tidak Paten
Total
17
24
17
24
Total
Chi-Square Tests
Exact Sig. (2Value
sided)
McNemar Test
N of Valid Cases
Jalan Nafas
.000
24
Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
SaO2_Sebelum
.217
24
.005
.856
24
.003
SaO2_Setelah
.391
24
.000
.649
24
.000
Mean
95% Confidence Interval for
Mean
Std. Error
94.83
Lower Bound
93.65
Upper Bound
96.02
5% Trimmed Mean
95.07
Median
95.00
Variance
7.884
Std. Deviation
2.808
Minimum
87
Maximum
98
Range
11
Interquartile Range
SaO2_Setelah
.573
Skewness
-1.382
.472
Kurtosis
1.959
.918
Mean
99.25
.257
Lower Bound
98.72
Mean
Upper Bound
99.78
5% Trimmed Mean
99.39
Median
100.00
Variance
1.587
Std. Deviation
1.260
Minimum
96
Maximum
100
Range
Interquartile Range
Skewness
-1.655
.472
Kurtosis
1.900
.918
Uji Transformasi
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
SaO2_1
.224
24
.003
.846
24
.002
SaO2_2
.390
24
.000
.648
24
.000
UJi Wilcoxon
N
SaO2_Setelah SaO2_Sebelum
.00
.00
12.50
300.00
Positive Ranks
24
Ties
Total
24
Test Statistics
SaO2_Setelah SaO2_Sebelum
a
-4.316
.000
.000
.000
Point Probability
.000
Sum of Ranks
Negative Ranks
Mean Rank