You are on page 1of 18

PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Dahulu, bayi dengan berat lahir rendah yang kecil untuk masa
kehamilannya

disebut menderita retardasi pertumbuhan intrauteri. Untuk

menghindari kekhawatiran yang tidak semestinya pada orang tua, yang


menganggap istilah retardasi mengesankan fungsi mental yang abnormal, istilah
pertumbuhan janin terhambat sekarang lebih banyak dipakai. Diperkirakan bahwa 3
dari 10 persen bayi mengalami hambatan pertumbuhan.1
Pertumbuhan janin tergantung pada fusngi interaksi genetic dan determinan
epigenetik melawan pengaruh ibu, janin, dan plasenta.2
Definisi
Pertumbuhan janin terhambat adalah bayi yang mempunyai berat ban di
bawah persentil 10 dari kurva berat badan yang normal. Kurva ini dapat diguakan
untuk standard intrauterine growth chart of low birth weight Indonesian infants.
Anak ini telah mengalami gangguan pertumbuhan intrauterin dan berat lahirnya
tidak sesuai, artinya kurang dibandingkan dengan lamanya kehamilan.3,4,5,6,7,8
Insidensi
Kejadian pertumbuhan janin terhambat bervariasi antara 3-10%. Mortalitas
perinatal pada pertumbuhan janin terhambat terjadi 7 hingga 8 kali lipat dari bayi
normal. Kematian intrauterine terjadi pada 26% pertumbuhan janin terhambat.4
Pertumbuhan janin terhambat sebenarnya berhubungan dengan angka
morbiditas dan mortalitas perinatal. Boulet, dkk (2006) menunjukkan bahwa janin
yang berada pada persentil 10 risiko kematian neonatal meningkat, tetapi bervariasi
sesuai dengan usia kehamilan. Risiko meningkat 3 kali lipat pada 26 minggu
dibandingkan dengan peningkatan risiko hanya 1,13 kali lipat pada 40 minggu.1
Sekitar 1 dari 10 bayi dengan pertumbuhan janin terhambat memiliki risiko
terjadi

defisiensi

neurologis,

malformasi

kongenital,

aspirasi

mekonium,

hipoglikemia, hipokalsemia, respiratory distress syndrome (RDS). Insidensi


tertinggi terjadi pada orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih.6
Etiologi
Penyebab pertumbuhan janin terhambat dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori utama: ibu, plasenta, dan janin. Kombinasi ini sering ditemukan pada
kehamilan dengan pertumbuhan janin terambat.1,3,4,5,6,7,8
a. Faktor Plasenta. Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi
plasenta.4
- Infark plasenta
- Solusio plasenta
- Plasenta previa
- Kelainan pembuluh darah plasenta
- Insersi velamentosa
- Korioangioma
- Plasenta sirkumvalata
Sejumlah kelainan plasenta diatas menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat. Kegagalan pertumbuhan dalam kasus-kasus di atas terjadi karena
insifisiensi uteroplasenta implantasi plasenta yang abnormal dengan disfungsi
endotel juga daat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat.1
Gambaran histopatologi pada plasenta dengan IUGR mengindikasikan
adanya abnormalitas dari arteri spiralis maternal, disregulasi vaskulogenesis
vili, dan banyaknya deposit fibrin. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
hipoksia, iskemia/reperfusi, aktivasi komplemen, kerusakan lapisan vili.
Kejadian tersebut dapat mengakibatkan keterbasan transfer nutrisi dan
mengurangi aliran darah ke fetus.2
b. Faktor Ibu. Golongan faktor ibu merupakan penyebab yang terpenting.4
- Faktor konstitusi
- Faktor nutrisi
Pada perempuan dengan indeks masa tubuh (IMT) rata-rata atau
rendah, sedikit penambahan berat badan selama kehamilan dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Kekurangan penambahan berat
badan pada trimester kedua dan ketiga berdampak pada penurunan berat
2

badan lahir serta memiliki risiko sebesar 2 kali lipat terjadinya PJT.
Gangguan pola makan juga dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan
janin terhambat hingga sembilan kali lipat.1,7
- Kondisi hipoksia
- Problem vaksuler
1. Hipertensi kronis
2. Preeklampsi
3. Anti phospholipid syndrome (APS)

Dua kelompok anti fosfolipid yaitu antibodi antikardiolipin dan


antikoagulan lupus. Mekanisme patofisiologik tampaknya disebabkan
oleh agregrasi trombosit maternal dan trombosis plasenta. Perempuan
denan kedua antibodi tersebut memiliki kemungkinan prognosis buruk
pada kehamilan.1
4. Insulin dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Pertumbuhan janin terhambat pada perempuan dengan diabetes
mungkin berhubungan dengan malformasi kongenital atau menyertai
kondisi kekurangan gizi akibat pernyakit vaskular ibu yang lanjut.
Derajat pertumbuhan janin terhambat berkaitan dengan keparahan
malformasi.1
5. Penyakit kolagen
- Penyakit ginjal
Insufisiensi ginjal kronik sering dikaitkan dengan hipertensi dan
penyakit vaskular yang mendasarinya serta dapat mengakibatkan
-

pertumbuhan janin terhambat.1


Faktor Lingkungan
1. Merokok
Perempuan berusia diatas 35 tahun yang memiliki kebiasaan
merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya PJT yang berhubungan
dengan penurunan berat badan di akhir kehamilan. Rokok juga
memiliki efek scara langsung pada fungsi dari plasenta yaitu efek dari
nikotin yang menyebabkan vasokonstriksi plasenta, penurunan aliran
3

darah pada uterus, peningkatan kadar Methemoglobin fetus, hipoksia


fetus, dan metabolisme yang terjadi pada plasenta.7
2. Penggunaan obat-obatan
Sejumlah obat dan bahan kimia dapat memberi dampak buruk
terhadap pertumbhan janin. Beberapa obat ada yang bersifat
teratogenik dan berpengaruh pada janin sebelum organogenesis
lengkap.

Beberapa

ada

yang

mempengaruhi

janin

setelah

embriogenesis janin berakhir pada 8 minggu. Contoh obat-obatannya


termasuk antikonvulsan dan antineoplastik.1
3. Dataran tinggi (hipoksia ibu akibat tinggal di daerah pegunungan)3
- Riwayat obstreti buruk
1. Riwayat PJT
2. Riwayat lahir mati
3. Riwayat prematur
c. Faktor Janin
- Kelainan kromosom
1. Trisomi 13, 18, dan 21
Janin-janin dengan trisomi autosomal memiliki plasenta dengan
penurunan jumlah arteri yang berotot kecil di batang vili tersier.
Tergantung pada bagian kromosom mana yang mengalami kelebihan.
Pada trisomi 21 pertumbuhan janin terhambat umumnya masih ringan,
baik pemendekan ukuran femur maupun hiperplasia pada phalanx
media terjadi peningkatan frekuensinya.1
Pada trisomi 18 hampir selalu mengalami pertumbuhan janin
terhambat yang signifikan. Kegagalan pertumbuhan tersebut tercatat
sejak trimester pertama. Bahado-Singh dan Schemmer dkk menemukan
bahwa panjang kepala-bokong pada janin dengan trisomi 18, 13 dengan
trisomi 21 yaitu lebih pendek dari perkiraan. Pada trimester kedua,
pengukuran tulang panjang biasanya turun di bawah persenil ke-3
sesuai dengan usia kehamilan dan tulang-tulang ekstimitas atas terkena
dampak lebih parah.1
4

2. Sindrom Turner
Menurut Droste (1992) pertumbuhan janin terhabat tidak
-

signifikan ditemukan pada sindrom turner.1


Malformasi janin
1. Anensefal
2. Kelainan jantung
3. Hernia diafragmatika
4. Kelainan ginjal
Sebuah penilitian yang melibatkan lebih dari 13.000 bayi dengan
anomali sruktur yang berat, 22% diantaranya mengalami peumbuhan janin
terhambat. Sebagai pedoman bahwa semakin parah malformasi, semakin
rentan janin menjadi pertumbuhan janin terhambat. Hal ini terbukti pada
janin dengan abnormalitas kromosom atau yang mengalami malformasi
kardivaskular serius.1

Kehamilan multifetus
Kehamilan multifetus berhubungan dengan risiko PJT. Abnormalitas
plasenta umumnya terjadi pada kehamilan multifetus. Plasenta tunggal
yang dimiliki pada kehamilan multifetus dapat membagi vaskularsasi yang
dapat menyebabkan PJT. Kompetisi yang terjadi pada janin untuk
mendapatkan suplai nutrisi mengakibatkan peningkatan terjadinya PJT dan

ketidakseimbangan pertumbuhan antara kedua fetus.7


Infeksi janin
1. Rubella
Infeksi rubella menyebabkan insufisiensi vasuler dengan cara
merusak endothelium pembuluh darah kecil, dan juga mengurangi
pembelahan sel.1
2. Cytomegalovirus (CMV)
Cytomegalovirus
menyebabkan

sitolisis

langsung

dan

penghilangan sel-sel fungsional.1


3. Varisela Zoster
Klasifikasi
Pembagian klinis pertumbuhan janin terhambat dibagi menjadi 3, yaitu :5
5

1. Tipe I (pertumbuhan janin terhambat simetris)


Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu. Terjadi potensi tubuh janin untuk
memperbanyak sel (hiperplasia) sehingga mengakibatkan penurunan jumlah
sel, umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi janin atau
perkembangan sel yang tidak normal dengan aneuploidi dapat memperkecil
ukuran kepala dan tubuh secara proporsional. Prognosisnya buruk.1,4,7,8
Janin yang menderita distress berminggu-minggu hingga berbulanbulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam
proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa
gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya wasted oleh
karena retardasi pada janin ini terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.3
2. Tipe II (pertumbuhan janin terhambat asimetris)
Terjadi pada kehamilan 28-40 minggu. Terjadi potensi tubuh janin
untuk memperbesar sel (hipertrofi), misalnya pada hipertensi dalam kehamilan
disertai dengan insufisiensi plasenta. Prognosisnya baik.1
Gangguan pada kehamilan lanjut seperti insufisiensi plasenta yang
timbul akibat hipertensi secara teoritis terutama akan mengganggu besarnya
sel. Karena insufisiensi plasenta dapat mengakibatkan penurunan transfer
glukosa

dan

penyimpanan

di

hepar,

lingkar

abdomen

janin

yang

mencerminkan besarnya hepar akan mengecil. Namun konsep ini ada yang
menyangkal dan diusulkan bahwa hambatan pertumbuhan ini diakibatkan
alokasi oksigen dan nutrisi ke otak yang memungkinkan otak dan kepala janin
tetap tumbuh normal disebut brain sparing. Urut-urutan peristiwa ini secara
teoritis dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan asimetris dengan
pembesaran otak yang relative abnormal disbanding dengan hepar yang kecil,
rasio besar otak terhadap berat hepar pada minggu terakhir yang normal nya

sekitar 3 banding 1 menjadi 5 banding 1 atau lebih banyak pada bayi yang
sangat terhambat pertumbuhannya.1,7,8
Terjadi akibat distres subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu
sampai beberapa hari sebelum kelahiran. Pada keadaan ini panjang da
lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak seuai dengan masa gestasi.
Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah
kulit, kulit kerng keriput, bayi terlihat kurus dan lebih panjang.3
3. Tipe kombinasi
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu. Terjadi gangguan potensi tubuh
kombinasi antara hiperplasia dan hipertrofi sel misalnya dapat terjadi pada
malnutrisi ibu, kecanduan obat, atau keracuna. Prognosisnya dubia.4
Patologi
Pertumbuhan janin terhambat adalah kegagalan janin untuk mencapai /
potensi pertumbuhan intrinsik nya, karena anatomi dan / atau gangguan fungsional
dan penyakit di unit feto-plasenta-ibu. Pertumbuhan janin terhambat dibagi
menjadi a) simetris jika berat, panjang, dan lingkar kepala yang rendah, biasanya
indikasi pada proses yang berasal di awal kehamilan dan b) asimetris saat sparing
otak terjadi dan kepala lingkar dalam batas normal, indikasi proses yang terjadi
sebagai kemajuan kehamilan. Pertumbuhan janin terhambat tipe asimetris biasanya
terkait dengan gangguan fungsi uteroplasenta atau kekurangan nutrisi. Di kasus ini,
pertumbuhan janin biasanya berkembang sampai tingkat pertumbuhan melebihi
ketentuan substrat, umumnya selama trimester ketiga. Bahkan sedikit penurunan
substrat energi membatasi glikogen janin dan pembentukan lemak, serta
pertumbuhan otot. Pertumbuhan tulang dan dengan demikian janin panjang kurang
terpengaruh, sedangkan redistribusi output jantung akan mendorong pengiriman
substrat preferensial kepada otak. Oleh karena itu, pertumbuhan janin terhambat

asimetris merupakan adaptasi terhadap lingkungan intrauterin yang tidak


menguntungkan dan hasil dalam perinatal dan komplikasi jangka panjang.9
Sejak akhir 1980-an banyak studi epidemiologi menunjukkan hubungan
yang kuat antara pertumbuhan janin terhambat dan perkembangan selanjutnya dari
sindrom metabolik, terdiri dari hipertensi arteri, penyakit jantung koroner,
dislipidemia, obesitas viseral, gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus tipe 2,
dan banyak lainnya penyakit, termasuk osteoporosis. Hipotesis fenotipe
mengusulkan bahwa hubungan antara pertumbuhan janin terhambat dan
selanjutnya pengembangan diabetes tipe 2 / sindrom metabolic, menghasilkan
perubahan permanen dalam metabolisme glukosa-insulin. Perubahan ini termasuk
mengurangi kapasitas sekresi insulin dan resistensi insulin. Dalam hal ini,
perubahan dalam gizi janin dapat mengakibatkan adaptasi perkembangan yang
permanen mengubah fisiologi dan metabolisme keturunan, sehingga predisposisi
individu untuk metabolisme, endokrin, dan gangguan kardiovaskular. Fenomena
ini, disebut 'pemrograman janin', telah menyebabkan ke teori 'asal janin penyakit
dewasa'. Janin beradaptasi ke lingkungan intrauterin secara optimal dengan
mengurangi penggunaan pasokan nutrisi untuk menjamin kelangsungan hidup.
Meskipun topik ini telah menjadi kontroversi, terakhir epidemiologi, klinis, dan
hewan penelitian mendukung teori 'asal-usul perkembangan penyakit dewasa. Di
sisi lain, hipotesis insulin janin mengusulkan bahwa genetik bisa menyebabkan
resistensi insulin yang mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat, produksi
insulin rendah dan resistensi insulin pada anak dan dewasa. Insulin adalah salah
satu faktor pertumbuhan utama dalam kehidupan janin, dan gangguan monogenik
yang

mempengaruhi

sekresi insulin janin dan resistensi mempengaruhi

pertumbuhan janin juga. Namun, mutasi seperti itu jarang, dan tidak ada analog
variasi alel umum telah ditemukan.9
Peran jaringan adiposa
Sebuah bukti baru-baru ini menyarankan bahwa jaringan adiposa juga
mungkin mempunyai peran utama dalam hubungan pertumbuhan janin untuk
perkembangan penyakit dewasa. Resistensi insulin, diabetes terkait obesitas, dan
gangguan metabolisme yang menyertainya sangat terkait dengan peningkatan
massa lemak visceral. Pertumbuhan janin terhambat dikenal untuk mengubah
perkembangan janin jaringan adipose. Janin pada pertumbuhan janin terhambat
menunjukkan pengurangan massa lemak tubuh, yang terutama mencerminkan
penurunan akumulasi lipid dalam sel lemak. Namun, meski jumlah persentase
lemak tubuh berkurang, jaringan adiposa viseral relatif meningkat. Selain itu,
jaringan adiposa perut mereka menunjukkan hyperresponsiveness terhadap
katekolamin dan resistensi insulin awal. Menariknya, polimorfisme pada gen
reseptor Peroksisom-proliferator-diaktifkan g2 (PPARG), yang terlibat dalam
pengembangan dan fungsi metabolisme jaringan adiposa, memodulasi kerentanan
subyek pertumbuhan janin terhambat untuk mengembangkan resistensi insulin pada
usia dewasa. Polimorfisme ini bertanggung jawab untuk risiko tinggi diabetes tipe
2 hanya dalam kasus pertumbuhan janin terhambat. Sejak penemuan turunan
hormon adipocyte, kolektif disebut adipocytokines, jaringan adiposa tidak lagi
dianggap sebagai jaringan toko lemak tidak aktif, tetapi endokrin organ, mensekresi
berbagai bioaktif molekul, yang mengatur metabolisme tubuh dan energy
homeostasis. Selanjutnya, adipocytokines baru-baru ini terlibat dalam proses
pertumbuhan janin. Mengingat pentingnya jaringan adiposa dan hormon
pertumbuhan janin dan pematangan untuk

kelangsungan hidup saat lahir dan


9

kesehatan secara keseluruhan, itu adalah kepentingan untuk mengeksplorasi


fisiologi adipocytokines pada awal kehidupan, seperti serta faktor-faktor yang
dapat mengusik keseimbangan hormon ini di negara pertumbuhan janin terhambat
dengan konsekuensi patologis dalam hal membatasi peningkatan risiko untuk
penyakit dewasa.9
Diagnosis
Diagnosis pertumbuhan janin terhambat dilakukan saat dalam kehamilan dan
setelah lahir. Usia kehamilan harus diketahui dengan pasti. Diagnosis selama
kehamilan dapat ditegakkan dengan :4,5
1. Anamnesis : ada riwayat/faktor risiko
a. Hipertensi
b. Penyakit paru kronis
c. Penyakit jantung sianotik
d. Pemakaian obat-obatan
e. Merokok
f. Infeksi jantung
g. Riwayat PJT sebelumnya
2. Pemeriksaan untuk mencari faktor risiko
3. Pemeriksaan klinis
Pengukuram tinggi fundus uter (TFU) dan lingkaran perut (LP). Kecurigaan
PJT ditegakkan apabila TFU ditemukan menetap pada 2 kali pemeriksaan
dengan selang 1-2 minggu atau menurun dibawah persentil 10. 4,5
Pengukuran ini memiliki kelemahan utamanya adalah ketidaktepatan.
Jensen dan Larseri (1991) dkk menemukan bahwa metode ini hanya mampu
mengidentifikasi

dengan

benar

sebesar

40%

pada

janin

dengan

pertumbuhan janin terhambat. Jadi pada janin dapat tidak terdiagnosa atau
overdiagnosis.1
4. USG : untuk menentukan biometri dan keadaan fungsi organ lain :1,8
a. Diameter biparietal
b. Panjang femur
Merupakan pengukuran yang paling mudan dan dapat berulang kali.1
c. Lingkaran kepala
d. Lingkaran perut
10

Pengukuran ini lebih bervariasi tetapi paling sering tampak abnormal


pada kasus pertumbuhan janin terhambat karena sebagian besar jaringan
lunak ikut terlibat. Lingkar perut yang berada dalam batas normal sesuai
dengan usia kehamilan dipercaya menyingkikan adanya pertumbuhan
janin terhambat, sedangkan pengukuan kurang dari persentil 5 mungkin
dicurigai terjadi pertumbuhan janin terhambat.1
e. Taksiran berat badan janin (TBBJ)
f. Velosimetri Doppler
Hasil velosimetri Doppler pada arteri umbilikalis yang abnormal
ditandai dengan tidak adanya atau berbaliknya aliran diastolik akhir
secara unik berkaitan dengan pertumbuhan janin terhambat. Kelainan
pada aliran Dopler menandai pertumbuhan janin terhambat dini yang
berat dan menggambarkan adaptasi janin menuju arah kegagalan
pertumbuhan. Perubahan-perubahan dini pada plasenta berdasarkan
perrtumbuhan terhambat terdeteksi dalam pembuluh darah perifer
seperti arteri umbilikalis dan arter cerebri media. Secara luas identifikasi
menenai pola perubahan abnormalitas Doppler yakni :1,10
- Disfungsi plasenta yang masih terbatas pada arteri umbilikalis dan
-

arteri cerebri media


Disfungsi plasenta progresif yang berkembang dari pembuluh darah
perifer ke duktus venosus dengan interval bervariasi bergantung

pada usia kehamilan.


g. Cairan amnion
Hubungan antara pertumbuhan janin terhambat dan oligohidramnion
saling berkaitan. Chauhan dkk (2007) menemukan olihohidramnion
pada kurang 10% kehamilan yang dicurigai mengalami pertumbuhan
janin terhambat. Semakin kecil kantong cairan amnion, semakin besar
11

angka kematian perinatal. Penjelasan mengenai oligohidramnion adalah


kekurangan produksiurin janin akibat hipoksia dan penurunan aliran
darah ginjal.1
Diagnosis pertumbuhan janin terhambat setelah lahir adalah sebagai berikut:4
- Bayi terlihat kurus dan panjang, kulit keing, lapisan lemaknya tipis dan
-

ototnya hipotrofi.
Berat badan kurang dari seharusna menurut usia kehamilan.
Panjang bayi dan ukuran kepala lebih jarang dipengaruhi.
Hipoglikemia merupakan gejala yang penting yang dapat menimbulkan
gejala gangguan saraf pusat atau pernapasan. Keadaan diperbaiki dengan

infus glukosa.
Umur sebenarnya ditentukan dengan pemeriksaan neurologis seperti tonus
otot dan refleks. Elektroensefalografi melengkapi pemeriksaan.

Evaluasi
Evaluasi kesejahteraan janin untuk mendiagnosis keadaan hipoksia janin,
dengan melakukan pemeriksaan :5
a. Pemantauan gerakan janin (Fetal kick count) setiap hari
b. USG Doppler setiap minggu
c. NST (uji tanpa kontraksi) setiap minggu
d. OCT (uji dengan kontraksi) bila NST non reaktif
e. Cairan amnion, untuk mendiagnosis oligohidramnion (diameter kantong
terdalam < 2 cm atau AFI < 5)
f. BPP setiap minggu (profil biofisik berupa denyut jantung janin,
pernapasan)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pertumbuhan janin terhambat, antara lain :4,5
1. terapi kausal terhadap penyebab atau penyulit yang mendasari
2. konservatif
a. tirah baring (tidur miring)
b. pemberian kalori 2600 kal/hari peroral atau parenteral
c. pemberian kortikosteroid
d. pertimbangkan pemberian aspirin bila tidak ada kontra indikasi
3. terminasi kehamilan
Tergantung pada perkembangan hasil terapi
a. hamil aterm ( 37 minggu)
12

b. sudah mendapat terapi kortikosteroid (kehamilan 24-34 minggu) yang


disertai dengan tanda-tanda di bawah ini :
- skor biofisik < 2 (terutama bila ditemukan oligohidramnion)
- deselerasi lambat, variabel yang berulang
- doppler a. Umbilikalis : REDF (Reversed end diastolic flow) atau AEDF
(Absent of End Diastolic flow)

PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT


Faktor risiko PJT
Konfirmasi penyakit yang mendasari
Pemeriksaan TFU dan BB ibu pmeriksaan USG
Simetris

Asimetris

Amniosentesis
Analisa kromosom (bila memungkinkan)
Identifikasi infeksi

Pemeriksaan antenantal
a. USG dan Doppler USG setiap 2 minggu
b. Observasi gerakan janin (Fetal kick count) setiap hari
c. NST 2 kali seminggu
d. OCT bila NST abnormal
e. Cairan amnion dan BPP

13

Terapi kausal
Terapi konservatif
Terminasi kehamilan pada :
- hamil aterm ( 37 minggu)
- diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin pada kehamilan 2434 minggu
- skor biofisik < 2 (terutama bila terdapat prematuritas)
- deselerasi lambat atau deselerasi variabel yang berulang
- Kelainan gambaran doppler a. Umbilikalis
Bagan 1 Pertumbuhan Janin Terhambat
Sumber : Panduan praktik klinis obstreti da ginekologi RSHS4

14

Bagan 2 Diagnostic Intrauterine Growth Restriction


Sumber : Adapted from the Royal College of Obstetricians and Gynecologists Guidlines (2013)8

Penatalaksanaan pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan sebelum


aterm tidak ada tatalaksana khusus untuk memperbaiki kondisi. Misalnya tidak ada
bukti bahwa tirah baring mampu mempercepat pertumbuhan atau memperbaiki
15

prognosis. Meskipun demikian banyak dokter yang secara tidak sengaja


menyarankan modifikasi istirahat. Menurut American College of Obstreticians and
Gynecologist (2006) mengatakan bahwa suplementasi nutrisi, upaya penambahan
volume plasa, terapi oksigen, obat-obatan antihipertensi, heparin dan aspirin
semuanya telah terbukti tidak efektif. Pada kebanyakan kasus ang terdiagnosa
sebelum aterm, tidak ada etiologi yang tepat ataupun terapi khusus yang jelas.
Keputusan terapi berdasarkan dengan penilaian terhadap risiko relatif kematian
janin dengan penatalaksanaan yang seharusnya versus kelahiran kurang bulan.1
Penatalaksanaan pertumbuhan janin terhambat yang memiliki risiko
kelahiran hipoksia atau dengan aspirasi mekonium harus disiapkan perawatan
neonatus segera oleh petugas yang terampil membersihkan jalan napas dan
memberikan ventilasi bayi jika dibutuhkan. Bayi baru lahir dengan PJT sangat
rentan terhadap hipotermi dan juga mungkin mengalami gangguan metabolik
seperti hipoglikemia, polisitemia, dan hiperviskositas.1

Pencegahan
Pencegahan pertumbuhan janin terhambat idealnya dimulai sebelum
konsepsi terjadi dengan mengoptimalkan ondisi kesehatan ibu, pengobatan, dan
gizi. Penghentian kebiasaan merokok sangatlah dianjurkan. Pada kehamilankehamilan yang berisiko mengalami pertumbuhan janin terhambat misalnyapada
perempuan dengan hipertensi atau dengan rwayat PJT sebelumnya, profilaksis
dengan aspirin dosis rendah pada awal kehamilan telah terbukti mengurangi PJT
sebesar 10 persen.1

Prognosis
16

Prognosis pertumbuhan janin terhambat :4


a. PJT tipe II lebih baik daripada bayi lahir kurang bulan tetapi sering
pada anak ini memperlihatkan juga gangguan pertumbuhan setelah
lahir
b. PJT tipe I (terutama dengan kelainan kongenital yang multipel) buruk.

Komplikasi
Janin dengan PJT memiliki risiko komplikasi lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi normal, yaitu :7
-

Sepsis

Perdarahan interventricular

Respiratori distres sindrom

Necrotizing enterocolitis

Kematian

Hipoglikemia

Hipotermia

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham G, Gant NF, Leveno KJ. Bab gangguan pertumbuhan janin.


Obstetric William. McGraw-hill. Edisi 23. Volume 2. 2015. Halaman 889-898

17

2. Christina M. Scifres and D. Michael Nelson. Intrauterine growth restriction,


human placental development and trophoblast cell death. 2009
3. Sarwono prihardjo. Bab Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Ilmu
kebidanan. Jakarta:bina pustaka. 2007. Halaman 781-783
4. Prof. Sulaiman Sastrawinata,dr., Sp.OG(K) et all. Bab Berat Badan Lahir
Rendah. Obstetri patologi. Universitas Padjajaran Bandung. Bandung : EGC.
Edisi 2. 2012. Halaman 58-62
5. Prof.dr. Hidayat Wijayanegara, Sp.OG(K) et all. Bab pertumbuhan janin
terhambat. Pedoman diagnosis dan terapi obstetric dan ginekologi rumah sakir
dr hasan sadikin. 2015. Halaman 47-49
6. Sadler T.W. Langmans Medical Embriology. Edisi 8. EGC: 2010. Halaman
123-125.
7. Taeusch Ballard G. Averys disease of the newborn. Edisi 8. Elsevier. Halaman
32-37.
8. Sharoon
C,
2010.
Intrauterine
Growth
Restriction.
http//www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/pdf/iugr.pdf9. Despina D Briana and Ariadne Malamitsi-Puchner. Intrauterine growth
restriction and adult disease: the role of adipocytokines. 2009. Page 337-347
10. Apostolos Kaponis, MD, PhD et all. The Importance of Venous Doppler
Velocimetry for Evaluation of Intrauterine Growth Restriction. 2011

18

You might also like