Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
kelainan
atau
penyakit
yang
prevalensinya
meningkat
dengan
bertambahnya usia, organ sistem yang akan mengalami proses penuaan akan
rentan terhadap penyakit. Yang lebih ironis adalah keadaan ini belum didukung
oleh adanya pelayanan kesehatan bagi lansia. (www.goegle.com).
Tenaga yang ada di sarana pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas di
Kabupaten atau Kota di Jawa Timur pada tahun 2006 seluruhnya 27.788 orang
yang tersebar pada 931 Puskesmas, yang meliputi Tenaga Medis 3.278 orang,
Perawat dan Bidan 15.617 orang, Farmasi 796 orang, Kesehatan Masyarakat 288
orang, Sanitasi 756 orang, Gizi 658 dan Teknis Medis 354 orang, lain-lain 6.041
orang. Sedangkan cakupan pelayanan kesehatan pra usila (45-59 tahun) dan usia
lanjut (> 60 tahun) pada tahun 2006 sebesar 4.783.664, yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sebesar 1.428.788 (29,87 %), yang terbagi dalam pra usila
(45-59 tahun) yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 700.955 (26,34 %)
dari 2.661.538 pra usila yang ada dan jumlah usila (>60 tahun) yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sebesar 627.991 (29,05%) dari jumlah usila yang ada
2.161.513, jumlah tersebut lebih tinggi pada tahun 2006 dibandingkan pada tahun
2005, dimana cakupan pra usila dan usila yang dilayani 574.024 (20,03 %) dari
jumlah seluruhnya 2.865.142, namun demikian dari target SPM tahun 2006
sebesar 50%, masih jauh dibawah target (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2007). Di
Puskesmas Dander terdapat 21 tenaga kesehatan, dari studi pendahuluan sebanyak
5 petugas kesehatan didapatkan 3 (60%) tenaga kesehatan yang mengikuti
Posyandu Lansia. Dan untuk jumlah lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dander
sebanyak 1007 jiwa sedangkan Lansia yang rutin berkunjung di Posyandu Lansia
sebanyak 133 (13%) orang.
Semakin bertambahnya jumlah lansia dan semakin minimnya tenaga
kesehatan yang mengerti akan posyandu lansia akan menambah beban tenaga
kesehatan. Dari faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya
kuantitas dan kualitas tenaga profesional dalam pelayanan lanjut usia, sehingga
posyandu lansia kurang bisa berjalan secara maksimal. Akibat timbul masalah
pada lansia baik fisik, mental maupun sosial. Dengan adanya pengetahuan yang
cukup tentang posyandu lansia baik oleh tenaga kesehatan maupun lansia itu
sendiri, program posyandu lansia dapat berjalan secara maksimal dan angka
kesakitan pada lansia berkurang (Waqit Iqbal M. 2006 : 196).
Dengan adanya manajemen pelayanan kesehatan lansia dan untuk
memecahkan masalah di atas diharapkan tenaga kesehatan sangat berperan dalam
meningkatkan taraf hidup sehat lansia untuk membantu lansia menyadari akan
pentingnya gaya hidup sehat, pelayanan kesehatan bagi lansia dapat dilakuan
disemua fasilitas pelayanan baik swasta maupun pemerintah. Dengan demikian
peran serta tenaga kesehatan bagi lansia sangat diperlukan sehingga lansia tetap
produktif dan tidak tergantung pada orang lain. Peran pemerintah dalam
memperhatikan kesehatan lansia sudah mulai ada meskipun belum optimal
misalnya menyediakan fasilitas gratis bagi lanjut usia yang berobat di puskesmas
dan adanya posyandu lansia.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan tentang
posyandu lansia dengan pelaksanaan program posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Dander Tahun 2008.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan tentang
Posyandu lansia dengan gambaran pelaksanaan program Posyandu lansia di
wilayah kerja Puskesmas Dander Tahun 2008 ?
1.3
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan tentang
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi
tingkat
pengetahuan
tenaga
kesehatan
tentang
1.4
1.4.1
Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan serta dapat menerapkan ilmu yang
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan disajikan Konsep pengetahuan, Konsep tenaga kesehatan,
Konsep lansia, Konsep Posyandu Lansia, Konsep upaya pemerintah dalam
pembinaan kesehatan usila, kerangka konseptual dan hipotesis.
2.1
2.1.1
Konsep Pengetahuan
Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
Pada tahap ini yang bersangkutan mulai tahu tentang inovasi tersebut
tetapi belum merasa tergugah atau belum tertarik untuk mencari
informasi lebih lanjut tentang informasi tersebut.
2.1.2.2 Interest atau merasa tertarik
Dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus. Pada tahap
Interest ini, individu yang sudah berkenalan dengan inovasi tadi mulai
tergugah dan tertarik untuk memperoleh informasi lebih banyak tentang
inovasi tersebut.
2.1.2.3 Evaluation atau menimbang-nimbang
Disini individu yang sudah melewati tahap-tahap mengadakan
penilaian terhadap inovasi tadi untuk mengetahui apakah inovasi ini
cocok bagi situasi dirinya saat ini atau dimasa mendatang. Pada tahap ini
bisaanya individu yang sedang dalam tahap penilaian memerlukan suatu
dukungan atau reinforcement bahwa apa yang dilakukannya sudah benar,
untuk ini biasanya yang bersangkutan minta pendapat teman-teman
dekatnya.
2.1.2.4 Trial (percobaan)
Dimana obyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki stimulus. Pada tahap ini individu mulai
menerapkan inovasi yang dikenalkan tadi sebagai suatu percobaan dulu.
Apakah memang benar-benar cocok bagi dirinya. Hasil trial inilah yang
akan menentukan apakah yang bersangkutan akan menerima atau
menolak inovasi tersebut.
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
10
telah
mampu
menggunakan
penalarannya
dalam
kesimpulan.
2.1.4.2 Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut Metode
Penelitian Ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian
(Recearch Methodology).
2.1.5
2.1.5.1 Umur
10
11
pendidikan
seseorang
semakin mudah
dan
11
12
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampialan melalui pendidikan
dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan (Wijono, Djoko,1999 : 976).
2.2.2
12
13
13
14
14
15
1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitatif
(Standart Praktek Keperawatan, 1988 : 4).
2.3
2.3.1
Konsep Lansia
Definisi Lansia
Lanjut usia (Lansia) merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,
baik secara fisik masih berkemampuan (Lansia yang sehat dan produktif) maupun
yang karena permasalahan tidak mampu lagi berperan dalam pembangunan
(Lansia yang memiliki kerentangan tubuh dengan ditandai dengan kondisi fisik
yang mulai melemah, sakit-sakitan dan daya pikir menurun) (BKKBN, 1996 : 6).
Lansia merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang merupakan
bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan dialami
oleh setiap manusia (Nugroho, 2000 : 18).
2.3.2
Batasan-batasan Lansia
Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur
15
16
: diatas 90 tahun.
: masa bayi.
b. 1-6 tahun
c. 6-10 tahun
: masa sekolah.
d. 10-20 tahun
: masa pubertas.
e. 40-65 tahun
f.
65 tahun keatas
b. Fase verilitas
16
17
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas yaitu antara 25-30 tahun
atau 70 tahun.
c. Lanjur usia (geriatri age) atau lebih dari 65 tahun atau 70 tahun atau
umur 70-75 tahun (young old).
5. Menurut DepKes RI
a. Kelompok Lansia dini (55-64 tahun) yakni kelompok yang baru
memasuki Lansia.
b. Kelompok Lansia (65 tahun keatas).
c. Kelompok Lansia risiko tinggi, yakni Lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
2.3.3
2. Sistem persyarafan
a. Berat otak menurun 10-20%.
b. Cepat menurunnya hubungan persyarafan.
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi.
d. Mengecilkan syaraf panca indera.
17
18
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kehilang elastisitas pembuluh darah.
d. Menurunkan kontruksi dan volume jantung.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
a. Hipotermi secara fisilogik 350C akibat metabolisme yang
menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
18
19
19
20
Sistem endokrin
j.
20
21
1. Herediter.
2. Nutrisi.
3. Status kesehatan.
4. Pengalaman hidup.
5. Lingkungan.
6. Stress.
2.4
2.4.1
21
22
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu kepada usia lanjut meliputi
aspek promotif, preventif dan rujukan yang dilaksanakan di tingkat desa (Depkes,
2004 : 13).
2.4.2
Tujuan Umum
Diperoleh peningkatan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia
untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna bagi kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat.
2.4.3
Tujuan Khusus
1. Mendeteksi secara dini penurunan kondisi kesehatan lansia secara teratur dan
berkesinambungan.
2. Memberikan latihan fisik (exercise) fisik dan mental secara teratur bagi lansia.
3. Memberi informasi dan memotivasi lansia untuk melaksanakan diet seimbang.
4. Melatih kebersihan perorangan atau pribadi bagi lansia.
5. Sebagai kelompok sosialisasi.
6. Mengarahkan pada lansia untuk menghindari kebiasaan hidup yang tidak baik
seperti merokok, alkohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.
7. Menganjurkan lansia untuk menyalurkan hobi secara teratur dan bergairah.
8. Melatih lansia untuk mandiri dalam penanggulangan masalah kesehatannya.
2.4.4
22
23
2.5.1
Tujuan Pembinaan
23
24
2.5.2
Sasaran Pembinaan
24
25
3. Kegiatannya
1) Mengembangkan, memproduksi dan menyebarluaskan bahanbahan penyuluhan kesehatan masyarakat lansia.
2) Meningkatkan
sikap,
kemampuan
dan
motivasi
tenaga
25
26
1. Tujuan
Meningkatkan kemampuan masyarakat termasuk swasta untuk
mengenal dan memecahkan masalah-masalah kesehatan usila
dilingkungannya.
2. Saran
1) Semua puskesmas telah melaksanakan pengembangan dan
pembinaan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan
usila.
2) Sebagian besar lembaga swadaya masyarakat dan swasta yang
bergerak dibidang kesehatan.
3) Setiap desa telah mengembangkan posyandu bagi pelayanan
usila berdasarkan kebutuhan dan jumlahnya disesuaikan dengan
situasi setempat.
4) Di setiap desa telah terbentuk kelompok-kelompok keluarga
yang memiliki usila yang mampu mengatasi masalah kesehatan
usila mandiri sesuai dengan kemampuannya.
5) Semua LKMD telah memahami cara-cara pembinaan dan
pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan
usila.
3. Kegiatan
1) Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi tenaga
puskesmas dan pengurus LKMD dalam mengembangkan potensi
swadaya masyarakat dibidang kesehatan usila.
2) Mengembangkan pembinaan kemampuan dan motivasi terhadap
kelompok masyarakat termasuk juga swasta.
26
27
kesehatan
usila
untuk
para
penyelenggara
27
28
tentang
rencana
dan
keberhasilan
penyuluhan
2.5.4.1 Ketenagaan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampialan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Wijono, D. 1999 : 976).
Penyelanggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan yang dijabarkan kedalam kegiatan pokok, dimana
merupakan upaya untuk memecahkan permasalahan kesehatan yang
dihadapi, oleh karena itu pembinaan kesehatan bagi lanjut usia perlu
mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan
secara berkesinambungan dengan dukungan dari semua pihak yang
terkait, khususnya tenaga kesehatan ditempat pelayanan masyarakat
dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan pada umumnya dan
peningkatan hidup produktif bagi lanjut usia pada khususnya sesuai
dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembuangan.
2.5.4.2 Kebijakan
28
29
Kebijakan
mempunyai
nilai
karena
pengaruhnya
dalam
menyampaikan
dan
mempercepat
pembuatan
bebeapa
29
30
tujuan
organisasi,
itulah
sebabnya
dikatakan
bahwa
30
31
2.6
Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmojdo, 2005 : 69).
Faktor yang
mempengaruhi :
1. Umur
2. Pendidikan.
3. Penghasilan
4. Pengalaman
Tenaga
kese
hata
Tingkat pengetahuan :
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan
posyandu lansia :
- Ketenagaan.
- Kebijakan.
- Kepemimpinan.
- Motivasi
3. Analisis
4. Sintesis
5. Evaluasi
Pelaksanaan progam
posyandu lansia
Pengetahuan progam
posyandu lansia
Baik
Cukup
Kurang
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
31
Baik
Cukup
Kurang
32
Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan atau dalil yang
32
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan tehnik
serta alat-alat tertentu (Notoatmodjo S, 2002 : 3). Pada bab ini akan diuraikan
tentang : desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel, sampling, lokasi dan
waktu penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, tehnik pengumpulan
data dan tehnik analisa data, masalah setika serta keterbatasan penelitian.
3.1
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting yang memungkinkan
pemaksimalan kontra beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil
(Nursalam, 2003 : 77).
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan
pendekatan observasi cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus suatu saat (point time approach)
(Nursalam, 2003 : 85).
33
34
3.2
Kerangka Kerja
Variabel independent :
Tingkat pengetahuan tenaga
kesehatan tentang posyandu lansia.
Variabel dependent :
Pelaksanaan program posyandu
lansia
Pengumpulan data
Pengolahan data dengan cara coding, skoring, tabulating
Analisa data dengan cross table
Penyajian hasil
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan
tentang posyandu lansia dengan gambaran pelaksanaan program
posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Dander Tahun 2008.
34
35
3.3
3.3.1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau obyek yang akan
diteliti (Nursalam, 2003 : 93). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga
kesehatan di Puskesmas Dander Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008 sebanyak 21
orang.
3.3.2
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (Nursalam, 2003 : 95), yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu
karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau
yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan di
Puskesmas Dander Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008.
Menurut Arikunto (2002 : 112) apabila populasi kurang dari 100, maka
sampel diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Pada penelitian ini sampel adalah jumlah populasi yang memenuhi kriteria
inklusi.
Kriteria inklusi adalah karakteristik smpel yang dapat dimasukkan atau yang
layak untuk diteliti adalah :
1. Tenaga kesehatan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas dander.
2. Tenaga kesehatan yang bersedia diteliti dan kooperatif.
3. Tenaga kesehatan yang bersedia menandatangai informed consent.
3.3.3
Sampling
35
36
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili suatu populasi (Nursalam, 2003 : 97). Tehnik pengambilan data
atau tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan seluruh subyek penelitian
yaitu peneliti mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel sesuai dengan
kriteria inklusi.
3.4
Identifikasi variabel
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota atau
suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok orang tersebut (Nursalam, 2001 : 41).
3.4.1
Variabel independent
Variabel independent adalah stimulasi aktivitas yang menipulasi oleh
Variabel dependent
Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel
Definisi Operasional
36
37
Definisi
Independent :
Tingkat
pengetahuan
tenaga
kesehatan
tentang
posyandu
lansia.
operasional
Segala sesuatu
yang diketahui
oleh tenaga
kesehatan tentang
pelayan terpadu
kepada lansia
yang
dilaksanakan di
tingkat desa.
Dependent :
Pelaksanaan
program
Melaksanakan
pelayanan
terpadu kepada
Parameter
Alat ukur
Skala
Pengetahuan tenaga
kesehatan tentang :
1. Pengertian posyandu
lansia.
2. Tujuan umum
posyandu lansia.
3. Jenis kegiatan
pelayanan di
posyandu lansia.
4. Upaya pemerintah
dalam pembinaan
lansia.
5. Tujuan pembinaan
lansia.
6. Sasaran pembinaan.
7. Program penyuluhan
kesehatan bagi
lansia.
8. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pelaksanaan
program posyandu
lansia.
1. Mendeteksi secara
dini penurunan
kondisi kesehatan
Kuesioner
Ordinal Skor :
Benar : 1
Salah : 0
Dengan kriteria :
1. Pengetahuan baik,
bila responden
menjawab benar 1115 pertanyaan
dengan nilai (76100%).
2. Pengetahuan cukup,
bila responden
menjawab benar 810 pertanyaan
dengan nilai (5675%).
3. Pengetahuan kurang,
bila responden benar
7 pertanyaan
dengan nilai (55%).
Kuesioner
Ordinal Skor :
Ya : 1
Tidak : 0
37
Skor
38
Variabel
posyandu
lansia.
Definisi
operasional
usia lanjut
meliputi aspek
promotif,
preventif dan
rujukan yang
dilaksanakan
ditingkat desa.
Parameter
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3.6
3.6.1
Alat ukur
Skala
Skor
Dengan kriteria :
1. Pelaksanaan baik,
bila responden
menjawab ya 6-8
pertanyaan dengan
nilai (76-100%).
2. Pelaksanaan cukup,
bila responden
menjawab ya 5
pertanyaan dengan
nilai (56-75%).
3. Pelaksanaan kurang,
bila responden
menjawab ya 4
pertanyaan dengan
nilai ( 55%).
38
39
adalah
alat-alat
yang
akan
digunakan
untuk
39
40
3.6.2.1 Editing
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan
data yang telah dikumpulkan. Juga memonitor jangan sampai terjadi
kekosongan data yang dibutuhkan.
3.6.2.2 Coding
Setiap responden diberi kode sesuai dengan nomor urut. Pada
variabel independent jika tingkat pengetahuan responden baik diberi
kode 3, jika tingkat pengetahuan responden cukup diberi kode 2, jika
tingkat pengetahuan responden kurang diberi kode 1. Dan untuk
variabel dependent pelaksanaan baik diberi kode 3, pelaksanaan
cukup diberi kode 2 dan pelaksanaan kurang diberi kode 1.
3.6.2.3 Skoring
Pada variabel independent jika pengetahuan baik, bila responden
bisa menjawab benar 11-15 pertanyaan dengan nilai (76-100%),
pengetahuan cukup, bila responden bisa menjawab benar 8-9
pertanyaan dengan nilai (56-75%), pengetahuan kurang, bila responden
bisa menjawab benar 7 pertanyaan dengan nilai ( 55%) (Nursalam,
2003 : 124). Kemudian untuk variabel dependent jika pelaksanaan baik,
bila responden menjawab ya 6-8 pertanyaan dengan nilai (76-100%),
pelaksanaan cukup, bila responden menjawab ya 5 pertanyaan dengan
nilai (56-75%) dan pelaksanaan kurang, bila responden menjawab ya
4 pertanyaan dengan nilai ( 55%). Dan penelitian tersebut hasilnya akan
40
41
Sp
x100%
Sm
2) Cukup
3) Kurang
2) Cukup
3) Kurang
41
42
3.7
Masalah Etika
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan rekomendasi dari
perawat yang akan diteliti dengan tujuan agar responden mengetahui maksud dan
tujuan penelitian serta dampak yang terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika
42
43
kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas
pada kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah penelitian.
3.8
Keterbatasan
Limitasi adalah keterbatasan dalam suatu penelitian dan mungkin
43
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan hasil dan pembahasan dari penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008 di wilayah kerja
Puskesmas Dander Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian
ini disajikan dalam betuk diagram dan tabel serta keterangan singkat. Penyajian
data dimulai dari data umum dan data khusus. Data umum berisi distribusi
responden berdasarkan status kepegawaian, umur, jenis kelamin, pendidikan dan
responden berdasarkan lamanya tugas (bertugas sejak tahun). Sedangkan data
khusus disajikan berupa distribusi berdasarkan variabel yang diteliti yaitu
pengetahuan responden tentang posyandu lansia dan distribusi pelaksanaan
program posyandu lansia.
Dander. Dengan luas kurang lebih 3150 m2, yang membawahi 9 desa yaitu Desa
Sumber Arum, Desa Kunci, Desa Jati Blimbing, Desa Ngraseh, Desa Mojoranu
dan Desa Karang Sono dengan batasan wilayah, sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Bubulan, sebelah utara berbatasan dengan Puskesmas
Ngumpak Dalem, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kapas dan sebelah
Barat Berbatasan dengan Kecamatan Ngasem. Puskesmas Dander Mempunyai 21
tenaga kesehatan yaitu 3 orang dokter yang terdiri dari 2 dokter umum, 1 dokter
gigi dan yang lainnya staf serta perawat.
44
45
4.1.2
1.
Data umum
Status Kepegawaian
9.5%
PNS
Honorer
90.5%
Status Kepegawaian
Sumber data primer kuesioner bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.
berdasarkan status
Kecamatan Dander
Laki-laki
Perempuan
81%
Jenis kelamin
Sumber data primer kuesioner bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.
45
46
3.
33.3%
20-30 tahun
31-40 tahun
> 40 tahun
61.9%
Umur
Sumber data primer kuesioner bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.
14.3%
S1 Kedokteran
DIII Kebidanan
DIII Keperawatan
D1 Kebidanan
33.3%
4.8%
23,8%
4.8%
SPK
P2B
Pendidikan
Sumber data primer kuesioner bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.
46
47
5.
42.9%
19%
1-10 tahun
11-20 tahun
38,1%
> 20 tahun
Pendidikan
Sumber data primer kuesioner bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.
Data khusus
Frekuensi
Prosentase
18
85,7%
Cukup
14,3%
Kurang
Jumlah
0
21
0
100%
Sumber data primer kuesioner bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.
2.
47
48
Frekuensi
Prosentase
13
8
0
21
61,9%
38,1%
0
100%
Sumber data primer kuesioner bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.
Pelaksanaan program
Posyandu lansia
No.
Tingkat pengetahuan
tentang Posyandu lansia
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang
Jumlah
Baik
Cukup
Kurang
Total
13
0
0
13
61,9
0
0
61,9
5
3
0
8
23,8
14,3
0
38,1
0
0
0
0
0
0
0
0
18
3
0
21
85,7
14,3
0
100
Sumber data primer kuesioner bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.
48
49
49
50
4.2 Pembahasan
4.2.1
50
51
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu
pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
51
52
52
53
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan sikap seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja sehingga pengetahuanpun akan bertambah.
Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya dari orang yang belum cukup dewasa (Hurlock, 1998).
Pengalaman merupakan sumber
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu
pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lampau
(Notoatmodjo S, 2005 : 13).
Hasil peneilitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan
responden tentang posyandu lansia dengan pelaksanaan program posyandu lansia
dimana hal ini disebabkan karena faktor umur dan pengalaman. Dari data umum
didapatkan lebih dari sebagian responden berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 13
orang (61,9%) dan sebanyak 9 orang (42,9%) bertugas selama > 20 tahun.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur dan pengalaman dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, begitu pula sebaliknya seseorang dapat melaksanakan
suatu tugas atau melaksanakan tindakan dengan baik apabila seseorang tersebut
memiliki pengetahuan yang baik pula. Dengan adanya pengetahuan yang cukup
tentang Posyandu lansia oleh tenaga kesehatan program Posyandu lansia dapat
berjalan secara maksimal dan angka kesakitan pada lansia berkurang.
53
54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas tentang simpulan dan saran peneilitian hubungan
tingkat pengetahuan tenaga kesehatan tentang posyandu lansia dengan gambaran
pelaksanaan program posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Dander
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2008.
5.1 Simpulan
1.
2.
3.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian
yang
dilakukan maka
saran yang
perlu
disampaikan adalah :
5.1.1
lansia.
5.1.2
Bagi Peneliti
54
55
55