You are on page 1of 5

LAPORAN KEGIATAN

DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS PANGKAJENE


KABUPATEN SIDRAP
PERIODE MEI - SEPTEMBER 2015
UPAYA KESEHATAN IBU & ANAK
PENYULUHAN KEJANG DEMAM PADA PESERTA KELAS IBU HAMIL
A. Latar Belakang Permasalahan atau Kasus
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Selain itu, kejang demam ini paling sering dijumpai pada
anak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan
dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab
tertentu (Soetomenggolo, 1999). Kejang jenis ini merupakan paling umum
dan terjadi pada 2% sampai 5% dari golongan anak-anak yang berusia kurang
dari 5 tahun, terutama pada usia 2 tahun (Seinfeld dan Pellock, 2013).
Menurut The International League Againts Epilepsy (Commision on
Epidemiology and Prognosis, 1993), definisi kejang demam adalah kejang
yang terjadipada masa anak-anak setelah usia satu bulan, yang dikaitkan
dengan terjadinya penyakit demam yang tidak disebabkan oleh infeksi sistem
saraf pusat (SSP). Anak dengan diagnosis kejang demam tidak memiliki
riwayat kejang neonatal sebelumnya, kejang tak beralasan sebelumnya atau
memenuhi kriteria untuk kejang simtomatik akut lainnya. Definisi yang
dinyatakan oleh National Institutes of Health Consensus Conference (1980),
adalah mirip dengan ILAE kecuali bahwa batas umur yang lebih tinggi dari
definisi ILAE. Kejang demam yang didefinisikan oleh NIH adalah bangkitan
yang biasanya terjadi antara 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan
demam, tetapi tanpa bukti infeksi intrakranial atau penyebab yang jelas.

Faktor risiko terjadinya kejang demam pada anak antara usia 6 bulan
hingga 5 tahun adalah suhu yang tinggi dan lamanya demam, usia kurang dari
dua tahun, riwayat kejang demam pada keluarga, usia ibu saat hamil, usia
kehamilan, asfiksia, dan bayi berat lahir rendah (Fuadi et al., 2010). Namun,
faktor risiko utama terjadinya kejang demam pada anak adalah riwayat
keluarga (Siqueira, 2010). Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5
tahun pernah menderita kejang demam (Ngastiyah, 2005).
Sekitar 30% dari pasien kejang demam yang mengalami kekambuhan
adalah yang berusia 6 bulan hingga 3 tahun. Menurut Nelson dan Ellenberg,
dalam waktu enam bulan pertama, sebanyak 50% anak-anak mengalami
kejang demam kedua, 75% dalam waktu satu tahun dan 90% dalam waktu
dua tahun dari episode pertama. Dari seluruh populasi umum, sebanyak 2%
sampai 7% anak-anak yang mengalami kejang demam berkemungkinan besar
mengalami epilepsi (Siqueira, 2010). Lumbantobing telah melaporkan bahwa
5 (6,5%) di antara pasien kejang demam di indonesia menjadi epilepsi
(Soetomenggolo, 1999).
Untuk itu, penyuluhan mengenai kejang demam ini dipandang perlu
mengingat tingginya angka kejadian dan rekurensi serta pentingnya
mencegah kejang demam berlanjut menjadi epilepsy.
B. Permasalahan di Keluarga, Masyarakat dan Kasus
Pengetahuan dan kesadaran ibu-ibu mengenai kejang demam penting
bagi mencegah kejadian kejang demam pada anak. Dari hasil penelitian oleh
Parmar pada 140 orangtua dari anak-anak dengan kejang demam, mendapati
bahwa 59,3% orangtua tidak menyadari penyakit ini dan hanya 20% dari
mereka yang mengetahui tingkat suhu tubuh normal pada anak. Kebanyakan
orangtua yang tidak menyadari tindakan segera yang perlu diambil untuk
mencegah kejang demam atau komplikasinya (Najimi et al., 2013). Suatu
penelitian di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Indonesia
telah dijalankan untuk mengevaluasi faktor risiko yang berperan dalam
terjadinya rekurensi kejang demam pada anak. Antara faktor yang
mempengaruhi rekurensi kejang demam adalah suhu pasien ketika kejang,

riwayat keluarga, usia pertama kali kejang dan jenis kejang demam pasien.
Hasil dari penelitian ini dapat memberi pengetahuan pada orangtua untuk
mencegah rekurensi kejang demam pada anak (Dewanti et al., 2012)
Data di puskesmas Pangkajene sebagai pusat pelayanan kesehatan
terpadu juga menunjukkan angka kunjungan pasien dengan kejang demam
tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan banyak ibu yang menganggap bahwa
kejang demam ini bukanlah hal yang gawat. Selain kurangnya kesadaran akan
bahaya kejang demam, banyak ibu balita yang telah mengalami kejang
demam belum cukup mengerti penanganan balita dengan kejang demam.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan pada ibu dari balita yang
mengalami kejang demam, sebagian besar ibu belum mengerti apa yang harus
dilakukan pada balita dengan kejang demam. Ibu dari balita dengan kejang
demam pertama kali akan mengalmi panik. Sedangkan beberapa ibu tidak
mengerti bahwa untuk mencegah kejang pada balita yang demam, dapat
dilakukan beberapa pencegahan di rumah. Pengetahuan mengenai apa yang
harus dilakukan saat balita sedang kejang pun belum diketahui para ibu.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran komunitas, kami
melakukan penyuluhan dengan pemaparan langsung tentang kejang demam
1.
2.
3.
4.

pada balita serta pembagian leaflet yang berisi :


Pengertian kejang demam
Tanda-tanda kejang demam
Dampak kejang demam pada balita
Apa yang harus dilakukan ibu saat balita mengalami kejang demam
5. Pencegahan yang dapat dilakukan ibu di rumah pada balita yang
demam, untuk mencegah terjadinya kejang

D. Pelaksanaan
Kegiatan Penyuluhan kejang demam diadakan pada tanggal 20
Agustus 2015 di Puskesmas Pembantu Desa Tanete dengan 15 orang peserta.
Penyuluhan kejang demam ini cukup menarik minat masyarakat dan petugas
kesehatan dan mereka terlihat cukup antusias mendengarkan. Kegiatan awal
dibuka dengan penyampaian materi kelas ibu hamil, senam ibu hamil, dan
terakhi rmengenai kejang demam. Setelah penyampaian materi, dilanjutkan
dengan tanya jawab mengenai hal-hal yang mungkin kurang jelas bagi peserta
penyuluhan.
Berdasarkan hasil evaluasi dari hasil tanya jawab didapatkan tingkat
pemahaman dan kesadaran masyarakat meningkat setelah diadakan
penyuluhan. Hal ini dapat terlihat dari pertanyaan serta saran yang diberikan
oleh peserta penyuluhan.
E. Monitoring dan Evaluasi
Kesimpulan
Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan pengumuman bahwa akan
diadakan penyuluhan sehingga lebih mudah untuk mengarahkan warga yang
datang untuk mengikuti penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan berjalan lancar
seperti yang telah direncanakan.
Peserta cukup antusias mengikuti penyuluhan, hal itu terlihat dari
adanya respon yang baik dengan menyimak saat materi dipaparkan. Pada saat
sesi tanya-jawab, peserta aktif untuk bertanya, meskipun ada beberapa peserta
yang bertanya di luar materi penyuluhan.

Saran
Program penyuluhan kejang demam penting untuk dilaksanakan bukan
hanya di Desa Tanete namun juga dapat dilakukan di daerah lainnya karena
banyaknya yang belum terlalu paham akan kejang demam.
Pada pelaksanaan penyuluhan selanjutnya, persiapan sarana
terutama tempat perlu diperhatikan agar peserta penyuluhan dapat mengikuti
penyuluhan dengan lebih nyaman. Materi dan metode penyuluhan juga
sebaiknya lebih variatif sehingga peserta lebih tertarik untuk mengikuti materi
penyuluhan.
Pangkajene, 22 Agustus 2015
Peserta Internsip

Peserta Internsip

( dr. Adnan Yusuf )

( dr. Faradhillah A Suryadi)

Pendamping

( dr. Hj. Eny Nuraeny )

You might also like