You are on page 1of 5

ANALGESIK-ANTIPIRETIK, ANALGETIK

ANTI-INFLAMASI NONSTEROID DAN


OBAT GANGGUAN SENDI LAINNYA
PENDAHULUAN
Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)
merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan
juga dapat digunakan tanpa resep dokter.
PEMBAHASAN OBAT
1. SALISILAT
Asam asetil salisilat (aspirin) adalah analgesik antipiretik dan anti
inflamasi yang luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.
FARMAKODINAMIK
Merupakan obat yang banyak digunakan sebagai analgesik, anti
piretik dan anti inflamasi. Untuk mencapai efek inflamasi yang
baikkadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300 ug/mL.
FARMAKOKINETIK
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan cepat
dalam bentuk utuh di lambung. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam.
Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil melalui keringat dan empedu.
INDIKASI
Antipiretik, dosis dewasa adalah 325-650 mg diberikan secara oral
tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak-anak 15-20 mg/ KgBB diberikan tiap 4-6
jam. Dikontraindikasikan pada anak dibawah 12 tahun.
Analgesik, bermanfaat untuk mengobati nyeri tidak spesifik
misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan mialgia.
Dosis sama seperti pada penggunaan antipiretik.
Demam reumatik akut, dosis untuk dewasa 5-8 g/ hari, diberikan 1
g per kali. Dosis untuk anak 100-125 mg/KgBB/hari diberikan tiap 4-6
jam selama seminggu. Setelah itu tiap minggu dosis berangsur
diturunkan sampai 60 mg/KgBB/hari.
Artritis reumatoid, selain menghilangkan nyeri, salisilat juga
menghambat inflamasinya. Dosisnya adalah 4-6 g/hari.
SEDIAAN
Aspirin tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak dan tablet

500 mg untuk dewasa.

2. ASETAMINOFEN (PARACETAMOL)
FARMAKODINAMIK
Efek analgetik paracetamol serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga
juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti inflamasinya
sangat lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak
terlihat pada kedua obat ini, demikian juga pada gangguan
keseimbangan asam basa dan gangguan pernafasan.
FARMAKOKINETIK
Paracetamol di absorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi didalam plasma dicapai dalam waktu 1/2 jam
dan masa paruh plasma 1-3 jam. Obat ini dimetabolisme dihati dan
diekskresi di ginjal.
EFEK SAMPING
Reaksi alergi jarang terjadi.
SEDIAAN
Paracetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg
atau sirup yang mengandung 120 mg/ 5 mL. Dosis paracetamol untuk
dewasa 300 mg-1 g per kali dengan maksimum 4 g per hari. Untuk
anak 6-12 tahun: 150-300 mg/ kali, dengan maksimum 1,2 g/ hari.
Untuk anak 1-6 tahun: 60-120 mg/ kali dan bayi dibawah 1 tahun: 60
mg/ kali,pada keduanya maksimum diberikan 6 kali sehari.

ANALGESIK ANTI-INFLAMASI NON STEROID LAINNYA


Beberapa AINS dibawah ini umumnya bersifat anti-inflamasi,
analgesik dan antipiretik. Efek antipiretiknya baru terlihat pada dosis
yang lebih besar dari pada efek analgesiknya, dan AINS relatif lebih
toksik dari pada antipiretik klasik, maka obat ini hanya digunakan
untuk terapi penyakit inflamasi sendi seperti arthritis reumatoid,
osteorthritis, dan penyakit pirai.
Semua AINS merupaka iritan mukosa lambung dan toksik terhadap
ginjal, maka fungsi ginjal perlu diperhatikan pada penggunaan obat
ini.

1.

ASAM MEFENAMAT
Digunakan sebagai analgesik; sebagai anti-inflamasi, asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin. Asam
mefenamat sangat terikat kuat pada protein plasma.
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya
dispepsia, diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain
terhadap mukosa lambung.
Dosis asam mefenamat adalah 2-3 x 250-500 mg/ hari.
Tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak-anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil. Pemberiannya tidak boleh melebihi dari
7 hari.

2.

DIKLOFENAK
Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan
lengkap, terikat 99% pada protein plasma, waktu paruh 1-3 jam.
Efek samping yang lazim berupa mual, gastritis, eritema kulit dan
sakit kepala sama seperti obat AINS, pemakaian obat ini harus
berhati-hati pada pasien tukak lambung.
Dosis orang dewasa 2-3 x 100-150 mg/ hari.
Pemberian pada ibu hamil tidak dianjurkan.

3.

IBUPROFEN
Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak
terlalu kuat. Efek anti-inflamasinya terlihat dengan dosis 12001400 mg/ hari. Absorbsi ibuprofen cepat melalui lambung dan
kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu
paruh 2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma.
Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. 90% di ekskresikan
melalui urin.
Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan
dengan aspirin.
Dosis analgesik 4 x 400 mg/ hari.
Tidak dianjurkan pada ibu hamil dan menyusui.

4.

PIROKSIKAM DAN MELOKSIKAM


Piroksikam waktu paruh dalam plasma >45 jam sehingga dapat
diberikan hanya sekali sehari. Absorbsi cepat dilambung, terikat
99% pada protein plasma.
Efek samping tersering adalah gangguan saluran cerna, tukak

lambung, pusing, tinitus, eritema kulit.


Obat ini tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil, pasien
tukak lambung dan pasien yang sedang minum antikoagulan.
Indikasi piroksikam hanya untuk penyakit inflamasi sendi
misalnya arthritis reumatoid, osteoarthritis, spondilitis ankilosa.
Dosis 10-20 mg/ hari.
Meloksikam efeksampingnya lebih minimal dibandingkan dengan
piroksikam. Dosis 7,5-15 mg/ hari.
5.

KOLKISIN
Terutama di indikasikan pada penyakit pirai.
Sifar anti radang kolkisin spesifik terhadap penyakit piraidan
beberapa arthritis lainnya sedangkan sebagai anti radang umum
kolkisin tidak efektif. Kolkisin tidak memiliki efek analgesik.
Absorbsi melalui saluran cerna baik. Diekskresi melalui tinja, 1020% melalui urin.
Dosis kolkisin 0,5-0,6 mg tiap jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal
diikuti 0,5-0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau
gejala saluran cerna muncul. Dosis maksimal 7-8 mg. Untuk
profilaksis diberikan 0,5-1 mg/ hari.
Pemberian IV: 1-2 mg dilanjutkan dengan 0,5 mg tiap 12-24 jam.
Dosis jangan melebihi 4 mg dengan satu regimen pengobatan.
Sebaiknya larutan 2 mL diencerkan menjadi 10 mL dengan
larutan garam faal.
Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah dan diare.
Depresi sumsum tulang, purpura, neuritis perifer, miopati, anuria,
alopesia, gangguan hati, reaksi alergi dan kolitis hemoragik
jarang terjadi.

6.

ALOPURINOL
Berguna untuk mengobati penyakit pirai karena menurunkan
kadar asam urat. Pengobatan jangka panjang mengurangi
frekuansi serangan, menghambat pembentukan tofi,
memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. Obat ini
terutama mengobati penyakit pirai kronik dengan insufisiensi
ginjal dan batu urat dalam ginjal.
Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila
kemerahan kulit timbul, obat harus segera dihentikan. Reaksi
alergi berupa demam, menggigil, leukopenia atau leukositosis,

eosinofilia, artralgia dan pruritus.


Gangguan saluran cerna kadang-kadang dapat terjadi.
Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan sehingga
sebaiknya pada awal terapi diberikan juga kolkisin.
Dosis untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg/ hari, 400-600 mg/
hari untuk yang lebih berat. Untuk pasien dengan gangguan
fungsi ginjal dosis cukup 100-200 mg/ hari. Dosis untuk
hiperurisemia sekunder 100-200 mg/ hari. Untuk anak-anak 6-10
tahun 300 mg/ hari dan anak dibawah 6 tahun 150 mg/ hari.
7.

PROBENESID
Berefek mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta
pembentukan tofi pada penyakit pirai, tidak efektif untuk
mengatasi serangan akut. Probenesid tidak berguna bila laju
filtrasi glomerulus < 30 mL per menit.
Efek samping gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan reaksi
alergi. Gangguan saluran cerna lebih ringan.
Dosis probenesid 2 x 250 mg/ hari selama seminggu diikuti
dengan 2 x 500 mg/ hari.

You might also like