You are on page 1of 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HIV/AIDS


1. Definisi
a. Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang
termasuk dalam family retroviridae, retrovirus memiliki kemampuan
menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA
dan dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya
HIV menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya
penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa
kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk meriplekasi diri. Dalam
proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam,
2007)
b. AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh manusia. Akibatnya, tubuh mudah diserang oleh
penyakit penyakit lain yang berakibat fatal (Mikrajuddi).
c. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala
atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat
infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk
familia retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Sudoyo
Aru, dkk 2009)

2. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebutHIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenophaty Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus
(HTL-III yang juga disebut Human T-Cell Lymphotropic Virus (retrovirus).
Ditularkan melalui :

a. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa


kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
b. Jarum suntik atau tindik atau tato yang tidak steril dan dipakai
bergantian.
c. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV.
d. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan,
saat melahirkan atau menular melalui ASI.

3. Manifiestasi Klinis

Stadium 1

Stadium 2

Sistem Tahapan klinis HIV/AIDS


Tanpa gejala (asimtomatik)

Limfadenopati

generalized lymphadenophty = PGL)


Erupsi pruritik popular

Dermatitis seboroik

Infeksi jamur pada kuku

Keilitis angularis

Eritema gingiva linea linea gingivial erytrma (LGE)

Infeksi

generalisata

human

papiloma

persisten

(wart)yang

(persisten

luas

atau

moluskumkontangosium (> 5 % area tubuh)

Luka di mulut atau sariawan yang berulang (2 atau lebih


episode dalam 6 bulan)

Pembesaran kelenjar parotis yang tidak dapat dijelaskan

Herpes zoster

Insfeksi respiratorik bagian atas yang kronik atau


berulang (otitis media, otorrhoea, sinusitis, 2 atau lebih

Stadium 3

episode dalam periode 6 bulan)


Gizi kurang

Diare persisten (>14 hari)

Demam persisten (selama >1 bulan)

Kandidiasis oral

Oral hairy leukoplakia

TBC

Gingivitis atau stomatitis ulservatif nekrotikans akut

Anemia (< 8 g/dl), neutropenia (< 500/mm3) dan


trombositopenia (<30.000/mm3) selama lebih dari 1

Stadium 4

Fase

bulan
Gizi buruk

Infeksi herpes simplek kronis

Kandidiasis esofagus

Cytomegalovirus

Toksoplasma di SSP

Herpes simplex kronis

Meningitis

TBC ekstrapulmonal

Lympoma

Lama Fase

Antibodi yg

Gejala -

Dapat

1. Periode

4 minggu 6

terdeteksi
Tidak

gejala
Tidak ada

ditularkan
Ya

jendela
2. Infeksi

minggu
1 2 minggu

Mungkin

Sakit seperti

Ya

HIV

itu

primer
akut
3. Infeksi
Asimpto
matik
4. Suspensi

1 15 tahun atau

Ya

Tidak ada

Ya

Ya

Demam,

Ya

lebih
Sampai 3 tahun

imun

keringat

simptoma

pada malam

tik

hari, BB
turun, diare,
neuropatik,
keletihan,
yaruam
kulit,
kimfadenop
ati,
perlambatan
kognitif, lesi

5. AIDS

1 5 tahun dari

Ya

oral
Infeksi

pertama

oportunistik

penentuan

berat dan

kondisi AIDS

tumor,
manifiestasi
neurologik

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)


adalah :
a. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
b. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV,
dan pemeriksaan Rontgen.
e. Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan
jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma,
serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.
f. Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500
maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi
pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian profilaksi INH tidak
tergantung pada jumlah CD4.
g. Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal
pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
h. Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop
fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus
CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

5. Komplikasi

a. TBC
b. Cytomegalovirus
c. Herpes encephalitis
d. Toxoplasmosis
e. Meningitis

6. Penatalakansanaan
a. Pengobatan suportif

Nutrisi dan vitamin yang cukup

Bekerja

Pandangan hidup yang positif

Hobi

Dukungan psikologis

Dukungan sosial

b. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik dan kanker


c. Pengobatan antiretroviral
Saat mulai pengobatan

Asimtomatik, CD4 >500 tapi RNA HIV (viral load) tinggi (lebih
dari 30.000 kopi/ml)

Asimtomatik, CD4 >350 (boleh ditunda bila CD4 >350 dan viral
load rendah <10.000)

Infeksi HIV dengan gejala.

Sekarang yang dianut adalah pengobatan kombinasi dengan kombinasi tiga


obat, terdiri dari dua inhibitor reverse transcriptase dan satu inhibitor
enzim protease. Monoterapi (ddl atau d4T) hanya dipertimbangkan bila
pengobatan kombinasi tak dapat dilakukan atau pasien telah menggunakan
monoterapi dalam waktu yang lama dan hasil klinis maupun pemantauan
laboratorium tetap baik (CD4 baik).
7. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan energi, kelelahan
c. Hipertermi b.d proses penyakit
d. Nyeri b.d agen injury.
e. Ketdkseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketdkmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi makanan.
f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi.
g. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status metabolik.
h. Kelelahan b.d anemia, status penyakit.
i. Tdk

efetifnya

mekanisme

koping

mengaktualisasi diri.
j. Deficit diri b.d kelemahan fisik

8. Intervensi Keperawatan

keluarga

b.d

kemampuan

NO
1.

DIAGNOS
A/MASALA
TUJUAN
H
(NOC)
KOLABOR
ASI
Bersihan
NOC :
Jalan Nafas Respiratory
tidak

status :
Efektif
Ventilation
Respiratory
status : Airway
patency

Aspiration
Control

INTERVENSI (NIC)

NIC :
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
Minta klien nafas dalam sebelum suction
dilakukan.
Kriteria Hasil : Berikan O2 dengan menggunakan nasal

untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal


Mendemonstrasi Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
kan batuk efektif tindakan
dan suara nafas
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
yang
bersih, dalam setelah kateter dikeluarkan dari
tidak
ada nasotrakeal
sianosis
dan
Monitor status oksigen pasien
dyspneu
Ajarkan keluarga bagaimana cara
(mampu
melakukan suksion
mengeluarkan Hentikan suksion dan berikan oksigen
sputum, mampu apabila pasien menunjukkan bradikardi,
bernafas dengan peningkatan saturasi O2, dll.
mudah,
tidak
ada pursed lips) Airway Management

Menunjukkan

Buka jalan nafas, guanakan teknik chin


jalan nafas yang lift atau jaw thrust bila perlu
paten
(klien

Posisikan pasien untuk memaksimalkan


tidak
merasa ventilasi
tercekik, irama
Identifikasi pasien perlunya pemasangan
nafas, frekuensi
alat jalan nafas buatan
pernafasan
Pasang mayo bila perlu
dalam rentang
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
normal,
tidak

Keluarkan sekret dengan batuk atau


ada suara nafas
suction
abnormal)
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

Mampu
mengidentifikasi tambahan
kan
dan
Lakukan suction pada mayo
mencegah factor
Berikan bronkodilator bila perlu
yang
dapat

menghambat
jalan nafas

2.

Berikan pelembab udara Kassa basah


NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

Pola Nafas tidak


NOC :
efektif
Respiratory

status :
Ventilation
Respiratory status
: Airway patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan

suara nafas yang


bersih, tidak ada
sianosis
dan
dyspneu (mampu

mengeluarkan
sputum,
mampu
bernafas
dengan

mudah, tidak ada


pursed lips)
Menunjukkan jalan

nafas yang paten


(klien tidak merasa
tercekik,
irama

nafas,
frekuensi
pernafasan dalam
rentang
normal,

tidak ada suara


nafas abnormal)
Tanda Tanda vital

dalam
rentang
normal
(tekanan
darah,
nadi,

NIC :
Buka jalan nafas,
guanakan teknik
chin lift atau jaw
thrust
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Lakukan
fisioterapi
dada
jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan

pernafasan)

keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2

Terapi Oksigen
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Onservasi adanya
tanda
tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi
Vital
sign
Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi,
RR,
sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan,
suara paru
Monitor
pola

10

pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
Monitor
sianosis
perifer
Monitor
adanya
cushing
triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
3.

Hipertermi

NOC :
NIC :
Thermoregulati Fever treatment
on
Monitor suhu sesering mungkin
Kriteria Hasil : Monitor IWL
Suhu tubuh
Monitor warna dan suhu kulit
dalam rentang Monitor tekanan darah, nadi dan RR
normal
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Nadi dan RR Monitor WBC, Hb, dan Hct
dalam rentang Monitor intake dan output
normal
Berikan anti piretik
Tidak ada
Berikan pengobatan untuk mengatasi
perubahan
penyebab demam
warna kulit dan Selimuti pasien
tidak ada
Lakukan tapid sponge
pusing, merasa Berikan cairan intravena
nyaman
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh

11

Ajarkan pada pasien cara mencegah


keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring

12

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan


darah

Monitor VS saat pasien berbaring,


duduk, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan


dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum,


selama, dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi
pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor
suhu,
kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad


(tekanan nadi yang melebar,

dan

warna,

irama

dan

bradikardi, peningkatan sistolik)

4.

Nyeri

Identifikasi
penyebab
perubahan vital sign

dari

NOC :
NIC :
Pain Level,
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
Pain control,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Comfort level
Kriteria Hasil : dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari

Mampu
ketidaknyamanan
mengontrol
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
nyeri
(tahu
penyebab nyeri, untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mampu
nyeri
menggunakan
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
tehnik
nonfarmakologi Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
untuk
lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
mengurangi
masa lampau
nyeri, mencari
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
bantuan)
dan menemukan dukungan

Melaporkan

Kontrol
lingkungan
yang
dapat
bahwa
nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang
pencahayaan dan kebisingan
dengan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
menggunakan Pilih dan lakukan penanganan nyeri
manajemen
(farmakologi, non farmakologi dan inter
nyeri
personal)

Mampu
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
mengenali nyeri menentukan intervensi
(skala,
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
intensitas,
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
frekuensi
dan
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
tanda nyeri) Tingkatkan istirahat
Menyatakan rasa
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
nyaman setelah keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
nyeri berkurang Monitor penerimaan pasien tentang

Tanda
vital manajemen nyeri
dalam rentang
normal
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

13

dosis, dan frekuensi


Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
5

Ketidaksei NOC :
NIC :
mbangan Nutritional
Nutrition Management
nutrisi
Status : food Kaji adanya alergi makanan
kurang
and Fluid
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dari
Intake
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
kebutuhan Nutritional
dibutuhkan pasien.
tubuh
Status :
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
nutrient Intake intake Fe
Weight control Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Kriteria Hasil : protein dan vitamin C
Adanya
Berikan substansi gula
peningkatan Yakinkan diet yang dimakan mengandung
berat badan
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
sesuai dengan Berikan makanan yang terpilih ( sudah
tujuan
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Berat badan
Ajarkan pasien bagaimana membuat
ideal sesuai
catatan makanan harian.
dengan tinggi Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
badan
kalori

Berikan informasi tentang kebutuhan


Mampumengide nutrisi
ntifikasi

Kaji
kemampuan
pasien
untuk
kebutuhan
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
nutrisi
Nutrition Monitoring
Tidak ada tanda BB pasien dalam batas normal
tanda malnutrisi Monitor adanya penurunan berat badan
Menunjukkan Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
peningkatan
biasa dilakukan

14

fungsi
Monitor interaksi anak atau orangtua
pengecapan dari selama makan
menelan
Monitor lingkungan selama makan
Tidak terjadi Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
penurunan berat selama jam makan
badan yang
Monitor kulit kering dan perubahan
berarti
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
6.

Kurang
NOC :
Pengetahua
Knowledge :
n
disease process1.
Kowledge :
health
2.
Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan
keluarga
menyatakan 3.
pemahaman
tentang
4.
penyakit,
kondisi,
prognosis dan 5.
program
6.
pengobatan
Pasien dan
keluarga mampu7.
melaksanakan 8.
prosedur yang
9.
dijelaskan
secara benar

NIC :
Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara
yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah

15

Pasien dan
komplikasi di masa yang akan datang dan
keluarga mampu atau proses pengontrolan penyakit
menjelaskan 10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
kembali apa 11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
yang dijelaskan mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
perawat/tim
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
kesehatan
dukungan, dengan cara yang tepat
lainnya
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat
Kerusakan NOC : Tissue NIC : Pressure Management
intergritas Integrity : Skin
Anjurkan pasien untuk menggunakan
kulit
and
Mucous pakaian yang longgar
Membranes Hindari kerutan padaa tempat tidur
Kriteria Hasil
: Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
Integritas kulit kering
yang baik bisa
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
dipertahankan
setiap dua jam sekali
(sensasi,
Monitor kulit akan adanya kemerahan
elastisitas,
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
temperatur,
derah yang tertekan
hidrasi,
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
pigmentasi) Monitor status nutrisi pasien

Tidak
ada
Memandikan pasien dengan sabun dan air
luka/lesi
pada hangat
kulit
Perfusi jaringan
baik

Menunjukkan
pemahaman
dalam
proses
perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya
sedera berulang

Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahanka
n kelembaban
kulit
dan
perawatan alami

16

8.

Kelelahan

Tidak
efektif
koping
keluarga
kemampuan
dalam
mengaktuali
sasi diri

10

NOC :
NIC :
Endurance
Energy Management
Concentration Observasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Energy
conservation Dorong anal untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
Nutritional
status : energy Kaji adanya factor yang menyebabkan
Kriteria Hasil : kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi

Memverbalisasi tangadekuat
kan peningkatan Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
energi dan
dan emosi secara berlebihan
merasa lebih Monitor respon kardivaskuler terhadap
baik
aktivitas
Menjelaskan Monitor pola tidur dan lamanya
penggunaan
tidur/istirahat pasien
energi untuk
mengatasi
kelelahan

Keluarga atau Coping Enhancement


orang
penting1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein
lain
dan perawatannya
mempertahanka 2.
Biarkan keluarga mengungkapkana
n:
perasaan secara verbal
suport sistem3. Ajarkan kepada keluaraga tentang
dan
adaptasi penyakit dan transmisinya.
terhadap
perubahan akan
kebutuhannya
dengan kriteria
pasien
dan
keluarga
berinteraksi
dengan
cara
yang konstruktif
Defisit
NOC :
NIC :
perawatan Self care :
Self Care assistane : ADLs
diri b/d
Monitor kemempuan klien untuk perawatan
Activity of
kelemahan Daily Living
diri yang mandiri.
fisik
(ADLs)
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
Kriteria Hasil : bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
Klien terbebas
berhias, toileting dan makan.
dari bau badan Sediakan bantuan sampai klien mampu

17

Menyatakan
secara utuh untuk melakukan self-care.
kenyamanan Dorong klien untuk melakukan aktivitas
terhadap
sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
kemampuan
yang dimiliki.
untuk
Dorong untuk melakukan secara mandiri,
melakukan
tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
ADLs
melakukannya.
Dapat
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
melakukan
kemandirian, untuk memberikan bantuan
ADLS dengan
hanya jika pasien tidak mampu untuk
bantuan
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN HIV/AIDS
1.

Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah
1. Aktivitas atau istirahat.
Gejala

: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas


biasanya, malaise.

18

Tanda

: kelemahan otot, menurunnya masa otot, respon


fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD,
ferkuensi jantung, pernafasan.

2. Sirkulasi
Gejala

: proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia).

Tanda

:Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.

3. Integritas ego
Gejala

: Alopesia, lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa,


depresi, marah, menangis, kehilangan kontrol diri, distres
spiritual.

Tanda

: menginkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, perilaku


marah, kontak mata yang kurang.

4. Elimiinasi
Gejala

: diare yang intermitten terus menerus sering disertai


atau tanpa disertai kram abdominal.

Tanda

: Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan

abdominal, abses rektal.


5. Makanan atau cairan
Gejala

: Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan


mengenali makanan, mual atau muntah.

Tanda

: Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada


rongga mulut, kesehatan gigi atau gusi yang buruk, dan
edema.

6. Neurosensori

19

Gejala

: Pusing, kesemutan pada ekstremitas, tremor, kelemahan


otot., konsentrasi menurun.

Tanda

: perubahan status mental, apatis, ansietas, menurunya


kekuatan otot, gaya berjalan ataksia, kejang.

7. Nyeri atau kenyamanan.


Gejala

: Sakit kepala, nyeri pada pleuritis.

Tanda

: Pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak, dan


gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.

8. Pernafasan.
Gejala

: Batuk produktif atau non produktif, sesak nafas, nafas


pendek dan progesif.

Tanda

: Takipnea, distres pernafasan.

9. Keamanan
Gejala

: pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya,


riwayat penyakit defisiensi imun, demam berulang,
riwayat jatuh.

Tanda

: timbulnya nodudl nodul, pelebaran kelenjar limfe pada


dua area tubuh atau lebih, menurunnaya kekuatan tubuh,
perubahan integrtas kulit.

10. Seksualitas
Gejala

: menurunnya libido, aktivitas seksual yang tidak


terlindungi, seks anal.

Tanda

: kehamilan atau resiko terhadap hamil.

11. Interaksi Sosial

20

Gejala

: kehilangan kerabat, isolasi sosial, kesepian, tidak mampu


untuk membuat rencana.

Tanda

: perubahan interaksi dengan keluarga dan orang lain,


aktivitas yang tidak terorganisasi.

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b/dg gangguan pada organ organ tubuh
b. Cemas b/dg ancaman kematian
c. Isolasi sosial b/dg sistem pendukung yang tdk adekuat
d. Ketdkberdayaan b/dg diagnosa sakit terminal

3.

INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri b/dg gangguan pada organ organ tubuh
Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam nyeri
berkurang
K.H : skala nyeri berkurang, px tenang, menunjukkan wajah rileks,
tidur adekuat.

Intervensi Keperawatan

BHSP
r/ agar px dan perawat dapat terjalin hubungan yang baik

Kaji daerah mana yang mengalami nyeri


r/ untuk mengetahui keadaan px

Ajari teknik relaksasi dan distraksi

21

r/ agar nyeri dapat berkurang

Dorong px untuk mengungkapkan perasaannya


r/ untuk mengetahui tingkat kecemasan pada px

Lakukan tindakan paliatif misal pengubahan posisi, masase,


rentang gerak pada sendi yang sakit.
r/ Meningkatkan relaksasi atau menurunkan tegangan otot.

b. Cemas b/dg ancaman kematian


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam cemas pada
px dapat berkurang.
K.H : klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas, klien mampu menunjukkan teknik mengontrol cemas

Intervensi Keperawatan :

BHSP
r/ agar dapat terjalin hubungan yang baik antara perawat dan
px.

Jamin px tentang kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu


r/ memberikan penentraman hati pada px.

Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis


r/ dapat mengurangi ansietas.

22

Berikan lingkungan yang nyaman agar px mampu untuk


mendiskusikan perasaanya dengan perawat.
r/ membantu px untuk merasa diterima walaupun dengan
kondisinya saat ini.

Izikan px untukmengekspresikan rasa marah dsb


r/ penerimaan perasaan akan membuat px dapat menerima
sesuatu.

Identifikasi dan dorong interaksi px dengan sistem pendukung


r/ mengurangi perasaan terisolasi.

Libatkan orang terdekat px untuk pengambilan keputusan


r/ menjamin adanya sistem pendukung, serta melibatkan
keluarga dalam penangan px.

c. Isolasi sosial b/dg sistem pendukung yang tdk adekuat


Tujuan : setelah dilakukan perawatan 2x24 jam px tidak terjadi isolasi
diri lagi.
K.H : menunjukkan peringkatan rasa percaya diri, berpartidsipasi
dalam berbagai kegiatan.
Intervensi keperawataaan :

BHSP
r/ hubungan antara px dan perawat menjadi sangat erat dan
baik.

Tentukan persepsi px tentang situasi


r/ isolasi sosial sebagian dapat mempengaruhi diri px saat px
takut.

23

Identifikasi sistem pendukung px


r/ jika px mendapat bantuan dari orang yang terdekat px tidak
akan merasa kesepian.

Dorong kunjungan terbuka jika memungkinkan


r/ partisipasi orang lain dapat meningkatkan rasa percaya diri
px.

Kembangkan perencanaan tindakan dengan px


r/ memiliki rencana yang mampu meningkatkan kontrol
terhadap kehidupan px.

d. Ketdkberdayaan b/dg diagnosa sakit terminal


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan px menjadi
bersemangat untuk menjalani kehidupannya.
K.H : mampu membuat keputusan yang berhubungan dengan
perawatan dirinya, menyatakan perasaan dan cara yang
sehat untuk berhubungan dengan orang lain.
Intervensi keperawataaan :

BHSP
r/ hubungan antara px dan perawat menjadi sangat erat dan
baik.

Identifikasi faktor yang berhubungan dengan perasaan tak


berdaya
r/ umumnya px penderita AIDS menyadari literaturnya dan
merasa takut dengan penyakitnya.

Kaji tingkat perasaan tidak berdaya px

24

r/ menentukan status individu px.

Dorong peran aktif px dalam perencanaan aktivitas


r/ memungkinkan peningkatan perasaan px.

Dorong harapan hidup px


r/ agar px mempunyai motivasi dalam menjalani kehidupannya.

1. IMPLEMENTASI
a. Nyeri b/dg gangguan pada organ organ tubuh
-

Memeberikan salam dan pekenalan pada px

Menanyakan daerah mana yg merasakan nyeri dan


mengkajinya

Mengajari px bernafas dalam dan mengeluarkan perlahan-lahan

Mengompres dengan air air hangat di area yg nyeri

Menanyakan apa masih terasa nyeri di area yg sama

Mengajarkan untuk menganti posisi

b. Cemas b/dg bertambahnya penyakit


-

Memberi salam dan memperkenalkan diri pada px

Menanyakan faktor penyebab kecemasan

Mengajak px untuk mengenal lingkungan supaya meringankan


kecemasan pada diri px

Mengajak bicara atau cerita dengan px agar px merasa di


temani dan tidak cemas lagi

Mengajarkan nafas dalam untuk menghilangkan cemas

Jamin px tentang kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu

25

Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis

Izikan px untukmengekspresikan rasa marah dsb

Identifikasi dan dorong interaksi px dengan sistem pendukung

Libatkan orang terdekat px untuk pengambilan keputusan

c. Penurunan koping keluarga b/dg keadaan px


-

Memberi salam dan memperkenalkan diri pada px

Tentukan persepsi px tentang situasi

Identifikasi sistem pendukung px

Dorong kunjungan terbuka jika memungkinkan

Kembangkan perencanaan tindakan dengan px

d. Ketdkberdayaan b/dg diagnosa sakit terminal


-

Identifikasi faktor yang berhubungan dengan perasaan tak


berdaya.

Kaji tingkat perasaan tidak berdaya px

Dorong peran aktif px dalam perencanaan aktivitas

Dorong harapan hidup px

2. EVALUASI
a. Nyeri b/dg gangguan pada organ organ tubuh
Dikaji bagaimana apakah rasa nyeri yang dialami oleh px
berkurang atau belum, serta kita kaji skala nyeri dsb guna
menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
b. Cemas b/dg ancaman kematian
Dikaji bagaimana cemas yang dialami oleh px berkurang atau
belum, bila belum kita tentukan bagaimana tindakan keperawatan

26

selanjutnya yang akan diberikan ke px agar cemas yang dialami


oleh px menjadi berkurang.
c. Isolasi sosial b/dg sistem pendukung yang tdk adekuat
Dikaji bagaimana harga diri px, bila belum baik kita lakukan
tindakan selanjutnya dan kalau sudah baik kita beri motivasi yang
baik agar harga dirinya tidak hilang lagi.
d. Ketdkberdayaan b/dg diagnosa sakit terminal
Dikaji bagaimana keberdayaan px dalam menjalani hidupnya
setelah didiagnosa HIV/AIDS dan apabila keberdayaannya dalam
menghadapi hidup tidak baik maka perlu dilakukan tindakan
selanjutnya agar px mampu untuk menjalani kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Sculapius
Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson. 2005. Patofissiologis Konsep Klinis
Proses Proses Penyakit . Jakarta : EGC.

27

You might also like