Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu penyakit pada saluran pernapasan atas adalah penyakit sinusitis.
Hal ini disebabkan oleh tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung
yang menyebabkan terjadinya sinusitis dan mempunyai proporsi yang tinggi
dalam infeksi saluran pernapasan atas. Namun jika ostium kedalam saluran nasal
bersih, infeksi akan hilang dengan cepat. Namun demikian bila drainase tersumbat
oleh septum yang mengalami penyimpangan atau oleh turbinasi yang mengalami
hipertropi, taji, atau polip, maka sinusitis akan menetap sebagai pencetus infeksi
sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurativa akut (Smeltzer, 2001).
Menurut Budisantoso, (2009) sinusitis jika tidak ditangani dengan baik
maka akan mengalami komplikasi seperti infeksi pada otak, infeksi bola mata,
infeksi tulang disekitar sinus, radang tenggorok yang sering kambuh, radang
amandel, radang pita suara, sesak napas, dan gangguan pencernaan. Hal demikian
akan berefek pada produktivitas penderita, kecacatan dan juga memerlukan biaya
yang besar.
Rinosinusitis atau lebih populer dengan nama sinusitis mempunyai
prevalensi yang meningkat di era millenium dan menjadi masalah kesehatan
penting di hampir semua negara. Sinusitis paling sering dijumpai dan termasuk 10
penyakit termahal karena membutuhkan biaya pengobatan cukup besar.
Sementara dari 30 juta penduduk dewasa di Amerika Serikat, 16 % diantaranya
didapati menderita sinusitis akut bakterial pertahun dan 14,7 % menderita sinusitis
kronik. Prevaklensi sinusitis akut di Indonesia cukup tinggi dan cenderung
meningkat. Hasil penelitian tahun 1998 dari sub bagian Rinologi Departemen
THT FKUI-RSCM, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50 persen penderita
sinusitis kronik. Pada tahun 2004, penelitian yang dilakukan bagian THT FKUIRSCM bekerja sama dengan ilmu kesehatan anak, menjumpai prevalensi sinusitis
akut pada penderita infeksi (Supriatno, 2009)
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan post operasi sinusitis melalui proses keperawatan
yang komprehensif dalam bentuk karya tulis ilmiah.
2. Tujuan Khusus
a.
pada pasien Tn. A dengan post operasi sinusitis di Ruang OK RSUD Cut
Meutia Aceh Utara.
b.
dengan post operasi sinusitis di Ruang OK RSUD Cut Meutia Aceh Utara.
d.
dilaksanakan.
C.
Metode Penulisan.
perawatan, laporan jaga, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang serta halhal lain yang didokumentasikan tentang pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep Dasar
1. Pengertian
Sinus merupakan suatu organ atau ruangan berisi udara dengan dinding
yang terdiri dari membran mukosa.
Menurut Budisanto, (2009) sinusitis adalah suatu proses peradangan pada mukosa
atau selaput lendir sinus paranasal.
Mansjoer, 1999), Sinusitis adalah radang sinus paranasal. Bila terjadi pada
beberapa sinus disebut multisinusitis, yang paling sering terkena adalah sinus
maksila kemudian etmoid, frontal dan sphenoid.
Sedangkan menurut Charlene J, (2001) menjelaskan sinusitis adalah sebagai
inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal.
Jadi dapat disimpulkan sinusitis adalah suatu penyakit atau kelainan yang
menyerang sinus paranasal.
2. Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Menurut
(Glukman, 1999), kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah streptococcus
pneumoniae dan hemophilus influenza yang ditemukan pada
70 % kasus.
Dapat pula disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring, seperti faringitis,
adenoiditis, tonsilitis akut, infeksi gigi molar (M1, M2, M3) atas, serta premolar
(P1, P2) berenang, menyelam, trauma, dan barotrauma. Faktor predisposisi
obstruksi mekanik seperti deviasi septum, benda asing dalam hidung, tumor, atau
polip, juga rinitis alergi, rinitis kronik, polusi lingkungan, udara dingin dan kering.
3. Manifestasi Klinis
Berdasarkan manifestasi klinis menurut Adams (1997 hal 241) sinusitis
dapat dibagi dua yaitu :
a.
Sinusitis Akut
1)
Sinus Maksilaris : Gejalanya berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang
tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin.
Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala
mendadak, dan sering kali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk juga
terkadang berbau busuk.
2)
kedua mata dan diatas jembatan hidung, drainase dan sumbatan hidung.
3)
diatas alis dan biasa pada pagi hari dan memburuk pada tengah hari kemudian
perlahan-lahan sampai menjelang malam.
4)
verteks kranium.
b.
Sinusitis Kronik.
Gejala sinusitis kronik tidak jelas. Selama eksaserbasi akut, gejala-gejala mirip
dengan gejala sinusitis akut namun diluar masa itu gejala berupa suatu perasaan
penuh pada wajah dan hidung, dan hipersekresi yang sering kali mukopurulen.
4. Pemeriksaan Penunjang
Transiluminasi adalah pemeriksaan termudah, meskipun kebenarannya
diragukan. Terutama berguna untuk evaluasi penyembuhan, dan pada wanita
hamil/untuk menghindari bahaya radiasi. Bermakna bila hanya salah satu sisi
sinus sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan sisi yang normal.
Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda positif (+) untuk sinus maksila dan
sinus frontal.
Pemeriksaan foto rongent yang dibuat, yaitu posisi Waters posteroanterior (PA),
dan lateral. Dengan posisi ini maka sinusitis akan tampak perselubungan atau
penebalan mukosa dan gambaran air fluid level. Dapat dilakukan pemeriksaan
kultur kuman dan uji resistensi dari sekret rongga hidung (Mansjoer, 1999 hal
105).
5. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi,
memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan
untuk kondisi ini adalah amoksisilin dan ampisilin. Alternatif bagi pasien yang
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
b.
beratnya, hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca dan gangguan umum lainnya :
kelemahan. Tanda : Demam, drainage, purulen, polip mungkin timbul dan
biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang sampai
Pucat, odema keluar dari hidng atau mukosa sinus, kemerahan dan odema
membran mukosa. Pemeriksaan penunjung : kultur organisme hidung dan
tenggorokan, pemeriksaan rongent sinus
c.
d.
perdarahan hidung atau trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah
menderita sakit gigi geraham
e.
Pola istirahat dan tidur : selama di rumah sakit klien merasa tidak dapat
Pola Persepsi dan konsep diri : klien sering pilek terus menerus dan berbau
Pola sensorik : daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat
Pemeriksaan fisik
1)
2)
Pemeriksaan fisik data fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
a.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas
tidak lagi melalui mulut.
Intervensi
1)
Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat
Tujuan
Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
2)
Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya. Rasional :
Dengan mengetahui sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam
perawatan untuk mengurangi nyeri.
3)
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi
1)
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat kesulitan makan,
Beri perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
d.
peradangan sinus.
Tujuan
Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang
mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat.
4)
kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan
polusi udara.
Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
1.
Data pasien
Nama
: Tn. A
Umur
: 15 th
Diagnosa medis
: Sinusitis
Tindakan
: Operasi
Ruang
: Ruang bedah
No. Register
:-
Tanggal
: 27 Juni 2011
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Siswa
Alamat
: Serba Jaman
dr. Operator
:dr. Indrawadi
dr. Anastesi
2.
Pengkajian
: IV ( Infus )
Alergi
: Tidak
Penampilan kulit
: Normal
Kondisi emosi
: Cemas
Jenis anastesi
: Umum
Jenis operasi
: Bersih terkontaminasi
Posisi tangan
: Telentang
Catheter
: Tidak
Disinfeksi
Monitor anastesi
: ya
Mesin anastesi
: ya
Tourniquet
: tidak
Mulai
Cairan
: RL
Tampon
Masuk RR jam
: 13. 45 WIB
Tanda vital
: TD
: 110/ 70 mmHg
RR : 20 x/menit
Temp : 37 C
Puls : 73 x/menit
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Apatis
Pernafasan
: Tidak teratur
Sirkulasi
: Merah muda
Tugor kulit
: tidak
Mukosa mulut
: Kering
Extrimitas
: Hangat
Posisi
: Telentang
Cairan draiin
: Tidak
3.
Riwayat kesehatan
Data Subjektif
a.
b.
c.
Susah tidur
Data Objektif
a.
b.
c.
Lemah
d.
OS sering terbangun
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
3.
peradangan sinus.
C.
1.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas
tidak lagi melalui mulut.
Intervensi
a.
Kaji pasien untuk posisi yang lebih aman, misalnya : Peninggian kepala
2.
nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 ( nyeri sedang).
Tujuan
Kriteria hasil : skala nyeri 0, bengkak hilang, keadaan umum membaik, ekspresi
wajah tenang.
Intervensi
a.
Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional : posisi tidur yang menyenangkan akan memberi rasa nyaman pada
pasien.
c.
peradangan sinus.
Tujuan
Implementasi pada hari pertama pada tanggal 27 juni 2011 jam 13.00 Wib untuk
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan
tampon hidung terhadap operasiperadangan sinus dan tindakan yang dilakukan
adalah mengkaji / memantau frekuensi kedalam dan kemudahan bernafas,
mengatur posisi pasien yang lebih aman, misalnya : Peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandarang tempat, kolaborasi untuk penggunaan analgetik.
Evaluasi tanggal 27 juni 2011 jam 13.00 Wib
S
: tindakan dilanjutkan
Implementasi pada hari pertama pada tanggal 27 juni 2011 jam 13.10 Wib untuk
diagnosa nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh
nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
tindakan yang dilakukan adalah mengukur tingkat nyeri klien dengan Provokatif,
Quality, Region, Severity, Thine, mengatur posisi yang nyaman dan mengalihkan
perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol, kolaborasi
untuk penggunaan obat anti nyeri ( Injeksi Tramadol 1 ampul/8 jam).
nyeri
5 (nyeri sedang).
: Tindakan dilanjutkan
Implementasi pada hari pertama pada tanggal 27 juni 2011 jam 13.30 Wib untuk
diagnosa gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri
sekunder peradangan hidung tindakan yang dilakukan adalah Kaji kebutuhan
klien dan ciptakan suasana yang nyaman.
Evaluasi tanggal 27 juni 2011 jam 13.30 Wib
S
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan pada pendahuluan maka pada akhir
tulisan ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran saran
yaitu sebagai berikut :
A.
1.
Kesimpulan
Sinusitis adalah suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir
sinus paranasal. Penyebab dari sinusitis adalah virus, bakteri, atau jamur. Kuman
penyebab sinusitis akut tersering adalah streptococcus pneumoniae dan
hemophilus influenza.
2.
a.
nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
c.
peradangan sinus.
3.
perencanaan tanpa ada kendala yang berarti, ini didukung oleh fasilitas yang
mencukupi di Rumah Sakit serta kerja sama dengan klien dan keluarga.
4.
dan satu tindakan yang telah di laksanakan. Dilakukan pengkajian ulang terhadap
aspek yang terkait masalah klien. Selama dalam perawatan yang penulis lakukan
pada klien post operasi sinusitis berdasarkan hasil evaluasi maka dapat di
simpulkan bahwa semua masalah dapat teratasi dan juga sebagian teratasi
bertahap setiap harinya.
B.
Saran- saran
1.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, G.L (1997), Boies : Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. EGC : Jakarta.
Budisantoso, A (2009). www. com/index.php/option diakses 4 April 2009.
Charlene J.R, dkk. (2001), Keperawatan Medikal Bedah. Buku I. Salemba
Medika, Jakarta.
Smeltzer, Susanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart, Edisi 8, EGC : Jakarta.
Soeparti, E.A (2001). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala Leher, Gaya Baru : Jakarta.