Professional Documents
Culture Documents
FARMAKOGNOSI-Pengertian luas
Ilmu yang mencangkup pengetahuan
mengenai sejarah, distribusi, budidaya,
pengumpulan, seleksi, penyiapan,
perdagangan (niaga), identifikasi,
evaluasi, pengawetan, dan penggunaan
obat serta senyawa ekonomi yang
mempengaruhi kesehatan manusia dan
hewan.
2
FITOFARMAKA
SEJARAH PENGGUNAAN
TUMBUHAN SEBAGAI OBAT
SEUMUR PERADABAN MANUSIA
LATAR BELAKANG:
1. COBA-COBA
2. LA THEORIE DES SIGNATURES
10
12
Tahun
IKOT
1990
259
1996
1997
IOT
Jumlah
61
458
1998
79
2000
853
87
940
2003
905
97
1002
2005
1037
129
1166
2008
1143
127
13
1270
14
15
16
17
BAHAN BAKU
AKTIVITAS
VERSUS
KANDUNGAN KIMIA
18
Tabel 2
Kadar kapsaisin dan dihidrokapsaisin pada sepuluh
kultivar Capsicum annuum L. (Yamakawa, 2001)
Kapsaisin
(mg/gDW)
Dihidrokapsaisin
(mg/gDW)
Tumpang
3.7
1.6
LV1092
1.7
1.1
Cipanas
1.5
0.6
KA-2
3.8
1.4
Perennial
HDV
1.4
0.8
IR
0.7
0.5
Tit Paris
0.6
0.4
0.5
0.5
Paris Minya
3.0
1.5
Chilli
1.1
0.6
Kultivar
20
Tabel 3
Hubungan kadar alkaloid dengan lamanya pencahayaan
pada daun muda Datura tatula C. (mg/100 g daun) (Cosson,
1978)
Lama
Pencahayaan
16 jam
9 jam
Alkaloid
Skopolamin
3,0
13,5
11,0
12,0
Hiosiamin
0,5
3,0
8,5
17,0
Total
3,5
16,5
9,6
29,0
S/H
6,0
4,5
1,3
0,7
Skopolamin
2,0
4,0
9,0
7,0
Hiosiamin
0,5
3,0
5,0
9,0
Total
2,5
7,0
14,0
16,0
S/H
4,0
1,3
1,8
0,8
21
1 = saat muncul kuncup bunga pertama; 2 = pada saat bunga pertama
mekar;
3 = pada awal pematangan buah; 4 = umur tanaman 3-5 bulan
Tabel 4
Hubungan ketinggian tempat tumbuh dengan kadar
alkaloida Datura metel dalam berbagai organ (dalam %) (Karnick,
Saxena, 1970)
Altitude
Akar
Batang
Daun
Bunga
Biji
Sealevel
0,27
0,19
0,25
0,69
0,09
563 m
0,52
0,29
0.32
0.86
0,10
716 m
0,71
0,43
0,54
0,95
0,14
2166 m
0,89
0,46
0,58
0,99
0,19
22
Tabel 5
Kandungan andrografolid pada daun Andrographis paniculata Nees.
dari berbagai lokasi tumbuh (Sukrasno, 2007)
Lokasi
tumbuh
Ketinggian
(m dpl)
Kepahitan
ekstrak
(unit)
Andrografolid
mg/ g (%)
Cilacap
10
466,6
24,3 (2,43)
Jakarta
60
466,6
17,9 (1,79)
Nganjuk
210
2.666,6
31,6 (3,16)
Bogor
220
1.333,3
24,4 (2,44)
Sukabumi
350
1.866,7
25,1 (2,51)
Solo
490
2.333,3
27,2 (2,72)
Bandung
900
933,3
24,4 (2,44)
23
Tabel 6
Kadar kuersitrin pada daun benalu (Suganda, 2003)
No
Jenis Benalu
Tumbuhan Inang
mg/
g
1.
2,69
2.
9,56
3.
Scurrula parasitiaca L.
5,07
4.
5.
6.
6,08
7.
35,13
8.
24
39,78
25
BAHAN BAKU
SIMPLISIA
MUTU TERGANTUNG PADA;
Sumber tanaman.
Pengumpulan dan pemanenan.
(teknologi pasca panen)
Pembuatan simplisia.
30
SUMBER TANAMAN
Tumbuhan liar.
Persediaan terbatas.
Mutu tidak seragam
Permintaan banyak bisa tanaman mengalami
kepunahan
Tumbuhan budidaya.
a.
Iklim
Suhu
Curah hujan
Intensitas cahaya mata hari
32
b. Tanah
Campuran partikel mineral
Terbentuk dari kikisan batu.
Komponen organik;
Humus , terbentuk dari pembusukan
tumbuhan dan hewan.
tanah subur mengandung 1,5%-15%
humus.
Tanah kurus mengandung kurang dari 0,5%
humus.
Tanah liat/lempung (clay) terdiri dari
partikel halus 2-20m.
Tanah pasir (sand) 20m-2mm.
Tanah kenikil 2-20mm.
33
pH tanah
Sangat berpengaruh pada perkembangan
tumbuhan;
Tanah asam, mengandung alkali yang rendah.
Tanah basa, mengandung alkali tinggi.
Tanah netral.
Kaya humus,
netral.,
Partikel halus dan kasar yang seimbang.
Pengikat air yang baik.
34
Garam Nutritif
Tanaman menyerap unsur kimia makanan dari dalam tanah
dalam bentuk garam :
Unsur Makro;(dibutuhkan dalam jumlah banyak: Nitrogen
(N), Phosphat (P), Kalium (K).NPK.
Nitrogen untuk hijau daun.
P. untuk pertumbuhan dan buah.
K. untuk pertumbuhan dan bunga.
Unsur Mikro: (dibutuhkan dalam jumlah kecil): Ca, Co, Br,
Cl, .
Unsur mikro umumnya untuk metabolisme tumbuhan
seperti enzim, katalis dan hormon.
Untuk melengkapi semua itu dilakukanlah pemupukan dengan
kedua unsur tersebut sesuai kebutuhan.
35
Macam-macam pupuk;
Pupuk NPK, mengandung unsur NPK
dengan jumlah persentase tertentu.
Pupuk Urea, mengandung unsur N
dengan jumlah tertentu.
Pupuk KCl, mengandung unsur K dalam
jumlah tertentu.
Pupuk superpospat, mengandung unsur
P dalam jumlah tertentu.
Pemupukan sebaiknya dilakukan setelah
dilakukan analisa unsur tanah.
36
Pembibitan tanaman
Pembibitan atau perbanyakan tanaman dapat
dilakukan dengan cara generatif (dengan biji),
vegetatif (dengan stek bahagian tanaman),
ubi ,kultur jaringan dll.
Generatif
dilakukan terhadap biji yang telah dikeringkan
dan dibiarkan dalam jangka tertentu setelah
dipetik.
Penanaman dapat dilakukan dipersemaian, setelah
mencapai umur tertentu dipindahkan ke lahan
budidaya
Penanaman langsung dilahan budidaya.
38
Vegetatif.
stek biasa dilakukan terhadap, batang,
ranting, daun, akar dan umbi.
Batang, ranting dan akar yang masih agak
muda dipotong sekitar 15-20 cm, kemudian
ditanam kedalam polibag atau langsung ke
lahan.
Daun utuh atau yang dipotong biasanya
ditanam dulu di polibeg, baru dipindah ke
lahan setelah ada pertumbuhan.
Umbi biasanya dibiarkan tumbuh sedikit di
gudang, baru dipindah ke lahan.
39
40
BUDI DAYA
Budidaya tanaman bahan jamu dapat dilakukan secara (1)
monokultur atau (2) tumpangsari.
Pola budidaya tumpangsari terutama apabila luas areal
lahan yang dimiliki terbatas. Tumpangsari yang dilakukan
bersama tanaman lain yang umur panennya lebih muda
akan memberikan penghasilan bagi petani selama
menunggu hasil tanaman bahan jamunya.
Beberapa keuntungan lain yang diperoleh dengan pola
tumpangsari adalah (a) mengurangi resiko kerugian pada
saat harga tanaman bahan jamu sedang murah, (2)
meningkatkan produktivitas lahan, dan memperbaiki sifat
fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya
pertumbuhan gulma. Tanaman yang bisa ditumpangsarikan
dengan tanaman bahan jamu adalah jagung, kacangkacangan, bawang merah, cabai rawit, buncis, ketela
pohon dan sebagainya.
41
JAHE
Species :Zingiber officinale. Rosc
Famili : Zingiberaceae
Diskripsi :
Di Indonesia mempunyai prospek ekonomi yang baik
didasarkan pada:
Iklim dan tanah yang sesuai
Terbukanya pasar dalam dan luar negri yang baik.
Banyak digunakan sebagai;
Penyedap masakan.
Obat tradisional.
Kosmetik
Makanan dan minuman.
43
44
46
47
48
KHASIAT JAHE
49
Budidaya
Pembibitan
Penanaman
Persiapan lahan:
Dilakukan 15 - 30 hari sebelum benih ditanam, dicangkul
sedalam 30 cm agar gembur,
dibersihkan dari gulma dan diberikan pupuk kandang sebanyak
20 ton per ha.
Tanah diolah dan digemburkan,
Dibuat bedengan searah lereng (untuk tanah yang miring), atau
dibuat guludan.
Pada bedengan atau guludan kemudian dibuat lubang tanam,
dan benih jahe kemudian ditanam pada lubang tanam tersebut.
Penanaman:
Benih ditanam pada lubang tanam sedalam 5-7 cm dengan tunas
menghadap ke atas,
jarak tanam adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm untuk
jahe putih besar atau 60 cm x 40 cm untuk jahe emprit atau
jahe merah.
Untuk pola tumpang sari, tanaman yang ditumpangsarikan di
tanam di antara tanaman jahe.
Pada saat penanaman ini diberikan pupuk buatan SP-36 dan KCl
masing-masing sebanyak 300-400 kg/ha.
Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan .
51
Panen
Pemanenan:
Dilakukan tanaman berumur 9 - 10 bulan.
Membongkar rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul.
Apabila bibit yang digunakan varietas unggul jahe putih besar
(Cimanggu-1) produktivitas tanaman adalah 27 ton rimpang
segar per hektar,
Jika yang digunakan bibit varietas unggul jahe putih kecil (JPK3;
JPK6) maka akan dihasilkan 16 ton rimpang segar per hektar.
Pola tumpang sari atau monokultur tidak terlalu berpengaruh
terhadap produktivitas tanaman jahe.
Pasca Panen:
Setelahpanen, rimpang harus segera dibersihkan untuk
menghindari mikroorganisme yang tidak diinginkan,dengan cara
disemprot airyang bertekanan tinggi atau dicuci dengan tangan.
Setelah pencucian,dianginkan utk mengeringkan air pencucian.
Untukpenjualan segar rimpang dapat langsung dikemas.
Apabila dijualdalam bentuk kering atau simplisia, maka rimpang
direbus beberapamenit, kemudian diiris setebal 1- 4 mm, dan
dikeringkan/dijemur sampai kadar air sekitar 8 10%,yaitu bila
rimpang bisa dipatahkan.
52
BROTOWALI
Species :Tinospora crispa (L)
Famili :Menispermaceae
Diskripsi
Tumbuhan liar di hutan, ladang atau ditanam dihalaman
dekat pagar.
Biasa ditanam sebagai tumbuhan obat.
Brotowali menyukai tempat panas, termasuk perdu,
memanjat, tinggi batang sampai 2,5 meter.
Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat
rasanya pahit. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk
seperti jantung atau agak budar telur berujung lancip,
panjang 7 - 12 cm, lebar 5 - 10 cm.
Bunga kecil, warna hijau muda, berbentuk tandan semu.
nama lokal dari Brotowali antara lain:
Antawali, bratawali, putrawali, daun gadel (Jawa);
Andawali (Sunda), Antawali (Bali), Shen jin teng (China).
53
Kandungan kimia
Tumbuhan ini kaya dengan kandungan kimia,
antara lain :
alkaloid, damar lunak, pati, glikosida
pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa,
berberin, palmatin, kolumbin (akar), kokulin
(pikrotoksin).
Akar mengandung alkaloid berberin dan
kolumbin.
alkaloid yang terdiri dari N-asetil-nornuciferin,
N-formil-annonain, dan N-formilnornuceferin.
Disamping itu ditemukan pula suatu glikosida
furanoditerpen yang berasa pahit.
54
Efek farmakologi/khasiat
Dalam farmakologi disebutkan bahwa
tanaman ini memiliki sifat :
55
Budidya
Syarat Tumbuh
Tanaman memanjat.
Karena umumnya tanaman liar, maka teknologi budidaya
yang tepat belum diketahui
Biasa tumbuh di hutan, ladang atau halaman dekat pagar
dengan penyinaran matahari penuh.
Dapat tumbuh pada ketinggian 0 1000 m diatas permukaan
air laut. Tanaman ini merupakan tumbuhan perdu memanjat
tinggi diatas tanah dan cenderung menjadi penutup tanah.
57
MAHKOTA DEWA.
Species :Phaleria macrocarpa (scheff.) Boerl.
FamiliT: Hymelaecae.
Diskripsi:
59
Kandungan Kimia/Kegunaan
Daun : mengandungi antihistamin,
alkaloid, saponin & polifenol (lignan)
Kulit Buah : mengandungi alkaloid,
saponin & flavonoid.
Buah : alkanoid, tanin, flavonoid, fenol,
saponin, lignan, minyak asiri & sterol.
60
Flavonoid
Polifenol
61
Khasiat Empiris
Masalah yang mengganjal terhadap
pemakaian mahkota dewa sebagai
tanaman obat adalah terbatasnya
pembuktian-pembuktian ilmiah akan
kegunaan pohon ini.
Selama ini pembuktian yang ada
sebagian terbesar masih berupa
pembuktian empiris, pembuktian yang
hanya berdasarkan pada pengalaman
pengguna.
62
Khasiat empiris
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Catatan
Bahagian buah terutamanya bijinya beracun, ianya
perlu di rebus sebelum memakannya.
Ibu hamil dilarang meminum hasil pemprosesan
tumbuhan ini.
63
Budi Daya
Tanaman ini hidup diberbagai jenis tanah, produksi
sepanjang tahun, sehingga sangat menguntungkan petani.
Syarat tumbuh:
Tanah gembur, dengan ketinggian 10-1200 m diatas
permukaan laut.
Terbaik pada 1000 m diatas permukaan laut.
Tidak menghendaki tanah khusus, tanah yang kurang
suburpun dapat tumbuh tetapi hasil kurang.
65
Penyortiran
Pencucian.
perajangan
Pengeringan
67
69
Buah.
Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan
cara me-metik.
Pemanenan sebelum masak fisiologis akan
menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan
kuantitasnya berkurang.
Buah yang dipanen pada saat masih muda, seperti
buah mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah
ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan
aromanya kurang sedap.
Begitu pula halnya dengan pemanenan yang
terlambat akan menyebabkan pe-nurunan kualitas
karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang
ter-dapat di dalamnya menjadi zat lain. Selain itu
tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih
cepat busuk.
70
Daun.
Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah
tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang
fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman.
Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang
bersih atau gunting stek.
Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil
produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan
bahan aktifnya juga rendah,
seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 1,5 tahun,
jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan
lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam.
71
Rimpang.
72
Bunga.
Bunga digunakan dalam industri farmasi dan
kosmetik dalam bentuk segar maupun kering.
Bunga yang digunakan dalam bentuk segar,
pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup
atau setelah per-tumbuhannya maksimal.
Berbeda dengan bunga yang digunakan dalam
bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat
bunga sedang mekar.
Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen
dalam keadaan masih kuncup menghasilkan
kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bunga yang sudah mekar.
73
Kayu.
Pemanenan kayu dilakukan setelah pada
kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder
secara maksimal.
Umur panen tanaman berbeda-beda
tergantung jenis tanaman dan ke-cepatan
pembentukan metabolit sekundernya.
Tanaman secang baru dapat dipanen setelah
berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila
dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya
seperti tanin dan sappan masih relatif
sedikit.
74
Herba.
Pada beberapa tanaman semusim, waktu panen yang
tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman
sudah maksimal dan akan memasuki fase generatif atau
dengan kata lain pemanenan dilakukan sebelum ta-naman
berbunga.
Pemanenan yang dilakukan terlalu awal mengakibat-kan
produksi tanaman yang kita dapatkan rendah dan
kandungan bahan aktifnya juga rendah.
Sedang-kan jika pemanenan terlambat akan menghasilkan
mutu rendah karena jumlah daun berkurang, dan batang
tanaman sudah berkayu.
Contohnya tanaman sambiloto sebaiknya di-panen pada
umur 3 - 4 bulan, pegagan pada umur 2 - 3 bulan setelah
tanam,
meniran pada umur kurang lebih 3,5 bulan atau sebelum
berbunga dan tanaman ceplukan dipanen setelah umur 1 1,5 bulan atau segera setelah timbul kuncup bunga,
terbentuk
75
Cara Panen
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan
harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan
kering.
Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk
mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak
diperlukan.
Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan
garpu atau cangkul.
Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau
dipisahkan.
Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung
dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan
tidak menumpuk dan tidak rusak.
Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan
supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan,
karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/
busuk.
Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama (hama
gudang, tikus dan binatang peliharaan).
76
77
Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai
panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing, bahan yang tua dengan yang muda atau
bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.
Bahan nabati yang baik memiliki kandungan
campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%.
Proses penyortiran pertama bertujuan untuk
memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang
muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah
pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
78
Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.
Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen karena
dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian
menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur
atau PAM.
Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba pada
bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air
bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi
pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.
Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan
dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari
larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan.
Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain :
79
Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang
tidak banyak mengandung kotoran seperti daun,
bunga, buah dll.
Proses perendaman dilakukan beberapa kali pada
wadah dan air yang berbeda, pada rendaman
pertama air cuciannya mengandung kotoran paling
banyak.
Saat perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat
pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan
tangan.
Metoda ini akan menghemat peng-gunaan air, namun
sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung
dalam bahan.
80
Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada
bahan yang kotorannya banyak melekat
pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan
lain-lain.
Proses penyemprotan dilakukan de-ngan
menggunakan air yang ber-tekanan tinggi.
Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan,
ko-toran yang melekat kuat pada bahan
dapat dihilangkan langsung dengan tangan.
Proses ini biasanya meng-gunakan air yang
cukup banyak, namun dapat mengurangi
resiko hilang/larutnya kandungan dalam
bahan.
81
82
Penirisan/pengeringan
Perajangan
Perajangan pada bahan untuk mempermudah proses
selanjutnya seperti
pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan
penyimpanan.
84
Pengeringan
86
87