Professional Documents
Culture Documents
disusun Oleh:
Anggita Sawitri 0706272521
Rina Nur Fitriany 0706273871
Rouli Sonika 0706273940
Ruth Luciana 0706273966
Sandra Yossi 0706273972
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul Pengaruh Suhu Panas Terhadap Heat Stroke pada Jemaah Haji
di Mekkah dapat penulis selesaikan.
Makalah ini dapat tersusun berkat kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis juga megucapkan terima kasih kepada drg. Ririn Arminsih, M. Kes selaku
dosen mata ajaran Pencemaran Fisik dan Kesehatan yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga kami ucapkan kepada orang tua kami
yang selalu memberikan semangat dan doa kepada kami.
Ada pribahasa mengatakan ”Tak ada gading yang tak retak”. Penulis juga
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kiranya makalah
ini bermanfaat bagi setiap pembaca. Selamat membaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................
1.3 Perumusan Masalah ...........................................................................
1.4 Metode Penulisan ...............................................................................
1.5 Sistematika Penulisan .........................................................................
BAB II: LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Jenis Suhu .................................................................
2.2 Sumber-sumber Panas .......................................................................
2.3 Mekanisme Perpindahan Panas .........................................................
2.4 Indeks Pengukuran Panas di Lingkungan .........................................
2.5 NAB Panas ........................................................................................
2.6 Mekanisme Fisiologis Pengaturan Suhu ...........................................
2.7 Gangguan akibat Panas .....................................................................
BAB III: KASUS
3.1 Penggambaran Kasus ........................................................................
3.2 Kerangka Konsep ..............................................................................
3.3 Pencegahan ........................................................................................
BAB IV: PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................
4.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
3. Tubuh
• Proses metabolisme
Proses metabolisme dalam tubuh menghasilkan zat tepung dan energi. Energi
yang dilepas oleh tubuh berupa panas. Semakin banyak dan cepat metabolisme yang
dilakukan oleh tubuh, semakin banyak juga energi berupa panas yang dihasilkan.
Acclimatized Unacclimatized
3.1 Kasus
Heat stroke secara klasik digambarkan sebagai peningkatan ekstrim suhu,
gangguan system syaraf pusat, panas, dan kulit kering tanpa keringat. Pasien penderita
heat stroke biasanya memiliki suhu tubuh sebesar 38—43oC bergantung onset dari
gejala. Heat stroke berlanjut menjadi masalah kesehatan yang serius yang banyak terjadi
pada jemaah haji. Heat stroke terjadi pada jumlah orang tertentu selama masa naik haji
di puncak musim panas dengan suhu ambient mencapai 48oC. Jemaah haji memiliki
mobilitas yang tinggi dengan berpindah-pindah tempat untuk melakukan ritual
keagamaan sepanjang hari. Hal tersebut membuat para jemaah haji kelelahan dan
terpapar dengan panas matahari secara langsung. Electrocardiographic (ECG) non-
spesifik tertentu mengalami perubahan dan dihubungkan pada keabnormalan elektrolit.
Riwayat klinis penderita heat stroke berdasarkan hubungannya dengan nyeri dada,
VARIABEL
tekanan darah tinggi (hipertensi), Diabetes Mellitus, kebiasaan DEPENDEN
merokok, gangguan
ischemic hati, dan infarksi myocardium. Jemaah haji yang mengalami heat stroke
biasanya dikembalikan ke tempat tinggalnya setelah pemulihan.
VARIABEL
3.2 Kerangka INDEPENDEN
Konsep
Karakteristik Individu
Umur
Berat badan
Aktivitas Fisik
Aklimatisasi
Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Lama Bekerja
Lingkungan
Suhu
Kecepatan Angin
Kelembaban Udara
Aritmia atau gangguan irama jantung terjadi karena adanya gangguan suplai darah dan
oksigen pada otot jantung akibat penyempitan arteri koroner, maka pacemaker dan
jaringan konduksi jantung yang terganggu. Aritmia dipengaruhi oleh karakteristik
individu, pekerjaan, dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi:
1. Umur
Semakin tua usia seseorang, maka kemampuan pembuluh darah untuk
melakukan vasodilatasi semakin berkurang. Hal ini menyebabkan golongan ini
berkurang kemampuannya untuk mengeluarkan keringat.
2. Berat badan
Semakin besar berat badan seseorang, semakin tinggi metabolisme yang terjadi
di dalam tubuh orang tersebut untuk menghasilkan tenaga. Jika panas di dalam
tubuhnya tinggi dan ia juga terpajan oleh suhu lingkungan yang panas, maka
berisiko untuk terkena heat stroke.
3. Aktivitas fisik
Semakin banyak aktivitas seseorang, semakin tinggi metabolisme yang terjadi di
dalam tubuh orang tersebut. Jika panas di dalam tubuhnya tinggi, ia juga
terpajan oleh suhu lingkungan yang panas, maka ia akan terus-menerus
mengeluarkan keringat dalam jumlah besar. Kondisi ini menyebabkan orang
tersebut mengalami kekurangan cairan elektrolit sehingga tubuh tidak sanggup
menegeluarkan keringat lagi.
4. Aklimatisasi
Jika seseorang belum menyesuaikan diri sebelum melakukan pekerjaan di
lingkungan panas, maka terjadi perubahan mendadak dalam tubuhnya sehingga
sistem yang terjadi di dalam tubuhnya pun terganggu tak terkecuali denyut
jantungnya.
Karakteristik pekerjaan meliputi:
1. Jenis pekerjaan
Seseorang yang bekerja di luar ruangan lebih berisiko terserang heat stroke
daripada orang-orang yangbekerja di dalam ruangan karena orang-orang tersebut
lebih banyak terpajan sinar matahari langsung
2. Lama pekerjaan
Semakin lama seseorang kontak baik langsung maupun tidak langsung terhadap
suhu panas, maka ia semakin berisiko terserang heat stroke. Oleh sebab itu, TLV
telah mengeluarkan pajanan maksimim yang diterima oleh seorang pekerja saat
bekerja di lingkungan panas.
Lingkungan meliputi:
1. Suhu
Peningkatan suhu dilingkungan akan berpengaruh terhadap peningkatan suhu
tubuh. Suhu tubuh yang meningkat kemudian akan berpengaruh terhadap
peningkatan pengeluaran keringat.
2. Kecepatan Angin
Angin dapat membawa suhu udara panas bergerak dari satu tempat ke tempat
lain. Jika kecepatan angin di suatu tempat meningkat, maka volum suhu udara
panas yang dibawanya pun juga akan meningkat.
3. Kelembaban udara
Keringat yang keluar akan cepat menguap bila kelembaban udara rendah. Jika
panas yang diterima oleh tubuh lebih besar dibandingkan penguapan keringat
yang terjadi maka lambat laun tubuh tidak akan mampu lagi untuk
mengeluarkan panas.
3.3 Pencegahan
Untuk menghindari terjadinya gangguan/ kelainan yang tidak diinginkan, perlu
diperhatikan beberapa hal:
• Air minum
Air merupakan unsur pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan panas.
Air diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat dan pengeluaran
urin. Pendapat bahwa seseorang dapat dilatih untuk mengurangi kebutuhan air adalah
tidak benar. Pada keadaan banyak keringat, tiap orang memerlukan 0,5L air atau lebih
tiap jam. Air tersebut sebaiknya diberikan dala jumlah kecil tapi frekuensinya lebih
sering, dengan interval 20—30 menit. Suhu optimum air minum 10—210 C.
• Garam NaCl
Kebutuhan rata-rata tiap orang adalah 15—20 gr/hari dan biasanya sudah cukup
dipenuhi dari makanan sehari-hari. Pada pengeluaran keringat yang banyak, perlu
menambah pemberian garam, akan tetapi tidak boleh berlebihan, karena dapat
menimbulkan haus dan mual. Penambahan dapat diberikan melalui makanan atau lebih
mudah melalui air minum dengan konsentrasi 0.1%.
• Makanan
Sesudah makan, sebagian besar darah mengalir ke daerah usus untuk menyerap
hasil pencernaan. Bila latihan fisik dilakukan segera sesudah makan, darah yang
mengalir diperlukan juga untuk otot-otot. Akibatnya aliran darah menjadi tidak efisien
karena kebutuhan ganda dan ini dapat mengganggu fungsi normal. Karena itu
sebaiknya, latihan dilakukan setelah cukup istirahat.
• Istrirahat
Aktivitas yang berat dilakukan pada lingkungan panas, terutama pada orang
yang belum terlatih, memerlukan istirahat yang diberikan singkat setiap sesudah latihan
(juga singkat). Cara ini sangat bermanfaat untuk menghindari terjadinya efek kelelahan
kumulatif.
• Tidur
Untuk menghindari efek kelelahan kumulatif diperlukan istirahat tidur sekitar 7
jam sehari. Selama tidur, tubuh diberi kesempatan untuk membersihkan pengaruh-
pengaruh atau zat-zat yang kurang baik bagi tubuh yang terdapat otot-otot dan organ-
organ lain. Jaringan saraf juga mendapat kesempatan istirahat. Sebaiknya, suhu ruang
tidur diusahakan sejuk.
• Pakaian
Pakaian melindungi permukaan tubuh terhadap radiasi sinar matahari tetapi juga
merupakan penghambat terjadinya konveksi antara kulit dengan aliran udara. Untuk
mendapatkan efek yang menguntungkan, beju yang dipakai harus cukup longgar
terutama dibagian leher, ujung lengan, ujung celana, dan sebagainya. Selain itu jenis
bahan juga harus yang tidak menghambat evaporasi (jangan jenis permeable).
• Aklimatisasi
Aklimatisasi panas adalah istilah yang diberikan pada suatu keadaan
penyesuaian fisiologik yang terjadi pada seseorang yang biasanya hidup di iklim
dingin, kemudian berada di iklim panas (WHO 1969).
Penyesuaian yang serupa ini terjadi pada seseorang yang biasa bekerja dalam
sikap duduk (aktivitas fisik ringan) ke pekerjaan dengan aktivitas fisik yang lebih berat.
Tubuh yang telah mengalami aklimatisasi dapat melakukan kegiatan fisik dalam
lingkungan panas tanpa menimbulkan gejala yang merugikan. Perubahan karakteristik
yang nyata dan menguntungkan adalah bertambahnya produksi keringat, disertai dengan
denyut jantung dan suhu rektal yang tetap rendah. Bertambahnya produksi keringat
dapat menimbulkan dehidrasi. Keadaan ini harus dihindarkan dengan minum lebih
sering dalam jumlah sedikit (100—200ml) tiap 15—20 menit.
Dalam proses terbentuknya aklimatisasi terdapat perubahan 2 faktor penting,
yaitu:
a. Pembentukan keringat terjadi lebih dini dan dalam jumlah yang lebih besar
b. Kemampuan dalam vasodilatasi pembuluh darah kulit bertambah
Pencegahan lain untuk megurangi panyakit yang berkaitan dengan panas:
1. Banyak minum air (non-alkohol), jangan tunggu hingga haus dan
kurangi tingkat aktivitasmu. Peringatan: jika biasanya doktemu
membatasi jumlah cairan yang kamu minum, tanyakan kepadanya berapa
banyak air yang harus kamu minum saat cuaca panas.
2. Jangan minum cairan yang mengandung alkohol atau gula dalam jumlah
yang besar. Hal tersebut dapt membuat kamu lebih banyak kehilangan
cairan tubuh. Juga hindari minum minuman dingin, karena dapat
membuat kejang perut
3. Tinggallah di ruangan tertutup, dan jika memungkinkan tinggallah di
ruangan yang memiliki air conditioner (AC). Jika tempat tinggalmu tidak
memiliki AC, datanglah ke pusat perbelanjaan seperti mal-mal,
perpustakaan umum yang memiliki AC selama beberapa jam. Hal
tersebut dapat membantu tubuhmu menjadi lebih sejuk saat kamu
kembali ke kondisi panas.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menolong korban heat stroke:
1. Angkat korban ke tempat yang teduh
2. Sejukkan korban secepatnya menggunakan metode apapun yang kamu bisa.
Contohnya; Celupkan korban ke dalam bak yang berisi air yang sejuk,
tempatkan korban di shower dengan air yang sejuk, semprot korban dengan air
sejuk yang berasal dari taman, apabila kelembaban rendah, selimuti korban
dengan kain yang sejuk atau basah.
3. Amati temperatur tubuh, lanjutkan untuk membuat tubuh sejuk hingga
temperatur tubuh menurun sebesar 101—1020 F.
4. Jika tindakan medis terlambat dilakukan, hubungi rumah sakit bagian
emergency untuk langkah selanjutnya
5. Jangan berikan korban cairan untuk diminum
6. Dapatkan penanganan secara medis secepat mungkin
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selain menguntungkan, panas juga memiliki kerugian apabila tidak dikelola
dengan baik. Salah satu kerugian yang ditimbukan akibat panas adalah menimbulkan
dampak buruk terhadap kesehatan manusia. Heat stress merupakan gangguan kesehatan
akibat berada pada lingkungan panas. Gejala heat stress meliputi, heat rash, heat
cramps, heat exhausation, dan heat stroke. Heat stroke merupakan gejala terparah dari
gejala-gejala heat stress yang ada. Salah satu gejala yang ditimbulkan dari heat stroke
adalah arithmia. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya arhitmia, adalah
karakteristik individu, lingkungan, dan pekerjaan. Sebenarnya heat stroke dapat dicegah
melalui beberapa cara, seperti memperbanyak konsumsi air minum, istirahat yang
cukup, memakai pakaian yang berwarna cerah dan menyerap keringat, serta
aklimatisasi individu.
4.2 Saran
Melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi heat stroke pada saat
melakukan ibadah haji dengan cara:
Memperbanyak konsumsi air mineral,
Mengurangi aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat,
Menggunakan waktu istirahat sebaik mungkin,
Menggunakan alat pelindung tubuh saat berada di luar area ibadah.
Apabila telah timbul gejala-gejala yang mengarah kepada heat stroke, segera
laporkan kepada tenaga medis terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Umar Fahmi, dkk. 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di
Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
http://www.bt.cdc.gov/disasters/extremeheat/heat_guide.asp#emerg. “Extreme Heat: A
Prevention Guide to Promote Your Personal Health and Safety “
Kabo, Peter. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
P.K., Suma’mur. 1976. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung
Agung
TLVs and BEIs 2004 ACGIH