Professional Documents
Culture Documents
ANAMNESA
Data Umum
Nama Pasien : Ny. T
Umur
: 45 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh
: 50 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh
Medrek
: 822xxx
MRS
: 17 - 12 - 2015
Jam MRS
: 19.16 WIB
KRS
: 22 - 12 2015
ANAMNESIS
Dikirim oleh
Sifat
: Rujukan
Keterangan
: Mola Hidatidosa
ANAMNESA (SUBYEKTIF)
Keluhan utama
: Nyeri Perut
Anamnesa khusus
di seluruh bagian perut. Nyeri perut yang dirasakan terus menerus seperti ditusuk
tusuk disertai sakit kepala. Pasien merasa keluar perdarahan dari jalan lahir 3
hari SMRS, awalnya sedikit tetapi sebagian dari darah mirip gelembung tapi
jarang. Pasien menyangkal adanya cairan dari jalan lahir. Pasien mengeluhkan
mual. Gerakan janin tidak dirasakan pasien.
RIWAYAT OBSTETRI
No
Tempat dan
Cara Kehamilan
Anak
Penolong
dan Cara
H/M
Umur
L/P
BBL
Persalinan
Rumah, Paraji
Aterm, Spontan
--------------------
Rumah, Paraji
Aterm, Spontan
25 tahun
3000 gram
Rumah, Paraji
Aterm, Spontan
18 tahun
3000 gram
Rumah, Paraji
Posterm,Spontan
16 tahun
3500 gram
--------------------
---- Kehamilan
saat
Ini ------
-----------
--------------------
30 tahun
Abortus ---------
3000 gram
-----------
----------------
----------------
KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah pertama
: 13 tahun, SD , Buruh
18 tahun, SD , Buruh
HPHT
: Lupa
Siklus: teratur
Darah: Biasa
Lama: 7 hari
Nyeri: Ya
Menarche : 15 tahun
Kontrasepsi terakhir : Tidak pernah
PNC
: Tidak pernah
: Asma Bronchial
STATUS PRAESENS
Keadaan Umum
Tensi : 120/70 mmHg
Kepala
: CM
N : 104x/mnt
: Conjuctiva: anemis -/-
R : 18x/mnt
S: AF
Leher
Thorak
: Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
: Edema: -/-
Varises: -
STATUS GINEKOLOGI
Inspeksi
Palpasi
Perkusi / Auskultasi
Inspekulo
:-
Pemeriksaan dalam
Vulva
: Tak
Vagina
: Tak
Portio
: Tebal, lunak
Corpus uteri
: Tidak dilakukan
Parametrium kiri
: Tidak dilakukan
Parametrium kanan
: Tidak dilakukan
Cavum Douglas
Ballotment
:(-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil lab:
Darah rutin
Hb (g/dL)
13.2
12.4
Ht (%)
41
37
Leukosit (/mm3)
7.250
7.850
Trombosit (/mm3)
234.000
191.000
Eritrosit (juta/mm3)
4.48
4.23
Kimia Klinik
Nilai normal
118
31
173
31
Ureum (mg/dl)
37
15 50
Kreatinin (mg/dl)
0.6
0.5 0.9
118
< 140
Hasil lab:
Glukosa darah
sewaktu (mg/dl)
DIAGNOSIS
Mola Hidatidosa
RENCANA PENGELOLAAN
-
Pro LS
Pro Kuretase
Informed Consent
LAPORAN OPERASI
Nama : Ny. T
No. CM : 883xxx
Umur : 48 tahun/P
Ruang : Jade
Akut/Terencana : akut
: 15 menit
Operator :
Asisten I :
Perawat Instrumen :
Ahli Anastesi :
Sirkulasi
Jenis Anastesi : Nu
Indikasi Operasi :
Mola Hidatidosa
Mola Hidatidosa
Diagnosa Pasca-bedah :
Jenis Operasi
Kuretase
Sondase uterus 11 cm
Cefadroxil 2 x 500mg
Methergin 3 x 0,125mg
FOLLOW UP
Tanggal/ Jam
18-12-2015
Catatan
Instruksi
berdebar
O/ KU: Cm
TD: 110/70MmHg
N: 90 x/mnt
R: 20x/mnt
Pro kuretase
S: 36.6
Konsul IPD
Lochia : (-)
A/ Mola Hidatidosa
19-12-2015
Hasil Lab :
S/ nyeri perut
P/ Konsul IPD
O/ KU: Cm
TD: 130/80MmHg
N: 90 x/mnt
R: 20x/mnt
Pro kuretase
S: AF
Ast : 118
Alt : 173
20-12-2015
Lochia: (-)
A/ Mola Hidatidosa
S/ nyeri perut
O/ KU: Cm
TD: 110/70MmHg
N: 80 x/mnt
R: 20x/mnt
S: AF
Ondansetron 1 x 1
As. Mefenamat 3 x 500mg
Lochia: (-)
A/ Mola Hidatidosa
21-12-2015
S/ pusing
O/ KU: Cm
TD: 110/70MmHg
N: 88 x/mnt
R: 20x/mnt
Pro Kuretase
S: AF
22-12-2015
Lochia: (-)
A/ Mola Hidatidosa
S/ sakit kepala
O/ KU: Cm
TD: 90/60MmHg
N: 80 x/mnt
R: 18x/mnt
S: AF
Cefadroxil 2 x 500mg
As. Mefenamat 3 x 500mg
Methergin 3 x 0,125mg
Lochia: (-)
A/ Mola Hidatidosa
PASIEN PULANG
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini, pasien harus rutin mengkontrol fungsi organ reproduksinya
dan untuk mengetahui sedini mungkin adanya perubahan ke arah keganasan atau
tidak. Lama pengawasan selama 1 tahun dan pasien dianjurkan jangan hamil
terlebih dulu.
Apabila setelah pengawasan 1 tahun, kadar -HCG dalam batas normal atau
bila telah hamil lagi. Jadwal pengawasan dilakukan 3 bulan pertama (dua minggu
sekali), 3 bulan kedua (satu bulan sekali), 6 bulan terakhir (dua bulan sekali).
Pasien tidak dianjurkan untuk hamil kembali, mengingat usia pasien sudah 45
tahun.
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
MOLA HIDATIDOSA
DEFINISI
Mola hidatidosa adalah Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio
yang seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai
anggur. Pada beberapa pasien mola parsialis biasanya ditemukan unsur janin dan
pada mola komplit tidak ditemukan unsur janin.1
EPIDEMIOLOGI
Pada kebanyakan kasus, mola tidak berkembang menjadi keganasan, namun
sekitar 2-3 kasus per 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas dan disebut
koriokarsinoma. Kemungkinan terjadinya mola berulang berkisar 1 dari 1000
wanita. Di Indonesia kira kira 1 diantara 80 persalinan dan di negara lain
misalnya : USA (1 : 2.000 kehamilan), Hongkong (1 : 530 kehamilan), Taiwan (1 :
125 kehamilan).1
ETIOLOGI
Etiologi penyakit trofoblas sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Namun ada beberapa teori yang mencoba menerangkan terjadinya penyakit
trofoblas yaitu teori desidua, teori telur, teori infeksi dan teori hipofungsi ovarium:
1. Teori Desidua
Menurut teori ini terjadinya mola hidatidosa ialah akibat perubahanperubahan degeneratif sel-sel trofoblas dan stroma vili korialis. Dasar teori ini
adalah selalu ditemukan desidual endometritis, pada binatang percobaan dapat
11
terjadi mola hidatidosa bila pembuluh darah uterus dirusak sehingga terjadi
gangguan sirkulasi pada desidua.2
2. Teori Telur
Menurut teori ini mola hidatidosa dapat terjadi bila terdapat kelainan pada
telur, baik sebelum diovulasikan maupun setelah dibuahi.3
3. Teori Infeksi
Bagshawe, melaporkan bahwa ada sarjana yang dapat mengisolasi sejenis
virus pada mola hidatidosa. Virus ini kemudian ditransplantasikan pada selaput
korioalantoin mudigah ayam, ternyata kemudian terjadi perubahan-perubahan
khas menyerupai mola hidatidosa, baik secara makroskopik maupun mikroskopik.
Selain itu mola hidatidosa diduga disebabkan oleh toksoplasmosis, teori ini
dikemukakan oleh Bleier. Teori ini didasarkan pada penemuan toksoplasmosis
Gondii dalam jumlah besar pada darah penderita mola hidatidosa.2
4. Teori Hipofungsi Ovarium
Teori ini dikemukakan oleh Hasegawa, berdasarkan penelitian beberapa
orang ahli yaitu Courrier dan Gros yang melakukan kastrasi pada seekor
kucing, 1517 hari setelah pembuahan. Ternyata kemudian pada plasentanya
ditemukan perubahan-perubahan yang menyerupai mola hidatidosa. Karzafina
melaporkan bahwa 60% penderita mola hidatidosa yang ditelitinya berumur
1821 tahun, disertai oleh hipofungsi ovarium.Smalbreak melaporkan bahwa dari
hasil penelitiannya ditemukan angka kejadian mola hidatidosa yang tinggi pada
perempuan muda, dimana fungsi seksualnya masih imatur. Menurut Hasegawa
mola hidatidosa diduga disebabkan oleh teori defisiensi estrogen, yang didukung
oleh data-data penelitian yang melaporkan bahwa 60% penderita mola hidatidosa
12
hidatidosa yang tinggi pada perempuan muda dan pada perempuan tua dimana
fungsi ovarium telah menurun.3
5. Faktor Lain
Selain teori-teori tersebut di atas, masih ada beberapa teori lain yang
menghubungkan dengan faktor-faktor yang diduga mempunyai peranan dalam
etiologi penyakit trofoblas. Faktor-faktor tersebut ialah faktor malnutrisi, faktor
golongan darah dan faktor sitogenetik.4
a. Faktor Nutrisi
Penelitian-penelitian awal yang dilakukan pada tahun 1960 di Meksiko
dan Filipina menggambarkan bahwa frekuensi penyakit trofoblas gestasional yang
terjadi diantara kelompok sosial rendah di negara-negara berkembang dapat
dijelaskan dengan keadaan malnutrisi dan terutama rendahnya asupan protein. 4
Dikatakan bahwa malnutrisi memegang peranan dalam terjadinya mola
hidatidosa.
protein, angka kejadian mola hidatidosa jauh lebih tinggi. Tetapi penelitianpenelitian di Iran, Alaska, Jepang dan Malaysia mendapatkan angka kejadian mola
hidatidosa yang tinggi dengan makanan sehari-hari mereka yang tinggi protein,
atas dasar ini maka diragukan defisiensi protein sebagai faktor yang berperan
dalam timbulnya mola hidatidosa. Akhir-akhir ini diduga bahwa penderita mola
hidatidosa kurang mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber vitamin A
dan lemak hewani. Dikatakan bahwa terjadinya penyakit ini berbanding terbalik
dengan konsumsi beta karoten.
13
hidatidosa pada perempuan dengan konsumsi beta karoten di atas rata-rata adalah
0,6 kali. 4
Risiko mola hidatidosa akan meningkat 6,29 kali jika terjadi pada
perempuan kurang dari 24 tahun, hamil dan mengalami defisiensi vitamin A yang
berat.4
b. Faktor Golongan Darah
Bagshawe mengemukakan bahwa perempuan dengan golongan darah A,
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya koriokarsinoma bila
mempunyai suami golongan darah O, dibandingkan dengan perempuan golongan
darah A, tetapi dengan suami golongan darah A. Faktor golongan darah Rhesus
juga dianggap berperan, berdasarkan kenyataan bahwa angka kejadian mola
hidatidosa lebih tinggi pada orang Timur yang hampir seluruhnya mempunyai
faktor Rhesus positif.5
c. Faktor Sitogenetik
Penelitian tentang sitogenetik pada mola hidatidosa mulai berkembang
pada pertengahan tahun enam puluhan, dipelopori oleh Carr, Baggish dan Pattillo.
Beberapa peneliti melakukan kariotipe pada mola hidatidosa komplit dan mola
hidatidosa parsial, mereka melaporkan bahwa mola hidatidosa komplit umumnya
(95%) mempunyai kromosom diploid 46 XX, hanya 5% yang mempunyai
kariotipe 46 XY, hasil dari fertilisasi sperma 23 X dengan telur kosong yang
kemudian membelah diri / homozigot / monospermik atau fertilisasi telur kosong
oleh 2 spermatosoon yang heterozigot / dispermik. Mola dispermik lebih sering
berkembang menjadi ganas.
kromosom triploidi / trisomi yang terdiri dari dua set kromosom paternal dan satu
14
set kromosom maternal yang terjadi karena telur yang normal oleh dua buah
sperma. Mola parsial jarang menjadi ganas. Telah banyak penulis melaporkan
bahwa mola hidatidosa secara genetik umumnya berjenis kelamin perempuan ,
dengan kata lain bahwa kromatin seks positif banyak ditemukan pada mola
hidatidosa dibandingkan dengan abortus. Moegni dan kawan-kawan melaporkan
semakin besar jumlah sel sitotrofoblas yang mengandung kromatin seks, semakin
besar pula kemungkinan menjadi ganas. 5
FAKTOR RESIKO
1. Faktor Umur
Risiko MH paling rendah pada kelompok umur 20-35 tahun. Risiko MH
naik pada kehamilan remaja < 20 tahun, naik sangat tinggi pada kehamilan
remaja < 15 tahun, kira-kira 20 x lebih besar. tinggi pada umur > 40tahun,
naikan sangat menyolok pada umur 45 tahun.
2. Faktor Riwayat Kehamilan MH Sebelumnya
Wanita MH sebelumnya, punya risiko lebih besar naiknya kejadian MH
berikutnya.
3. Faktor Kehamilan Ganda
Mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya MH.
4. Faktor Graviditas
Risiko kejadian MH makin naik,dengan meningkatnya graviditas.
(kontroversial).
5. Faktor Kebangsaan / Etnik
Wanita kulit hitam meningkat, dibanding wanita lainnya. Euroasian turun
dua kali lipat dibanding wanita Cina, India atau Malaysia.
15
6. Faktor Genetika
Frekuensi Balance Tranlocation, wanita dengan MH komplit lebih banyak
dibandingkan dengan yang didapatkan pada populasi normal.6
KLASIFIKASI
1.
2.
16
PATOGENESIS
Banyak teori yang telah dilontarkan tentang patogenesis MHK ini, antara
lain teori Hertig dan teori Park.
1.
umumnya kehamilan MHK terjadi karena sebuah ovum yang tidak berinti
(kosong) atau yang intinya tidak berfungsi, dibuahi oleh sperma yang
mengandung haploid 23 X, terjadilah hasil konsepsi dengan kromosom 23 X,
yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi 46 XX. Jadi umumnya MHK
bersifat homozigot, wanita dan berasal dari bapak (androgenetik). Jadi tidak ada
unsur ibu sehingga disebut Diploid Androgenetik.7
17
Endoreduplikasi
Ovum Kosong
Homozigot
23 X
46 XX
Ovum Kosong
23 X
Heterozigot
Ovum
Ovumkosong
Kosong
A.
46 XY
23 Y
46 YY
Nonviable
Kehamilan yang sempurna harus terdiri dari unsur ibu yang akan
membentuk bagian embrional (anak) dan unsur ayah yang diperlukan untuk
membentuk bagian ekstraembrional (plasenta, air ketuban, dll) secara seimbang.
Karena tidak ada unsur ibu, pada MHK tidak ada bagian embrional (janin). Yang
ada hanya bagian ekstraembrional yang patologis berupa vili korialis yang
mengalami degenerasi hidropik seperti anggur.11
Ovum yang kosong dapat terjadi karena gangguan pada proses meosis,
yang seharusnya diploid 46 XX pecah menjadi 2 haploid 23 X, terjadi peristiwa
18
namun sesungguhnya berbeda, karena yang pertama berasal dari satu sperma
(homozigot) sedangkan yang kedua berasal dari dua sperma (heterozigot). Ada
yang menganggap bahwa 46XX heterozigot mempunyai potensi keganasan lebih
besar. Pembuahan dispermi dengan dua haploid 23 Y (46 YY) dianggap tidak
pernah bisa terjadi (nonviable).11
MANISFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa.
Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran uterus lebih
besar dari kehamilan biasa, pembesaran uterus yang terkadang diikuti perdarahan,
dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada
pakaian dalam. Tanda dan gejala mola yaitu :
1. Adanya tanda-tanda kehamilan disertai dengan perdarahan pervaginam.
2. Hiperemesis gravidarum
3. Tanda toksemia / pre-eklampsia pada kehamilan trimester I
4. Kista lutein unilateral / bilateral
5. Umumya uterus lebih besar dari usia kehamilan
19
20
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium, USG dan histologis.8
1. Anamnesis
Keluhan utama :
a. terlambat haid (amenorea)
b. adanya perdarahan pervaginam
c. perut merasa lebih besar dari lamanya amenorea
d. walaupun perut besar, tidak merasa adanya pergerakan anak
e. hyperemesis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1. Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan.
b. Palpasi
1. Didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus
(tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini
21
22
A. Reaksi kehamilan
a. Kadar HCG serum yang sangat tinggi sesudah periode menstruasi terakhir
- Galli Mainini 1/300 (+) suspek mola hidatidosa
- Galli Mainini 1/200 (+) kemungkinan mola hidatidosa atau hamil kembar
b. Hematologi lengkap dan faktor koagulasi, karena anemia merupakan
komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya
koagulopati. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta
thyroxin dan serum inhibin A dan activin A.
B. Rontgen foto abdomen
Tidak terlihat perkembangan janin (pada kehamilan 3-4 bulan)
C. Pemeriksaan T3 dan T4
Bila ada gejala tirotoksikosis
D. Pemeriksaan ultrasonografi
e. Patologi anatomi
a. Makroskopis
Gambaran khas MH berupa kista / gelembung dengan berbagai macam
ukuran, Dindingnya tipis, kenyal, berwarna putih jernih, berisi cairan. Tangkai
melekat pada endometrium. Bila tangkainya terlepas, terjadi perdarahan.
b. Mikroskopis :
Stroma villi mengalami degenerasi hidropik, yang tampak sebagai
kista,Proliferasi trofoblast ( baik sel Langhans / sitotrofoblast maupun
sinsisiotrofoblast ), sehingga terbentuk beberapa lapisan,Tidak ada atau
berkurangnya pembuluh darah pada villi.8
DIAGNOSIS BANDING
1. Diagnosis banding uterus yang ukurannya lebih besar dari pada umur
kehamilan :
Hidramnion, Kehamilan Multipel,dan Uterus hamil disertai adanya
Mioma Uteri.
2. Diagnosis banding perdarahan uterus dan nyeri perut pada trimester I atau
trimester II kehamilan :
Abortus Mengancam & Abortus Incomplet.
3. Diagnosa banding pemeriksaan USG :
Missed abortion, Massa dirongga panggul, Massa plasenta yang
besar pada kehamilan ganda, Kematian janin dalam rahim.9
24
TATALAKSANA
Terdiri dari 4 tahap, yaitu :
1. Perbaikan Keadaan Umum
2. Evakuasi Jaringan
3. Profilaksis
4. Follow up
1. Perbaikan Keadaan Umum
Sebelum dilakukan tindakan evakuasi jaringan mola, keadaan umum
penderita harus distabilkan dahulu. Tergantung pada bentuk penyulitnya, kepada
penderita harus diberikan :
a. Tranfusi darah, untuk mengatasi syok hipovolemik
b. Anti hipertensi / konvulsi, seperti pada terapi Th / pre-eklamsi /
eklamsia
c. Obat anti tiroid, bekerja sama dengan penyakit dalam
2. Evakuasi Jaringan
Mola hidatidosa Komplit merupakan suatu bentuk kehamilan yang
patologis yang disertai dengan penyulit, pada prinsipnya gelembung harus
dievakuasi secepat mungkin ada 2 cara yaitu :
a. Kuret vakum
Setelah sebagian besar jaringan dikeluarkan dengan vakum, sisanya
dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali.
Kuretase berikutnya harus ada indikasi.
25
b. Histerektomi
Hanya dilakukan pada penderita umur 35 tahun ke atas dengan jumlah
anak hidup tiga atau lebih. Yang sering menyulitkan ialah bahwa status eutiroid
klinis tidak selalu tercapai secara sempurna setelah pemberian OAT (obat anti
tiroid) karena jaringan mola belum dikeluarkan, sehingga hCG tetap tinggi dan
tetap bertindak sebagai stimulator.11
3. Profilaksis
Ada dua cara :
a. Histerektomi Totalis
b. Kemoterapi diberikan pada GRT yang menolak atau tidak bisa
dilakukan HT, atau wanita muda dengan hasil PA yang
mencurigakan. Caranya :
MTX 20 mg/hari, IM, Asam folat 10 mg 3dd1 dan cursil
35mg 2dd1, selama 5 hari berturut-turut. Profiklaksis
dengan tablet MTX, dianggap tidak bemanfaat. Asam folat
adalah antidote dari MTX, cursil sebagai hepatoprotektor.
Actinomycin D 1 flacon sehari, selama 5 hari berturut-turut.
Tidak perlu antidote ataupun hepatoprotektor.11
4. Follow Up
Seperti diketahui, 15-20% dari penderita pasca MHK bisa mengalami
transformasi keganasan menjadi TTG. Menurut hertig, keganasan bisa dalam
waktu satu minggu sampai tiga tahun pasca evakuasi.10
Tujuan dari follow up ada dua :
26
up
bertujuan
menentukan
secara
dini
adanya
transformasi keganasan.
Dalam tiga bulan pertama pasca evakuasi, dimana dilakukan
pemeriksaan kadar -hCG.
Lamanya adalah satu tahun dengan jadwal 3 bulan pertama
setiap 2 minggu, 3 bulan kedua setiap 1 bulan dan 6 bulan
terakhir setiap 2 bulan.
Dengan syarat selama follow up tidak boleh hamil dan kontrasepsinya
adalah kondom atau bila haid sudah teratur dapat digunakan pil. 11
Pengawasan Lanjut
Tujuan pengawasan lanjut yaitu untuk mengetahui sedini mungkin adanya
perubahan keganasan, Lamanya berkisar antara 6 bulan sampai 3 tahun.
1. Anamnesis
Kunjungan ulang : Perdarahan pervaginam yang tidak teratur, Perdarahan
dari tempat lainnya, Kelainan susunan saraf pusat dan Gejala kelainan paru-paru.
2. Pemeriksaan Perut dan Panggul
Untuk mencari adanya subinvolusi uterus, kista
dan metastasis ke vagina. Adanya perdarahan, Dalam keadaan normal harus tidak
ada perdarahan 7 atau 8 hari setelah evakuasi MH. Uterus tetap besar / sub
27
involusi, atau bertambah besarnya uterus yang tidak normal. Dalam keadaan
normal uterus harus involusi sempurna pada akhir minggu ke 4 setelah evakuasi.
Adanya massa di panggul. Adanya benjolan berwarna ungu (purplish nodule") di
vagina.
3. Pemeriksaan HCG
Setelah evakuasi MH, terjadi penurunan cepat kadar HCG.
a. Pemeriksaan kadar HCG berulang (dengan radio - immunoassay
HCG),tiap minggu sampai kadar menjadi negative selama 3
minggu selanjutnya tiap bulan selama 6 bulan.Pengamatan lanjutan
dilakukan sampai kadar HCG menjadi negative selama 6 bulan.
b. Jika HCG tidak turun dalam 3 minggu berturut - turut atau naik,
dapat diberi kemoterapi kecuali pasien tidak menghendaki, dalam
hal ini dilakukan histerektomi.
c. Pola penurunan HCG abnormal, yang menunjukkan dugaan kuat
adanya keganasan, yaitu :
Kadar HCG yang tetap tinggi ("PERSISTENT")
Penurunan kadar HCG mendatar ("PLATEAU")
Kadar HCG yang sudah pernah negatif mengalami kenaikan
lagi (SECONDARY RISE)
d. Penderita tidak boleh hamil selama dilakukan pemeriksaan HCG.
Pemberian pil kontrasepsi, untuk :
Mencegah kehamilan baru
Menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat
mempengaruhi pemeriksaan kadar HCG.11
28
PROGNOSIS
Setelah dilakukan evakuasi jaringan mola secara lengkap, sebagian besar
penderita MHK akan sehat kembali, kecuali 15 20% yang mungkin akan
mengalami keganasan (TTG).
Umumnya yang menjadi ganas adalah mereka yang termasuk golongan resiko
tinggi, seperti :
1. Umur diatas 35 tahun
2. Besar uterus di atas 20 minggu
3. Kadar -hCG di atas 105 mIU/ml
4. Gambaran PA yang mencurigakan
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mola hidatidosa adalah :
1. Perdarahan hebat
2. Anemia
3. Syok
4. Infeksi, sepsis
5. Perforasi uterus
6. Emboli udara
7. Koagulopati
8. Keganasan (Gestational trophoblastic neoplasia)
Sekitar 50% kasus berasal dari mola, 30% kasus berasal dari abortus, dan
20% dari kehamilan atau kehamilan ektopik. Gejalanya dijumpai peningkatan
hCG yang persisten pasca mola, perdarahan yang terus-menerus pasca evakuasi
29
(pada kasus pasca evakuasi dengan perdarahan yang terus-menerus dan kadar
hCG yang menurun lambat, dilakukan kuretase vakum ulangan atau USG dan
histeroskopi), perdarahan rekurens pasca evakuasi. Bila sudah terdapat metastase
akan menunjukkan gejala organ spesifik tempat metastase tersebut.11
B. MOLA HIDATIDOSA PARSIAL (MHP)
MHP harus dipisahkan dari MHK, karena keduanya terdapat perbedaan
yang mendasar, baik dilihat dari segi patogenesisnya (sitogenetik), klinis,
prognosis, maupun gambaran PA-nya.5
Pada MHP hanya sebagian dari vili korialis yang mengalami degenerasi
hidropik sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan janin akan tergantung
kepada luasnya plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak
dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim, walaupun dalam kepustakaan
ada yang melaporkan tentang kasus MHP yang janinnya hidup sampai aterm.8
Secara epidemiologi klinis, MHP tidak sejelas MHK, kita tidak
mengetahui dengan tepat berapa insidensinya, apa yang menjadi faktor resikonya
dan bagaimana penyebaran penyakitnya.7
PATOGENESIS
Secara sitogenetik MHP terjadi karena ovum normal dari ibu (23 X)
dibuahi secara dispermi. Bisa oleh dua haploid 23 X, satu haploid 23 X san satu
haploid 23Y atau dua haploid 2Y. Hasil konsepsi bisa berupa 69 XXX, 69 XXY,
69 XYY. Kromosom 69 YYY tidak pernah ditemukan. Jadi MHP mempunyai satu
haploid ibu dan dua haploid ayah sehingga disebut Diandro Triploid. Karena
disini ada unsur ibu, ditemukan bayi. Tetapi komposisi unsur ibu dan unsur ayah
tidak seimbang, satu berbanding dua. Unsur ayah yang tidak normal itu
30
Ovum Kosong
69 XXX 46 XX
23 23 X
Homozigot
23 X
69 XXY
Ovum Kosong
23 X
Heterozigot
23 23 X
Ovum
Kosong
69 XYY
23 Y
69 YYY
Nonviable
Teori Diandro Triploid
Sumber : Novaks Gynecology
MANIFESTASI KLINIS
Berbeda dengan MHK, pada MHP sama sekali tidak ditemukan gejala
maupun tanda-tanda yang khas. Keluhannya pada permulaan sama seperti
kehamilan biasa. Kalau ada perdarahan sering dianggap seperti abortus biasa.
Jarang sekali ditemukan MHP dengan besar uterus yang melebihi tuanya
31
kehamilan. Biasanya sama atau lebih kecil. Dalam hal terakhir disebut Dying
Mole.3
Gambaran USG tidak selalu khas, tapi MHP dapat didiagnosis bila
ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Pada jaringan plasenta tampak gambaran yang menyerupai kista-kista
kecil disertai peningkatan diameter transversa dari kantong janin.
2. Kadar -hCG juga meninggi, tetapi biasanya tidak setinggi MHK. Hal
ini mungkin disebabkan pada MHP masih ditemukan vili korialis
normal.
3. Jarang sekali ditemukan kista lutein. Di samping itu, MHP jarang sekali
disertai penyulit seperti PEB, tiroktosikosis atau emboli paru.9
DIAGNOSIS
Dengan tidak ditemukannya tanda-tanda yang khas, maka sulit untuk
membuat diagnosis kerja, kecuali pada kehamilan yang cukup besar, yang
diagnosisnya dapat ditentukan oleh hasil USG, dimana kita akan melihat
gambaran vesikuler yang khas di samping kantong janin, dengan atau tanpa janin.6
Biasanya diagnosis dibuat setelah dilakukan tindakan dan diperkuat
dengan hasil pemeriksaan PA, dimana ditemukan gambaran khas sebagai berikut :
1. Vili korialis dari berbagai ukuran dengan degenerasi hidropk,
kavitasi, dan hiperplasia trofoblas
2. Scalloping yang berlebihan dari vil
32
1. Anamnesis
Keluhan utama :
1. Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada wanita dengan amenore,
perdarahan pervaginan, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan
tidak ditemukan tanda kehamilan dan tidak ditemukan tanda pasti kehamilan,
seperti balotement dan detak jantung janin.4
2. Perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien sudah menurun.
2. Pemeriksaan fisik
a.
Palpasi Abdomen
Teraba uterus membesar, tidak teraba bagian janin, gerakan janin dan
balotemen.
b.
Auskultasi
Tidak terdengar BJA atau terdengar BJA
c.
33
Uterus membesar, bagian bawah uterus lembut dan tipis, serviks terbuka
dapat diketemukan gelembung MH, perdarahan, sering disertai adanya
janin.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Histologi
Terlihat jaringan janin (fetal tissue), amnion, sel-sel darah merah janin, vili
hidropik, dan proliferasi trofoblas.
Memiliki gambaran yang khas :
1. Villi korialis dari berbagai ukuran dengan degenerasi hidropik,
kavitasi, dan hiperplasi trofoblas
2. Scalloping yang berlebihan dari villi
3. Inklusi stroma trofoblsa yang menonjol
4. Ditemukan jaringan embrionik atau janin
Pemeriksaan Laboratorium
1.
34
perkembangan koagulopati
4.
5.
6.
Thyroxin
Pemeriksaan USG :
Pada pemeriksaan ultrasonografi mola menunjukkan gambaran yang khas
yaitu beupa badai salju (snowstorm pattern) yang mengidentifikasikan villi
korionik hidrofik. Sementara USG yang high resolution mampu menunjukan
suatu massa intrauterine complex yang berisi banyak kista kecil (small cysts).
Pemeriksaan ronegen dada harus dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis
(penyebaran) primer tumor trofoblas ganas (malignant trophoblastic tumor).1
TATALAKSANA
Biasanya dilakukan evakuasi dengan kuret biasa. Selanjutnya tidak perlu
tindakan apa-apa. Histerektomi dan upaya profilaksis lainnya tidak dianjurkan.11
PROGNOSIS
Dibandingkan dengan MHK, prognosis MHP jauh lebih baik. Hal itu
disebabkan oleh tidak adanya penyulit dan derajat keganasannya rendah (4%).
Walupun demikian, dalam kepustakaan ditemukan laporan tentang kasus MHP
yang disertai metastase ke tempat lain. Penderita pasca-MHP harus difollow up
sama ketatnya seperti MHK.9
KOMPLIKASI MOLA HIDATIDOSA
Penyakit trofoblastik ganas (Tumor Trofoblastik Gestasional)
35
Kariotipe
Paling sering
Sering ada
Tidak ada
Sering ada
Tidak ada
Fokal, bervariasi
Diffuse
Diagnosa
Abortus tertunda
Kehamilan mola
Ukuran uterus
Edema vili
Proliferasi trofoblast
Gambaran Klinis
25-30%
Kista theca-lutein
Komplikasi medis
Jarang
Sering
Jarang
Tabel Perbedaan MHK dan MHP
Sumber : American college of Obstetricians and Gynecologists
36
Daftar Pustaka
management
of
hydatidiform
mole.
Diunduh
dari
37
38