Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS
ISLAM
INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Eriet Hidayat,S.ked
10711097
I.
RSUD CARUBAN
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
: By Ny S
: 11 HAR
: laki-laki
: Wono ayu RT 4/RW 1
Nama ayah
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
: Tn. N
: 32 tahun
: SMP
: Tani
Masuk RS
No. CM
Tgl. diperiksa
: 16-8-2015
: 15014744
: 25-8-2015
Nama ibu
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
: Ny S
: 29 tahun
: SMK
: IRT
II. ANAMNESIS
(dilakukan autoanamnesis terhadap ibu bayi )
Kesan :
4. Silsilah/Ikhtisar keturunan
Kesan:
5. Riwayat Pribadi
Riwayat kehamilan: kontrol teratur ke bidan 10 kali
Tidak ada riwayat perdarahan (-)
Riwayat persalinan: lahir spontan atas indikasi IUGR
Data ibu :
BB:
40 kg (sebelum hamil)
BB:
TB:
158 cm
Hb:
HPM: 13-11-2014
Tekanan darah:
kg (setelah hamil)
g/dL
HPL: 20-8-2015
120/80 mmHg
Bengkak: (-)
Kejang: (-)
..........................................
............................................
6. Riwayat Makanan :
Selama hamil makan banyak makanan bergizi
Sekarang anaknya minum ASI dan susu formula
: sesak napas(-)
: BAK (+)
A. Pemeriksaan Umum
1. Kesan Umum: Baik
2. Sikap bayi
: gerak aktif
3. Tanda Utama :
Frekuensi nadi
: 36,80C
Tekanan Darah
Simpulan
mmHg
4. Status Gizi
Berat Badan lahir
: 1995 gram
: .49 cm
: . cm
: ...
cm
Lingkar Dada
: ...
cm
Simpulan :
8. Otot :
9. Tulang
10. Sendi
B.
Pemeriksaan Khusus
1. Leher :
2. Dada :
a. Jantung
Inspeksi : simetris
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi : S1,S2 tunggal, regular, murmur(-)
Simpulan:
b. Paru
Kanan
Depan:
Inspeksi
Kiri
Simetris
Simetris
Vesikuler,
ronki(-/-),wh(-/-)
Vesikuler, ronki(-/-),wh(-/-)
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Belakang:
Inspeksi
Kanan
simetris
Kiri
simetris
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Vesikuler,
ronki(-/-),wh(-/-)
Vesikuler, ronki(-/-),wh(-/-)
Simpulan
3. Perut
Inspeksi
Limpa
Simpulan:
4. Anogenital:
Anus
:+
Genital
:+
Simpulan
5. Anggota gerak:
Ekstremitas
Superior
- kanan
- kiri
Inferior
- kanan
- kiri
Tonus
aktif
Trofi
-
aktif
R. Fisiologis
Refleks primitif:
- R. Moro
: ada
- R. menghisap
- R. tonik leher
- R. memegang
: kurang kuat
- R. plantar
: kuat
: bisa
: bisa
Simpulan :
6. Kepala:
Bentuk
: oval
Rambut
: hitam
Ubun-ubun
: besar
Mata
Hidung
:normal
: normal
Telinga: normal
Mulut
: normal
Simpulan
3. Tinja rutin:-
Simpulan :
setelah
dilahirkan. Bayi dilahirkan spontan atas indikas IUGR dari ibu G1P0A0
dengan ukuran kehamilan 39 minggu, air ketuban meconeal, saat lahir
bayi
tidak
bergerak
aktifdisertai
warna
kulit
yang
pucat
di
ekstremitas.saat ini kondisi bayi sudah membaik, dan sudah netek ASI
ibunya.
B.
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam batas normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ditemukan lekositosis dan trombositopeni
IUGR
ASFIKSIA BERAT
BBLR
IX.
RENCANA PENGELOLAAN
1. Medikamentosa
- Termoregulasi
- Suction
- Gentamicin gtt ODS
- Interlac drop 1x5 gtt
- Infus D10 % NS 4cc/jam
- inj cefotaxim 2 x 100 mg
- inj ranitidin 2 x 2,5 mg
- inj dexametasone 3x1/5 amp
- inj ca glukonas 2x0,5 cc
- Bicnat 1cc + D5 % 4 cc
2. Rencana Perawatan
Dirawat di ruang perinatologi
3. Nutrisi dan kebutuhan cairan
a. Kebutuhan cairan :
b. Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan kalori
Kebutuhan lemak
: 100-120 kkal/hari
ketuban
Langkah-langkah resusitasi :
a. Gosok punggung bayi, hal ini akan merangsang bayi untuk menangis. Melihat
respon bayi (bayi belum menangis).
b. Lakukan rangsangan taktil dengan menyentil telapak kaki bayi. Melihat respon
bayi (bayi menangis lambat, tidak teratur)
c.
Lakukan kompresi dada untuk membantu denyut jantung dan nafas bayi,
dilakukan dengan cara : kedua ibu jari digunakan untuk menekan sternum,
sementara jari-jari lain mengelilingi dada; atau jari tengah dan telunjuk dari satu
tangan dapat digunakan untuk kompresi, sementara tangan lain menahan punggung
bayi. Sternum di kompresi sedalam tebal antero posterior dada. Melihat respon
bayi (bayi menangis keras).
d. Melakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat di klem menggunakan umbilical
klem, dorong isi tali pusat ke arah plasenta 3 cm, klem menggunakan klem tali
pusat, potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat. Tutup tali pusat
menggunakan kassa steril.
e.
kering
f. Menginformasikan keadaan bayi kepada ibu bahwa bayi mengalami kesulitan
bernafas atau asfiksia sedang dan setelah di tolong, bayi dapat menangis spontan.
XI. PROGNOSIS
Dubia ad malam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asfiksia
1. Pengertian
Asfiksia adalah suatu keadaan ketidakmampuan bayi untuk bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir yang mana keadaan tersebut disertai dengan hipoksia,
hiperkapnea, dan berakhir dengan asidosis.
2. Etiologi
Paru-paru neonatus mengalami pengembangan pada menit-menit pertama kelahiran dan
kemudian disusul dengan pernapasan teratur, 12 namun bila terjadi gangguan pertukaran
gas atau angkutan oksigen dari ibu ke janin akan memicu terjadinya asfiksia janin atau
neonatus. Gangguan tersebut dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera
setelah lahir. kegagalan pernapasan pada bayi asfiksia yang terdiri dari :
a. Faktor ibu
Ibu merupakan subjek yang berperan dalam persalinan, berbagai kondisi dan keadaan ibu
akan banyak mempengaruhi bayi saat dilahirkan. Berikut beberapa situasi pada ibu yang
dapat menimbulkan masalah pada bayi :
1. Hipoksia pada ibu, hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat
analgetik atau anestesia umum.
2. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, pertambahan
mur akan diikuti oleh perubahan organ dalam rongga pelvis.
Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Pada wanita usia
muda dimana organ-organ reproduksinya belum sempurna secara keseluruhan, disertai
kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu.Usia perempuan untuk hamil dan
melahirkan memiliki pengaruh yang berbeda pada kesehatan ibu dan janinnya. Kehamilan
dan persalinan di bawah umur 20 tahun memiliki resiko yang sama tingginya dengan
11
kehamilan umur 35 tahun keatas sehingga dapat 13 menimbulkan resiko. Usia berkaitan
dengan masalah kesehatan,
3. Gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, setiap penyakit pembuluh darah ibu
yang mengganggu pertukaran gas janin. Contohnya kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi,
jantung, paruparu/tbc, ginjal, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain..
b. Faktor plasenta,
Plasenta merupakan suatu organ serba guna dan vital bagi janin yang berfungsi sebagai
alat pernapasan, alat pemenuhan nutrisi, dan alat pertahanan dan pembentukan hormonhormon. Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Apabila terjadi gangguan mendadak pada plasenta maka akan terjadi asfiksia janin.
Gangguan plasenta tersebut seperti solusio plasenta, perdarahan plasenta (plasenta previa).
o Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen
o bawah lahir dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
o internum.
o Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat
o implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan.
c. Faktor janin atau neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin
dan jalan lahir, gameli, IUGR (intra uterin growth retardation), premature, kelainan
kongenital pada neonatus, dan lain-lain.
1. Prematur adalah keadaan bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37
(dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi yang lahir kurang bulan memiliki
organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar
rahim. Pognosis bayi prematur terganutng dari berat ringannya masalah perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda mas gestasi maka makin tinggi angka
kematian. Terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi
seperti asfiksia, pneumonia, perdarahan intra kranial, dan hipoglikemia.
12
13
14
b. Asfiksia Pallida yakni asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat, tonus otot sudah
kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek.
6. Patofisiologi
Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bernapas secara spontan dan teratur. Sering
sekali bayi mengalami gawat janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia setelah
persalinan. Masalah tersebut mungkin berkaitan erat dengan kondisi ibu, masalah pada tali
pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Apabila janin
kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, maka timbulah rangsangan terhadap nervus
vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat (Depkes RI, 2005).
Kekurangan O2 akan merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
dalam asfiksia. Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih
cepat dari 160x/menit atau kurang dari 100x/menit, halus dan irreguler, serta adanya
pengeluaran mekonium. Jika DJJ normal dan terdapat mekonium, maka janin mulai
asfiksia. Jika DJJ lebih dari 160x/menit dan ada mekonium maka janin sedang asfiksia.
Jika DJJ kurang dari 100x/menit dan ada mekonium maka janin dalam keadaan gawat
8. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutandari hipoksia janin.
Diagnosis hipoksia dapat dibuat ketika dalam persalinan yakni saat ditemukanna tandatanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian (Saifuddin, 2002) :
a. Denyut jantung janin
15
Frekuensi normal denyut jantung janin adalah antara 120 sampai 160x/menit. Selama his
frekuensi tersebut bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, namun
apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 per menit di luar his dan terlebih jika tidak
teratur, hal tersebut merupakan tanda bahaya.
b. Mekonium dalam air ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan oksigenasi dan harus
menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal tersebut dapat dilakukan
dengan mudah
c. Pemeriksaan darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan melalui servik yang dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah tersebut diperiksa pH
nya, adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH turun sampai 7.2 hal tersebut
dianggap sebagai tanda bahaya. Kelahiran yang telah menunjukan tanda-tanda gawat janin
dimungkinkan akan dissertai dengan asfiksia neonatorum. Oleh karena itu perlu
diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut jika terdapat asfiksia.
Tingkatannya perlu diketahui untuk melakukan tindakan resusitasi yang sempurna. Hal
tersebut diketahui dengan penilaian menurut APGAR.
16
Untuk menentukan tingkat asfiksia dengan tepat membutuhkan pengalaman dan observasi
klinis serta penilaian yang tepat, sehingga
Virginia Apgar mengusulkan beberapa kriteria klinis untuk menentukan keadaan neonatus.
nilai apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit 22 dan 5 menit sesudah bayi lahir.
akan tetapi, penilaian bayi harus segera dimulai sesudah bayi lahir. apabila memerlukan
intervensi berdasarkan oenilaian pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka
penilaian ini harus segera dilakukan. Nilai apgar dapat menolong dalam upayapenilaian
keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi. Apabila nilai apgar kurang dari 7
maka penilaian nilai tambahan masih diperlukan yaitu 5 menit sampai 20 menit atau
sampai dua kali penilaian menunjukan nilai 8 atau lebih. Penilaian untuk melakukan
resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting yaitu pernafasan, denyut
jantung, dan warna. Resusitasi yang efektif bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen, dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak,
jantung dan alat vital lainnya
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala
sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c. Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk
telapak
kakiLakukan
penggosokan
punggung
bayi
secara
17
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c.Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki
ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara
terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30
mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan
dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan
melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru
sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul
setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak
didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi
ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi
tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak
berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan
organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
b. Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 3060 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera
dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2
lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan
dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan
18
19