Professional Documents
Culture Documents
Life
Agus Priyatno
Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Diponegoro/ RSUP dr
Kariadi Semarang.
Pendahuluan.
Permasalahan yang sering dihadapai seorang dokter saat berhadapan dengan bayi baru lahir
denganpenyakit jantung bawaan (PJB)adalah gejala yang tidak spesifik, samar-2 dan baru
nyata setelah beberapa jam atau beberapa hari, sehingga bila PJB tersebut adalah PJB kritis
mungkin akan terlambat. Bising jantung kadang-2 tidak ditemukan, sianosis sering diduga
karena mengalami hipotermi dan takipneu sering diduga kelainan di paru. Mesti mendapat
perhatian bahwa tidak ditemukannya bising bukanberarti tidak menderita penyakit jantung,
dan sebaliknya ditemukannya bising belum tentu menderita penyakit jantung. Sianosis pada
bayi baru lahir harus dibedakan apakah suatu sianosis perifer atau sianosis sentral, sianosis
sentral dapat timbul beberapa jam atau beberapa hari setelah lahir bahkan baru diketahui
setelah bayi pulang dari rumah sakit.Tidak sedikit bayi yang telah dipulangkan dari rumah
sakit ternyata menderita penyakit jantung bawaan kritis.
Penyakit Jantung bawaan merupakan salah satu kelainan bawaan yang dapat menyebabkan
kematian pada bayi baru lahir bila tidak terdiagnosis dan ditangani dengan baik. Setiap dokter
terutama dokter anak sudah seharusnya mampu membuat diagnosis dini dan dapat
memberikan terapi awal yang optimal dan dapat merujukke pusat pelayanan jantung untuk
terapi definitif. Keberhasilan deteksi dini pada awal kehidupan bayi terhadap PJB merupakan
awal keberhasilan tatalaksana lanjutan PJB kritis pada neonatus.
Penyakit Jantung bawaan pada awal kehidupan.
Berapa jumlah bayi yang lahir dengan PJB ?, tergantung berapa angka kelahiran hidup.
Jumlah penderita PJB akan meningkat bila angka kelahiran hidup pun meningkat. Angka
kejadian penyakit jantung bawaan berkisar 8-10 per 1000 bayi lahir hidup dan 25 % nya
termasuk katagori PJB kritis, yang memerlukan penanganan bedah maupun intervensi non
bedah.Jumlah kasus penyakit jantung bawaan di Rumah Sakit rujukan pelayanan jantung
tampaknya akan terus bertambah seiring dengan mudahnya akses dari RS daerah ke RS
rujukan dan bertambah baik kesadaran masyarakat untuk berobat serta sistem asuransi
kesehatan oleh pemerintah melalui BPJS kesehatan.
Untuk dapat memahami PJB pada neonatus perlu dimahami perubahan sistem sirkulasi janin
pada saat lahir,dimana terjadi perubahan dari sirkulasi janin (gambar 1) ke sirkulasi
Akibat mengembangnya paru dan meningkatnya tekanan oksigen alveolar pada saat bayi
lahir maka resistensi vaskular paru (PVR) akan menurun cepat, kemudian setelah 6-8 minggu
penurunan berjalan lambat sampai mendekati normal bersamaan menipisnya tunika media
arteriol paru.Penurunan PVR menyebabkan peningkatan aliran dari kiri ke kanan yang cukup
bermakna dan menimbulkan gejala serta tanda-tanda gagal jantung. Murmur atau bising yang
didengar akibat aliran turbulensi yang terjadi karena perbedaan tekanan.Adanya defek pada
sekat jantung yang belum terdiagnosis saat meninggalkan rumah sakit dapat diterangkan
dengan mekanisme tersebut.
tinggi dan cadangan diastolik kecil atau terbatas serta adanya perubahan hemodinamik saat
lahir dan perubahan tahanan vaskuler paru. Gejala umum yang sering dijumpai adalah,
takipneu, takikardi, ronkhi basal, hepatomegali dan pulsasi perifer yang lemah. Gagal jantung
yang ditemukan pada minggu pertama atau ke dua kehidupan biasanya disebabkan oleh
obstruksi jantung kiri yang berat, koartasio aorta, interupted aortic arch.
Sindrom curah jantung rendah.Masalah utamanya adalah tidak adekuatnya aliran darah
sistemik. Saat duktus arteriosus masih terbuka tidak ada masalah dan akan menjadi
perburukan saat duktus arteriosus mulai menutup dimana aliran sistemik tidak adekuat.
Presentasi klinis mulai terlihat pada minggu pertama kehidupan dan bisa lebih awal, biasanya
sangat berat saat hemodinamik mulai terganggu dan dapat disertai sianosis yang ringan.
Sianosis bukan masalah pokok pada sindrom ini. Nadi perifer umumnya lemah dan sulit
diraba dan sering disertai distres pernapasan. Gejala dapat berupa takipneu, takikardi,
keringat berlebihan, penurunan perfusi perifer seperti nadi yang lemah, pengisian kapiler
yang lambat dan akral dingin. Sepsis neonatal harus dipikirkan bila menjumpai bayi dengan
tanda atau gejala yang sama. Sindrom curah jantung rendah sering terjadi pada sindrom
hipopasti jantung kiri, koartasio aorta berat, interupted aortic arch, stenosis aorta berat. Pada
kelainan jantung tersebut aliran darah sistemik tergantung dari terbukanya duktus arteiosus.
Perubahan fisiologi neonatus berkenaan dengan penyakit jantung kritis dapat terjadi begitu
cepat, bayi yang awalnya tampak vigorous akan mengalami penurunan kondisi apalagi bila
disertai dengan comorbiditas lain. Respon neonatus terhadap stres sangat cepat dan mudah
terjadi perubahan yang drastis seperti konsentrasi pH, laktat serum, gula darah dan
temperatur. Neonatus mempunyai cadangan lemak yang terbatas dibanding bayi yang lebih
tua, dan memiliki tingkat metabolisme lebih tinggi, konsumsi oksigen yang lebih tinggi dan
kapasitas residual fungsional paru kecil sehingga mudah terjadi hipoksi. Resistensi vaskular
paru neonatus juga mudah berubah. Neonatus dengan PJB sianotik tidak dapat meningkatkan
saturasi oksigen sistemik dan justru menurun setelah lahir sehingga bayi berisiko tinggi untuk
mengalami pasokan oksigen sistemik yang tidak adekuat dan dapat berakibat metabolisme
anaerobik , asidosis metabolik dan kematian.
Neonatus lebih cenderung untuk mempertahankan tekanan darah jika terdapat ancaman syok
sesaat sebelum sirkulasi mengalami kolaps. Tekanan darah sistemik tidak selalu menjadi
indikator yang dapat diandalkan dalam hal kecukupan preload atau pengangkutan oksigen ke
jaringan. Miokardium neonatus kurang elastis dan kurang toleran terhadap peningkatan
afterload dan kurang responsif terhadap peningkatan preload, serta resistensi vaskular paru
neonatus mudah berubah.
Berbeda dengan PJB kritis, pada PJB asimtomatik gejala yang ditemukan mungkin
berupabising jantung atau denyut nadi femoral lemah atau nadi dorsalis pedis yang lemah
atau bahkan tidak teraba sama sekali. Temuan tersebut sebaiknya ditindak lanjuti dengan
pemeriksaan penunjang seperti ekhokardiografi. Penyakit Jantung bawaan asimtomatik yang
dapat ditemukan pada minggu2 awal kehidupan a.l:
1. VSD/PDA kecil-sedang.
2. PDA
3.
4.
5.
6.
7.
Bising jantung tidak selalu ditemukan pada neonatus walaupun kelainannya berat ( PJB
kompleks). Ditemukannya bunyi jantung (BJ) yang abnormal seperti BJ II yang tunggal
menunjukkan adanya kelainan katup semiluner ( atresi pulmonal, atresi aorta, PS kritis). Pada
beberapa kasus, bising jantung mungkin baru ditemukan 4-6 minggu setelah bayi lahir. Untuk
itu dianjurkan mengulang pemeriksaan auskultasi jantung setelah usia 6 minggu. Lokasi, fase,
morfologi, derajat dan penjalaran bising harus diperhatikan untuk membedakan bising
innocent. Dan yang penting adalah bila mendengarkan adanya bising harus dievaluasi secara
seksama sampai terbukti bahwa bising tersebut bukan patologis.
Pulsasi nadi. Pada beberapa kasus pemeriksaan nadi mempunyai nilai diagnostik yang
penting. Pulsasi nadi perifer harus diperiksa pada keempat ekstrimitas, bila tidak didapatkan
pulsasi nadi atau nadi yang lemah pada ekstrimitas bawah sangat mungkin koartasio aorta.
Pada interupted aortic arch kelainan pulsasi bisa didapati pada lengan kiri dan arteri karotis
kiri.
Sianosis adalah tanda yang penting pada PJB sianotik bukan suatu diagnosis . Sianosis harus
dibedakan berdasar fisiologi yang mendasari, apakah sianosis sentral, sianosis perifer atau
sianosis diferensial. Sianosis adalah warna kebiruan pada kulit disebabkan oleh menurunnya
kandungan oksigen di dalam hemoglobin darah pada pembuluh darah kapiler atau kadar
hemoglobin tereduksi pada darah arteri lebih dari 3 gram dalam setiap desiliter darah.
Sianosis pada bayi merupakan gejala klinis yang umum dan sering dijumpai sehingga
memerlukan tindakan lebih lanjut mencari penyebab dasarnya. Sianosis biasanya diketahui
bila saturasi oksigen arteri < 80% dan pada bayi baru lahir < 90% ok kadar hemoglobin yang
masih tinggi dan tidak ada anemia. Beberapa keadaan yang menyebabkan bias dalam menilai
sianosis adalah anemia, polisitemia, kondisi cahaya, warna kulit dan pengalaman pemeriksa.
Lokasi yang paling baik untuk melihat sianosis sentral adalah selaput mukosa bibir,rongga
mulut, ujung lidah oleh karena tidak dipengaruhi warna kulit dan sirkulasi darah ditempat
tersebut baik. Sianosis perifer atau akrosianosis disebabkan oleh vasokontriksi arteriole
dibawah kulit terbatas pada ujung jari dengan penurunan suhu tubuh dibawah normal.
Sianosis diferensialadalah adanya perbedaan saturasi oksigen ( SpO2) paling sedikit 5% atau
lebih atau perbedaan tekanan arteri oksigen ( PaO2 ) paling sedikit 20 mmHg antara
ekstrimitas atas dan bawah. Dalam hal ini jari-jari tangan tidak terlihat sianosis sedang jari-2
kaki sianosis. Bila dijumpai sianosisdiferensial pikirkan suatu : complete interruption of the
aortic arch , PDA dengan koartatio aorta atau PDA dengan hipertensi pulmonal persisten.
Penilaian sianosis dapat dinilai juga dengan pulse oxymeter atau menilai PaO2 dari analisis
gas darah. Seorang bayi dengan sianosis mungkin mempunyai penyakit jantung yang
mendasari tetapi mungkin pula mempunyai penyakit paru. Bila dengan pemberian oksigen
atau menangis berkurang atau hilang, sianosis yang mendasari adalah kelainan di paru oleh
karena dengan menangis terjadi inspirasi yang dalam akan membuka alveoli lebih banyak dan
akan meningkatkan jumlah oksigen yang diambil sehingga sianosis berkurang atau
menghilang. Sedang pada sianosis oleh karena faktor jantung sianosis tidak berkurang bahkan
bertambah oleh karena terjadi peningkatan pirau kanan ke kiri.
Daftar Rujukan.
1. Agus Priyatno. Deteksi dini PJB kritis pada neonatus. Dalam: Riswanto S, Susanto R,
dkk. Pendekatan Klinis Jantung,Paru, infeksi dan hematologi. Simposium dan
Pelatihan IDAI Jateng DIY. Salatiga, November 2007. 1-16
2. Hoffman JIE, Kaplan S. The incidence of Congenital Heart Disesease. J Am Coll
Cardiol.2002;39:1890-900.
3. Sashidaran P. An approach to diagnosis and management of cyanosis and tachypnea in
term infants. PediatrClin N Am 51 (2004) 999-1021.
4. Ontoseno T. Diagnosis dan tatalaksana penyakit jantung bawaan yang kritis pada
neonatus. http// old.pediatrik.com/pkb/20060220-yqpva9-pkb
5. Marino BS, Bird GL, Wernovsky G. Diagnosis and management of the newborn with
suspected Congenital heart disease. In : Wernovsky G, Rubenstein SD. eds. Clinics in
Perinatology, Cardiovascular Disease in the newborn. Philadelphia; 2001. 28(1) :91136
6. Victoria BE. Cyanotic newborn. In : Gessner IR, Victoria BE, eds. Pediatric
cardiology. A problem oriented approach. Philadelphia: WB Saunders Co; 1993: 97110
7. Management of the neonate with symptomatic congenital heart disease. Arch Dis
Child Fetal Neonatal Ed 2001;84.F 141-145. www.archdischilo.com
8. Artman M,Mahony L, Teitel D. Neonatal Cardiology. New York, McGraw-Hill,
2002.73-100.
9. Silberbach M, Hannon D. Presentation of Congenital Heart Disease in the neonate and
Young Infant. Pediatrics in Review. Vol 28.no 4 April 2007:123-131
10. Lakshminrusimha S, Turkovich S, Manja V, Nair J, kumarV. Critical congenital heart
disesase sreening with pulse oximetry in the NICU. E-Journal of Neonatology
Research. 2012:2.issue 2
11. Kuehl KS, Loffredo CA, Ferencs C. Failure to diagnosis Congenital Heart Disease in
infancy. Pediatrics 1999;103;743