Professional Documents
Culture Documents
Laki-laki
Perempuan
Total
1971
44,2
47,2
45,7
1980
50,6
53,7
52,2
1990
58,1
61,5
59,8
1995
61,5
65,4
63,5
2000
63,3
67,2
65,3
2005
64,9
68,8
66,9
2010
66,4
70,4
68,4
2015
67,7
71,7
69,8
2020
69,0
73,0
71,7
Tahun
198
0
198
5
199
0
199
5
20
00
202
0
148
165
183
202
222
29,1
2
a. Total (juta)
11,4
13,3
16
19
22,
2
b. Persentase (%)
7,7
8,7
9,4
10
11,0
9
Harapan hidup
55,3
0
58,1
9
61,1
2
64,0
5
6570
7075
Jumlah Lansia
Persentase
1971 (a)
5.306.874
4,48%
1980 (b)
7.998.543
5,45%
1990 (c)
11.277.557
6,29%
1995 (d)
12.778.212
6,56%
2000 (d)
15.262.199
7,28%
2005 (d)
17.767.709
7,97%
2010 (d)
19.936.859
8,48%
2015 (d)
23.992.553
9,77%
2020 (d)
28.822.879
11,34%
1974;
(b)
Biro
Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari
dan Anwar, 1994
Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh:
1)
2)
3)
4)
Bab
Penutup,
memuat:
Kesimpulan
dan
Saran.
BAB 2
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep
Lansia, Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Post Operasi Katarak.
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan
kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya
terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya.
Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak
memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan
pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,
ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994)
adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini
dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
2.1.3 Teori Proses Menua
1) Teori teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d) Teori immunology slow virus (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
2) Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss),
yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep dir.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old Peoples Welfare Council , dikemukakan 12 macam
penyakit lansia, yaitu :
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Bronkhitis kronis
4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5) Gangguan pada koksa / sendi pangul
6) Anemia
7) Demensia
2.2 Konsep Penyakit Katarak
2.2.1 Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur
angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara
C.Long, 1996)
2.2.2 Etiologi
1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh
sinar X atau benda benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti uveitis.
4) Penyakit sistemis seperti DM.
5) Defek kongenital
2.2.3 Patofisiologi
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d) katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan
dapat keluar melalui kapsul lensa.
4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit
umum.
5) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.
2.3 Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post
Operasi Katarak
2.3.1 Pengkajian
1) Data Subyektif
a) Nyeri
b) Mual
c) Diaporesis
d) Riwayat jatuh sebelumnya
e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f) Sistem pendukung, lingkungan rumah.
2) Data obyektif
a) Perubahan tanda tanda vital
b) Respon yang azim terhadap nyeri
c) Tanda tanda infeksi:
Kemerahan
Edema
Zat purulen
Tiang infus
Tempat sampah
Sandal
Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah
pembedahan.
Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.
Distraksi
Latihan relaksasi
Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan
mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan
kenyamanan pada klien.
Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah jam pemberian obat, jika
nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung
mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau
komplikasi lain.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi
a) Tujuan: infeksi tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala
infeksi.
c) Intervensi:
Peningkatan suhu
Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna.
Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan
pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari
gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi.
Binatang peliharaan
Tangga
Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan
setelah pulang.
4) Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan
regimen terapeutik
a) Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada rencana
pemulangan.
c) Intervensi:
Membaca
Menonton televisi
Memasak
Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan
Mandi
Teknik pemberian
Kehilangan penglihatan
f) TB/BB:
g) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.
h) Ciri ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih.
i) Alamat: Sepanjang, Surabaya
j)
Orang yang dekat dihubungi: adik klien
k) Hubungan dengan klien: adik kandung
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber
sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:
4) Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi
kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada
pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup
bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari cukup bersih. Tingkat
kenyamanan dan privacy cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah,
tapi jarang digunakan.
5) Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan jalan kewisma wisma yang lain untuk
menengok teman temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga
mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan senam lansia setiap hari
Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap hari Rabu, karena ada
hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman temannya yang lain.
6) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan
kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta
RSUD Magetan. Serta keberadaan teman sekamar klien yang sangat
memperhatikan kondisi klien sangat membantu pegawasan kesehatan klien.
7) Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum
pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin,
bahkan shalat tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla.
8) Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3
tahun yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien
merasa seat sehat saja. Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata
kiri, mata kiri terasa panas, berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative
: Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari
langsung atau baru bangun tidur.
Quality
: Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata
kiri terasa panas dan berair.
Region
: Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala
Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.
Timming
: saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari
langsung.
Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari
perawat panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan
luka pada post operasi serta pantangan pantangan yang harus diperhatikan
oleh klien. Tetapi setelah dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret
yang menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien belum memahami
beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 31
Satus imunisasi:
Alergi terhadap obat obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti
debu, cuaca tidak ada pada klien.
9) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan
A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi
kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian
secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang kadang terganggu bila nyeri pada luka post
operasi kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan
sekret pada mata kiri klien.
Psikologis kien meliputi:
Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif
dan mau menerima kehadiran orang lain.
Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain.
keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada
kesulitan menelan an mengunyah makanan.
m) Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti
menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.
n) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap
pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa
yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien
terhadap lawan bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi
klien mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau
menggunakan tongkat dan klien juga mampu mengikuti kegiatan senam
dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak
pandang K50 mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan
bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
11) Status kognitif/afektif/sosial
a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10,
fungsi intelektual utuh.
b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif dari
fungsi mental dalam keadaan baik.
c) Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan raguan,
kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda tanda depresi pada klien.
d) Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial klien dalam
kedaan normal.
12) Data penunjang
Hasil pemeriksaan gluko test (-)
3.1.2 Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1.
2.
3.
DS:
Klien mengeluh
nyeri pada mata kiri pot
op menyebar ke kepala
saat terpapar sinar
matahari atau baru
bangun tidur.
Klien mengatakan
bila nyeri kambuh,
Interupsi
pembedahan
katarak pada
mata kiri.
Peningkatan
kerentanan
skunder
terhadap
interupsi
Nyeri
Resiko infeksi
Resiko cidera
mengalami kesulitan
tidur.
Klien mengatakan
riwayat operasi katarak
mata kiri 16 hari yll.
DO:
Mata kiri berair,
hiperemis(+)
IOL (+)
DS:
Klien mengatakan
mata kiri terasa nyeri,
panas dan nyeri
menyebar sampai ke
kepala.
Klien mengatakan
mata kirinya terus
berair dan
mengeluarkan kotoran.
DO:
Sekret pada mata
kiri (+).
Mata kiri berair(+)
Riwayat post op
katarak 16 hari yll.
DS:
Klien mengatakan
matanya terasa kabur
sejak K3 tahun yang
lalu.
Klien mengatakan
usianya sudah 85
tahun.
DO:
Klien berjalan tegap,
cara berjalan seimbang
tapi ragu ragu.
Klien mampu
pembedahan
katarak.
Keterbatasan
penglihatan.
Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat
terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
IOL (+)
2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi
pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar
sampai ke kepala.
1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai dengan:
DS:
Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat
terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
IOL (+)
2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi
pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar
sampai ke kepala.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Evaluasi
Nyeri b/d
interupsi
pembeda
han
katarak
pada
mata kiri.
Resiko
Setelah
diberikan
asuhan
keperawat
an selama
3 hari,
nyeri
berkurang
Bantu
klien dalam
mengidentifi
kasi
tindakan
penghilanga
n nyeri yang
efektif
Membantu
memberikan
kenyamanan
dan
mengurangi
tekanan
pada bola
Klien
melapora
n adanya
penguran
gan nyeri
yang
progresif
ditandai
infeksi
b/d
peningka
tan
kerentan
an
skunder
terhadap
interupsi
pembeda
han
katarak.
Resiko
cidera
b/d
keterbat
asan
penglihat
an.
ditandai
dengan:
Nyeri
berkurang
.
Istirahat
tidur
tercukupi
K8 jam.
Mata
tidak
berair dan
tidak
merah.
Setelah
diberikan
asuhan
keperawat
an selama
3 hari,
infeksi
tidak
terjadi
ditandai
dengan:
Penyembu
han luka
insisi
tanpa
infeksi.
Kemeraha
n (-)
Edema
kelopak
mata (-)
dengan
tidur dalam
posisi
duduk.
Lakukan
tindakan
penghilanag
n nyeri non
invasif atau
non
farmakologi
k, seperti
berikut;
Posisi:
tinggikan
bagian
kepala
tempat
tidur,
berubah
ubah antara
berbaring
pada
punggung
dan pada
sisi yang
tidak
dioperasi.
Distraksi
Latihan
relaksasi
Berikan
dukungan
mata.
Beberapa
tindakan
penghilang
nyeri non
invasif
adalah
tindakan
mandiri
yang dapat
dilaksanaka
n perawat
dalam usaha
meningkatk
an
kenyamanan
pada klien.
Analgesik
mambantu
dalam
menekan
respon nyeri
dan
menimbulka
n
kenyamanan
pada klien.
Tanda
ini
menunjukka
n
peningaktan
tekanan
intra okuli
(TIO) atau
komplikasi
dengan:
Nyeri
berkuran
g.
Istirahat
tidur
tercukupi
K8 jam.
Mata
tidak
berair
dan tidak
merah.
Infeksi
tidak
terjadi
ditandai
dengan:
Kemerah
an (-)
Edema
kelopak
mata (-)
Drainase
pada
kelopak
mata (-)
Materi
purulen
(-)
Peningka
tan suhu
Drainase
pada
kelopak
mata (-)
Materi
purulen (-)
Peningkat
an suhu
tubuh (-)
Setelah
diberikan
asuhan
keperawat
an selama
3 hari,
cidera
tidak
terjadi
ditandai
dengan:
Klien
tidak
mengalam
i cidera
atau
trauma
jaringan
selama
dirawat.
tindakan
penghilanga
n nyeri
dengan
aalgesik
yang
diresepkan.
Observasi
nyeri
terutama
bila disertai
mual.
Pertegas
pembatasan
aktifitas
yang
disebutkan
dokter yang
mungkin
termasuk
menghindari
aktifitas
berikut:
Berbaring
pada sisi
yang
dioperasi
Membungku
k melewati
pinggang
Mengangkat
benda yang
beratnya
lain.
Pembatasan
diperlukan
utnuk
menguangi
gerakan
mata dan
mencegah
peningkatan
tekanan
okuler.
Pembatasan
yang
spesifik
tergantung
pada
beberapa
faktor,
termasuk
sifat dan
luasnya
pembedaha
n, preferensi
dokter,
umur serta
status
kesehatan
klien secara
keseluruhan.
Pemahaman
klein
tentang
alasan untuk
pembatasan
ini dapat
mendorong
kepatuhan
tubuh (-)
Cidera
tidak
terjadi.
Klien
tidak
mengala
mi cidera
atau
trauma
jarigan
selama
dirawat.
melebihi 10
kg.
Mandi
Mengedan
selama
defekasi.
Tingkatkan
penyembuh
an luka:
Berikan
dorongan
untuk
mengikuti
diet yang
seimbang
dan
asupancaira
n yang
adekuat.
Gunakan
teknik
aseptik
untuk
meneteskan
tetes mata:
Cuci
tangan
sebelum
memulai
Pegang alat
penetes
agak jauh
klien.
Nutrisi
dan hidrasi
yang
optimal
meningkatk
an
kesehatan
secara
keseluruhan,
yang
meningkatk
an
penyembuh
an
Teknik
aseptik
meminimialk
an
masuknya
mikroorgani
sme dan
mengurangi
resiko
infeksi.
Deteksi dini
infeksi
memungkin
kan
penanganan
yang cepat
untuk
meminimalk
an
keseriusan
infeksi.
dari mata
Ketika
meneteskan
, hindari
kontak
antara ata,
tetesan dan
alat
penetes.
Ajarkan
teknik ini
kepada klien
dan anggota
keluarganya
.
Kaji
tanda dan
gejala
infeksi:
Kemerahan,
edema pada
kelopak
mata
Infeksi
konjungtiva
(pembuluh
darah
menonjol)
Drainase
pada
kelopak
mata dan
bulu mata
Ketegangan
pada jahitan
dapat
menimbulka
n interupsi
menciptaka
n jalan
masuk
untuk
mikroorgani
sme.
Gangguan
penglihatan
atau
menggunak
an
pelindung
mata dapat
mempengar
uhi resiko
cidera yang
berasal dari
gangguan
ketajaman
dan
edalaman
persepsi.
Tindakan ini
dapat
mengurangi
resiko
terjatuh.
Materi
purulen
pada bilik
anterior
(antara
korm\nea
dan iris)
Peningkatan
suhu
Nilai
laboratoriu
m abnormal
(mis.
Peningkatan
SDP, hasil
kultur dan
sensitivitas
positif)
Lakukan
tindakan
untuk
mencegah
ketegangan
pada jahtan
(misal
anjurkan
klien
menggunak
an
kacamata
protektif
dan
pelindung
mata pada
siang hari
dan
pelindung
mata pada
malam
hari).
Modifikasi
lingkungan
untuk
menghilang
kan
kemungkina
n bahaya:
Singkirkan
penghalang
dari jalur
berjalan.
Pastikan
pintu dan
laci tertutup
atau
terbuka
dengan
sempurna.
Tinggikan
tempat
tidur.
Letakkan
benda
dimana
klien dapat
melihat dan
meraihnya
tanpa klien
menjangkau
terlalu jauh.
3.4 Implementasi
Waktu/t
gl
4 12
2001
09.00
5 12
2001
09.30
5 12
2001
11.00
5 12
2001
12.30
6 12
2001
09.00
Implementasi
Evaluasi
Memberikan HE
pentingnya:
Pembatasan
aktifitas.
Mengurangi
paparan terhadap sinar
matahai atau kontak
langsung dengan benda
alergen.
Mengevaluasi
lingkungan kamar tidur
klien:
Penempatan
benda benda di meja.
Kebersihan lantai
kamar.
Memasang gorden
untuk mengurangi
paparan terhadap snar
matahari.
Mengajarkan teknik
perawatan kebersihan
mata:
Cara
membersihkan sekret.
Cara meneteskan
obat tetes mata.
Menggunakan
pelindung mata bila
keluar wisma di siang
hari.
Mengatur posisi
Klien
kooperatif.
Klien berjanji
akan selalu
mengahbiskan porsi
makanannya.Klien
banyak bertanya
tentang nyeri yang
dirasakannya.
Klien
marapikan meja kecil
di samping tempat
tidur.
Klien menata
barang barang
(gelas, piring,
sendok) di atas
tempat tidur.
Gorden telah
terpasang.
Lantai kamar
disapu dan dipel oleh
petugas.
Klien
bersemangat belajar
memebrsihkan sekret
mata.Klien dapat
meneteskan obat
tetes mata sendiri
dibantu oleh teman
sekamarnya.
Klien sudah
punya kacamata
pelindung sinar
matahari.
Melatih relaksasi
untuk mengurangi rasa
sakit pada mata kiri.
Klien berbaring
ke posisi sebelah
kanan, kadang
berganti posisi
dengan semi fowler.
Klien tampak
kesulitan mengikuti
instruksi, tetapi mau
mencoba unutk
berlatih.
3.5 Evaluasi
N
o
Diagnosa
Keperawatan
1.
2.
3.
Evaluasi
S: Klien mengatakan nyeri pada
mata kiri sudah agak berkurang,
klien sudah dapat istirahat
dengan baik.
O: Mata berair (-), kemerahan (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan
dengan mengadakan koordinasi
dengan pendamping wisma.
S: Klien mengatakan matanya
sudah tidak panas lagi,berair (-)
O: mata berair (-), kemerahan (-),
sekret (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan
dengan mengadakan koordinasi
dengan pendamping wisma.
S: Klien mengatakan
penglihatannya sudah lebih
terang.
O: Klien berjalan ke luar wisma
tanpa dibimbing dan tanpa
memakai tongkat.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan
dengan mengadakan koordinasi
dengan pendamping wisma.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam
konteks peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang
diberikan secara profesional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di Panti Sosial
Tresna Werdha Bahagia Magetan dari tanggal 03 07 Deseber 2001,
mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk membina satu orang klien lansia
yang memiliki masalah kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai pada tahap evaluasi guna
mengetahui perkembangan kesehatan klien lansia secara komprehensif.
4.2 Saran
1) Bagi institusi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha Bahagia Magetan.
Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah disepakati
guna meningkatkan fungsi dan peran panti secara optimal.
2) Bagi pembimbing PSIK FK Unair Surabaya
Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta bimbingannya guna
membantu mahasiswa menjalani proses praktek keperawatan gerontik
dengan lebih baik sesuai target pencapaian yang ingin diraih.
3) Bagi mahasiswa sendiri
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna
mnegembangkan konsep asuhan keperawatan gerontik secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat
Kepuasan Hidup Lanjut Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit
Unair. Surabaya
Agus
Purwadianto
(2000), Kedaruratan
Medik:
Pedoman
Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan
Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.